PENDAHULUAN
Ketika kita menyelamatkan bumi, kita menyelamatkan diri kita
sendiri
(when we heal the earth, we heal ourselves – David Orr)
B
umi ini terdiri dari tanah dan air dengan segala
kehidupan yang menyertainya. Apa itu tanah dan
bagaimana terbentuknya? Tanah yang termasuk tipe
apakah yang kita miliki? Bagaimana tumbuh-
tumbuhan telah mengambil sari makanan dari tanah untuk
kehidupannya, dan bagaimana bahan bergizi yang telah
diambil oleh tanaman itu dapat dikembalikan ke dalam
tanah? Apa itu daerah tangkapan air (watershed)?
Bagaimana air yang tersimpan di dalam tanah maupun
mengalir sebagai air permukaan dan air tanah dapat
memberikan kehidupan bagi segala kehidupan yang
menyertainya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggugah
dan menyadarkan kita untuk memahami betapa besar
peranan tanah dan air bagi kehidupan.
Campur tangan manusia telah mengacaukan
ekosistem tanah dan air yang menjadi gantungan kehidupan
di atas bumi ini. Penebangan hutan untuk keperluan
pertanian, pemukiman, komoditi dan sebagainya,
menyebabkan mudahnya tanah tererosi dan berkurangnya
1 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
ketersediaan sumber daya air. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat seperti
rekayasa-rekayasa di bidang teknik, antara lain dengan
banyaknya rumah kaca, pendingin udara (air condition),
membawa dampak pada meluasnya lubang ozon yang
melindungi bumi, sehingga mengakibatkan kacaunya iklim di
bumi ini, yang berpengaruh pula pada ekosistem siklus
hidrologi.
Upaya penyelamatan bumi dalam bentuk konservasi
tanah dan air, sangat mendesak untuk mengembalikan
ekosistem tanah dan air demi keselamatan kehidupan yang
menyertainya. Konservasi tanah dan air adalah dua hal yang
saling berkaitan. Tindakan konservasi/perlindungan alam
terhadap tanah, berdampak pada ketersediaan kuantitas dan
kualitas air yang berkelanjutan. Usaha
konservasi/perlindungan alam terhadap air, akan melibatkan
suatu tindakan untuk pengelolaan daerah tangkapan air
secara terpadu, yang berarti juga tindakan konservasi tanah.
Terdorong untuk lebih menemukan wawasan yang
luas tentang upaya penyelamatan bumi dalam bentuk
konservasi tanah dan air, maka dalam mata kuliah: Studi
Independen ini, dilakukan suatu studi tentang Konservasi
Tanah dan Air.
2 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
1.3 Metodologi
Untuk dapat mencapai tujuan dari studi ini maka dilakukan
kegiatan-kegiatan yang tergambar dalam metodologi studi Gambar
1.1.
Pembimbing studi
Mempelajari bahan studi terkait dan
mengelompokan ke dalam sub-bahasan
yang akan ditulis
3 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tulisan dengan topik: Konservasi Tanah dan Air ini,
dituliskan dengan metodologi seperti dalam Gambar 1.2.
4. ASPEK SOSIAL-EKONOMI
DARI KONSERVASI TANAH
DAN AIR 3. BEBERAPA POKOK BAHASAN DALAM
4.1 Aspek Sosial dari Konservasi KONSERVASI AIR
Tanah dan Air 3.1 Masalah Kekeringan dan Banjir
4.2 Aspek Ekonomi dari 3.2 Praktek-praktek Konservasi Air
Konservasi Tanah dan Air
4 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
BAB II
BEBERAPA POKOK BAHASAN
DALAM KONSERVASI TANAH
E
rosi tanah adalah suatu proses berpindahnya tanah
oleh angin atau air. Erosi terjadi dalam berbagai
bentuk sebagai hasil dari berbagai sebab. Apapun
yang bergerak, termasuk air, angin, glasier, binatang-
binatang dan kendaraan-kendaraan, dapat sebagai
penyebab erosi. Tarikan gravitasi bumi yang
menggelincirkan tanah, secara lambat dapat menimbulkan
gerakan pada tanah perlahan-lahan, atau secara cepat
sebagai tanah longsor.
Erosi dapat terjadi secara seragam dan halus tidak
kentara. Erosi lempeng (sheet erosion) misalnya,
memindahkan lapis demi lapis setiap waktu sampai banyak
tanah hilang tanpa diketahui. Lebih dari separoh kehilangan
tanah pertahun di hampir semua tempat terjadi hanya dalam
beberapa hari selama hujan besar atau angin kencang
menimpa tanah yang kurang tertutup dengan tanaman.
Stallings (1957) menuliskan bahwa manusia berjuang
dengan erosi tanah sejak dikenalnya pertanian. Standar
hidup manusia tergantung dari makanan, yang diperoleh dari
tanah. Tanah yang rusak dan rakyat yang kelaparan
5 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
menunjukkan adanya kegagalan dalam memelihara sumber
daya alam yang terbesar yaitu lapisan atas tanah (the
topsoil) secara baik. Bercocok tanam dan membuka ladang,
berarti juga membuka tanah, selalu meningkatkan laju erosi
tanah. Kehilangan tanah pertanian karena erosi yang
menjadikan tanah gersang, sangat berpengaruh pada
ketahanan pangan. Tanah yang dibawa oleh air masuk ke
dalam sistem saluran menghasilkan sedimen yang
mengendap di sebelah hilir, menyebabkan kapasitas saluran
berkurang, sehingga mengakibatkan banjir yang merusak
lahan pertanian ataupun pemukiman. Air yang bercampur
lumpur ataupun pestisida dari lahan pertanian, pada akhirnya
akan membunuh ikan-ikan yang hidup dalam air.
Keprihatinan baru muncul akhir-akhir ini yang
menambahkan masalah-masalah erosi semakin serius.
Awan debu (dust clouds) dan air lumpur, adalah suatu polusi
udara dan air. Partikel-partikel tanah membawa bahan
bergizi untuk tanaman dan bahan kimia lain seperti pestisida
yang mencemari air. Masalah erosi menjadi masalah
lingkungan yang harus dikaji ulang untuk mencari udara dan
air yang bersih dan sehat. Bahan organik dan bahan bergizi
yang dibawa oleh air sampai ke waduk atau saluran, akan
menimbulkan tumbuhnya ganggang dan tanaman lain yang
mencemari dan mengganggu sistem dari waduk atau
saluran.
6 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.1 Air lumpur akibat erosi tanah oleh air
(Sumber: ADB RETA, 2003)
7 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Stallings (1957) menuliskan pula bahwa alam raya
mempunyai kekuatan yang sering tak dapat dihindari,
demikian pula terjadinya erosi tanah. Ketika rumput dan
pohon-pohon diambil, maka diketahui bahwa angin dan air
akan merusakkan tanah. Orang berpikir bahwa tumbuh-
tumbuhan memperlambat aliran air dan mencegah
terbentuknya selokan-selokan (gullies). Orang berpikir pula
bahwa akar tanaman mencegah terjadinya erosi dengan
mengikat tanah, sehingga angin dan air tidak dapat
membawa pergi tanah. Manusia telah belajar sejak awal
bahwa terjadinya erosi menjadi tidak terkontrol, segera
setelah tumbuhan-tumbuhan yang menutupi tanah diambil
dan menggunakannya untuk bercocok tanam atau
penggembalaan.
Masyarakat awal telah membiarkan kekuatan alam
merusak tanah. Ternak mereka yang luar biasa,
menghabiskan rumput yang menutupi tanah
penggembalaan. Mereka menebang pohon-pohon yang
tumbuh di bukit-bukit. Dengan berkembangnya penduduk
maka diperlukan pemukiman, makanan dan kegiatan
ekonomi. Hutan ditebang diambil kayunya untuk membangun
kota dan rumah-rumah, banyak tanah dibuka untuk bercocok
tanam dan pemukiman. Ilmu pengetahuan berkembang dan
mereka semakin berpendidikan, tetapi tidak memahami
hukum alam yang menguasai angin dan air, yang dapat
membantu bila kekuatan alam dalam keseimbangan.
Minimnya pengetahuan akan hukum alam menyebabkan
rusaknya lapisan atas tanah yang kaya akan bahan bergizi
untuk tanaman dan longsornya tanah. Kita dapat belajar dari
sejarah bahwa banyak negara di mana pertanian dimulai,
maka akan meninggalkan tanah gersang dikemudian hari,
karena kurang memperhatikan hukum alam tersebut.
8 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Secara alamiah, erosi tanah tetap terjadi pada area
yang tidak diganggu oleh perbuatan tangan manusia tetapi di
bawah kondisi alam. Kekuatan hujan dan angin mampu
mencabut tumbuh-tumbuhan yang melindungi tanah,
sehingga tanah terbuka, angin dan air memindahkan tanah
tersebut. Semak dan rumput terbakar karena pengaruh sinar
matahari atau habis karena dimakan binatang liar yang juga
merusakkan tanah dengan gerakannya. Erosi tanah yang
terjadi karena alam ini disebut erosi alam. Erosi alam
biasanya masih dalam keseimbangan alam dan kejadian ini
sedikit sekali, sehingga dampak yang diakibatkannya masih
dapat dipulihkan oleh alam itu sendiri.
Lain halnya dengan erosi yang terjadi karena
perbuatan tangan manusia. Penggundulan hutan,
pembakaran hutan untuk ladang pertanian, perubahan tata
guna lahan sebagai akibat dari berkembangnya penduduk,
akan meningkatkan kuantitas tanah yang terbuka, sehingga
angin dan air menghanyutkan lapisan atas tanah yang sarat
akan bahan bergizi. Bahkan keadaan tanah yang tak
terlindung oleh akar tumbuh-tumbuhan menjadi mudah
longsor ketika kandungan air melebihi batas ketahanan
tanah untuk tidak tergelincir. Erosi karena perbuatan tangan
manusia ini menghasilkan sejumlah besar pasir, lumpur dan
batu yang dibawa oleh air ke sistem saluran dan terhimpun
di bagian hilir (Gambar 2.3). Pengembangan proyek
pembangunan telah meninggalkan tanah terbuka yang
mempunyai potensi besar untuk tererosi, baik oleh air
maupun oleh angin (Gambar 2.4).
9 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.3 Degradasi yang terjadi pada aliran sungai karena erosi dan
sedimentasi
(Photo: NEMO Project, University of Connecticut dalam Michigan’s
SESC, download 2005)
10 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tanda-tanda terjadinya erosi lain yang dapat
ditemukan adalah pada tanah menjadi tidak subur, batu-batu
yang tampak di permukaan tanah, adanya selokan-selokan,
ataupun terkuburnya tanaman oleh tanah seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2.5.
Selokan-selokan
(gullies) pada tanaman
jahe
Erosi pada tanaman baru teh
Gambar 2.6 Tetesan air hujan yang jatuh di atas tanah yang tertutup lapisan air
(Naval Research Laboratory Photo, Stallings, 1957)
12 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Bila di amati Gambar 2.6 dari atas ke bawah, bagian
kiri menunjukkan tetesan air hujan yang jatuh di atas lapis
tipis air. Bagian tengah menunjukkan tetesan air hujan yang
jatuh di atas lapis air yang sedang, dan bagian kanan pada
lapis air yang lebih tebal. Dari atas ke bawah menunjukkan
proses tetesan air hujan yang mengoyakkan tanah.
Proses erosi tanah dimulai sejak air hujan yang jatuh
di atas tanah yang terbuka. Pukulan ini terjadi karena setetes
air hujan yang jatuh ke atas tanah dari suatu ketinggian. Air
hujan yang jatuh itu membuat lubang seperti bom yang
meledak. Partikel-partikel yang terpercik merupakan
campuran antara lumpur dan air (Gambar 2.7).
Gambar 2.8 Tetesan air hujan yang jatuh di atas daun tanaman
(Soil Conservation Service Photo, Stallings, 1957)
14 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Air hujan yang jatuh memberikan pukulan seperti
bom, merusakkan tanah, mengoyak tanah selama terjadi
hujan, menghancurkan struktur tanah ke dalam kondisi
genangan lumpur. Genangan lumpur ini berfungsi sebagai
lapisan yang hampir kedap, sehingga memperlambat laju
infiltrasi, mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan.
Tanaman yang menutupi tanah mencegah terjadinya erosi
genangan ini, karena tanaman menangkap pukulan air hujan
sehingga tidak mengoyakkan tanah yang terbuka.
Bandingkan dua penelitian seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.9. Daun-daunan yang menutupi tanah dan terkena
pukulan air hujan memberikan jumlah air yang terinfiltrasi
lebih banyak dari pada tanah terbuka.
Gambar 2.10 Tanah sisa yang tidak subur lagi akibat erosi
(Soil Conservation Service Photo, Stallings, 1957)
16 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
tanah yang biasanya berwarna gelap. Puncak bukit nampak
terang karena lapisan atas tanah yang berwarna gelap telah
hilang akibat erosi lempeng yang membawa lapisan atas
tanah ke bagian bawah bukit (Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Lapisan atas tanah yang berwarna gelap telah hilang akibat
erosi lempeng
(Sumber: Troeh et.al., 1991)
18 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Erosi selokan (gully erosion) adalah erosi yang
membentuk selokan-selokan, merupakan erosi lempeng
yang terpusat pada selokan. Kecepatan airnya jauh lebih
besar dibandingkan dengan kecepatan limpasan permukaan
pada erosi lempeng. Selokan cenderung menjadi lebih
dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran
dan tumbuh ke arah hulu. Ini dinamakan erosi ke arah
belakang (backward erosion) (Gambar 2.13).
20 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
hilang, perubahan tekstur tanah, kerusakan struktur,
menurunnya kapasitas produksi, lahan yang terbelah,
kerusakan pada bangunan struktur (Gambar 2.15), sedimen
mencemari aliran air dalam saluran, danau dan waduk
(Gambar 2.16 dan 2.17).
24 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Partikel-partikel tanah secara individu terangkat ke
atas dari permukaan tanah oleh angin, kemudian kembali
dan mempengaruhi partikel-partikel lain sehingga tercabut /
terlepas dan jatuh pada arah tertentu. Partikel-partikel ini
mempunyai diameter antara 0.05 – 0.5 mm. Jumlah tanah
yang dipindahkan oleh erosi angin ini 50 – 80 % dengan cara
melompat.
Melayang (suspension)
Partikel-partikel yang tercabut / terlepas cukup kecil,
mempunyai diameter lebih kecil dari 0.05 mm, cukup kecil
untuk terbang di udara dengan waktu yang panjang, nampak
sebagai debu. Umumnya jumlah tanah yang dipindahkan
oleh erosi angin dengan cara melayang ini kurang dari 20 %,
tercampur dengan udara dan terbawa angin sebagai debu.
25 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.19 Tanah hilang setebal 30 cm dipindahkan oleh erosi angin di
Manitoba
(Kanada – Manitoba Soil Survey, dalam Troeh et.al., 1991)
26 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.20 Ladang gandum di Kansas yang rusak terabrasi akibat badai angin
tanggal 10 Pebruari 1976.
(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh et.al., 1991)
28 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.22 Jalan raya yang tertimbun tanah sampai 1 m akibat erosi
oleh angin.
(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh et.al., 1991)
30 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
dipertimbangkan sebagai faktor utama yang memulai
pergerakan butiran-butiran dalam loncatan, tetapi faktor-
faktor lain yang diketahui sekarang lebih mempunyai peran
yang berarti. Turbulensi adalah penting dalam menjaga
butiran-butiran tanah melayang di udara.
Kecepatan angin berfluktuasi secara luas dan sering.
Komposisi tanah adalah campuran dari komponen yang
mudah tererosi dan tidak mudah tererosi, yang akan stabil
bila kecepatan angin konstan. Komponen yang tidak mudah
tererosi menyelimuti permukaan dan menjaganya dari
kehilangan lebih lanjut. Kecepatan angin yang bermacam-
macam akan mencegah permukaan tanah dari keadaan
stabil yang lengkap. Kecepatan angin ribut yang lebih tinggi
mulai mengerosi lagi permukaan yang stabil, terus menerus
sampai kecepatan angin ribut turun di bawah kecepatan
yang menyebabkan erosi.
Angin dengan arah yang berubah-ubah dapat
menyebabkan erosi. Perubahan arah angin mempengaruhi
proses erosi dalam dua cara utama. Perubahan arah
menyebabkan permukaan yang stabil mulai tererosi lagi
karena pola komponen yang tidak mudah tererosi dan
butiran-butiran yang stabil adalah efektif dalam arah
sebelumnya. Pergeseran arah sekecil 300 saja
memampukan pergerakan tanah mulai kembali. Jika angin
yang erosif mempunyai arah satu atau dua dari arah yang
berlawanan, maka dimungkinkan untuk menempatkan
rintangan guna mengurangi kehilangan tanah. Rintangan ini
dapat berupa lajur-lajur, tanaman lajur dan pemecah angin,
tegak lurus dengan arah angin. Akan menjadi sulit bila arah
angin berubah-ubah, maka penempatan rintangan menjadi
sangat tidak efektif.
31 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.4 Penaksiran Tanah yang Hilang Akibat Erosi
Kebutuhan untuk mengevaluasi kehilangan akibat
erosi dan efektifitas dalam mengendalikan atau mengukur
erosi, menjadi semakin dibutuhkan ketika mulai
dipromosikan usaha konservasi tanah dalam pertanian.
Kehilangan tanah akibat erosi oleh air maupun angin mulai
diprediksi untuk menemukan jumlah tanah yang hilang atau
jumlah sedimen yang terjadi.
A R K LS C P
............................................................. (2.1)
33 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Faktor R merupakan fungsi dari tenaga kinetis hujan
(E) yang jatuh dikalikan dengan intensitas maksimum dalam
30 menit (I30). Untuk daerah di Amerika telah ditetapkan
faktor R ini (Gambar 2.24). Tercatat bahwa nilai R menjadi
tinggi di Amerika bagian tenggara di mana biasa terjadi hujan
badai, dan tidak begitu tinggi di bagian lain karena hujan
adalah tunak.
35 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
dipilih (Gaffney dan Lake, 2003), yang dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
T 95V Qp K LS C P
0.56
.................................................... (2.2)
di mana:
T = jumlah sedimen tiap kejadian badai, tons
V = volume limpasan hujan tiap kejadian badai, acre-feet
Qp = aliran puncak tiap kejadian badai, cubic-feet-per-second
K, LS, C, dan P adalah faktor-faktor dalam USLE
Nilai V dan Qp ditentukan dari analisis drainase setempat.
36 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi dan masukan input dari Model erosi tanah MMF
37 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
RD = kedalaman akar
lapisan tanah atas (m),
didefinisikan sebagai
kedalaman tanah dari
permukaan sampai
lapisan kedap air atau
lapisan batu, di mana
akar berada
K = indeks pengoyakan
tanah (g/J),
didefinisikan sebagai
berat tanah yang
terkoyak dari massa
tanah tiap satuan
tenaga hujan
S = kecuraman lereng
tanah, dinyatakan
dalam sudut lereng
C = faktor pengelolaan
penutupan tanaman,
merupakan faktor
kombinasi P dan C dari
USLE
Sumber: Morgan et.al., 1984 dalam Saha, download 2005.
38 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Conservation, Vol 49 (3), p 213-220, dengan judul “RUSLE
revisited: Status, questions, answer, and the future”,
menjelaskan revisi yang terdapat dalam RUSLE.
Perbedaan utama antara USLE dan RUSLE adalah (Fort Ord
OE Risk Assessment Protocol, 2002):
1. Faktor R, pada RUSLE dimasukkan banyak nilai R dari
negara Amerika bagian Barat, sedang pada USLE yang
diambil nilai R dari negara Amerika Timur. Secara umum
nilai R ini sama dengan yang dipakai pada USLE, tetapi
dengan memasukkan beberapa revisi.
2. Faktor K, nilai yang digunakan dalam RUSLE adalah
sama dengan pada USLE, tetapi disesuaikan dengan
memperhitungkan adanya beberapa perubahan seperti
pembekuan dan pencairan, lengas tanah dan
sebagainya. Penyesuaian ini dihitung dalam tiap tengah
bulan, dan diaplikasikan pada negara Amerika dataran
utara dan selatan, barat tengah dan timur.
3. Faktor LS, pada USLE digunakan tabel LS yang
tersedia, sedang pada RUSLE digunakan 4 table LS yang
ditentukan oleh hubungan antara erosi rill . RUSLE
menyederhanakan penetapan faktor LS ini melalui
penggunaan teknologi komputer.
4. Faktor C, USLE menyediakan estimasi perubahan tanah
untuk 4-5 periode tahapan tanaman dalam setahun.
RUSLE menyediakan estimasi dalam interval tengah
bulanan, khususnya yang berhubungan dengan
penutupan tanaman, residu permukaan dan di bawah
permukaan, serta pengaruh iklim pada proses
pembusukan residu, kekasaran, akar, dan konsolidasi
tanah.
5. Faktor P, USLE menggunakan faktor P untuk praktik
konservasi konturing dan terasering dari nilai tabel yang
ditetapkan untuk jarak kemiringan, dan juga didasarkan
39 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
pada kemiringan saluran. RUSLE menggunakan faktor P
untuk pertanian memotong lereng dan memasukkan
proses dasar penelusuran untuk menetapkan pengaruh
penanaman lajur. Nilai untuk pertanian memotong lereng
didasarkan pada panjang lereng dan kecuraman, jarak
lajur, tinggi gundukan, serangan badai hujan, infiltrasi
tanah, dan kondisi penutupan lahan serta kekasaran.
Faktor P untuk penaman lajur didasarkan pada jumlah
dan lokasi penumpukan tanah.
Slope
DEM Merge Multiply LS
Slope Length E
r
o
s
Soil K factor i
o
Overlay
n
Land Use C factor
M
A
Rainfall p
Index Map R factor
di mana:
I, K, E, L, S, C dan P adalah faktor-faktor yang terdapat
dalam persamaan dasar USLE
fa = parameter, berkaitan dengan erosivitas permukaan
terganggu dan air tanah dangkal
M = permukaan terganggu dan air tanah dangkal,
sehubungan dengan daerah tangkapan
r.w.d.fH
Parameter M diformulasikan sebagai: M
a
.......................................... (2.10)
di mana:
r = curah hujan tahunan (jumlah total > 13 mm,
mengacu pada R dalam USLE)
w = berat air per satuan volume, tf / m3
d = daerah tangkapan (catchment area), m2
fH = perbandingan limpasan air permukaan dan curah
hujan, tak berdimensi
a = luas lahan (field area), m2
Z = tinggi antara 2 teras, m
rs = kemiringan lereng, rs = 1 untuk lahan miring, rs untuk
lereng miring dan (1-rs) untuk permukaan yang datar.
43 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
kehilangan tanah menentukan jumlah tanah hilang yang
masih dapat ditoleransi untuk mempertahankan secara
ekonomis dan terus menerus keberlanjutan tanah. Di antara
harga ini maka proses pembentukan tanah dan erosi tanah
adalah seimbang. Toleransi kehilangan tanah maksimal
untuk daerah tropis adalah A = 25 tons/ha-yr dan untuk
daerah temperate adalah 13.7 ton/ha-yr. Biasanya toleransi
kehilangan tanah adalah 5 – 12 ton/ha-yr untuk tanah
dangkal sampai dalam (Gebrekirstos Teklehaimanot, 2003).
Semakin ketat tingkat toleransi yang dapat diterima maka
semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk usaha
konservasi. Untuk daerah yang mudah tererosi, maka tingkat
toleransi menjadi lebih longgar.
44 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
di mana:
E = penaksiran jumlah tanah yang hilang rata-rata
tahunan, tons/ac-yr (mt/ha-yr)
f = fungsi
I = indeks erodibilitas tanah, tons/ac-yr (mt/ha-yr)
K = faktor kekasaran punggung tanah, tak berdimensi
C = faktor iklim (tenaga angin), tak berdimensi
L = faktor jarak tempuh angin bertiup pada tanah yang
tak terlindung, ft
V = faktor penutupan tanah oleh tanaman, tak
berdimensi
45 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
kompleks dan diagram yang rumit untuk menemukan
hasilnya.
46 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
COG = Crop On Ground, termasuk penutupan datar, berdiri,
dan pertumbuhan kelopak tanaman. Sisa-sisa
tanaman dibusukan berdasarkan tanaman, curah
hujan, dan suhu. Sisa tanaman yang berdiri
dirubuhkan dan dikubur dengan pengolahan lahan
Hills = modifikasi kecepatan angin, tergantung pada lereng
dan tinggi, pegunungan akan meningkatkan erosi
karena meningkatnya kecepatan
48 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5 Praktik – praktik Konservasi Tanah
Konservasi tanah pada dasarnya mempunyai arti
sebagai suatu usaha dalam menjaga segala sesuatu pada
tempatnya, termasuk juga menjaga fungsi tanah untuk
pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Praktik
konservasi tanah meliputi pengelolaan erosi tanah dan
hubungannya dengan proses sedimentasi, mengurangi
dampak negatif dan menggali kesempatan baru yang
tercipta. Young (1989) mendefinisikan konservasi tanah
sebagai suatu kombinasi dari pengendalian erosi dan
menjaga kesuburan tanah. Usaha untuk menjaga tanah pada
tempatnya dengan kegiatan setempat, merupakan pusat
perhatian dimasa lalu. Akhir-akhir ini, perhatian diubah pada
pendekatan dataran luas, di mana sedimentasi dipelajari
seiring dengan erosi, dan peran saluran-saluran maupun
saringan (filter) dimasukkan, yang menerima aliran air
permukaan dengan sedimen melayang. Erosi tanah pada
dasarnya disebabkan oleh air dan angin, maka usaha
pengendalian erosi tanah dan menjaga kesuburan tanah
meliputi 2 perhatian, yaitu pada erosi akibat air dan erosi
akibat angin.
Prinsip-prinsip pengendalian erosi tanah akibat air
merupakan usaha serius bagaimana mengatasi atau
mencegah terjadinya proses erosi. Hal ini meliputi: (1)
mengurangi dampak jatuhnya air hujan ke atas tanah, (2)
mengurangi jumlah dan kecepatan limpasan air permukaan,
dan (3) meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi
(Troeh et.al., 1991).
Prinsip-prinsip pengendalian erosi tanah akibat angin
juga merupakan usaha serius bagaimana mengatasi atau
mencegah terjadinya proses erosi. Hal ini meliputi: (1)
mengurangi kecepatan angin dekat permukaan tanah, (2)
49 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
membuang bahan-bahan penggosok dari arus angin, dan (3)
mengurangi erodibilitas tanah (Troeh et.al., 1991).
Untuk mencegah terjadinya erosi dapat dilakukan usaha-
usaha vegetatif berupa pencegahan erosi dengan penutupan
lahan oleh tanaman, dan mekanis berupa pembuatan
bangunan-bangunan pencegah erosi. Gambar 2.26
memperlihatkan bagaimana mencegah terjadinya erosi tanah
oleh air.
50 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Penghalang kayu
Dinding batu
Teras bangku
Gambar 2.27 Beberapa konstruksi yang melawan erosi tanah oleh air
(Sumber: FiBL, Training Manual on Organic Agriculture in the Tropic,
download 2005)
51 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tanggul lumpur ditanami semak, rumput pakan
ternak, nenas atau tanaman lain yang cocok untuk
menurunkan erosi tanah
52 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Hubungan antara tanah dan air sangat erat. Metode
pengelolaan lahan/tanah akan mempengaruhi limpasan air
permukaan dan arus aliran. Penggunaan lahan untuk
pertanian, pemukiman berkaitan dengan perkembangan
penduduk, mempunyai dampak yang serius terhadap
limpasan air permukaan, tampungan air tanah, erosi dan
kesulitan-kesulitan lain yang berhubungan dengan air serta
erosi. Dari sinilah muncul usaha konservasi dengan
pengelolaan daerah aliran sungai.
Daerah aliran sungai adalah suatu area yang
merupakan batas air, di mana air limpasan permukaan akan
berkumpul dan mengalir dalam sungai. Pengelolaan
area/lahan/daerah aliran sungai ini pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk: (1) mengurangi dampak
jatuhnya air hujan ke atas tanah, (2) mengurangi jumlah dan
kecepatan limpasan air permukaan, dan (3) meningkatkan
ketahanan tanah terhadap erosi. Usaha ini merupakan
kombinasi hubungan antara tanah – air – tanaman.
Dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) terdiri dari
beberapa elemen seperti komunitas masyarakat dengan
segala kegiatan sosial – ekonomi – budaya, hutan kayu,
lahan pertanian, padang rumput, semak belukar dan
wanatani. Pengelolaan daerah aliran sungai ditujukan untuk
semua elemen DAS ini. Suatu perencanaan pengelolaan
DAS sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha
konservasi. Perencanaan ini harus memperlihatkan
kebijakan-kebijakan, kuantitas, biaya dan lokasi-lokasi yang
diperlukan untuk pengukuran tanah dan air.
Strategi pengelolaan DAS yang berkelanjutan meliputi
antara lain (Kenneth and Karlyn, 2000):
1. Pendekatan antar disiplin, yang perlu memadukan antara
dimensi teknis dan kemanusiaan dalam rancangan
53 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
pengelolaan DAS. Hal ini memerlukan pemahaman akan
budaya dan tradisi penggunaan lahan.
2. Penelitian sosial – ekonomi dan teknik-teknik pendekatan
yang diperlukan untuk menyatukan konsep rancangan
dan perencanaan pengelolaan DAS. Pendekatan yang
top-down (atas – bawah) sering tidak menghasilkan suatu
usaha yang berkelanjutan. Partisipasi lokal atau
pendekatan bawah – atas akan memberikan hasil yang
berkelanjutan.
3. Sebelum memberikan subsidi dana untuk usaha
konservasi, perlu dipertimbangkan dahulu arti dari
pemberian insentif ini. Biaya-biaya eksternal yang negatif
akan dihasilkan bila proyek bergantung pada subsidi,
seperti strategi ekonomi yang mungkin tidak sesuai
karena perbedaan budaya antara lembaga donor dan
negara penerima.
4. Pemantauan lingkungan dan sosio-ekonomi diperlukan
selama implementasi dan penyelesaian proyek untuk
membantu dalam informasi pengambilan keputusan.
5. Perencanaan harus mempertimbangkan aspek topografi
dalam menanggulangi interaksi aliran hulu dan hilir serta
pengaruh kumulatif daerah aliran sungai.
6. Struktur lembaga administratif harus dikembangkan pula
untuk menegaskan batas-batas DAS dan mendukung
kegiatan implementasi.
7. Program pelatihan dan jaringan pada semua tingkatan
harus dipromosikan. Dukungan dana jangka panjang
untuk tenaga teknis, manajer dan pengambil kebijakan
harus mendapat perhatian yang sama dengan biaya
operasional lapangan.
54 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5.2 Pengelolaan Tanah untuk Bercocok Tanam
Usaha konservasi pada tanah pertanian atau yang
dipakai untuk bercocok tanam merupakan usaha
pengendalian erosi oleh air dan angin. Praktik pertanian
mengakibatkan tanah menjadi terbuka dan rawan akan erosi
oleh air maupun angin. Pengelolaan tanah pertanian secara
tepat akan memberikan hasil produksi pertanian yang
optimal, karena tanah yang mengandung nutrisi bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman tidak hanyut tererosi, sehingga
tanah menjadi subur. Pengendalian erosi tergantung pada
pengelolaan yang baik meliputi pengadaan tanaman yang
menutupi secara memadai dan pemilihan tanaman yang
sesuai untuk menjaga infiltrasi dengan atau tanpa
pengolahan tanah. Jadi konservasi tanah tergantung kuat
pada metode pertanian dalam kombinasi dengan
pengelolaan tanah yang realistik, sedang pengukuran
mekanis hanya berperan sebagai pendukung saja. Hal ini
digambarkan dalam strategi konservasi pada tanah yang
ditanami, dijelaskan dalam Gambar 2.29.
55 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Praktik-praktik spesifik untuk menghindari erosi oleh air:
1. Menaman tanaman pakan ternak dalam rotasi atau
sebagai penutup lahan tetap
2. Menanam tanaman penutup lahan pada musim dingin
3. Penyemaian di dalam lahan tertutup tanaman
4. Melindungi permukaan tanah dengan sisa-sisa
tanaman
5. Memendekkan panjang dan kecuraman lereng
6. Meningkatkan laju infiltrasi
7. Memperbaiki stabilitas bahan agregat
56 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi di daerah
Sudano – Sahelian, Gambar 2.30 – 2.33
57 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Jajaran batu diperkuat dengan jajaran rumput jenis
Andropogon, yang juga mengurangi penggunaan batu
sampai 50% dan mengisi jarak antara batu. Pengaruh positif
dari struktur ini hanya terjadi pada jarak 5 m dengan
kemiringan 2%. Andropogon mempunyai macam-macam
fungsi: pemandangan hijau dalam musim kering, kuat untuk
atap, dan dapat digunakan untuk kerajinan-kerajinan.
Gambar 2.32 Tanggul dari batu besar di Yatenga (Eric – FAO, 1996)
58 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.33 Tanggul tanah yang dibongkar di Ouahigouya (Eric – FAO,
1996)
Tanggul tanah telah dibangun lebih dari areal seluas
45.000 ha di provinsi Yatenga, 20 tahun yang lalu. Hanya
sedikit yang masih berfungsi setelah 2 tahun selesai
dibangun. Tanggul-tanggul itu bertindak sebagai tanggul
pengalih arah, mengarahkan limpasan permukaan turun ke
areal yang lebih rendah dan menggenang. Ketika petani
menyadari bahwa tanggul menyebabkan genangan di atas
tanah bagian hulu dan kekeringan di atas tanah bagian hilir,
maka mereka membongkarnya dan kembali mengairi lahan
dengan air yang mengalir ke bawah dari puncak bukit.
Metode pengalihan aliran seperti ini harus dihindari di areal
Sudano-Sahelian, di mana lajur dengan rumput seperti
dalam Gambar 2.31 adalah lebih cocok.
59 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi di daerah
pegunungan, Gambar 2.34 – 2.37
Gambar 2.35 Tangga batu yang tinggi di Cuzco, Peru (foto De Jaegher -
Eric – FAO, 1996)
60 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tangga-tangga batu yang tinggi di lembah: sistem
andenes di Peru. Untuk menangkap tanah lepas yang
tertampung di lembah secara baik, petani membangun
tangga-tangga batu yang tinggi yang dapat mengendalikan
air limpasan dan melindungi tanah yang ditanami.
Gambar 2.36 Terasering yang sempit dan progresif di Nepal (foto Segala
– Eric – FAO, 1996)
Di distrik Gulmi Nepal, lereng mencapai 60% diubah
dalam gaya tradisional menjadi teras-teras yang sempit dan
progresif. Tangga-tangga teras ditanami rumput. Lereng
yang curam ditutupi rumput kering. Dasar lembah diairi dan
ditanami secara intensif.
61 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Pada lereng yang curam sekitar danau Geneva,
penanam anggur telah membangun tangga-tangga batu
yang diplester secara baik seperti jaringan jalan-jalan stabil
yang mengeringkan seluruh lereng. Akhirnya permukaan
lahan dilindungi oleh lapisan batu bundar yang menyerap
tenaga tetesan air hujan. Pertumbuhan tanaman anggur
sangat cepat, dilindungi oleh penutupan tanah dengan batu-
batu bundar. Investasi untuk penanaman anggur seperti ini
cukup besar.
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi selokan, Gambar
2.38 – 3.
62 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.39 Gebalan rumput sebagai bangunan pengendali erosi
selokan (Eric – FAO, 1996)
Di dataran tinggi Madagaskar, petani sangat trampil
untuk mengubah lembah-lembah (gullies) menjadi sawah.
Mereka menggunakan gebalan rumput untuk membangun
dinding penahan tanah guna menahan air dan lumpur
tererosi dari tebing dan bukit.
Gambar 2.40 Kebun pisang di atas lembah (gully) (Eric – FAO, 1996)
63 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Di lembah Petite, Nippe – Haiti terdapat suatu kebun
dalam lembah (gully). Sedimen halus dapat ditampung
dibalik bendung dari tanah yang dimasukkan dalam kantong
plastik. Teras-teras terbentuk, kemudian dipupuk dan
ditanami kelapa, pisang, mangga, tebu dan tanaman kebun
lain.
Gambar 2.41 Tanaman pisang, bambu, tebu yang ditanam pada lembah
(gully) di Jacmel, Haiti (Eric – FAO, 1996)
64 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.42 Bronjong batu untuk pengendali erosi selokan di Souagui,
Algeria (Eric – FAO, 1996)
Bronjong-bronjong dari batu kering disusun sejajar.
Pada tahun ke dua, bangunan bronjong ini sudah tertutup
oleh sedimen, dan harus ditinggikan lagi untuk mencapai
keseimbangan yang memungkinkan tanaman alam menutupi
lereng.
Gambar 2.43 Gully yang telah diubah menjadi oasis di Souagui, Algeria
(Eric – FAO, 1996)
65 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Selokan yang telah diolah berfungsi seperti oasis.
Tiga tahun kemudian perkerasan dasar batu dibangun dan
pohon-pohon ditanam di atas endapan lumpur. Selokan
ditutupi tumbuhan secara alam, kontras dengan areal kering
di sekitarnya.
Gambar 2.44 Sumber air yang muncul dari gully yang berubah menjadi
oasis (Eric – FAO, 1996)
66 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.45 Tanaman pakan ternak ditanam pada tangga teras di distrik
Gulmi, Nepal
(foto Segala - Eric – FAO, 1996)
Tanaman pakan ternak ditanam sepanjang tangga-
tangga untuk menahan tanah di tempatnya dan
menyediakan pakan ternak yang bergizi.
Gambar 2.46 Tangga teras dari tanah dan rumput padat di Eduador
(foto De Noni - Eric – FAO, 1996)
67 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tangga-tangga dari tanah dan rumput padat telah
dibangun untuk melindungi lereng curam di Andes,
menurunkan erosi tanah oleh air sampai di bawah 5 ton/ha.
Agar sistem ini optimal, maka diberi pupuk kimia, bibit yang
baik dan pestisida. Cara teknis ini membuat lereng menjadi
stabil dan memungkinkan pertanian yang intensif.
68 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko