Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

embahasan dan diskusi tentang konservasi tanah dan

P air yang diusahakan di Indonesia, meliputi: (1) ruang


lingkup konservasi tanah dan air, (2) lembaga-
lembaga yang terkait, (3) pembiayaan, (4) pelajaran
dari negara lain, dan (5) penataan kembali konservasi tanah
dan air.
6.1 Ruang Lingkup Konservasi Tanah dan Air di
Indonesia
Sejauh dapat ditemukan dari berita, informasi melalui
akses situs yang ada di internet dan studi literatur, jenis-jenis
kegiatan konservasi tanah dan air di Indonesia dapat
dikelompokkan dalam:
1. Sistem pengelolaan DAS, dalam kategori-kategori
DAS prioritas dan bukan prioritas, perencanaan RLKT
– Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah jangka
panjang, pendek dan tahunan
2. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
melalui pengelolaan Taman Nasional, Taman Wisata
Alam dan Taman Hutan Raya, serta program GN-RHL
– Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

165 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
3. Pengelolaan tanah untuk bercocok tanam, meliputi
perencanaan tata tanam dan pola tanam oleh instansi
terkait dan organisasi petani, sistem pengolahan
tanah untuk pertanaman, pertanaman dengan sistem
terasering, pertanaman dengan sistem mulsa alang-
alang, pertanaman tumpang sari dan sebagainya
4. Proyek-proyek konservasi tanah dan air, seperti
proyek pembangunan embung, waduk, dan
sebagainya
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan konservasi tanah dan air ini dapat disebutkan dari
kegiatan pengelolaan DAS dalam gerakan PROKASIH
(Proyek Kali Bersih), kegiatan perlindungan hutan dan
konservasi alam dalam program GN-RHL dan pembangunan
proyek-proyek konservasi tanah dan air.
Dalam rapat kerja PROKASIH – November 2000
disebutkan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
DAS (MNLH, 2000) antara lain disebabkan karena:
1. tumpang tindihnya peraturan perundangan antar
sektor
2. adanya perbedaan visi, misi, persepsi dan tujuan
antara pihak-pihak terkait
3. adanya ego sektoral masing-masing pihak terkait
4. tidak adanya Rencana Induk Pengelolaan Sumber
Daya Alam dalam DAS sebagai rujukan
5. adanya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukan
6. tidak adanya Sistem Pengelolaan Informasi terpadu
7. kurangnya partisipasi masyarakat dalam
mengaplikasikan teknik-teknik konservasi sumber
daya alam dan rendahnya kondisi sosial ekonomi
8. keterbatasan dana dalam pelaksanaan konservasi,
rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan
prasarana pengairan.
166 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Dalam program PROKASIH visi 2005 selanjutnya,
peningkatan kualitas air sungai tidak hanya meliputi
penurunan masukan beban pencemaran ke sungai tetapi
diperluas sampai pada peningkatan kapasitas konservasi air
dan fungsi kedayagunaan dan kemanfaatan sungai (MNLH,
download 2006). Dari pengalaman permasalahan yang
ditemukan, dan visi yang semakin dipertajam ini,
bagaimanakah peningkatan pengelolaan DAS yang lebih
terpadu dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan lebih
kompak oleh semua pihak terkait? Inon Beydha (2002) juga
melihat tumpang tindihnya berbagai pihak terkait yang
merasa bertanggung jawab dalam usaha konservasi tanah
dan air di Indonesia ini sehingga banyak proyek
direncanakan dan dilaksanakan, tetapi berhenti setelah
proyek berakhir.
DITJEN – PHKA (download 2006) menginformasikan
sejumlah besar kawasan konservasi, taman nasional, taman
wisata alam, cagar alam dan hutan lindung yang sudah sejak
lama ditetapkan, namun banyak kawasan menjadi kritis
karena praktik penebangan liar pohon-pohon yang ada
dalam kawasan. Hal ini terjadi karena praktik kolusi dari
oknum lembaga pelindung kawasan dengan oknum
kalangan bisnis yang tidak bertanggung jawab. Menjadi
pertanyaan, apakah usaha GN-RHL – Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan mampu memulihkan kembali
kawasan yang rusak?

6.2 Lembaga-lembaga yang Terkait dalam Gerakan


Konservasi
Dalam Tabel 3.2 (halaman 60) disebutkan lembaga-
lembaga pemerintah yang terkait dalam usaha konservasi
tanah dan air di Indonesia antara lain: Balitbang, Bappeda,
Dinas PSDA (Pengairan), Dinas Kehutanan, Dinas
Pertambangan, Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Untuk

167 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam
melibatkan lembaga DITJEN – PHKA yang berada di bawah
MNLH (Menteri Negara Lingkungan Hidup). Disamping itu
masih banyak lembaga-lembaga bukan pemerintah seperti
LSM yang ikut terlibat dalam gerakan konservasi di
Indonesia, misalnya WALHI (Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia), Conservation International – Indonesia, dan
sebagainya. Koordinasi antar lembaga-lembaga yang terkait
dalam konservasi tanah dan air tersebut sangat lemah,
bahkan saling tumpang tindih dalam kegiatannya sehingga
menimbulkan konflik baru. Tiap-tiap lembaga merancangkan
kegiatan konservasi tanah dan air sebagai proyek-proyek
yang mendatangkan keuntungan bagi pejabat lembaga
tersebut, dengan tanpa mempertimbangkan kajian pada
dampak proyek bagi masyarakat luas maupun usaha
konservasi.

6.3 Pembiayaan untuk Konservasi Tanah dan Air di


Indonesia
Sumber pembiayaan untuk konservasi tanah dan air
di Indonesia sebagian besar dibebankan pada pemerintah
yang mengusahakan dana pinjaman pada luar negeri atau
Bank Dunia. Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan ini
sangat kecil atau bahkan tidak ada, hanya sebatas pada
sumber tenaga dalam pelaksanaan, misalnya untuk kegiatan
penanaman pohon pada kawasan konservasi. Biaya tidak
langsung yang dirasakan oleh masyarakat untuk konservasi
tanah dan air ini dapat dilihat dari kerelaan masyarakat
melepaskan tanah yang dimilikinya untuk menjadi suatu
kawasan konservasi yang ditangani oleh lembaga
pemerintah. Biaya tidak langsung ini juga dapat ditemukan
dari hilangnya penghasilan masyarakat dari sumber daya
yang ada di kawasan konservasi, karena kawasan tersebut
menjadi terlarang bagi kegiatan masyarakat.
168 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
6.4 Pelajaran dari Negara-negara Lain
Belajar dari pengalaman negara India dalam usaha
konservasi tanah dan air, yang terencana secara terpadu
meliputi lembaga-lembaga pemerintahan dan LSM yang
terlibat sejak perancangan dan penerapan, dalam suatu
program jangka panjang dan tahunan yang dikendalikan oleh
satu komisi perencanaan negara (SPC – State Planning
Comission), dengan sistem informasi yang terpadu pula,
kiranya dapat menjadi inspirasi dalam usaha konservasi
tanah dan air di Indonesia. Demikian pula usaha konservasi
secara tradisional yang dikembangkan di Afrika seperti
sistem zai di Burkina Faso dan tassa di Niger juga dapat
menjadi inspirasi bagi usaha konservasi di Indonesia, karena
tradisi dan kebudayaan masyarakat di Indonesia dengan
segala kearifan lokalnya yang kaya sangat terbuka luas
untuk dikembangkan. Seperti misalnya Endang (2005) dalam
tulisannya tentang konservasi hutan dan pola pertanian
tradisional masyarakat Baduy di Banten, menjelaskan
bagaimana tradisi pengelolaan hutan, pengelolaan pertanian,
pengolahan tanah pertanian, dengan segala aturan adat
istiadatnya mencegah bahaya erosi dan meningkatkan
usaha konservasi tanah dan air. Di Bali juga dikenal dengan
sistem subak dan pertanian terasering yang merupakan
usaha konservasi tanah dan air secara tradisional.

6.5 Penataan Kembali Konservasi Tanah dan Air di


Indonesia
Arah ke depan suatu usaha konservasi tanah dan air
di Indonesia rupanya dapat diilustrasikan seperti dalam
Gambar 6.1.

169 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 6.1 Ilustrasi arah ke depan usaha konservasi tanah dan air di
Indonesia

170 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tiga kelompok usaha konservasi tanah dan air yang
dapat direncanakan dan diterapkan:
1. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), dicanangkan
dalam strategi pengelolaan DAS terpadu yang
berkelanjutan (menurut Kennet & Karlyn, 2000). Strategi
ini dirancang dengan didukung oleh: (a) penyelidikan
sosio – ekonomi untuk pengembangan budaya dan
kearifan lokal yang mendukung usaha konservasi,
sehingga strategi yang dirumuskan bersumber pada
kapasitas masyarakat yang ada, (b) sistem informasi
terpadu yang memungkinkan penyebaran
informasi/publikasi secara tepat dan cepat, dan (c) sistem
kelembagaan yang kompak dan terpadu, tidak tumpang
tindih. Lembaga terkait yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan DAS ini dapat dari lembaga PU dan
Lingkungan Hidup.
2. Pengelolaan pertanian yang meliputi usaha pertanian
terpadu dan konservasi pengolahan lahan. Usaha
pertanian terpadu meliputi penutupan lahan terbuka baik
dengan cara vegetasi atau mulsa, dan pengelolaan
tanaman dalam sistem tata tanam atau pola tanam.
Sedangkan konservasi pengolahan lahan dapat dilakukan
dengan cara pertanaman secara kontur, guludan, atau
pengolahan tanah minimun atau bahkan tanpa
pengolahan tanah (zero tillage). Lembaga yang

171 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
bertanggung jawab dalam hal ini adalah Departemen
Pertanian.
3. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
dengan dicanangkannya GN-RHL – Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Departemen Kehutanan
bertanggung jawab atas sejumlah besar kawasan
konservasi, taman nasional, taman wisata alam, cagar
alam, hutan raya, hutan lindung dan hutan rakyat.

172 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko

Anda mungkin juga menyukai