Anda di halaman 1dari 22

DAERAH EKOREGION KALIMANTAN

DISUSUN OLEH :
1. KEYSHE NUR CHOLISA (21060011)
2. YENI ANITA (21060019)
3. Debby Zahrizal (21060012)

DOSEN PEMBIMBING :
Abditama Srifitriani, S. Hut, M. Se

UNIVERSITAS PROF DR. HAZAIRIN,SH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2021/2022
Abstrak :
Berdasarkan UU No 32 tahun 2009 ini, ekoregion didefinisikan sebagai
suatu wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora,
dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan
integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
Kalimantan adalah sebuah pulau tropis yang kaya akan sumber daya alam
(SDA) antara lain sumber daya hutan beserta keaneka ragaman hayatinya,
minyak, gas, batubara, dan emas. Di Kalimantan juga ditemui potensi nikel,
antimonit, besi, pasir besi dan berbagai sumber daya mineral non logam dan non
migas lainnya. Melimpah ruahnya sumber daya Kalimantan sudah terkenal
sejak dahulu, sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor
untuk memanfaatkannya. Kekayaan SDA ini juga dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan di Indonesia serta menambah devisa negara
melalui ekspor hasil ekstraksi SDA tersebut ke pasar internasional.
Pemanfaatan SDA tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga
terjadi perubahan bentang alam yang sangat nyata. Perubahan bentang alam
tersebut membawa dampak terhadap kualitas lingkungan di Kalimantan.
Konversi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan secara besar-besaran,
perambahan hutan secara liar, penggalian batubara dan emas yang tidak
mengikuti aturan menyebabkan kerusakan dan pencemaran di sebagian besar
wilayah Kalimantan.

Kata kunci :
Daerah ekoregion Kalimantan, Ekoregion, Kalimantan.

Pendahuluan :
Pengetahuan tentang sifat atau karakter lingkungan hidup sangat penting
agar dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya alam menjadi proporsional,
berkelanjutan dan tidak membawa bencana. Ekoregion adalah suatu konsep
yang dikembangkan untuk memahami karakter lingkungan hidup, yang tidak
hanya menyangkut pemahaman dimensi litosfir, atmosfir, dan biosfir secara
parsial namun melihat menyeluruh dalam bentuk satu kesatuan sistem. Sebagai
contoh, keragaman pada litosfir (bentuk permukaan bumi) akan melahirkan sifat
atmosferik di atas lahan dan biosfirnya (dicirikan oleh keragaman ekosistem
dengan flora-fauna yang ada di dalamnya) yang beragam pula. Oleh karena itu,
ekoregion menjadi alat yang penting untuk pembangunan, terutama untuk
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, karena informasinya sangat
membantu untuk memahami sifat dan karakter suatu daerah. Selain itu, hasil
kajian ekoregion sangat berguna pula untuk membantu menghasilkan informasi
lain yang diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan skala yang dibutuhkan.
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, ekoregion didefinisikan
sebagai wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora,
dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan
integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
satuan ekoregion memiliki karakter yang spesifik, sehingga dalam pengelolaan
lingkungan hidup satuan ini bisa menjadi acuan dan alat dalam pengelolaan.
Dengan demikian pemanfaaatnnya bisa sesuai dengan daya dukung atau daya
tampungnya dan tujuan kelestarian lingkungan hidup diharapkan dapat dicapai.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa membangun peta ekoregion di setiap
daerah menjadi suatu keniscayaan, karena hasilnya dapat digunakan untuk
mendukung rencana-rencana pembangunan. Sebelum diterapkan rencana-
rencana tersebut dapat dikontrol terlebih dahulu melalui pemahaman sifat dan
karakter lingkungan hidup (satuan ekoregion, daya dukung, daya tampung, dan
lainlainnya), sehingga pembangunan dapat menciptakan kondisi lingkungan
yang stabil, nyaman, dan cukup untuk mendukung keperluan hajat hidup
masyarakat secara lestari.
Teluk Balikpapan merupakan kawasan perairan yang tersusun dari
beberapa tipe ekosistem seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.
Beragamnya tipe ekosistem yang berada di Kawasan ini menyebabkan Teluk
Balikpapan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan berperan penting
dalam menunjang kehidupan satwa khas Kalimantan. Tidak hanya bagi flora
dan fauna, Teluk Balikpapan juga memiliki fungsi vital dan nilai ekonomi yang
cukup tinggi bagi masyarakat sekitar karena merupakan daerah tangkapan ikan
yang potensial, Walaupun Teluk Balikpapan menyimpan potensi
keanekaragaman hayati yang tinggi serta menunjang perekonomian masyarakat
sekitar, kelestarian kawasan tersebut di masa mendatang semakin terancam.
Faktor manusia merupakan penyebab dominan rusaknya ekosistem Teluk
Balikpapan. Sebagai contoh, perilaku sebagian anggota masyarakat yang tidak
bertanggung jawab seperti penebangan kayu mangrove untuk bahan baku arang
dan pembukaan tambak telah menyebabkan tutupan mangrove di sebagian
wilayah Teluk Balikpapan menjadi berkurang (Tahir et al., 2002).
Kedudukan Teluk Balikpapan sebagai jalur transportasi bagi beberapa
industri penting di Kalimantan Timur, seperti batu bara, kayu bulat, dan minyak
bumi, juga turut mengancam kelestarian ekosistem (Hendriyani, 2013).
Dikhawatirkan pembangunan industri berikut infrastruktur pendukungnya yang
tidak ramah lingkungan di Teluk Balikpapan dapat berdampak pada penurunan
keanekaragaman flora dan fauna.

Metode :
Teori reasoned action (TRA) Berdasarkan teori tersebut, terdapat dua tahapan
untuk memahami perilaku manusia. Pertama, manusia cenderung akan
berperilaku jika memiliki kepentingan atau maksud. Kedua, keinginan atau
maksud manusia ditentukan oleh sikap yang mampu menggerakkan individu
untuk berperilaku positif maupun negatif. Secara sederhana, dapat dikatakan
individu akan menunjukkan sikap dan tindakan yang positif terhadap sesuatu,
seperti ekowisata, jika ekowisata tersebut dipandang mampu memberikan
manfaat bagi dirinya.

Pembahasan :
A. Karakteristik Bentang Alam
Bentang alam daratan Pulau Kalimantan memiliki bentuk geomorfologi
yang sangat bervariasi. Di sini terdapat pegunungan dan perbukitan yang
termasyur sejak zaman kolonial seperti Pegunungan Meratus, Pegunungan
Schwaner, Pegunungan Muller dan Pegunungan Iban. Di pegunungan-
pegunungan inilah titik-titik tertinggi di Kalimantan, Indonesia berada.
Pegunungan-pegunungan itu pula yang menjadi hulu dari hampir semua sungai-
sungai besar di Kalimantan sehingga disebut sebagai jantungnya Kalimantan
dan dikenal sebagai Heart of Borneo. Di bagian bawah pegunungan-
pegunungan tersebut terbentang dataran rendah yang sangat luas dengan
berbagai macam karakteristik. Yang paling terkenal tentu saja dataran gambut,
yang kini menjadi fokus perbincangan lantaran kerap mengalami kebakaran
hutan yang menyebabkan bencana kabut asap di seantero Kalimantan. Selain
itu, di Kalimantan juga terdapat dataran rawa air tawar yang luas. Sungai-sungai
besar Kalimantan memainkan peran yang besar dalam membentuk dataran
semacam ini karena rawa air tawar dikenal sebagai “dataran banjir” dari sungai-
sungai tersebut. Rawa-rawa Mahakam Tengah menimbulkan ekosistem-
ekosistem buatan seperti perkotaan, hutan tanaman, persawahan dan perkebunan
besar. Munculnya ekosistem buatan semacam itu bisa dikatakan berskala
bentang alam/lansekap karena mencakup areal yang luas.
Ekosistem buatan seperti perkotaan berkembang seiring dengan pesatnya
pembangunan di pulau ini. Kota-kota besar seperti Banjarmasin, Samarinda,
Pontianak, Palangkaraya dan Balikpapan berkembang ke arah kota
metropolitan. Sementara, kota-kota sedang dan kecil juga tidak ketinggalan
untuk membangun dirinya menjadi kota yang lebih besar dan maju.
Pembangunan yang pesat dikota-kota Kalimantan ini memiliki dua sisi mata
uang; satu sisi adalah kemajuan yang memberikan kemudahan, kenyamanan dan
suplai kebutuhan, sedangkan di sisi lainnya adalah dampak negatif kehidupan
perkotaan seperti kekumuhan, kemiskinan, masalah sampah dan berbagai
masalah sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan pangannya, penduduk Kalimantan merubah
beberapa ekosistem alami menjadi lahan-lahan persawahan. Persawahan dalam
skala yang luas terdapat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Sawah-
sawah tersebut umumnya berasal dari lahan-lahan yang sebelumnya adalah
ekosistem rawa air tawar, rawa pasang surut dan rawa gambut. Untuk tujuan
komersial, di Kalimantan juga dibangun perkebunan kelapa sawit yang luas.
Kalimantan Tengah adalah provinsi dengan luasan perkebunan kelapa sawit
terbesar di Kalimantan. Kebun-kebun kelapa sawit itu berasal dari berbagai
macam tipe ekosistem alami: ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan
gambut, hutan kerangas, hutan rawa air tawar dan areal-areal terdegradasi dari
ekosistem-ekosistem tersebut.
Satu lagi bentuk ekosistem buatan berskala besar di Kalimantan adalah
hutan tanaman. Hutan tanaman adalah hasil perubahan ekosistem hutan alami
Kalimantan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi menjadi ekosistem
hutan monokultur dengan
keanekaragaman hayati rendah.

B. Daerah Aliran Sungai


DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Daerah aliran sungai (DAS) memiliki beragam definisi, masing-masing
ditinjau dari disiplin keilmuan yang bersangkutan. Daerah Aliran Sungai,
disingkat DAS, adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
Berdasarkan pengertian dari definisi tersebut maka DAS merupakan suatu
wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen topografi, batuan,
tanah,vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada
pada, di bawah, dan di atas tanah. DAS juga merupakan suatu kesatuan antara
sumberdaya air dan sumberdaya lahan yang dapat saling mempengaruhi.
Pemanfaatan sumberdaya lahan di dalam DAS akan mempengaruhi keadaan
sumberdaya perairan, demikian pula sebaliknya. Antar DAS, baik secara
alamiah maupun buatan saling berhubungan. Sedangkan secara individual DAS
dinyatakan sebagai suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara
alamiah tempat air hujan jatuh, meresap dan atau mengalir dari permukaan
tanah ke sungai dan anak-anak sungainya dari hulu hingga ke muara. Setiap
DAS cenderung memperluas diri baik dengan jalan erosi vertikal dan atau
horisontal di daerah hulu, maupun dengan jalan pengendapan di daerah hilir,
termasuk pembentukan kelokan (meander) di dataran pantai dan pembentukan
delta di mulut muara.
Geomorfologi yang bersifat sangat dinamik, dibentuk oleh proses fluviatil
dan memperoleh corak dan cirinya yang merupakan paduan dua tipe proses
yang saling bertentangan, yaitu degradasi di hulu dan agradasi di hilir. Salah
satu hasil penting morfogenesis semacam ini adalah pembentukan bentang
tanah (soil scape) atau pola distribusi tanah yang khas pada setiap DAS. Sifat
DAS yang memperluas diri dengan jalan erosi pada akhirnya akan
menyebabkan sedimentasi, air mengalir dengan membawa tanah dan unsur hara
yang terdapat di permukaan. Semakin besar debit air yang mengalir di
permukaan akan semakin besar pula tingkat erosi dan sedimentasi.
Jumlah DAS prioritas I (kritis) di Indonesia terus bertambah sejak 30 tahun
yang lalu, dari 22 DAS tahun 1970 menjadi 36 DAS tahun 1980-an dan sejak
tahun 1999 menjadi 60 DAS. Peningkatan jumlah DAS prioritas I tersebut
menunjukkan bahwa pengelolaan DAS selama ini belum tepat sasaran. Dalam
kaitan itu, sebagaimana Kesepatan Bersama antara Menteri Kehutanan dengan
Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertanian pada tahun 2007 tentang
Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis untuk Konservasi Sumber Daya
Lahan dan Air, bahwa sasaran lokasi pelaksanaan rehabilitasi DAS Kritis di
Indonesia sebanyak 60 DAS Kritis, 4 di antaranya di Kalimantan, yaitu :

I. DAS Kapuas (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah),


II. DAS Sambas (Kalimantan Barat),
III. DAS Barito (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah), serta
IV. DAS Mahakam (Kalimantan Timur).

Dan, menurut Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2009 tentang


Penetapan Daerah Aliran sungai (DAS) Prioritas Dalam Rangka Rencana
pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun , sebanyak 108 DAS ditetapkan
sebagai DAS Prioritas, di antaranya yang terdapat di Kalimantan adalah DAS-
DAS:

I. Kapuas
II. Sambas
III. Kapuas (Barito)
IV. Mentaya
V. Kahayan
VI. Barito (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah)
VII. Batu Licin
VIII. Mahakam. 

Tingkat kekritisan suatu DAS/Wilayah Sungai ditunjukkan oleh


menurunnya penutupan vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga
menurunkan kemampuan DAS/Wilayah Sungai dalam menyimpan air yang
berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah
longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kondisi
DAS Kalimantan, Kalimantan memiliki sungai yang banyak dan bahkan
dijuluki sebagai pulau seribu sungai. Kondisi ini didukung dengan keberadaan
hutan yang lebat. Namun, wilayah hutannya kini semakin berkurang akibat
maraknya aksi penebangan pohon dan konversi hutan. Secara administrasi
wilayah Kalimantan meliputi 4 Provinsi yaitu; Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dengan 38 DAS/Sub DAS
dan 14 Sistem Wilayah Sungai (SWS) Kalimantan. 

C. Iklim
Palangkaraya dan Balikpapan
Dari kajian klimatologis yang mengacu pada data curah hujan BMKG selama
30 tahun (1980-2010), wilayah Palangkaraya yaang berada pada 2,26 LS dan
113,9 BT  memiliki curah hujan dalam rentang normal yakni 1001-1500
mm/6bulan. Sedangkan untuk Balikpapan yang berada di 6,17 LU; 106,82 BT,
curah hujannya justru di atas normal yakni >2000 mm/6bulan.

Dari analisa pola hujan, Palangkaraya dan Balikpapan memiliki pola hujan
monsunal dengan puncak hujan terjadi pada bulan NDJ (November-Desember-
Januari)  ~300 mm untuk Palangkaraya dan DJ (Desember-Januari) ~220 mm
untuk Balikpapan. Adapun hujan minimum terjadi di bulan Agustus ~100 mm
baik di Palangkaraya dan Balikpapan. Di bulan Maret, Palangkaraya memiliki
kondisi curah hujan sangat banyak yaitu ~450 mm sedangkan Balikpapan lebih
rendah yaitu ~300 mm.
D. Flora dan Fauna
Fauna
Kalimantan memiliki 222 jenis mamalia. Hampir sebagian besar mamalia
di Kalimantan terdiri atas kelompok kelelawar dan tikus. Kalimantan memiliki
jenis mamalia endemik sebanyak 44 jenis. Hal ini menunjukkan nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan Sumatera yang hanya memiliki 23 spesies endemik.
Kalimantan memiliki 13 jenis primata dan 10 jenis tikus pohon yang dalam
hal ini lebih besar dari daratan Asia atau wilayah di sekitarnya. Beberapa jenis
mamalia yang spesifik Kalimantan adalah gajah kerdil Borneo, Kijang emas,
orangutan, bekantan, owa Kalimantan, kucing hutan, macan dahan, surili,
kukang Kalimantan dan beruang madu. Serta 44 jenis mamalia liar, separuh dari
mamalia yang tercatat adalah hewan yang dilindungi dan 9 jenis diantaranya
adalah mamalia endemik Kalimantan.
Beberapa jenis mamalia yang dapat disoroti selama pelaksanaan ekspedisi
adalah:
1. Elephas maximus borneensis (gajah kerdil Kalimantan)

Tim ekspedisi di wilayah Nunukan, Kalimantan Timur berhasil mencatat


keberadaan gajah asli Kalimantan ini pada bulan Mei 2012. Ukurannya yang
tidak begitu besar dibandingkan dengan gajah Asia pada umumnya merupakan
karakter yang khas dari binatang menyusui berukuran besar ini. Gajah tersebut
terlihat pada saat tim penjelajah melintasi hutan di Kampung Tau, Kecamatan
Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.
2. Dugong dugon (Dugong)

Seperti halnya pada saat mengetahui keberadaan gajah kerdil, dugong atau lebih
dikenal dengan duyung ini dijumpai pada saat tim ekspedisi melintasi jalur
penjelajahan perairan di wilayah Sambas, Kalimantan Barat. Tim peneliti sangat
beruntung dapat menjumpai fauna langka yang dilindungi ini.
3.Neofelis nebulosa (Macan dahan)
Keberadaan kucing berukuran besar ini diketahui di wilayah Kalimantan
Selatan dan Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di Kalimantan Selatan, keberadaan
macan dahan ini dilaporkan oleh warga Kampung Juhu di Pegunungan Meratus.
Kondisi hewan tersebut sudah mati namun sempat diambil fotonya sebagai
bukti. Namun demikian tim ahli tidak berhasil mendapatkan spesimen karena
menurut pengakuan warga, hewan tersebut sudah dikonsumsi. Lain halnya di
Kutai Barat, Kalimantan Timur, spesimen yang diperoleh berupa kulit macan
dahan yang sudah disamak.
4.Prionailurus bengalensis (kucing hutan)

Berdasarkan sebarannya kucing ini terdapat di sebagian besar wilayah Asia.


Namun demikian, bentuk morfologinya yang unik menyebabkan kucing
tersebut menjadi perhatian tersendiri. Tim peneliti di Sanggau, Kalimantan
Barat menemu kan 2 ekor anak kucing hutan yang dipelihara oleh penduduk.
5.Nycticebus menangensis (kukang Kalimantan)
Kukang endemik Kalimantan saat ini populasinya terus menurun akibat
perburuan. Kukang dicirikan dengan mata yang besar, rambut pada bagian
wajah dengan corak yang khas dan gerakan yang lambat. Hewan ini banyak
ditangkap dan diperdagangkan. Pada saat pelaksanaan ekspedisi, tim menemu
kan seekor kukang yang dipelihara oleh penduduk lokal.
6.Hylobates muelleri (owa Kalimantan)

Seperti halnya kukang, owa endemik Kalimantan ini juga ditemukan berada
dalam pemeliharaan penduduk lokal. Owa ini memiliki rambut tubuh berwarna
abu-abu. Lengannya yang panjang menunjukkan bahwa hewan ini adalah hewan
arboreal yang perlu pepohonan untuk beraktivitas. Namun demikian. beberapa
ekor diketahui ditangkap untuk dipelihara. Biasanya hewan yang dipelihara oleh
warga diperoleh pada saat hewan tersebut masih kecil.

7. Tarsius bancanus (singapuar atau kera hantu)


Tarsius biasanya identik dengan wilayah Sulawesi, namun pada pelaksanaan
Ekpsedisi Khatulistiwa 2012 ditemukan keberadaan Tarsius bancanus di
wilayah Malinau, Kalimantan Timur (sekarang masuk wilayah Propinsi
Kalimantan Utara). Tarsius bancanus memiliki sebaran di seluruh Kalimantan
dan Sumatera bagian selatan. Tarsius memiliki ukuran tubuh yang kecil, mata
cukup besar, ekor panjang dan kaki belakang yang panjang. Mereka beraktivitas
di pepohonan dan bersifat nokturnal (aktif di malam hari).
Flora di Kalimantan
E. Sosial Budaya
Sebagai kota yang didiami berbagai suku bangsa, serta merupakan pusat
kegiatan pemerintahan, aktifitas eknomi serta sosial budaya, kota Pontianak
memiliki keragaman budaya dan adat istiadat yang tetap terjaga
kelangsungannya. Hal tersebut dapat tercermin dari berbagai kegiatan budaya
yang dilakukan masyarakatnya dan kemudian dikemas sedemikain buka
menjadi pagelaran budaya yang diadakan secara berkala di Kota Pontianak,
diantaranya sebagai berikut :

a. Peristiwa Seni dan Budaya yang setiap tahun diadakan di Kota Pontianak
beriring dengan Hari Ulang Tahun Pemerintah Kota Pontianak jatuh pada
tanggal 23 Oktober kemudian Hari Ulang Tahun Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat. Pada acara/event ini ditampilkan tari-tarian, permainan
rakyat, kerajinan rakyat yang berkembang di daerah Kalimantan Barat.
Event-event tersebut diatas merupakan rangkaian peristiwa yang menjadi
daya tarik wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara untuk
berkunjung ke Kota Pontianak.
b. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa : Diselenggarakan setiap 2 (dua)
tahun. Festival ini dipusatkan di Kota Pontianak dengan mengundang
daerah-daerah lain di Pulau Kalimantan serta daerah-daerah di Pulau
Sumatera diselenggarakan pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 25
Maret pada tahun penyelenggaraannya. Dan pada festival ini
dirangkaikan dengan peristiwa alam yang tejadi di Kota Pontianak yaitu
kulminasi matahari.
c. Gawai Dayak : Diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 20 Mei sampai
dengan tanggal 25 Mei. Event ini diselenggarakan untuk menumbuh
kembangkan budaya suku Dayak yang masih berkembang seperti budaya
seni, budaya sosial sebagai penduduk asli Kalimantan Barat.
d. Naik Dango : Naik Dango merupakan acara adat yang diselenggarakan
oleh masyarakat etnis Dayak yang biasa diselenggarakan pada Rumah
Betang.
e. Meriam Karbit/Keriang Bandong: Festival Meriam Karbit biasanya
diselenggarakan pada bulan Puasa (Ramadhan) menjelang Hari Raya
Lebaran (Idul Fitri) dimana masyarakat yang berada di sisi Sungai
Kapuas saling berhadapan dan membunyikan meriam karbit yang saling
bersahutan. Perayaan ini diselenggarakan oleh masyarakat dengan
memasang lampu minyak tanah dan lampu berwarna warni sehingga
kelihatan menarik.
f. Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa yang terjadi 2 kali dalam
setahun yaitu bulan Maret dan September.

Selain kegiatan budaya, Kota Pontianak juga memiliki Kawasan/Benda Cagar


Budaya yang telah ditetapkan sebagai berikut :
1. Keraton Kadriah Pontianak di Kelurahan Dalam Bugis
2. Masjid Jami’ Sultan Sy. Abdurrachman di Kelurahan Dalam Bugis
3. Makam Kesultanan Pontianak di Kelurahan Batulayang
4. Tugu Khatulistiwa di kelurahan Batulayang
5. Sekolah Dasar Negeri 14 Pontianak di Kelurahan Tengah
6. Vihara Bodhisatva di Kelurahan Darat Sekip
7. Kantor Pos di Kelurahan Tengah
8. Lapangan Keboen Sajoek di Kelurahan Darat Sekip
9. Sumur Bor di Kelurahan Sungai Bangkong
10. Pelabuhan Seng Hie di Kelurahan Benua Melayu Laut
11. Kantor Bappeda Kota Pontiaak di Kelurahan Tengah.

F. Ekonomi

Beberapa kegiatan ekonomi di kalimantan sebagai berikut :


1. Batubara
Batubara merupakan hasil tambang yang terbesar di Pulau Kalimantan.
Beberapa daerah penghasil batubara di Kalimantan yaitu Kabupaten Kutai
Timur di Provinsi Kaltim. Selain di Kalimantan Timur, tambang batubara juga
terdapat di Provinsi lainnya seperti di Kalteng, Kalsel dan Kalbar.

2. Minyak Bumi
Selain batubara, Pulau Kalimantan juga merupakan penghasil minyak bumi,
bahkan terbesar kedua di Indonesia setelah Riau. Lokasi tambang minyak bumi
di Kalimantan sebagian besar terdapat di lepas pantai. Beberapa daerah
penghasil minyak bumi di kalimantan yaitu Pulau Bunyu, Balikpapan, Kutai
dan Pulau Tarakan.

3. Bauksit
Bauksit adalah biji aluminium. Salah satu daerah penghasil bauksit di Pulau
Kalimantan yaitu Singkawang (Kalimantan Barat).

4. Emas
Penghasil emas terbesar di Indonesia adalah di Freeport (Papua). Namun di
pulau kalimantan juga terdapat beberapa tambang emas. Salah satu daerah
penghasil emas di kalimantan yaitu Sambas (Kalimantan Barat).

5. Besi
Daerah penghasil besi di Pulau Kalimantan adalah Pulau Sebuku di Kalimantan
Selatan. Namun hasil tambang besi tidak sebesar batubara. 

6. Kayu Hutan
Salah satu SDA hayati di Pulau Kalimantan adalah kayu. Kalimantan
merupakan penghasil kayu hutan terbesar di Indonesia. Terdapat banyak hutan
produksi di pedalaman kalimantan. Bahkan kualitas kayu yang dihasilkan tidak
kalah dibandingkan dengan hasil kayu di Sumatera dan Jawa. Beberapa jenis
kayu yang dihasilkan seperti kayu ulin, jati, meranti, kapur, kruwing, dan
bengkriang. 

7. Rotan
Pusatnya industri rotan di Kalimantan yaitu di Kalteng. Beberapa daerah
pengolahannya seperti di Kab. Kotawaringin, Kab. Katingan dan Kota
Palangkaraya. Beberapa kerajinan tangan yang dihasilkan dengan menggunakan
bahan rotan yakni seperti tas, topi, tikar, sajadah, kursi bahkan tempat untuk
menaruh bunga.
G. Kelembagaan Masyarakat
Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah
satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.sebagai contoh di
daerah kalimantan yaitu lembaga adatnya
 Lembaga adat adalah lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja
dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam
sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan
wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta
berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai
permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat
dan hukum adat yang berlaku (Peraturan Menteri Dalam Negeri, 2007).
sejarah singkat Kabupaten Kapuas, adanya kekuasaan Belanda di
Kalimantan daerah Kapuas sedikit dimekarkan dengan membentuk onderdistrik
baru yaitu onderdistrik Kapuas Hilir beribukota Kuala Kapuas, onderdistrik
Kapuas  Barat  beribukota  Mandomai,  onderdistrik Kapuas Tengah beribukota
Pujon, onderdistrik Kahayan Tengah beribukota Pulang Pisau dan onderdistrik
Kahayan Hulu beribukota Tewah. Pada akhir tahun 1946 tepatnya tanggal 27
Desember 1946 di Banjarmasin terbentuk Dewan Daerah Dayak Besar yaitu 
suatu  badan  pemerintah daerah yang meliputi Apdeling Kapuas Barito (tidak
termasuk lands-chap Kotawaringin).
Lembaga etnis dapat menjadi lembaga yang mengutamakan prinsip
tradisional yang masih sangat relevan dengan konteks sekarang ini. Prinsip
tersebut seperti budaya musyawarah yang digunakan dalam mengambil
keputusan bersama dan membangun opini publik. Lembaga ini pun memiliki
sistem koordinasi dan informasi yang berjenjang. Dengan demikian, proses
musyawarah didasarkan pada prinsip tradisional sebagai suatu ruang publik
yang terdapat dalam lembaga-lembaga adat dan masyarakat adat Dayak
khususnya di Kalimantan Tengah.Lembaga etnis tsb seperti DAD (dewan adat
dayak) dan MADN (majelis adat dayak nasional).Dua lembaga etnis terbesar
dikalimantan,dan memiliki pengaruh terhadap pemerintah dan
masyarakat.khususnya masyarakat dayak.
DAD3 adalah lembaga yang mengutamakan prinsip tradisional yang masih
sangat relevan dengan konteks saat ini.prinsip tsb antara lain budaya
musyawarah yang digunakan dalam mengambil keputusan bersama dan
membangun opini publik. Musyawarah pada masyarakat dayak seringkali
dilaksanakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam
masyarakat,mulai dari konflik,perbaikan, dan lain sebagainya.

H. Hasil Inventarisasi Lingkungan Hidup


Inventarisasi Lingkungan Hidup adalah kegiatan klasifikasi, pengumpulan
dan analisis data dan informasi lingkungan hidup yang disajikan dalam bentuk
geospasial dan nongeospasial.
Dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung jasa
ekosistem dalam peren-canaan infrastruktur Pulau Kalimantan, Kementerian
PUPERA menjadi salah satu pelopor dalam praktek pembangunan infrastruktur
berkelanjutan. Infrastuktur, betapapun pentingnya bagi pembangunan ekonomi
rakyat dan negara, tetap memiliki dampak dan risiko yang berpotensi
merugikan.
Dampak dan risiko inilah yang sudah seharusnya diperhitungkan dalam
membangun infrastruktur di Kalimantan agar keberadaannya memberikan
manfaat yang optimal bagi masyarakat dan pembangunannya tidak sia-sia.
Apresiasi yang tinggi patut diberikan kepada Kementerian PUPERA yang sudah
memperhatikan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam
praktek-praktek perencanaan pembangunan, khususnya infrastruktur. Kita
berharap, jika perencanaannya sudah berorientasi pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, maka dalam studi kelayakan pembangunan
infrastruktur, dampak dan risikonya benar-benar diperhitungkan, kemudian
disainnya disesuaikan untuk mencegah dan meminimalisiasi dampak dan risiko
tersebut dan pada akhirnya dalam praktek pembangunan dan pengelolaan
infrastrukturnya dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Mudah-mudahan Kementerian PUPERA menjadi trend setter dalam
pembangunan perencanaan pembangunan berkelanjutan berbasis daya dukung
dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup di negeri ini, dan
jejaknya akan diikuti oleh para pemangku kepentingan lain di pusat maupun
daerah.

Simpulan :
Kalimantan adalah sebuah pulau tropis yang kaya akan sumber daya alam
(SDA) antara lain sumber daya hutan beserta keaneka ragaman hayatinya,
minyak, gas, batubara, dan emas. Di Kalimantan juga ditemui potensi nikel,
antimonit, besi, pasir besi dan berbagai sumber daya mineral non logam dan non
migas lainnya. Melimpah ruahnya sumber daya Kalimantan sudah terkenal
sejak dahulu, sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor
untuk memanfaatkannya. Kekayaan SDA ini juga dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan di Indonesia serta menambah devisa negara
melalui ekspor hasil ekstraksi SDA tersebut ke pasar internasional.
Berdasarkan UU No 32 tahun 2009 ini, ekoregion didefinisikan sebagai
suatu wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora,
dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan
integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
Yang terbagi menjadi :
a. karakteristik bentang alam
b. daerah aliran sungai
c. iklim
d. flora dan fauna
e. sosial budaya
f. ekonomi
g. kelembagaan masyarakat
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Daftar pustaka
Surya Sudjarwadi Yohanes, 2019. "Deskripsi Peta Ekoregion Kalimantan Skala 1"
https://docplayer.info/110997886-Deskripsi-peta-ekoregion-kalimantan-skala-1.html . [ 2022 ]

Sayektiningsih Tri , 2019 . PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG DAMPAK EKOWISATA DAN


IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TELUK BALIKPAPAN,
KALIMANTAN TIMUR
https://pdfs.semanticscholar.org/8098/0abe5d01bb9bec4b5011918db0c7937fa42b.pdf . [ 2022 ]

Admin, 2018. DAS di Wilayah Kalimantan. https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2018/05/11/das-


di-wilayah-kalimantan/ . [2022]

Yamani Avivah, 2015. Karakteristik Iklim di Palangkaraya, Balikpapan, Belitung, Ternate .


https://gerhana.langitselatan.com/karakteristik-iklim-di-palangkaraya-balikpapan-belitung-
ternate/ . [2022]

Eprilurahman Yudha, 2012. flora dan fauna kalimantan ekspedisi katulistiwa.


https://repository.ugm.ac.id/91917/1/Eprilurahman%20%26%20Yudha.
%202012.%20Keanekaragaman%20Mammalia%20di%20Kalimantan.%20In%20Flora
%20%26%20Fauna%20Kalimantan.%20Fakultas%20Biologi%20UGM..pdf . [2022]

01 Mei 2022. SOSIAL BUDAYA. https://bappeda.pontianakkota.go.id/page/sosial-budaya .


[2022]

R. Masykur Rudi. 2020. Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Tertinggi di Kalimantan, Didominasi


Pertambangan. https://apindokaltim.com/2020/07/07/pertumbuhan-ekonomi-kaltim-tertinggi-di-
kalimantan-didominasi-pertambangan/ . [2022]
Yusfi Noor Ivan, 2016. Info Brief – Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan di
Kalimantan : Pemanfaatan Informasi Daya Dukung Daya Tampung Ekoregion Kalimantan.
https://p3ekalimantan.menlhk.go.id/2016/10/19/info-brief-perencanaan-pembangunan-
infrastruktur-berkelanjutan-di-kalimantan-pemanfaatan-informasi-daya-dukung-daya-tampung-
ekoregion-kalimantan/ . [2022]

Sony tri bangun L. 2016. Daya dukung dan daya tampung sumberdaya alam dan lingkungan
hidup ekoregion kalimantan berbasis jasa ekosistem
http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/images/docs/daya_dukung_dan_daya_dukung_ekoregi
on_kalimantan.pdf . [2022]

Anda mungkin juga menyukai