DINAS KEHUTANAN
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
UNIT XXIV GULARAYA
JL. ALAM RIA NO. 73 TLP 082188054799 DS. ANDUNA KEC. LAEYA KAB. KONAWE SELATAN
Email : gularayakphp@gmail.com
DISUSUN OLEH :
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL UNIT XXIV GULARAYA
Visi UPTD KPHP Unit XXIV Gularaya adalah “ Menjadi Pengelola Hutan Lestari
Tingkat Tapak Yang Mandiri dan Berdaya Saing Tahun 2014 – 2023 “
Untuk mewujudkan visi diatas maka ditetapkan misi sebagai berikut :
1. Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan
Karakteristik dan daya dukung DAS
2. Meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa
lingkungan, serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna
menghasilkan keuntungan untuk menjamin kemandirian KPHP Gularaya
secara berkelanjutan.
3. Mengembangkan KPHP Gularaya yang profesional dan handal berbasis
kearifan lokal
4. Membangun kelas kelas perusahaan seperti KP HHK-HA, KP HHK-HT, KP
HHK- HHBK , KP JASLING
5. Melaksanakan pengelolaan Wilayah tertentu sesuai dengan peruntukan
lahan dan arah pengelolaan
6. Melaksanakan bisnis berbasis kehutanan dan menerapkan PPK BLUD
Adapun tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP gularaya
pada akhir jangka pengelolaan tahun 2023 adalah :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga Laporan Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Jangka
Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) unit XXIV Gularaya
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diselesaikan sesuai rencana.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun dari hasil tata hutan
dan mengacu pada Rencana Kehutanan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
serta memperhatikan aspirasi , nilai Budaya masyarakat setempat dan kondisi
lingkungan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang memuat unsur – unsur
1) Tujuan yang akan dicapai 2) Kondisi yang dihadapi , 3)Strategi serta kelayakan
pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan
dan konservasi alam, 4)Arahan kegiatan pembangunan jangka panjang KPH.
Selanjutnya Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang dituangkan dalam
dokumen “Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang“.
KEPALA
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) Gularaya
No Keterangan Halaman
Sebaran Wilayah Administrasi Pada Wilayah KPH Gularaya.......... 13
1
Perincian Luas KPHP Gularaya berdasarkan Fungsi Kawasan.............. 14
2
3 Kondisi Topografi di Wilayah KPH Gularaya............................. 15
4 16
Sebaran Jenis Tanah di Wilayah KPH Gularaya.......................
No Halaman
1
Peta Situasi iv
No Halaman
No Halaman
B. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Gularaya hingga
tahun 2023 adalah :
1. Terwujudnya manajemen pengelolaan hutan KPHP Gularaya sehingga
mengarah pada kelestarian hutan.
2. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis Kelas
Perusahaan HHK-HT jati unggul seluas 31.024,61Ha, Kelas Perusahaan
HHBK bambu seluas 10.136,87Ha,Kelas Perusahaan Jasa Lingkungan
ekowisata Wallacea Health Center seluas 10,06 Ha.
3. Peningkatan luasan penutupan Lahanhutan untuk terwujudnya
pelayanan masyarakat dari bahayabanjir dan erosi.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan periode 2014 – 2023 (10 tahun) adalah :
1. Terwujudnya kelas perusahaan hutan tanaman jati unggul seluas
31.024,61Ha.
2. Terwujudnya kelas perusahaan bambu 10.136,87Ha.
3. Terwujudnya kelas Perusahaan Wallacea Health Center ( WHC ) seluas
10,06 Ha.
4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat HTR seluas 7.512,91Ha.
5. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat HKm seluas 1.723,97Ha.
6. Terwujudnya pencadangan HTR dan HKm/HD seluas 8.524,60Ha.
7. Terwujudnya Perencanaan Jangka Panjang Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Alam Restorasi Ekosistem, pada Arahan blok HHK HA Hutan
Produksi dan Pemanfaatan HHBK, Jasling dan penjualan karbon (carbon
trading)pada arahan blok pemanfatan HL.
8. Penyelesaian masalah konflik tenurial.
9. Terwujudnya kemandirian KPHP Gularaya melalui penerapan PPK BLUD
dengan core businesshutan tanaman, hutan bambu, terapi tropis
Wallacea.
10. Terbinanya pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan.
11. Terjaminnya perlindungan dan pengamanan hutan dalam wilayah kelola
KPHP Gularaya secara berkelanjutan.
E. Batasan Pengertian
Adapun batas KPH Gularaya yang masuk dalam wilayah administrasi Kota
Kendari sebagai berikut :
• Bagian Utara : Kabupaten Konawe
• Bagian Timur : Laut Kendari
• Bagian Selatan : Kabupaten Konawe Selatan
• Bagian Barat : Kabupaten Konawe Selatan
1 Andolo
79,90 0.07 1
2 Abeli
969,83 0.84 8
3 Angata
2790,32 2.42 8
4 Baito
8502,31 7.37 5
5 Baruga
342,16 0.30 1
6 Benua
563,64 0.49 4
7 Buke
7998,76 6.93 5
8 Kolono
16876,26 14.63 18
9 Konda
4614,36 4.00 7
10 Laeya
14412,09 12.49 13
11 Lainea
10147,92 8.80 13
12 Landono
4742,65 4.11 6
13 Laonti
388,37 0.34 3
14 Moramo
11060,21 9.59 14
15 Moramo Utara
8516,33 7.38 9
16 Mowila
2018,06 1.75 2
17 Palangga
2218,82 1.92 4
18 Palangga Selatan
1680,03 1.46 9
19 Poasia
1611,89 1.40 4
20 Ranomeeto
2327,36 2.02 6
21 Tinanggea
2856,07 2.48 13
22 Wolasi
10644,95 9.23 7
Jumlah
115363,01 100,00 160
Sumber : Hasil Analisis GIS, 2013
2. Kondisi Biofisik Areal KPHP
a. Fungsi Kawasan
Kawasan hutan pada KPHP Gularaya menurut fungsinya terdiri atas Hutan
Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan DPCLS. Total luas KPHP
Gularaya adalah 115.363,01Ha, dengan perincian menurut fungsi kawasannya
dapat dilihat pada Tabel 2, sedang penyebarannya secara spasial disajikan pada
Lampiran.
Tabel 2. Perincian Luas KPHP Gularaya Berdasarkan Fungsi Kawasan
No Jumlah
Fungsi Hutan Keterangan
Ha %
1 Hutan Lindung 43.688,38 37.86
2 Hutan Produksi Tetap 65.920,85 57.16
3 Hutan Produksi Terbatas 3.643,72 3.15
4 Dampak Penting Cakupan Proses Persetujuan DPR
Luas Strategis 2.110,06 1.83 RI
5 Total 115363.01 100.00
Sumber : Hasil Ananlisis SIG, 2013
b. Kondisi Topografi
c. Jenis Tanah
Dari tabel diatas maka terlihat bahwa wilayah KPHP Gularaya dapat dikatakan
memiliki aksesibilitas yang tinggi, hal ini tentu akan memberikan dampak pada
potensi kerusakan hutan akibat perambahan dan illegal logging. Indikasi tersebut
sudah mulai nampak melalui analisis SIG yang menunjukkan areal dengan tutupan
hutan sekunder rawan perambahan dan illegal logging dengan indikator banyaknya
tutupan non hutan berupa pertanian Lahan kering campuran dan semak belukar,
yang memerlukan kegiatan rehabilitasiLahan.
Panjang
Kawasan Kabuaten Fungsi Tahun
Batas Keterangan
Hutan / Kota Hutan Pelaksanaan
(Km)
Konsel BL
Wolasi HP,HPT,HL 69/70 175,5
8 Blok Pemanfaatan HL Kelas Hutan Produksi Pemanfaatan HHBK , UsahaMelalui Komplek Hutan 25.654,47
Lestari, Pemanfaatan Peningkatan Fungsi, Prod Karbon & Papalia, Wolasi
Melalui Peningkatan Jasling dan Torobulu
Fungsi
1. Penutupan Vegetasi
Dari Tabel di atas terlihat bahwa kelas penutupan Lahan yang masih
berhutan terdiri dari 7 kelas tutupan lahan yaitu;(1) Hutan Primer, (2) Hutan
Mangrove Primer, (3) Hutan Tanaman, (4) Hutan Sekunder, (5) Hutan Lahan
Kering Primer, (6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Lahan Kering Sekunder
dengan luas keseluruhan72.516,44Ha atau 62,86% dari total luas wilayah KPH
Gularaya. Informasi ini mengindikasikan besarnya potensi kayu yang dapat
dimanfaatkan secara lestari di wilayah KPHP Gularaya.
2. Potensi Kayu
Jenis Kayu
Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah
Kayu Gergajian Kayu Gergajian
( Ton ) ( M3 )
Bulat (M3) (M3) Rimba (M3) (M3)
2010 2.310,85 1.250,63 2.046,17 531,00 600,00 1.781,63
2009 2.710,75 3.981,30 3.055,15 6.260,40 6.246,00 10.241,91
2008 6.199,47 3.244,28 14.731,81 3.000,00 499,95 20.931,28
2007 1.596,17 4.283,37 7.114,00 1.271,85 681,00 12.993,54
2006 8.459,79 9.810,59 6.467,60 805,29 2.546,90 24.737,98
Jumlah 21.277,03 22.570,17 33.414,73 11.868,54 10.573,85 70.686,34
Sumber : Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun 2011
Jenis
Kayu
Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah
Kayu Bulat Gergajian Kayu Bulat Gergajian ( ton
( M3) ( M3 ) ( M3 ) ( M3) )
2010 2.070,17 0 0 0 2070,17
2009 382,71 0 4.104,87 0 0 4.487,57
2008 75,25 0 7.758,17 0 0 7.833,43
2007 1.119,85 0 4.453,48 0 0 5.573,33
2006 234,41 0 4.969,41 0 0 5.203,82
Sumber : Dinas Kehutanan Prov Sultra dalam angka 2011
Potensi sebaran jati diwilayah KPHP tersebar pada 9 kecamatan yang terdiri dari 45
desa dengan total luas 16.083,86Ha. Luasan terbesar berada di Kecamatan Kolono
6.810,11Ha dan diikuti Kecamatan Lainea 3.473,51 Ha. Dengan asumsi 1 Ha dapat
menghasilkan 5 m3 kayu, maka potensi jati eksisting diwilayah KPHP Gularaya saat
ini adalah 80.419.30m3.
Tabel 13. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu tahun 2009 – 2010
Beberapa komoditas HHBK (rotan, bambu, lebah madu, sagu dll) diusahakan
dalam skala rumah tangga, kelompok dan skala usaha kecil. Inisiatif imbal jasa
hutan sebagai pengatur tata air dan jasa lingkungan lainnya belum dilakukan
secara optimal oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari hasil survey tahun 2009,
diwilayah Tambang PT. Wijaya Inti Nusantara yang berada dalam wilayah KPHP
Gularaya. Sedikitnya terdapat 58 Jenis tumbuhanHabitus pohon, 5 jenis semak, 1
jenis palem, 2 jenis liana, dan 6 jenis rumput-rumputan. Berikut disajikan tabel
jenis tumbuhan yang berhasil didata.
Habitus ; Semak
1 Rodu Melastoma Sp. Tidak dilindung
2 Komba-Komba EupHatorium odoratum L. Tidak dilindung
3 Ponda Pandanus sp2 Tidak dilindung
4 Pandan-pandan Freycinetia sp. Tidak dilindung
5 Bambu tamiang Schizostachyium blumei Tidak dilindung
Habitus ; Palm
1 Palm Hutan Palmaceae sp2 Tidak dilindung
Habitus ; Liana
1 Bambu rambat Dinochloa sp Tidak dilindung
2 Liana Tidak dilindung
Rumput
1 Teki Cyperus rotundus Tidak dilindung
2 Harendong Melastoma malabathcricum Tidak dilindung
3 Alang-Alang Imperata Cylindrica Tidak dilindung
4 Pakis tanah/ Paka Glechenia linearis Tidak dilindung
5 Pulutan Urene lobata Tidak dilindung
6 Putri malu Mimosa invisa Tidak dilindung
Sumber : Dokumen Amdal PT. Wjaya Inti Nusantara, 2009.
Jika dilihat secara spasial wilayah kerja KPHP Gularaya sangat berdekatan
atau berbatasan langsung dengan kawasan konservasi khususnya yang berada di
Kabupaten Konawe Selatan yaitu SM Tanjung Peropa 38.937 Ha (anoa, mangrove),
SM Tanjung Amolengo 610 Ha (anoa, monyet hitam) dan SM Tanjung Batikolo 4
hektar (anoa, maleo) dan untuk kawasan pelestarian alam yang berada di wilayah
C. Sosial Budaya
Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun
Kecamatan Tahun 2010/
2006/2007 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/ 2010
2005/ 2006 2011
Pasca keluarnya ijin IUPHHK HTR dan pengesahan RKU oleh Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan, kegiatan KHJL stagnan/tidak ada aktifitas
selama kurang lebih 3 tahun dengan berbagai permasalahan yang muncul pada
Hal selama ini KHJL sudah berpengalaman dalam mengelola hutan rakyat. Kendala
utama yang muncul adalah tidak tersedianya dana operasional untuk pelaksanaan
tatabatas yang menjadi kewajiban pemegang ijin. Saat ini RKU KHJL dan RKT nya
sudah disyahkan oleh KPHP Gularaya setelah terlebih dahulu mengajukan revisi.
Pemanfaatan kawasan dengan skema HKm di wilayah KPHP Gularaya telah
diberikan status ijin IUPHHKHKm kepada KTH Teporumba Desa Ambololi
kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan seluas 160 Ha dengan jumlah KTH
6 kelompok dengan anggota 150 KK dan KTH Desa Tanea seluas 740 Ha dalam
proses usulan pencadangan areal dari Bupati Konawe Selatan kepada Menteri
Kehutanan serta di Kota Kendari yang sudah memasuki tahapanverifikasi oleh
Ditjen RLPS terhadap usulan penetapan areal kerja oleh kelompok tani. Verifikasi
areal kerja HKm diwilayah KPHP Gularaya di Kota Kendari dilakukan terhadap 5
kelompok tani seluas 798 hektar masing-masing KTH Nambo 100 hektar, KTH
Sambuli 120 Ha, KTH Tobimeita 200 Ha, Gapoktan Mataiwoi 298 Ha dan KTH Abeli
80Ha.Di Kabupaten Konawe Selatan yang telah diverifikasi untuk penetapan areal
kerjanya adalah Gabungan Kelompok Peserta (GKP) Graha Lestari Kec. Palangga
seluas 500 Ha, GKP HKm Mopokoaso 500 Ha, dan 6 KTH yang belum membentuk
kelembagaan seluas 150 hektar. Berdasarkan RTRW bahwa areal HKm tersebut
masuk APL. Untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan pembangunan non
kehutanan, kementrian kehutanan telah menetapkan ketentuan yang mengatur
perubahan peruntukan kawasan hutan, dimana kawasan hutan yang dapat dirubah
peruntukan kawasan hutannya adalah kawasan hutan produksi (HP) dan Hutan
Produksi yang dapat di Konversi (HPK).
Sampai dengan saat ini dalam area kelola KPHP Gularaya terdapat beberapa
izin dengan skema pemberdayaan masyarakat dan termasuk yang sudah
5. Potensi JASLING (air terjun moramo, air panas Kaendi, Kebun Raya
Nanga -Nanga).
KelemaHan
Peluang
Ancaman / tantangan
Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Gularaya pada akhir
jangka pengelolaan tahun 2023 adalah :
1. Merevitalisasimanajemen KPHP Gularaya sehinggga mengarah pada
kelestarian hutan.
1.039.895
Dari Tabel di atas terlihat bahwa kelas penutupan lahan yang masih berhutan
terdiri dari 7 kelas tutupan lahan yaitu;(1) Hutan Primer, (2) Hutan Mangrove
Primer, (3) Hutan Tanaman, (4) Hutan Sekunder, (5) Hutan Lahan Kering Primer,
(6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Lahan Kering Sekunder dengan luas
keseluruhan72.661,46 Ha atau 62,89% dari total luas wilayah KPH Gularaya.
Informasi ini mengindikasikan besarnya potensi kayu yang dapat dimanfaatkan
secara lestari di wilayah KPH Gularaya.
Hasil inventarisasi potensi oleh BPKH wilayah VII Makassar pada tahun
2012 menunjukan data potensi jumlah batang 565 batang/Ha atau total 4.570.777
batang dan rata-rata volume 105,6454 m3/Ha atau total 855.393,1747 m3. Kondisi
saat ini tentunya potensinya jauh dari angka tersebut mengingat laju
degradasi/daya rusak hutan yang cukup tinggi. Jika laju degradasi hutan 1,5 %
/tahun maka potensi yang tersisa hingga saat ini diprediksi tinggal 7.909 hektar
atau 735.221 m3.
Angka potensi rotan tersebut sudah menurun dan keberadaannya sudah jauh
kedalam hutan sehingga dalam rangka pemanfaatan/pemanenan sulit mencari
tenaga kerja. Sehubungan Hal tersebut maka dalam rangka meningkatkan potensi
rotan tersebut perlu dilakukan upaya budidaya rotan yang intensif tetapi
berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi bahwa tingkat
keberhasilan budidaya rotan sangat rendah sehingga usaha ini sulit untuk
dilaksanakan kecuali kalau ada teknologi dan inovasii baru yang dapat mengatasi
kendala kegagalan tersebut. Jenis HHBK yang lainnya dapat pula dikembangkan
seperti sagu, bambu, madu, aren dll.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan data Hasil rancang bangun KPH di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2002, desa-desa yang berada didalam atau di sekitar wilayah kerja KPHP
Gularaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jumlah 69
Agak
Kritis/
Prioritas 58,297.5 8,486.1 6,770.1 53,400.5 10,183.9 27,203.1 46,350.6
III 9 7 2 3 2 9,969.43 9 9
Sumber : Analisis Peta RTk RHL DAS, BPDAS Sampara, 2004, diolah 2013
Luasnya lahan kritis pada kawasan hutan sebagaimana tabel tersebut dan
tingginya angka degradasi dan deforestasi mengHaruskan untuk melakukan
rehabilitasi atau penanaman kembali. Kegiatan penanaman yang telah
Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU
No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dirumuskan bahwa ”pengelolalaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediannya dengan tetap memeliHara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-
undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk didalamnya
hutan.
Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:
a. Pada kelompok Hasil Hutan Kayu akan dibuat kelas perusahaan jati unggul
seluas 31.024,61Ha, Pembuatan kelas perusahaan ini merupakan hal yang
sangat mungkin dilakukan mengingat kondisi wilayah kelola KPH adalah eks
pengembangan tanaman jati HTI, Reboisasi dengan pertumbuhan yang
bagus sesuai dengan kondisi biofisik dan dilihat dari aspek pasar
merupakan produk unggulan yang digemari masyarakat (markettable)’.
Diproyeksikan dari sisa reboisasi dapat dimanfaatkan oleh KPH dengan 500
Ha dengan asumsi 5 m3/Hamaka KPH dapat menghasilkan sebesar 2,5
milyar/tahun (asumsi Harga Rp.1.000.000/m3), Diproyeksikan tahun ke 8
(delapan) KPH sudah dapat memproduksi kayu jati seluas 500 Ha dengan
potensi sebesar 300 m3/Ha.
b. Pengembangan kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu akan dibuat kelas
perusahaan bambu mengingat produk bambu mudah tumbuh dan berdaur
pendek 3 - 5 tahun serta memiliki pangsa pasar tersendiri dimana
kebutuhan bambu nasional baru terpenuhi 10 %. Rendahnya supply bambu
karena masyarakat belum banyak mengetahui manfaat bambu yang begitu
besar jika dilihat dari aspek konservasi, peningkatan pendapatan
masyarakat. Diusia muda bambu menghasilkanrebung untuk kebutuhan
konsumsi makanan dan Hasil panen bambu dapat digunakan untuk
mendukung industri furniture dll. Diawal-awal kegiatan, KPH dapat memulai
dengan pemanfaatan bambu yang tumbuh secara alami, bila diproyeksikan
bambu dipanen sebesar 5000 batang/minggu dan Harga jual bambu
sebesar Rp.3000/batang maka pengHasillan KPH sebesar Rp.15.000.000/
minggu. Sedang potensi pendapatan dari Hasil budidaya bambu petung
pada tahun ke-4 diproyeksikan sebesar Rp. 20 Milyar.
c. Kelas perusahaan lain pada kelompok HHBK dan jasa lingkungan adalah
integrasi permandian air panas Kaindi dengan usahabudidaya lebah madu
dengan memanfaatkan ruang pada hutan produksi. Kelas perusahaan
dikembangkan dengan tujuan menyediakan sistem pengobatan tropis
berbasis lingkungan dalam bentuk unit usahaWallacea Health
Centreberbasis lebah.Pangsa pasar dari bisnis ini disamping pasar domestik
maka dirancang juga pasar manca negara. Mekansime pengembangan unit
usaha ini dengan pola kemitraan dengan pihak swasta. Sementara kelas
perusahaan jasa lingkungan lain yang potensi dikembangkan adalah wisata
air terjun Moramo, perdagangan karbon dan penangkaran rusa.
Kegiatan pembuatan batas luar wilayah KPH merupakan kegiatan riil fisik
dilapangan lanjutan dari sketch mapping yang telah dilakukan dengan pendekatan
GIS dan survey awal terhadap batas-batas kawasan budidaya penduduk/non
kawasan hutan yang ada di lapangan. Batas Luar KPH Gularaya memisahkan
Wilayah KPH dengan areal luarnya yang dapat berupa;
• Kawasan hutan yang termasuk KPH Lain,
• Wilayah non kawasan hutan,
• Kawasan hutan dengan fungsi lain seperti kawasan lindung, atau
kawasan konservasi dan enclave untuk wilayah peruntukan lain, seperti
Jalan, rumah karyawan, dan lain-lain.
1.039.895
Tata batas blok dilaksanakan sebagai penataan lanjutan setelah tata batas
terluar kawasan pengelolaan. Pembagian blok dilakukan berdasarkan kesamaan
karakter fisiografi, kesamaan fungsi pengelolaan dan kemudahaan aksesibilitas,
sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan efesien. Adapun jumlah
targetrencana pelaksanaan penataan batas blok pada KPH Gularaya disajikan pada
Tabel 28.
Tabel 28. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas
Blok pada KPH Gularaya
Panjang Trayek
NO Blok Persentase (%)
(Km)
1 Blok Pemanfaatan HHK-HA 30,92 5,88
2 Blok Pemanfaatan HHK-HT 113,54 21,60
3 Blok Pemanfaatan Jasling HHBK 102,37 19,48
4 Blok Pemberdayaan Masyarakat 0 0
5 Blok Perlindungan 49,81 9,47
6 Blok Khusus Hutan Produksi 4,14 0,78
7 Blok Inti HL 159,15 30,28
Blok Pemanfaatan hutan
8 62,61 11,91
Lindung
9 Blok Khusus Hutan Lindung 3,20 0,60
Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga atau belum diminati oleh pihak ketiga untuk
mengembangkan usaha pemanfaatanya. Wilayah kelola KPHP Gularaya yang belum
diminati oleh investor akan dikelola sendiri sesuai dengan fungsi hutan dan
potensinya. Pemanfaatan pada Wilayah tertentu akan dilaksanakan setelah KPHP
Gularaya menerapkan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan
mendapat penunjukan dari Menteri Kehutanan.
Wilayah tertentu pada KPH Gularaya memiliki luas 84.984,16Haantara lain:
1. Usaha Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), Perlindungan Ekosistem,
Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Penyerapan dan Penyimpanan karbon pada
fungsi Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas 31.683,10 Ha.
2. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) tanaman
jati skema corporate seluas 25.323,00 Ha.
3. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) tanaman
jati unggulan lokal seluas 5.072 Ha.
4. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) Restorasi
Ekosistem (HPT,HP) seluas 12.129,00 Ha.
Skala Prioritas II
2. Blok Khusus - Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan,KHDTK (Kebun Raya 72,47 Tahun 1
Kendari)
Tahun 2
Skala Prioritas II
3. Pemanfaatan
a. Izin --
b. Wilayah Tertentu - UsahaPemungutan HHBK, perlindungan ekosistem, pemanfaatan 25.654,48 Tahun 2-10
jasa lingkungan dan penyerapan karbon
Skala Prioritas II
HP dan HPT 1. Blok Perlindungan Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi 4.534,18 Tahun 1
Skala Prioritas II
3. Pemanfaatan HHK-HT
a. Izin --- -
b. Wilayah Tertentu - Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (super 31.024,61 Tahun 1 – 10
teak/Tanaman jati lokasi eks HTI)
Prioritas I
4. Pemanfaatan HHK-HA
a. Izin -
b. Wilayah Tertentu - HHK –HA , UsahaHasil Hutan kayu Hutan Alam Restorasi 12,129,36 Tahun 2
Ekosistem
Skala Prioritas II
5. PemanfaatanKawasan, -
lingkungan, HHBK
a. Izin -
Prioritas I
6. PemanfaatanKawasan, -
c. Izin -
d. Wilayah Tertentu - Usaha Penggunaan Kawasan Batu Moramo Pola Pemberdayaan 744,74 Tahun 3
Masyarakat.
Prioritas 2
7. Pemberdayaanmasyarakat Tahun 1
Tabel 30. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu Dan Rencana Program Kegiatan Pada Wilayah Tertentu KPH Gularaya
Tahun Jumlah
No Arahan Blok Kelas Perusahaan Program Rencana Kegiatan Lokasi
Pelaksanaan (Ha)
1 Blok Pemanfaatan Kelas Perusahaan Pemanfaatan Hasil - Usaha Pemungutan HHBK, Tahun 3 Komplek Hutan 12.129,36
HHK-HA Produksi Hutan Hutan Kayu - perlindungan ekosistem, Prioritas 2 Papalia dan Wolasi
Alam Hutan Alam pemanfaatan jasa
lingkungan dan penyerapan
karbon
2 Blok Pemanfaatan Kelas Perusahaan Pengusahaan Membuka peluang kerjasama Tahun 1-10 Komplek Hutan 31.024,61
HHK-HT Produksi Hutan Hutan Tanaman, kemitraan dengan Investor Prioritas 1 Papalia dan Wolasi
Tanaman Model Kemitraan dalam Pembangunan Hutan
dengan Investor Tanaman Jati eks HTI
3. Blok Kelas Perusahaan Pengusahaan - Fasilitasi Pengelolaan HTR Tahun 1 Komplek Hutan 4.639,95
Pemberdayaan Hutan Taaman Hutan oleh KHJL . Papalia dan Wolasi
Kemasyarakatan
4 Blok Perlindungan Kelas Hutan Non Perlindungan dan Perlindungan dan pengamanan Tahun 1 Komplek Hutan 4.536,98
Produksi untuk Pengawetan Tata sumber mata air yang terdapat Papalia,Wulasi,
Perlindungan dan Air dan Orologi di dalam wilayah hutan pada Torobulu
Pengawetan Tata Air setiap desa.
serta Orologi
5. Blok Inti Kelas Hutan Non Perlindungan dan - Pemanfaatan jasa Tahun 1 Komplek Hutan 17.961,44
Produksi untuk Pengawetan Tata lingkungan dan penyerapan Papalia , Wolasi
Perlindungan dan Air dan Orologi karbon
Pengawetan Tata Air
serta Orologi
C. Pemberdayaan Masyarakat
Seperti yang terlihat pada tabel di atas pada poin 7 dan 8, secara teknis
program pembedayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan khusus
pada Blok Pemberdayaan Masyarakat pada KPH Gularaya, dapat dilakukan dengan
skema Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan dan
Pengembangan HHBK. Untuk menunjang upaya sinergisitas dan kerjasama antar
pihak, maka KPHP Gularaya memfasilitasi terbentuknya forum multi pihak.
Pembentukan forum ini dalam rangka mengakomodir aspirasi dari berbagai pihak
dan membangun jejaring kemitraan.
2. Mengumpulkan data desa - Data desa, data BPS, identifikasi Pendekatan Interpersonal Prioritas Lokasi Tahun 1 Data Desa
dan Kelembagaan Hutan Tanaman Jati
(monografi atau profil program-program yang masuk ke dan Bambu
desa) desa.
3. Lokakarya atau pertemuan- Menghimpun data dari FGD (Focus Group Prioritas Lokasi Tahun 1 Historis Daerah,
masyarakat/Kelompok, Sejarah Discussion), Hutan Tanaman Jati Potensi Desa (SDA)
pertemuan kampung (desa)
Desa/Kelompok, Analisis potensi, dan Bambui Jenis Program yang
Analisis Stakeholder, keterlibatan para masuk, Terlibatnya
pihak pemangku
kepentingan
4. Jasa lingkungan : Menunjang nilai ekonomi FGD (Focus Group Desa Desa Kaindi Tahun 1 Tata kelola
Discussion), Kec. Lainea Kab berdasarkan jasa
Konsel lingkungannya
- Permandian air panas
(terapi wallacea)
Desa/
No PEMANFAATAN Kecamatan Luas (Ha)
KeluraHan Jumlah
1 Rencana Pembangunan Abeli Nambo 32,62
Hutan Kemasyarakatan PetoHa 123,08
(HKM) Pengembangan Sambuli 30.91
HHBBK Kota Kendari. Tobimeita 17,24
Tondonggeu 3.00
Baruga Baruga Baruga 342.21
Pengembangan HHBK-
2 Andoolo Potoro 47.51
HTR
3. Rencana Pengembangan Angata Angata 56.56
HHK-HTR,HKm/HD dan Matabondu 279.93
pengembangan HHBK Puao 104.57
Pudambu 371.70
Puusanggula 354.83
Teteasa 0.02
4. Rencana Pengembangan Baito Amasara 55.62
HHK-HTR,HKm/HD dan Baito 81.71
pengembangan HHBK
Wonuaraya 1.670,00
5. Rencana Pengembangan Benua Benua Utama 129.99
HHK-HTR,HKm/HD dan Horodopi 0.16
pengembangan HHBK Lamara 245.93
Puosu 177.58
6. Rencana Pengembangan Buke Adayu Indah 1.734.06
HHK-HTR,HKm/HD dan Asembu mulya 206.28
pengembangan HHBK Awalo 202.99
7. Rencana Pengembangan Kolono Adinete 11.17
HHK-HTR,HKm/HD dan Kolono 0.34
pengembangan HHBK Puupi 161.99
Sawa 46.22
Ulusena Jaya 0.01
Wawoosu 423.21
Rencana Pengembangan Konda Ambololi 103.50
HHK-HTR,HKm/HD dan AmoHalo 68.35
pengembangan HHBK Konda 232.19
Jumlah 12.534,18
Sumber : Hasil Analisis SIG, 2012
Pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat dimanfaatkan secara
optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat,
karakteristik dan kerentanannya serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokok
hutan, fungsi konservasi, lindung dan produksi. Kesesuaian ketiga fungsi tersebut
sangat dinamis dan yang paling penting dalam pemanfaatan hutan dan kawasan
hutan harus tetap sinergi.
Secara umum pemanfaatan hutan pada hutan produksi dapat
diselenggarakan melalui kegiatan : (1) pemanfaatan kawasan, (2) pemanfaatan
jasa lingkungan, (3) pemanfaatan Hasil hutan kayu dan bukan kayu,(4). Sebaliknya
pemanfaatan hutan pada hutan lindung dibatasi pada jenis(1) pemanfaatan
kawasan,(2) pemanfaatan jasa lingkungan, dan (3) Pemungutan Hasil hutan bukan
kayu.
Tabel 38. Areal KPHyang Telah ada Izin Pemanfaatan Maupun
Penggunaan Kawasan Hutan dan Dalam Proses Perijinan
tersebut
No Nama Izin Blok Kacamatan Luas(Ha) Jumlah
HKM Watudemba Blok Pemberdayaan
1 22.29
Palangga Masyarakat Kec. Palangga 22.29
Jalan Tambang Blok Pemanfaatan
2 5.26
PT.Baula HL Kec. Tinanggea 5.26
Kec. Palangga
Jalan Tambang Blok Pemanfaatan 1.11 1.11
3 selata
PT.Tripel HL
Blok Pemanfaatan
HL Kec. Konda 49.98
7 HKM Ambololi 148.65
Blok Pemberdayaan
Masyarakat Kec. Konda 98.67
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya KPHP Gularaya tidak mempunyai
peran dalam perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, namunsesuai
dengan prinsip pengelolaan, maka setiap kegiatan yang berada diwilyah kelola
KPH, maka KPH wajib mengetahuinya.
Perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan
menjadi bukan kawaan hutan. Perubahan peruntukan kawasan hutan dilakukan
untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi
masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat
kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan serta keberadaan kawasan hutan
dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
Perubahan peruntukan kawasan hutan meliputi : Perubahan peruntukan
kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan. Perubahan peruntukan
Hanya dapat dilakukan pada hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas
melalui tukar menukar kawasan hutan yang dapat dilakukan secara parsial atau
untuk wilayah provinsi yang melalui tukar menukar kawasan hutan atau pelepasan
kawasan hutan.
Tukar menukar kawasan hutandilakukan untuk pembangunan diluar kegiatan
kehutanan yang bersifat permanen, menghilangkan enclave atau memperbaiki
batas kawasan hutan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Tetap terjaminnya luas kawasan hutan paling sedikit 30 % dari luas
daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan sebaran yang
proporsional.
2) Mempertahankan daya dukung kawasan hutan tetap layak kelola.
Perubahan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat
dilakukan pada hutan konservasi, hutan lindung atau hutan produksi
berdasarkan usulan dari gubernur kepada menteri.
Blok inti dan Blok perlindungan yang tutupan hutannya berupa semak
belukar dan belum dirambah masyarakat dilakukan rehabilitasilahan melalui
program Konvergensi RHL dengan sistem pembuatan tanaman dan pengkayaan
tanaman, sedang yang telah dirambah masyarakat dalam bentuk pertanian lahan
kering(PT) dan atau pertanian campur semak (PC) maka dilakukan rehabilitasi pola
agroforestry.
a. Reboisasi
b. Pemeliharaan Tanaman
Istilah pengkayaan tanaman ditunjukan pada hutan alam yang telah dilakukan
penebangan pada pohon-pohon yang diizinkan. Pengkayaan tanaman adalah
kegiatan penambaHan anakan pohon pada areal hutan rawang yang memiliki
tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon 500 - 700 batang per hektar,
dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kuallitas maupun
kuantitas sesuai fungsinya.Pengayaan tanaman ditujukan untuk meningkatkan
produktifitas hutan, dengan pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal melalui
jumlah dan keragaman jenis tanaman. Pengayaan tanaman dilaksanakan pada
hutan rawang baik dihutan produksi maupun hutan lindung.Pengayaan Tanaman
meliputi kegiatan persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan
pengamanan.
Target
No Uraian Kegiatan
(satuan)
1 Identifikasi Lahan Kritis pada Lahan yang tidak dibebani Hak 1 kali setahun
pada hutan produksi dan hutan lindung
2 Penyelenggaraan RHL seperti Reboisasi, pemeliharaan 4.500 Ha per
tanaman,pengayaan tanaman,penerapan teknik konservasi tahun
tanah di DAS Prioritas ( RHL kawasan Produksi, RHL Kawasan
Lindung,RHL Kawasan Konservasi ,RehabilitasiLahan Kritis,
Rehabilitasi Hutan Mangrove )
a. Pola Agroforestry
b. Pola Pengayaan
Pola Pengayaan dilakukan pada kawasan hutan yang penutupan Lahannya telah
mengalami kerusakan secara setempat-setempat yang penutupannya semak belukar,
atau pada lahan pertanian Lahan kering campur semak (PLKCS), sehingga tidak
diperlukan penanaman secara menyeluruh. Pengayaan ini mengikuti model
spot/mosaik dengan jalan menanam jenis-jenis kayu unggulan setempat dan jenis-
jenis pohon penghidupan (MPTS) yang ditanam secara mengelompok maupun secara
campuran. Jenis-jenis pohon unggulan setempat seperti: kemiri, durian, langsat,
rambutan, nangka, petai, mangga, kapuk, dan sebagainya. Penanaman dapat
dilakukan secara campuran ataupun secara kelompok.
Hutan campuran sistem jalur merupakan pola yang sesuai untuk penutupan pada
lahan milik dan kawasan hutan yang penutupannya semak belukar. Penanaman secara
jalur dimaksudkan agar belukar yang ada tidak ditebang habis melainkan ditebang
secara jalur sehingga akan terdapat jalur tanaman dan jalur konservasi secara
berselang - seling.
Lebar jalur tergantung dari kondisi tanah, kemiringan lereng dan jenis tanaman.
Untuk menentukan berapa lebar jalur yang paling efektif perlu dilakukan penelitian dan
uji coba, melalui pembangunan plot coba (demplot Agroforestry).
Pada pola ini beberapa jenis pohon, jenis kayu-kayuan untuk pertukangan dan
jenis MPTS dapat ditanam secara bercampur disesuaikan dengan kondisi lapangan,
lebar tajuk dan kebutuhan akan cahaya dari masing-masing jenis yang dipilih. Pola ini
cukup baik untuk diterapkan pada penutupan semak belukar, dan atau alang-alang.
Beberapa pola yang dapat dikembangkan pada lahan alang-alang adalah sebagai
berikut:
1) Pola Hutan Tanaman Penghasil Kayu dan Buah. Pola ini sesuai dilaksanakan
pada areal alang-alang dan tanah kosong untuk meningkatkan
produktifitasnya dengan menanam tanaman MPTS yang bermanfaat bagi
penduduk.
2) Hutan Tanaman Kayu Pertukangan. Hutan tanaman kayu pertukangan
diarahkan pada areal semak belukar, alang-alang dan tanah kosong pada
kawasan hutan atau lahan milik. Jenis yang dikembangkan adalah jenis
kayu yang disenangi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kayu
pertukangan. Tanaman kayu-kayuan ditanam pada jalur tersendiri dan
tanaman MPTS ditanam pada jalur tersendiri pula, sehingga terbentuk
sabuk-sabuk yang mengikuti kontur.
Tabel 44. Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan
Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam
Luas Jumlah
Blok Penutupan Lahan Kecamatan (Ha) (Ha)
Kec. Baito 2.173.449 23.803.28
Hutan Lahan Kering
Primer Kec. Laeya 84.670
Kec. Wolasi 735.224
Kec. Abeli 439.969
Kec. Baito 1.977.261
Kec. Buke 834.286
Kec. Kolono 262.463
Kec. Konda 43.689
Hutan Lahan Kering Kec. Laeya 594.143
Sekunder Kec. Landono 1.578.213
Kec. Moramo 1.413.891
Kec. Moramo utara 2.316.851
Kec. Poasia 1.153.431
Kec. Ranomeeto 657.860
Kec. Wolasi 2.803.443
Hutan Mangrove
Primer Kec. Lainea 143.155
Kec. Kolono 325.881
Kec. Laeya 1.306.141
Hutan Mangrove Kec. Lainea 2.789.254
Sekunder Kec. Moramo utara 0.008
Kec. Palangga se 908.290
Kec. Tinanggea 824.364
Kec. Moramo 209.434
Hutan Sekunder
Kec. Laonti 218.714
Kec. Kolono 0.001
Tubuh Air
Blok Inti Kec. Laeya 0.647
Tahun 3
Tahun 3- 10
1. Pelaksanaan kegiatan teknis perlindungan hutan pada wilayah-wilayah yang
telah disebutkan.
Tahun 4
1. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan.
2. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan
hutan; dan atau mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.
Tahun 5
Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan 5 tahun pertama.
Tahun 6
Menegakan sanksi terhadap pelaku pelanggaran hokum di wilayah
perlindungan.
Tahun 10
Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan selama 10 tahun.
Untuk kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan, selain ada operasi yang
bersifat represif, harus ada kegiatan tindak lanjutnya berupa pemberkasan kasus
(penyidikan) oleh PPNS Kehutanan ataupun diperbantukan dari Polres maupun
Polda setempat, sehingga segala bentuk kegiatan illegal terhadap kawasan dapat
memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah masyarakat untuk melakukan
tindakan tersebut.
2. Pemadaman.
KPH sebagai unit pengelola berkewajiban dalam melindungi hasil hutan dari
kegiatan illegal logging dan illegal trade. Perlindungan hasil hutan dilaksanakan
untuk menghindari pemanfaatan hutan secara berlebihan dan atau tidak syah dan
dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan, pengawasan dan penertiban.
Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan
apabila telah memiliki izin dari pejabat yang berwewenang. Kegiatan pemanfaatan
hutan yang tergolong tidak memiliki izin adalah :
Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan diluar areal yang diberi
izin.
Anggaran
No Uraian Kegiatan Target (satuan)
(Rp)
1. Sarana dan Prasarana antara lain
• Pembangunan Pos Jaga 3 unit 3 unit pm
• Kendaraan roda 4 3 unit
• Pickup,
• Sepedamotor
• senjata api laras panjang,
• senjata api genggam
• HT
• Rig
• GPS
• Kompas
• Kamera saku,
• Tenda Regu,
• Peralatan masak
4. Koordinasi,
Evaluasi, Pengelolaan
Pembinaan dan Hutan Secara
Pengendalian Lestari sesuai
Fungsinya
Untuk mencapai visi misi KPH Harus didukung dengan kuantitas dan mutu
SDM serta kompetensi yang dibutuhkan. Berdasarkan Permendagri Nomor 61
tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Keja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan Peraturan Gubernur
Sulawesi Tenggara nomor42 tahun 2011 tentang Pembentukan organisasi dan Tata
kerja UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Sulawesi Tenggara dan
SK Gubernur nomor 329 tahun 2012, maka saat KPH memiliki struktur organisasi
dengan jumlah personil dan jabatan personil sebagai berikut :
No Jabatan Jumlah ( orang )
1 Kepala KPHP 1
2 KSBTU 1
3 Kasi P3 KH 1
( a ) Persyaratan Jabatan
No. Persyaratan Kepala Kepala Kepala Kepala Unit Staf Staf Polhut
KPH Seksi SBTU Pengelolaan Adm Resort
/Resort .
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pangkat/ Penata Tk Penata Penata Pengatur Tk - -
Gol/ I , Gol Muda Tk I, Muda Tk I I, Gol .II/b
Ruang III/d Gol.III/b ,Gol.III/b
2 Hsl Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Penilaian
Kinerja
(DP-3)
3 Tkt. S1/D-IV SKMA/SMK SLTA/ SKMA/SMK SLTA SLTA
Pendidikan Kehutana, Kehutanan D-III Kehutanan,
Formal S1 non D- D-
Kehutanan IIIKehutan IIIKehutanan,
berlatar an, D-III non
belakang D-III non Kehutanan
pendidikan Kehutanan dengan
Kehutanan dengan pengalaman
(SKMA/SM pengelama dibidang
K n dibidang Kehutanan
Kehutana, Kehutanan dua tahun
DIIIKehuta lima tahun
nan)
dengan
pengalama
n dibidang
kehutanan
lima tahun
1 2 3 4 5 6
Kemampuan berpikir V v V V V
Pengelolaan tugas V v V V V
Pengelolaan SDM V V V V V
1 2 3 4 5 6
Karakter personal V v V V V
Pengelolaan sarpras dan keuangan V v V V V
Pengelolaan program dan kegiatan V v V V
Pengelolaan para pihak V v V V
(komunikasi,negosiasi,konsultasi,fasilitasi,
pengelolaan konflik ,dll )
Pengelolaan usaha / bisnis V v V V
Penyelenggaraan tata hutan dan V v
penyusunan rencana pngelolaan hutan
a. Inventarisasi V V
b. Penataan Hutan V V
c. Penyusunan Pengaturan Hasil V V
d. Penyusunan Rencana V V
Pengelolaan Hutan
Penyelenggaraan Pemanfaatan Hutan V V V V
a. Pemanfaatan kawasan V V V V
b. Pemanfaatan Jaa Lingkungan V V V V
c. Pemanfaatan Hasil hutan kayu V V V V
d. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan V V V V
Kayu V v V v
e. Pemungutan Hasil Hutan Kayu
f. Pemungutan Hasil Hutan non
Kayu
Penyelenggaraan Penggunaan Kawasan V v V V
Hutan
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan V V V
Reklamasi Hutan
Penyelnggaraan Perlindungan Hutan dan V V V
konservasi alam
Pengelolaan informasi dan pengendalian V v V V
manajemen hutan
1 KKPH 1
2 KSBTU 1
3 Kasi P3KH 1
4 Kasi RPKH 1
5 KRPH ( 5 unit ) 1 1 1 1 1
Fungsional
6 Ka Unit Bisnis 1 1 1
7 Perencanaan 1 1
8 Polhut 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
9 Penataan dan 1
Penggunaan
kawasan hutan
10 Pemantauan 1
manfaat dan
guna hutan
11 Rehabilitasi dan 1 1
Reklamasi
12
Hutan
Pemantauan
RRL
13 Perlindungan 1
hutan dan
konservasi alam
14 Pemberdayaan 1
masyarakat
15 PEMETAAN/ 1 1 1
GIS
16 BENDAHARA 1 1
K. Penyediaan Pendanaan
4 Laporan pelaksanaan Fungsi ini menghasilkan laporan kegiatan fisik dan laporan
pengelolaan sumber daya keuangan dari proses pengelolaan sumber daya hutan
hutan yang menjamin akuntabilitas pengelolaan hutan dan
keuangan.
Pembuatan Perangkat
3 Sistem Infor masi Tersedianya
Teknologi Data Base system Informasi
KPHP Gularaya Teknologi pada
KPHP Gularaya
Pembuatan data base, Data dan
4. sinkronisasi data dan Laporan
Pelaporan
Pencapaian pengembangan data base KPHP Gularaya pada aspek system data
dan informasi akan dikembangkan sampai pada tingkat informasi dan data setiap
pohon meliputi jenis, spesies, tempat tumbuh dan perkembangan
pertumbuhanannya, serta mutasi dan neraca sumberdaya hutan.
Permasalahan pada wilayah kelola KPHP Gularaya dapat dikatakan belum ada
karena lembaga ini baru akan beroperasi setelah ada alokasi dan mobilisasi
Sesuai dengan ketentuan maka kegiatan ini dilakukan minimal 5 (lima) tahun
sekali dalam rangka penyusunn rencana pengelolaan dan peroleHan data terkini.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperoleh data update dan akurat pada masing-masing unit pengelolaan, blok
dan petak, Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang
dicapai.
P. Pengembangan investasi
KementerianKehutanan(Kemenhut),2010.Rencana ___________________
Kehutanan Tinkat Nasional Tahun 2010-2029. 2009a. kebijakan
Kementerian Kehutanan. Jakarta. Pembangunan Hutan
Tanaman rakyat. Direktorat
Bina Pembangunan
HutanTanaman.
Kementrian Kehutanan.
Jakarta.
Hawitt, sally. 2009. Discoure Analysis Shore,Crish dan Susan Wright. 1997.
and Public policy research. Centre For Policyfield of anthopology. Di
Rural Economy, Discussion Paper dalam:logy of Policy; Critical
series No. 24, 2009. New Castle Perspecive on Governan and power,
University. (Cris Shore dan Susan Wright
,eds). Routledge. London and New
York.