Anda di halaman 1dari 8

TERMS OF REFERENCE

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERLINDUNGAN DAN PENYELAMATAN HUTAN DI LUAR KAWASAN HUTAN

KLHK-UNDP-GEF Project
“Strengthening Forest Areas Planning and Management in Kalimantan”

Sangatta, 05 Oktober 2021

I. BACKGROUND

“UNDP is the UN's global development network, an organization advocating for change and connecting countries
to knowledge, experience and resources to help people build a better life. We are on the ground in about 170
countries and territories, including Indonesia, working to eradicate poverty while protecting the planet. UNDP
supports implementation of the Sustainable Development Goals (SDGs). In Indonesia, UNDP works with the
Government to integrate SDGs into national plans and policies.”

Pemerintah Indonesia dan UNDP bekerjasama menjalankan proyek berjudul “Penguatan Perencanaan dan
Pengelolaan Kawasan Hutan di Kalimantan”. Proyek ini dirancang untuk mengembangkan dan menerapkan
berbagai pendekatan untuk meningkatkan perlindungan areal berhutan di luar kawasan hutan (atau berada di
Areal Penggunaan Lain - APL). Dengan demikian, proyek ini berfokus pada penciptaan alokasi lahan yang lebih
efektif dan pengelolaan kawasan berhutan di APL dengan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem yang tinggi
dalam konteks pengembangan perkebunan potensial di Kalimantan. Kepentingan yang seringkali dihadapi di
tingkat tapak adalah target peningkatan produksi minyak sawit negara, target pertumbuhan dan lapangan kerja.
Ini perlu direkonsiliasi dengan komitmen di tingkat nasional dan internasional terutama upaya untuk mengurangi
laju deforestasi, kebakaran hutan dan emisi GRK terkait serta hilangnya keanekaragaman hayati. Intervensi
proyek akan difokuskan pada tiga provinsi percontohan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur. Tim proyek telah mengidentifikasi bahwa ada lebih dari 2,36 juta ha lahan berhutan saat ini di dalam APL
dan HPK di tiga provinsi. Diperkirakan bahwa hingga 70% dari lahan tersebut ditemukan di dalam kawasan Heart
of Borneo yang kritis secara biologis dan bahwa 15-20% dari kawasan ini ditemukan di tanah gambut yang rapuh
secara ekologis dan rawan kebakaran. Kawasan berhutan ini—terkadang terfragmentasi dan sebagian
terdegradasi, namun juga dalam banyak kasus memainkan peran penting terkait dengan konservasi
keanekaragaman hayati, konektivitas ekologis, penyerapan karbon, dan jasa ekosistem lainnya—merupakan
'zona kepentingan konservasi' proyek yang luas. Saat ini, data dan informasi mengenai luas lahan yang
ditentukan di atas keduanya terbatas cakupannya, misalnya sehubungan dengan lokasi hutan bernilai konservasi
tinggi (HCV) atau tanah gambut. Wilayah-wilayah seperti ini jarang dinilai secara holistik, terutama pada wilayah
geografis tertentu yang strategis, dalam menjaga konektivitas dan ketahanan di tingkat lanskap. Sebaliknya,
kesejahteraan sosial yang lebih banyak berperan, dan menyebabkan luasan areal berhutan berkurang karena
pengambilan keputusan publik dan sektor swasta. Pengurangan tutupan hutan seringkali terjadi di area kritis
dan, secara kolektif, meningkatkan fragmentasi dan menurunkan kemampuan lingkungan untuk bertahan.

Proyek terbagi menjadi 4 komponen yang terdiri dari dua atau tiga output:

i) Komponen 1: Pengarusutamaan jasa ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati ke dalam kebijakan,
keputusan, dan tindakan pengelolaan di tingkat nasional, provinsi dan Kabupaten.
ii) Komponent 2: Penguatan dan perluasan penerapan praktik terbaik di sektor tanaman perkebunan dalam
menjaga keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem di empat lanskap sasaran di Kalimantan;
iii) Komponent 3: Penciptaan sistem insentif untuk menjaga areal hutan, termasuk keanekaragaman hayati dan
jasa ekosistem;
iv) Komponent 4: Pengelolaan Pengetahuan dan Monitoring-Evaluasi.

Praktik konkret yang dirancang untuk mempertimbangkan dan memperhitungkan keanekaragaman hayati dan
jasa ekosistem akan diarusutamakan ke dalam kebijakan di tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten.
Sedangkan praktik perencanaan dan pengelolaan kawasan berhutan akan dirancang untuk mempertimbangkan
alokasi lahan berhutan tetap terlindungi dalam penentuan alokasi lahan untuk perkebunan/komoditas strategis.
Praktik-praktik ini akan dilembagakan melalui sistem klasifikasi hutan yang lebih baik, proses perencanaan tata
guna lahan, dan penguatan mandat dan kapasitas sektor kehutanan untuk memastikan pergeseran dari kegiatan
perkebunan/komoditas yang merusak keanekaragaman hayati ke lokasi yang optimal dengan praktik
pengelolaan yang jauh lebih baik. Melalui peningkatan kapasitas sistemik dan kelembagaan, serta demonstrasi
di tingkat lanskap, proyek ini akan secara signifikan mengurangi ancaman konversi dari perkebunan/komoditas
di area seluas setidaknya 418.419 ha, dengan efek aliran dalam hal pemilihan lokasi lahan yang lebih baik untuk
pembangunan sektor pertanian seluas 2,36 juta hektar di provinsi Kalimantan Timur, Barat dan Tengah. Hal ini
akan menghasilkan peningkatan pengamanan kawasan ekosistem kritis dan perlindungan keanekaragaman
hayati dalam skala yang signifikan secara global.

Ada kebutuhan yang jelas untuk metodologi yang praktis, kuat secara ilmiah dan hemat biaya yang dapat
membedakan kawasan hutan yang layak dari kawasan terdegradasi yang memiliki nilai karbon dan
keanekaragaman hayati yang lebih rendah. Pendekatan HCVF dirancang untuk mempertahankan atau
meningkatkan nilai lingkungan dan sosial dalam lanskap produksi. Metodologi ini menawarkan jalur praktis yang
akan membantu menarik garis antara hutan alam yang berpotensi layak yang perlu dilindungi dan kawasan yang
dibutuhkan untuk mata pencaharian masyarakat serta lahan terdegradasi yang mungkin cocok untuk
pengembangan lain termasuk pengembangan kelapa sawit. Dengan menggunakan pendekatan HCVF, proyek
akan mengembangkan definisi dan mengidentifikasi lahan untuk konservasi hutan di APL dan HPK dari landskap
target, dalam hal ini, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Di Kabupaten Kutai Timur, Proyek Hutan Kalimantan (KalFor) telah melakukan penyusunan baseline kawasan
hutan di APL Kabupaten Kutai Timur. Sekitar 161.374 hektar kawasan hutan telah diidentifikasi di APL Kutai
Timur. Data ini telah digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai dasar untuk memastikan
luasnya kawasan lindung di bawah izin perkebunan. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur juga menggunakan data
ini sebagai salah satu acuan dalam Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah (PK-RTRW) Kabupaten Kutai Timur.

Untuk mendukung upaya tersebut, maka diperlukan berbagai pendekatan yang salah satunya adalah
peningkatan kapasitas. Salah satu peningkatan keterampilan yang telah teridentifikasi dan disepakati dalam
workplan KalFor Kaltim/Kutim tahun 2021 adalah Pemahaman Tentang Perlindungan dan Penyelamatan Areal
Berhutan di Luar Kawasan Hutan. Pemahaman tentang Upaya Penyelamatan dan Perlindungan areal berhutan
di luar kawasan hutan perlu dilakukan secara intensif. Pada tahun 2020, Proyek KalFor telah menerapkan
pendekatan kolaboratif multi-stakeholder melalui langkah-langkah sistemik di tingkat tapak seperti:
mengidentifikasi, menganalisis dan memetakan pemangku kepentingan, termasuk keterlibatan perempuan dan
kelompok inklusif lainnya. Pada tahun 2021, salah satu kegiatan yang menjadi fokus adalah peningkatan
pemahaman tentang upaya penyelamatan dan perlindungan areal berhutan di luar kawasan hutan yang
ditujukan kepada staf dinas dan satuan kerja di tingkat provinsi dan kabupaten. Hal ini dikarenakan adanya
permintaan pada saat dilaksanakannya penyusunan workplan 2021. Peningkatan kapasitas ini dimaksudkan
agar perencanaan kegiatan tenis di tingkat tapak dapat lebih efektif dan terintegrasi dengan upaya
penyelamatan dan perlindungan kawasan hutan di luar kawasan.

II. Tujuan

Untuk meningkatkan pemahaman parapihak tentang Perlindungan dan Penyelamatan Areal Berhutan di Luar
Kawasan Hutan untuk stakeholder Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Timur dengan menjawab
diantaranya pertanyaan berikut:
o Apa yang dimaksud dengan Perlindungan dan Penyelamatan areal berhutan di luar kawasan hutan?
o Apa saja kebijakan Nasional yang terkait dengan program ini?
o Apa peran Pemerintah pada tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten dalam implementasi program
ini? Apa manfaat yang diterima oleh pemerintah pada setiap level jika melaksanakan program ini?
o Apa peran stakeholder lainnya (sektor swasta, universitas, CSO/masyarakat) dalam program ini?
o Apa langkah penting yang harus dilakukan untuk menginisiasi kolaborasi untuk pelaksanaan program
ini pada tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten hingga tingkat desa?
III. Pokok Bahasan

A. Kebijakan Pemerintah Untuk Pengelolaan Areal Berhutan di Luar Kawasan Hutan (Ditjen PKTL - KLHK);
1. Apa yang dimaksud dengan Perlindungan dan Penyelamatan areal berhutan di luar kawasan hutan?
2. Apa saja kebijakan Nasional yang terkait dengan program ini?
3. Apa peran Pemerintah pada tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten dalam implementasi program
Perlindungan dan Penyelamatan areal berhutan di luar kawasan hutan?
4. Apa manfaat yang akan diterima oleh pemerintah pada setiap level jika melaksanakan program ini?
5. Apa peran stakeholder lainnya (sektor swasta, universitas, CSO/masyarakat) dalam program ini?
6. Apa langkah penting yang harus dilakukan oleh masing-masing stakeholder untuk menginisiasi
kolaborasi untuk pelaksanaan program ini pada tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten hingga tingkat
desa?

B. Perlindungan Areal-areal Berhutan di Luar Kawasan Hutan dan Pembangunan Ekonomi Daerah yang
Berkelanjutan (Pemerintah Provinsi Kaltim);
1. Apa strategi pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur?
2. Apa kebijakan Pemprov Kaltim terkait perlindungan areal berhutan di Kalimantan Timur dalam
konteks perencanaan pembangunan berkelanjutan?
3. Apa langkah penting yang harus dilakukan untuk menginisiasi kolaborasi untuk pelaksanaan program
Provinsi terkait Pembangunan Ekonomi Daerah?

C. Pembangunan Berkelanjutan dan Perlindungan Areal-areal Berhutan di Luar Kawasan Hutan dari Perspektif
Perencanaan Kabupaten Kutai Timur (Bappeda Kutim);
1. Apa strategi pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah Provinsi
Kabupaten Kutai Timur?
2. Apa kebijakan Pemkab Kutim terkait perlindungan areal berhutan dalam konteks perencanaan
pembangunan berkelanjutan?
3. Apa langkah penting yang harus dilakukan untuk menginisiasi kolaborasi untuk pelaksanaan program
Kabupaten terkait Pembangunan Berkelanjutan Kabupaten Kutim?

D. Peluang Peran kelompok Perempuan dalam Upaya Perlindungan dan Penyelamatan Areal Berhutan
(Universitas Mulawarman);
1. Bagaimana strategi yang efektif dalam peningkatan peran perempuan dalam upaya perlindungan dan
penyelamatan areal berhutan di luar kawasan.
2. Adakah pengalaman terbaik keterlibatan kelompok perempuan dalam upaya perlindungan areal
berhutan di luar kawasan hutan yang dapat dijadikan referensi?
3. Apa langkah penting yang harus dilakukan untuk menginisiasi peningkatan peran kelompok
perempuan dalam upaya perlindungan areal berhutan di luar kawasan hutan?
4. Apa concern penting yang harus diperhatikan dan langkah apa yang harus dilakukan oleh para
stakeholder (pemerintah, swasta, masyarakat, perguruan tinggi) terkait peningkatan peran kelompok
perempuan dalam hal ini?

E. Integrasi Areal-Areal Dilindungi di Luar Kawasan Hutan ke Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Kutai Timur; Hasil Kajian (Peneliti Geo-Sylva);
1. Bagaimana model-model interkoneksi antara areal behutan dan areal dilindungi di Kutai Timur?
2. Apa rekomendasi penting dari Kajian ini yang dapat dilaksanakan oleh stakeholder di tingkat Nasional,
Provinsi, Kabupaten dan Desa?
3. Apa peran penting dan potensi stakeholder yang ada saat ini yang dapat disenergikan untuk
mewujudkan model-model interkoneksi ini?
4. Apa langkah penting yang utama yang harus dilakukan untuk mewujudkan model-model interkoneksi
ini?
IV. Waktu & Lokasi

Waktu : 5 Oktober 2021


Pukul : 09.00 - 17.00 wita
Location : Hotel Royal Victoria (Offline) and Online (Zoom ID: 827 8340 5220, passcode: kutim).

V. Peserta

PESERTA [Pembukaan & Penutupan] - ONLINE

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


1. Direktur IPSDH Ditjen PKTL – KLHK
2. Kepala BPKH IV Samarinda
3. Tim Monev KalFor Project, Judin Purwanto
4. Tim Monev KalFor Project, Ary Sylvia
5. Tim Monev KalFor Project, Nurlela Komalasari

KEMENTERIAN/LEMBAGA
6. Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, Kementerian PPN/Bappenas Bidang Kemaritiman dan
Sumberdaya Alam

PROVINCIAL GOVERNMENT
7. Bappeda Provinsi Kalimantan Timur
8. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur
9. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur
10. Biro Perekonomian Setprov Kalimantan Timur
11. KPH Kelinjau
12. KPH Manubar

UNIVERSITAS & MITRA PEMBANGUNAN


13. Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) Kaltim
14. Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan Prov. Kaltim.
15. Ketua Forum Perkebunan Berkelanjutan Kutai Timur
16. Universitas Mulawarman
17. STIPER Kutai Timur
18. GIZ/SCPOPP
19. EARTHWORM
20. YKAN
21. USAID – SEGAR

FOCAL POINT KALIMANTAN FOREST (KALFOR)


22. Ir. Rini Endah Lestari, M.P. (Focal Point KalFor pada Dinas Kehutanan Prov. Kaltim)
23. Andi Zafryuddin Alma’rief, S. Hut (Focal Point KalFor pada BPKH IV Samarinda)
24. Ery Mulyadi, SP, M.M. (Focal Point KalFor pada Bappeda Kutai Timur)

PMU KALIMANTAN FOREST (KALFOR) PROJECT:


25. Laksmi Banowati, National Project Manager
26. Agus Hernadi, Project Associate.
27. Nefretari Sari, Stakeholder Engagement Expert
28. Regional Facilitator dan Project Assistant Kutai Timur.

PESERTA [Pembukaan & Penutupan] – OFFLINE

KABUPATEN KUTAI TIMUR


29. Bupati Kutai Timur
30. Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Timur
31. Kepala Bappeda Kabupaten Kutai Timur
32. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur
NARASUMBER/EXPERT & PESERTA TRAINING [OFFLINE]

NARASUMBER/EXPERT
33. Direktorat IPSDH Ditjen PKTL KLHK (Online)
34. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Online)
35. Ir. Suprihanto CES (Bappeda Kutai Timur) – (Offline)
36. Dr. Emi Purwanti, MP. (UNMUL) – (Online)
37. GEO-SYLVA. (Researcher) – (Offline)

KABUPATEN KUTAI TIMUR


38. Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan dan 2 laki-laki)
39. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan dan 1 laki-laki)
40. Bappeda Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan dan 2 laki-laki)
41. Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
42. Bagian SDA Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
43. Satu Data Kutai Timur Sekretariat (1 perempuan/laki-laki)
44. Jaringan Informasi Geospasial Daerah (1 perempuan/laki-laki)
45. Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
46. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kutai Timur (2 perempuan dan 1 laki-laki)
47. Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
48. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
49. Litbang Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)
50. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Kutai Timur (1 perempuan/laki-laki)

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


51. KPH Bengalon (1 perempuan dan 1 laki-laki)

PERGURUAN TINGGI
52. STIPER Kutai Timur (1 perempuan dan 1 laki-laki)

PESERTA TRAINING [ONLINE]

KALIMANTAN TIMUR
53. Bappeda Provinsi Kalimantan Timur
54. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur
55. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur
56. KPH Manubar
57. KPH Kelinjau
58. KPH Delta Mahakam
59. KPH Sub DAS Belayan
60. KPH Mook Manor Bulatn
61. KPH Santan
62. KPH Balikpapan
63. KPH Bongan
64. KPH Tahura BS
65. KPH Kendilo
66. KPH Telake
67. KPH Meratus
68. KPH Samarinda
69. KPH Damai
70. KPH Santan
71. KPH Batu Ayau
72. KPH Berau Pantai
73. KPH Berau Barat
74. KPH Berau Tengah
75. KPH Berau Utara
KALIMANTAN BARAT
76. Albertus Agung Kalis, S. Hut., Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat
77. Ir. Wawan Aliyunan, Bagian SDA, Sekretariat Daerah Kabupaten Sintang
78. Nur Fadli, S.H., Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ketapang
79. Dr. Dony Prabowo - Focal Point KalFor pada BPKH III Wilayah Pontianak

KALIMANTAN TENGAH
80. Moch. Arifin Setiawan,S.Hut (Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah)
81. Teriyah Kurniawati, S. Hut, MP. (BPKH Wilayah XXI Palangkaraya)
82. Syahyani, S.Hut, M.Si (Dinas Lingkungan Hidup Pangkalan Bun)

PRIVATE SECTOR – BIDANG PERKEBUNAN


83. PT DSN Group
84. PT Sinar Mas Group
85. PT Gunta Samba Group
86. PT Astra Group
87. PT Palma Serasih Group
88. PT Telen Group
89. PT Triputra Agro Persada Group
VI. Agenda

PENINGKATAN PEMAHAMAN
PERLINDUNGAN DAN PENYELAMATAN HUTAN DI LUAR KAWASAN HUTAN

Time (WITA) Agenda PIC


08.30 – 09.00 Registration
09.00 – 09.15 ● Pembukaan (Bupati Kutai Timur). OC
● Sambutan (Direktur IPSDH Ditjen PKTL KLHK)
09.15 – 09.30 Coffee Break & Pre-test
09.30 – 12.00 Kebijakan Pemerintah Untuk Pengelolaan Areal Berhutan Moderator:
di Luar Kawasan Hutan; STIPER Kutai Timur
(Direktorat IPSDH Ditjen PKTL-KLHK)

Perlindungan Areal-areal Berhutan di Luar Kawasan Hutan


dan Pembangunan Ekonomi Daerah yang Berkelanjutan;
(Pemerintah Prov. Kalimantan Timur)

Pembangunan Berkelanjutan dan Perlindungan Areal-


areal Berhutan di Luar Kawasan Hutan dari Perspektif
Perencanaan Kabupaten Kutai Timur;
Ir. Suprihanto CES. (Bappeda Kutai Timur)

12.00 – 13.30 Lunch break OC


13.30 – 15.15 Peluang Peran kelompok Perempuan dalam Upaya Moderator:
Perlindungan dan Penyelamatan Areal Berhutan; Bappeda Kutai
Dr. Emi Purwanti, MP. (UNMUL) Timur

Integrasi Areal-Areal Dilindungi di Luar Kawasan Hutan ke


Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai
Timur; Hasil Kajian.
GEO-SYLVA. (Researcher)

15.15 – 16.00 Coffee Break & Post-Test OC


16.00 – 16.00 Penutupan OC

UNDP is committed to achieving workforce diversity in terms of gender, nationality and culture. Individuals from
minority groups, indigenous groups and persons with disabilities are equally encouraged to apply. All
applications will be treated with the strictest confidence.

UNDP does not tolerate sexual exploitation and abuse, any kind of harassment, including sexual harassment,
and discrimination. All selected candidates will, therefore, undergo rigorous reference and background checks.

Anda mungkin juga menyukai