Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN
Ketika kita menyelamatkan bumi, kita menyelamatkan diri kita
sendiri
(when we heal the earth, we heal ourselves – David Orr)

1.1 Latar Belakang

B
umi ini terdiri dari tanah dan air dengan segala
kehidupan yang menyertainya. Apa itu tanah dan
bagaimana terbentuknya? Tanah yang termasuk tipe
apakah yang kita miliki? Bagaimana tumbuh-
tumbuhan telah mengambil sari makanan dari tanah untuk
kehidupannya, dan bagaimana bahan bergizi yang telah
diambil oleh tanaman itu dapat dikembalikan ke dalam
tanah? Apa itu daerah tangkapan air (watershed)?
Bagaimana air yang tersimpan di dalam tanah maupun
mengalir sebagai air permukaan dan air tanah dapat
memberikan kehidupan bagi segala kehidupan yang
menyertainya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggugah
dan menyadarkan kita untuk memahami betapa besar
peranan tanah dan air bagi kehidupan.
Campur tangan manusia telah mengacaukan
ekosistem tanah dan air yang menjadi gantungan kehidupan
di atas bumi ini. Penebangan hutan untuk keperluan
pertanian, pemukiman, komoditi dan sebagainya,
menyebabkan mudahnya tanah tererosi dan berkurangnya
1 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
ketersediaan sumber daya air. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat seperti
rekayasa-rekayasa di bidang teknik, antara lain dengan
banyaknya rumah kaca, pendingin udara (air condition),
membawa dampak pada meluasnya lubang ozon yang
melindungi bumi, sehingga mengakibatkan kacaunya iklim di
bumi ini, yang berpengaruh pula pada ekosistem siklus
hidrologi.
Upaya penyelamatan bumi dalam bentuk konservasi
tanah dan air, sangat mendesak untuk mengembalikan
ekosistem tanah dan air demi keselamatan kehidupan yang
menyertainya. Konservasi tanah dan air adalah dua hal yang
saling berkaitan. Tindakan konservasi/perlindungan alam
terhadap tanah, berdampak pada ketersediaan kuantitas dan
kualitas air yang berkelanjutan. Usaha
konservasi/perlindungan alam terhadap air, akan melibatkan
suatu tindakan untuk pengelolaan daerah tangkapan air
secara terpadu, yang berarti juga tindakan konservasi tanah.
Terdorong untuk lebih menemukan wawasan yang
luas tentang upaya penyelamatan bumi dalam bentuk
konservasi tanah dan air, maka dalam mata kuliah: Studi
Independen ini, dilakukan suatu studi tentang Konservasi
Tanah dan Air.

1.2 Tujuan Studi


Tujuan dari studi tentang konservasi tanah dan air ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas
tentang usaha konservasi tanah dan air, dalam arti: hal-hal
apakah yang penting dalam usaha konservasi, bagaimana
segi pandang sosial-ekonomis dalam usaha konservasi, dan
bagaimana jaringan upaya konservasi dalam lingkup global.

2 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
1.3 Metodologi
Untuk dapat mencapai tujuan dari studi ini maka dilakukan
kegiatan-kegiatan yang tergambar dalam metodologi studi Gambar
1.1.

Mencari bahan studi terkait berupa literatur


dari perpustakaan dan tulisan-tulisan di
jaringan internet

Pembimbing studi
Mempelajari bahan studi terkait dan
mengelompokan ke dalam sub-bahasan
yang akan ditulis

Membuat kerangka tulisan dari topik studi

Menulis topik studi: Konservasi Tanah dan


Air

Gambar 1.1 Metodologi Studi

3 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tulisan dengan topik: Konservasi Tanah dan Air ini,
dituliskan dengan metodologi seperti dalam Gambar 1.2.

1. PENDAHULUAN 2. BEBERAPA POKOK BAHASAN DALAM


1.1 Latar Belakang KONSERVASI TANAH
1.2 Tujuan Studi 2.1 Masalah dan Terjadinya Erosi Tanah
1.3 Metodologi 2.2 Erosi Tanah oleh Air
1.4 Lingkup pembahasan 2.3 Erosi Tanah oleh Angin
2.4 Penaksiran Tanah yang Hilang Akibat Erosi
2.5 Praktek-praktek Konservasi Tanah

4. ASPEK SOSIAL-EKONOMI
DARI KONSERVASI TANAH
DAN AIR 3. BEBERAPA POKOK BAHASAN DALAM
4.1 Aspek Sosial dari Konservasi KONSERVASI AIR
Tanah dan Air 3.1 Masalah Kekeringan dan Banjir
4.2 Aspek Ekonomi dari 3.2 Praktek-praktek Konservasi Air
Konservasi Tanah dan Air

5. KONSERVASI TANAH DAN AIR


DI BERBAGAI NEGARA 6. PEMBAHASAN 7. KESIMPULAN
DAN DISKUSI DAN SARAN

Gambar 1.2 Metodologi Penulisan

1.4 Lingkup Pembahasan


Lingkup pembahasan dari studi ini meliputi hal-hal yang
penting dalam usaha konservasi seperti: masalah erosi,
kekeringan, banjir dan bagaimana praktik-praktik konservasi
tanah dan air, bagaimana segi pandang sosial-ekonomis
dalam usaha konservasi, dan bagaimana jaringan upaya
konservasi dalam lingkup global.

4 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
BAB II
BEBERAPA POKOK BAHASAN
DALAM KONSERVASI TANAH

2.1 Masalah dan Terjadinya Erosi Tanah

E
rosi tanah adalah suatu proses berpindahnya tanah
oleh angin atau air. Erosi terjadi dalam berbagai
bentuk sebagai hasil dari berbagai sebab. Apapun
yang bergerak, termasuk air, angin, glasier, binatang-
binatang dan kendaraan-kendaraan, dapat sebagai
penyebab erosi. Tarikan gravitasi bumi yang
menggelincirkan tanah, secara lambat dapat menimbulkan
gerakan pada tanah perlahan-lahan, atau secara cepat
sebagai tanah longsor.
Erosi dapat terjadi secara seragam dan halus tidak
kentara. Erosi lempeng (sheet erosion) misalnya,
memindahkan lapis demi lapis setiap waktu sampai banyak
tanah hilang tanpa diketahui. Lebih dari separoh kehilangan
tanah pertahun di hampir semua tempat terjadi hanya dalam
beberapa hari selama hujan besar atau angin kencang
menimpa tanah yang kurang tertutup dengan tanaman.
Stallings (1957) menuliskan bahwa manusia berjuang
dengan erosi tanah sejak dikenalnya pertanian. Standar
hidup manusia tergantung dari makanan, yang diperoleh dari
tanah. Tanah yang rusak dan rakyat yang kelaparan

5 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
menunjukkan adanya kegagalan dalam memelihara sumber
daya alam yang terbesar yaitu lapisan atas tanah (the
topsoil) secara baik. Bercocok tanam dan membuka ladang,
berarti juga membuka tanah, selalu meningkatkan laju erosi
tanah. Kehilangan tanah pertanian karena erosi yang
menjadikan tanah gersang, sangat berpengaruh pada
ketahanan pangan. Tanah yang dibawa oleh air masuk ke
dalam sistem saluran menghasilkan sedimen yang
mengendap di sebelah hilir, menyebabkan kapasitas saluran
berkurang, sehingga mengakibatkan banjir yang merusak
lahan pertanian ataupun pemukiman. Air yang bercampur
lumpur ataupun pestisida dari lahan pertanian, pada akhirnya
akan membunuh ikan-ikan yang hidup dalam air.
Keprihatinan baru muncul akhir-akhir ini yang
menambahkan masalah-masalah erosi semakin serius.
Awan debu (dust clouds) dan air lumpur, adalah suatu polusi
udara dan air. Partikel-partikel tanah membawa bahan
bergizi untuk tanaman dan bahan kimia lain seperti pestisida
yang mencemari air. Masalah erosi menjadi masalah
lingkungan yang harus dikaji ulang untuk mencari udara dan
air yang bersih dan sehat. Bahan organik dan bahan bergizi
yang dibawa oleh air sampai ke waduk atau saluran, akan
menimbulkan tumbuhnya ganggang dan tanaman lain yang
mencemari dan mengganggu sistem dari waduk atau
saluran.

6 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.1 Air lumpur akibat erosi tanah oleh air
(Sumber: ADB RETA, 2003)

Gambar 2.2 Awan debu akibat erosi tanah oleh angin


(Photo: Young, dalam State Of The Environment Report for South
Australia, 2003)

7 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Stallings (1957) menuliskan pula bahwa alam raya
mempunyai kekuatan yang sering tak dapat dihindari,
demikian pula terjadinya erosi tanah. Ketika rumput dan
pohon-pohon diambil, maka diketahui bahwa angin dan air
akan merusakkan tanah. Orang berpikir bahwa tumbuh-
tumbuhan memperlambat aliran air dan mencegah
terbentuknya selokan-selokan (gullies). Orang berpikir pula
bahwa akar tanaman mencegah terjadinya erosi dengan
mengikat tanah, sehingga angin dan air tidak dapat
membawa pergi tanah. Manusia telah belajar sejak awal
bahwa terjadinya erosi menjadi tidak terkontrol, segera
setelah tumbuhan-tumbuhan yang menutupi tanah diambil
dan menggunakannya untuk bercocok tanam atau
penggembalaan.
Masyarakat awal telah membiarkan kekuatan alam
merusak tanah. Ternak mereka yang luar biasa,
menghabiskan rumput yang menutupi tanah
penggembalaan. Mereka menebang pohon-pohon yang
tumbuh di bukit-bukit. Dengan berkembangnya penduduk
maka diperlukan pemukiman, makanan dan kegiatan
ekonomi. Hutan ditebang diambil kayunya untuk membangun
kota dan rumah-rumah, banyak tanah dibuka untuk bercocok
tanam dan pemukiman. Ilmu pengetahuan berkembang dan
mereka semakin berpendidikan, tetapi tidak memahami
hukum alam yang menguasai angin dan air, yang dapat
membantu bila kekuatan alam dalam keseimbangan.
Minimnya pengetahuan akan hukum alam menyebabkan
rusaknya lapisan atas tanah yang kaya akan bahan bergizi
untuk tanaman dan longsornya tanah. Kita dapat belajar dari
sejarah bahwa banyak negara di mana pertanian dimulai,
maka akan meninggalkan tanah gersang dikemudian hari,
karena kurang memperhatikan hukum alam tersebut.

8 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Secara alamiah, erosi tanah tetap terjadi pada area
yang tidak diganggu oleh perbuatan tangan manusia tetapi di
bawah kondisi alam. Kekuatan hujan dan angin mampu
mencabut tumbuh-tumbuhan yang melindungi tanah,
sehingga tanah terbuka, angin dan air memindahkan tanah
tersebut. Semak dan rumput terbakar karena pengaruh sinar
matahari atau habis karena dimakan binatang liar yang juga
merusakkan tanah dengan gerakannya. Erosi tanah yang
terjadi karena alam ini disebut erosi alam. Erosi alam
biasanya masih dalam keseimbangan alam dan kejadian ini
sedikit sekali, sehingga dampak yang diakibatkannya masih
dapat dipulihkan oleh alam itu sendiri.
Lain halnya dengan erosi yang terjadi karena
perbuatan tangan manusia. Penggundulan hutan,
pembakaran hutan untuk ladang pertanian, perubahan tata
guna lahan sebagai akibat dari berkembangnya penduduk,
akan meningkatkan kuantitas tanah yang terbuka, sehingga
angin dan air menghanyutkan lapisan atas tanah yang sarat
akan bahan bergizi. Bahkan keadaan tanah yang tak
terlindung oleh akar tumbuh-tumbuhan menjadi mudah
longsor ketika kandungan air melebihi batas ketahanan
tanah untuk tidak tergelincir. Erosi karena perbuatan tangan
manusia ini menghasilkan sejumlah besar pasir, lumpur dan
batu yang dibawa oleh air ke sistem saluran dan terhimpun
di bagian hilir (Gambar 2.3). Pengembangan proyek
pembangunan telah meninggalkan tanah terbuka yang
mempunyai potensi besar untuk tererosi, baik oleh air
maupun oleh angin (Gambar 2.4).

9 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.3 Degradasi yang terjadi pada aliran sungai karena erosi dan
sedimentasi
(Photo: NEMO Project, University of Connecticut dalam Michigan’s
SESC, download 2005)

Gambar 2.4 Gundukan tanah yang berpotensi untuk tererosi


(Photo: Ottawa County SESC Agency dalam Michigan’s SESC, download
2005)

10 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tanda-tanda terjadinya erosi lain yang dapat
ditemukan adalah pada tanah menjadi tidak subur, batu-batu
yang tampak di permukaan tanah, adanya selokan-selokan,
ataupun terkuburnya tanaman oleh tanah seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2.5.

Permukaan tanah subur


dan tidak subur

Batu-batu yang muncul


keluar dari tanah

Selokan-selokan
(gullies) pada tanaman
jahe
Erosi pada tanaman baru teh

Gambar 2.5 Tanda-tanda terjadinya erosi


(Sumber: FiBL, Training Manual on Organic Agriculture in the Tropic, download
2005)
Pada dasarnya erosi tanah terjadi karena angin dan
air. Erosi tanah yang terjadi oleh karena air, mengakibatkan
terjadinya sedimentasi. Sedang erosi tanah yang terjadi oleh
karena angin, menyebabkan terjadinya deposisi.

2.2. Erosi Tanah oleh Air


Stallings (1957) menuliskan bahwa manusia jaman
dahulu berpikir bahwa erosi tanah terjadi karena aliran air
yang mengalir di atas lahan, merobek partikel-partikel tanah
dan membawa lari ke tempat lain yang lebih rendah. Belum
pernah dibayangkan bahwa erosi tanah oleh air terjadi
dengan cara lain. Segala usaha dipusatkan bagaimana
11 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
mengatasi aliran permukaan yang mengerosi tanah.
Dibuatlah teras-teras atau dinding-dinding yang melindungi
bukit-bukit dari pengaruh aliran air permukaan yang
mengerosi tanah. Air hujan yang jatuh dianggap sebagai
suplai air pada aliran permukaan.
Ketika diamati karakter air hujan yang jatuh di atas
tanah terbuka disamping dinding tembok rumah, maka dapat
dilihat bahwa tembok rumah akan kotor dengan tanah-tanah
yang tercuat dari tempatnya dan memercik, menempel ke
tembok. Itulah kekuatan air hujan yang jatuh, dapat
melemparkan tanah ke tempat lain. Air hujan yang jatuh di
atas tanah yang tertutup lapisan air, akan menyebabkan air
tersebut menjadi lumpur karena tanah terkoyak oleh pukulan
air hujan yang jatuh dari ketinggian (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Tetesan air hujan yang jatuh di atas tanah yang tertutup lapisan air
(Naval Research Laboratory Photo, Stallings, 1957)

12 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Bila di amati Gambar 2.6 dari atas ke bawah, bagian
kiri menunjukkan tetesan air hujan yang jatuh di atas lapis
tipis air. Bagian tengah menunjukkan tetesan air hujan yang
jatuh di atas lapis air yang sedang, dan bagian kanan pada
lapis air yang lebih tebal. Dari atas ke bawah menunjukkan
proses tetesan air hujan yang mengoyakkan tanah.
Proses erosi tanah dimulai sejak air hujan yang jatuh
di atas tanah yang terbuka. Pukulan ini terjadi karena setetes
air hujan yang jatuh ke atas tanah dari suatu ketinggian. Air
hujan yang jatuh itu membuat lubang seperti bom yang
meledak. Partikel-partikel yang terpercik merupakan
campuran antara lumpur dan air (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Awal proses erosi tanah oleh air


(Naval Research Laboratory Photo, Stallings, 1957)

Sekian lama tidak diketahui bahwa pukulan air hujan


merupakan faktor utama terjadinya erosi tanah,
menghasilkan lumpur di lahan, yang sebelumnya
diperkirakan adalah kotoran di atas atap rumah atau daun-
daun yang dibersihkan oleh air hujan dan di bawa mengalir,
atau air yang mengalir memotong gundukan tanah,
13 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
membawanya mengalir, menyebabkan timbulnya lumpur.
Untuk mengatasi hal ini, dibuatlah teras-teras dan dinding-
dinding penahan untuk menjaga tanah dari erosi. Namun
diketahui bahwa usaha ini tidak banyak memberikan hasil,
maka perhatian studi diarahkan pada air hujan yang jatuh
memukul tanah dan mengoyakkannya.
Lain halnya bila air hujan jatuh di atas daun-daun
tanaman yang menutupi tanah. Daun-daun tersebut
menahan pukulan air hujan sehingga tereduksi kekuatannya
dan baru jatuh ke tanah. Daun-daun ini melindungi tanah,
dan tanah dengan struktur yang mudah meresap air karena
tanaman yang menutupinya, akan dapat menyerap air yang
lebih bersih, bebas dan besar (Gambar 2.8).

Gambar 2.8 Tetesan air hujan yang jatuh di atas daun tanaman
(Soil Conservation Service Photo, Stallings, 1957)

Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat


pukulan/percikan air hujan yang jatuh dapat berupa: (1) erosi
genangan (puddle erosion), (2) erosi kesuburan (fertility
erosion), (3) erosi lempeng (sheet erosion).

Erosi Genangan (puddle erosion).

14 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Air hujan yang jatuh memberikan pukulan seperti
bom, merusakkan tanah, mengoyak tanah selama terjadi
hujan, menghancurkan struktur tanah ke dalam kondisi
genangan lumpur. Genangan lumpur ini berfungsi sebagai
lapisan yang hampir kedap, sehingga memperlambat laju
infiltrasi, mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan.
Tanaman yang menutupi tanah mencegah terjadinya erosi
genangan ini, karena tanaman menangkap pukulan air hujan
sehingga tidak mengoyakkan tanah yang terbuka.
Bandingkan dua penelitian seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.9. Daun-daunan yang menutupi tanah dan terkena
pukulan air hujan memberikan jumlah air yang terinfiltrasi
lebih banyak dari pada tanah terbuka.

Gambar 2.9 Percobaan pengaruh erosi genangan pada laju infiltrasi


(Soil Conservation Service Photo, Stallings, 1957)

Gambar 2.9 menunjukkan bahwa jumlah air yang


tertampung dalam botol di mana tanah ditutupi oleh sisa
tanaman, lebih banyak dari pada botol yang lain di mana
tanah terbuka. Hal ini menunjukkan daya infiltrasi yang besar
dari tanah yang ditutupi, sehingga tidak terjadi erosi
genangan.
Erosi kesuburan (fertility erosion).
15 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Makanan untuk tanaman dalam tanah adalah bahan
organik, lumpur dan lempung yang terletak pada lapisan atas
tanah. Pukulan air hujan yang jatuh, mengoyak bagian tanah
yang kaya akan makanan untuk tanaman ini, mengapung
dan mengalir pergi, meninggalkan tanah sisa terdiri dari
bahan pasir dan butiran kasar yang miskin akan makanan
bergizi untuk tanaman. Tanah seperti dicuci oleh air dan
menjadi tidak subur lagi (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Tanah sisa yang tidak subur lagi akibat erosi
(Soil Conservation Service Photo, Stallings, 1957)

Erosi lempeng (sheet erosion).


Erosi lempeng sesungguhnya adalah erosi percikan.
Percikan air hujan yang jatuh merobek tanah turun dari
permukaannya, memindahkan tanah itu dalam suatu lapisan
tipis turun ke tempat yang lebih rendah. Percikan atau
pukulan air hujan yang jatuh, bekerja secara seragam pada
seluruh permukaan tanah, sehingga mampu meratakan
suatu gundukan tanah tanpa bantuan dari aliran air
permukaan. Erosi lempeng juga membawa lapisan atas

16 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
tanah yang biasanya berwarna gelap. Puncak bukit nampak
terang karena lapisan atas tanah yang berwarna gelap telah
hilang akibat erosi lempeng yang membawa lapisan atas
tanah ke bagian bawah bukit (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Lapisan atas tanah yang berwarna gelap telah hilang akibat
erosi lempeng
(Sumber: Troeh et.al., 1991)

Setelah proses erosi diawali dengan terkoyaknya


tanah oleh pukulan air hujan yang jatuh, menghasilkan tanah
lumpur bercampur air, kemudian dibawa mengalir oleh aliran
air ke tempat yang lebih rendah, mengendap di suatu tempat
sebagai endapan sedimen. Jadi air hujan yang jatuh dan air
yang mengalir, merupakan dua agen yang kompak akan
terjadinya erosi tanah. Air hujan yang jatuh bertindak sebagai
agen utama yang mengawali proses erosi dengan
mengoyakkan tanah oleh pukulannya laksana bom, dan air
yang mengalir menyambut koyakan tanah itu dengan
mengangkutnya dalam aliran sebagai erosi tanah.
Erosi tanah yang disebabkan oleh air dapat berupa:
erosi lempeng, erosi alur, erosi selokan, longsoran massa
17 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
tanah dan erosi tebing sungai. Erosi lempeng (sheet
erosion), yaitu berpindahnya lapisan tipis tanah lewat
permukaan atas tanah oleh percikan air hujan yang jatuh dan
limpasan air permukaan. Air hujan yang jatuh memberikan
energi yang paling banyak untuk mengoyakkan tanah, dan
limpasan air permukaan berkapasitas untuk mengangkut
tanah yang telah terkoyak itu ke tempat lain yang lebih
rendah. Erosi lempeng terjadi sangat halus sehingga sulit
dilihat. Tanda-tanda yang dapat dikenali, bahwa terjadi erosi
lempeng, adalah ketika warna dari tanah dasar mulai
nampak (Gambar 2.11).
Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang membentuk
saluran-saluran sempit dan banyak terjadi pada praktik
bercocok tanam yang normal. Erosi ini terjadi ketika
limpasan air permukaan (runoff) terkonsentrasi dalam alur
sempit mengalir ke bagian yang lebih rendah (Gambar 2.12).
Air ini mempunyai kekuatan menggerogoti yang lebih besar
dari pada aliran lempeng, yang memindahkan tanah dari
dinding dan dasar dari alur sempit itu. Saluran-saluran
sempit ini biasa terjadi di antara barisan tanaman sepanjang
batas lahan.

Gambar 2.12 Erosi yang membentuk saluran-saluran sempit (rill erosion) di


daerah pertanian India (Roy L. Donahue, dalam Troeh et.al., 1991)

18 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Erosi selokan (gully erosion) adalah erosi yang
membentuk selokan-selokan, merupakan erosi lempeng
yang terpusat pada selokan. Kecepatan airnya jauh lebih
besar dibandingkan dengan kecepatan limpasan permukaan
pada erosi lempeng. Selokan cenderung menjadi lebih
dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran
dan tumbuh ke arah hulu. Ini dinamakan erosi ke arah
belakang (backward erosion) (Gambar 2.13).

Gambar 2.13 Erosi yang membentuk selokan-selokan (gully erosion)


(Sumber: Rasmussen, 2005 dan Troeh et.al., 1991)

Longsoran massa tanah, yang terletak di atas


batuan keras atau lapisan tanah liat. Longsoran ini terjadi
19 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
setelah adanya curah hujan yang panjang, sehingga lapisan
tanah menjadi jenuh oleh air tanah (Gambar 2.14).

Gambar 2.14 Longsoran massa tanah di Nepal


(Foto Segala, dalam Eric – FAO, 1996)
Erosi tebing sungai (streambank erosion), terutama
yang terjadi pada saat banjir, yaitu tebing tersebut
mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan
longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai. Erosi
tebing dapat terjadi pula pada tebing jalan raya seperti
nampak dalam Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Erosi tebing pada jalan raya


(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh et.al., 1991)
Erosi tanah oleh air membawa kerusakan-kerusakan
berupa tanah yang hilang, bahan nutrisi untuk tanaman yang

20 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
hilang, perubahan tekstur tanah, kerusakan struktur,
menurunnya kapasitas produksi, lahan yang terbelah,
kerusakan pada bangunan struktur (Gambar 2.15), sedimen
mencemari aliran air dalam saluran, danau dan waduk
(Gambar 2.16 dan 2.17).

Gambar 2.16 Sedimen yang mencemari aliran air


(J.A. Hobbs, dalam Troeh et.al., 1991)

Gambar 2.17 Sedimen yang mencemari waduk di Kansar


(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh, 1991)
Proses erosi tanah pada dasarnya mempunyai 3
tahapan: (1) Pengoyakan/pelepasan struktur tanah
21 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
(detachment), (2) pengangkutan tanah yang terkoyak
(transportation), dan (3) pengendapan/sedimentasi di bagian
hilir (sedimentation). Proses pengoyakkan dilakukan oleh air
hujan yang jatuh, proses pengangkutan dilakukan oleh aliran
air, dan tanah yang terangkut tersebut mengendap di bagian
hilir. Proses sedimentasi dapat didefinisikan sebagai
pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya
material fragmental oleh air akibat adanya erosi. Sedimentasi
memberi banyak dampak, baik di sungai, saluran, waduk,
bendung dan bangunan-bangunan irigasi.
Pengendapan sedimen di dasar sungai menyebabkan
naiknya dasar sungai, yang menyebabkan tingginya
permukaan air sehingga dapat mengakibatkan banjir yang
menimpa lahan-lahan yang tidak dilindungi (unprotected
land). Hal tersebut dapat pula menyebabkan aliran
mengering dan mencari alur baru. Kenaikan dasar sungai
juga mempengaruhi drainase di daerah sekitarnya, sehingga
akhirnya sistem drainase dengan cara gravitasi tidak
memungkinkan lagi.
Jika saluran irigasi atau saluran pelayaran dialiri oleh
air yang penuh sedimen, maka akan terjadi pengendapan
sedimen di dasar saluran. Hal ini akan mengakibatkan tinggi
efektif air yang diperlukan dan aliran air terganggu, maka
perlu dilakukan perbersihan sedimen. Tentu saja diperlukan
biaya yang cukup besar untuk mengeruk sedimen tersebut.
Pada keadaan tertentu pengerukan sedimen menyebabkan
terhentinya operasi saluran.
Pengendapan sedimen di waduk-waduk akan
mengurangi volume efektifnya. Sebagian besar jumlah
sedimen yang mengendap di dalam waduk adalah sedimen
yang dialirkan oleh sungai-sungai yang mengalir ke waduk.
Hanya sebagian kecil saja yang berasal dari longsoran
tebing-tebing waduk atau yang berasal dari gerusan tebing-
22 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
tebing waduk oleh limpasan permukaan. Butir-butir yang
kasar akan diendapkan di bagian hulu waduk, sedangkan
yang halus diendapkan di dekat bendungan. Jadi, sebagian
besar sedimen akan diendapkan di bagian volume aktif
waduk, dan sebagian dapat dibilas ke bawah, jika terjadi
banjir pada saat permukaan air waduk masih rendah.
Pengendapan sedimen di bendung atau pintu-pintu air
menyebabkan kesulitan dalam mengoperasikan pintu-pintu
tersebut. Juga karena pembentukan pulau-pulau pasir (sand
bars) di sebelah hulu bendung atau pintu air akan
mengganggu aliran air yang melalui bendung atau pintu air.
Di sisi lain akan terjadi bahaya penggerusan terhadap bagian
hilir bendung, jika beban sedimen di sungai tersebut
berkurang karena pengendapan di bagian hulu bendung,
maka aliran dapat mengangkut material dasar sungai.

2.3 Erosi Tanah oleh Angin


Erosi tanah oleh angin adalah proses
pelepasan/pengelupasan, pemindahan, dan penimbunan
dari bahan tanah oleh angin. Angin mengikis tanah dengan
cara yang berbeda dibandingkan dengan air yang mengikis
tanah. Angin tidak akan mengikis tanah yang basah. Seperti
halnya dengan air, angin juga tidak akan mengikis tanah
yang terlindung oleh tanaman. Angin mengikis tanah lebih
sering pada areal yang mempunyai curah hujan sedikit.
Tanah akan selalu kering, dan tanaman jarang tumbuh
karena kurang air, sehingga tanah tidak terlindung dari angin
yang mengikis. Pada daerah dengan curah hujan besar
namun tanahnya berpasir, maka tanah akan cepat kering
dan mempunyai sedikit tanaman yang menutupi, sehingga
angin dengan mudah dapat mengikisnya.
Erosi tanah oleh angin biasanya menjadi masalah
pada daerah kering, daerah dengan tanah berpasir seperti
23 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
sepanjang pantai, atau tanah berstruktur halus yang tidak
terlindung oleh tanaman. Erosi tanah oleh angin menjadi
masalah di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan
Kanada, pada daerah kering di Argentina, Bolivia, Peru dan
sebagian negara Rusia, China, India, Pakistan, Afrika dan
Australia (Troeh dkk., 1991).
Angin yang bergerak seringkali tidak hanya dalam
satu arah, tetapi dapat memutar, membentuk cerobong ke
atas yang sering disebut angin puting beliung (eddies).
Sebagian angin bergerak dalam hembusan sekejap atau
tiba-tiba dengan kekuatan besar. Angin yang bergerak
dengan kekuatan besar ini mampu melepaskan partikel-
partikel tanah, membawa dalam gerakannya sehingga
menimbulkan awan debu yang mencemari udara,
meninggalkan pasir dan kerikil, kemudian menimbunkannya
di tempat lain. Angin membawa partikel-partikel tanah dalam
3 macam cara: (1) Melompat (Saltation), (2) Melayang
(Suspension) dan (3) Menggelinding di permukaan (Surface
creep), yang merupakan proses erosi tanah oleh angin
(Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Proses terjadinya erosi tanah oleh angin


(Sumber: WERU, download 2005)
Lompatan (saltation)

24 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Partikel-partikel tanah secara individu terangkat ke
atas dari permukaan tanah oleh angin, kemudian kembali
dan mempengaruhi partikel-partikel lain sehingga tercabut /
terlepas dan jatuh pada arah tertentu. Partikel-partikel ini
mempunyai diameter antara 0.05 – 0.5 mm. Jumlah tanah
yang dipindahkan oleh erosi angin ini 50 – 80 % dengan cara
melompat.

Melayang (suspension)
Partikel-partikel yang tercabut / terlepas cukup kecil,
mempunyai diameter lebih kecil dari 0.05 mm, cukup kecil
untuk terbang di udara dengan waktu yang panjang, nampak
sebagai debu. Umumnya jumlah tanah yang dipindahkan
oleh erosi angin dengan cara melayang ini kurang dari 20 %,
tercampur dengan udara dan terbawa angin sebagai debu.

Menggelinding di permukaan (surface creep)


Butiran-butiran tanah yang mempunyai diameter lebih
besar dari 0.5 mm tidak dapat terangkat oleh hembusan
angin, tetapi butiran yang lebih kecil dari 1 mm dapat
bergerak perlahan-lahan sepanjang permukaan tanah
dengan cara terseret atau menggelinding di atas permukaan
tanah. Hampir 25 % jumlah tanah yang dipindahkan adalah
dalam bentuk/cara ini.
Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh erosi
angin dapat berupa: (1) kehilangan tanah, (2) perubahan
tekstur tanah, (3) kehilangan bahan bergizi untuk tanaman,
(4) kehilangan produktivitas tanah, (5) abrasi, (6) polusi
udara dan (7) deposisi.

25 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.19 Tanah hilang setebal 30 cm dipindahkan oleh erosi angin di
Manitoba
(Kanada – Manitoba Soil Survey, dalam Troeh et.al., 1991)

Lebih dari 30 cm tebal tanah telah hilang dipindahkan


oleh erosi angin dari tanah humus berpasir halus di bagian
barat laut Manitoba – Kanada (Gambar 2.19). Tanah butiran
halus yang hilang ini meninggalkan tekstur tanah yang
berubah menjadi lebih kasar. Juga dalam tanah butiran
halus, yang biasanya merupakan jenis lempung atau bahan
organik dengan kandungan bahan bergizi untuk tanaman ikut
hilang, sehingga tanah menjadi kurang produktif lagi.
Butiran-butiran tanah yang terbawa angin merusakkan
tanaman, terutama tanaman yang masih muda, ketika angin
membawa tanah abrasi menabrak tanaman muda tersebut.
Sebagai akibat lebih lanjut, tanaman akan terhambat
pertumbuhannya, menurun hasil panennya, bahkan sampai
mati (Gambar 2.20)

26 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.20 Ladang gandum di Kansas yang rusak terabrasi akibat badai angin
tanggal 10 Pebruari 1976.
(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh et.al., 1991)

Tanah yang terbawa angin berupa awan debu ini


menyebabkan polusi udara. Debu yang disebabkan oleh
lahan pertanian dengan kandungan kimia dari pestisida,
dapat membawa kematian bagi manusia, atau gangguan
pada pernafasan (Gambar 2.21). Debu yang melayang
terbawa dalam jarak yang cukup panjang dan terkumpul
sebagai lapisan tipis di atas setiap benda, tetapi tidak
menimbulkan kerusakan fisik. Namun ada juga debu yang
melayang itu mengandung bahan organik atau zat kimia
yang dapat merusakkan benda – benda, terlebih bila terbawa
sampai ke pemukiman penduduk.
27 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.21 Awan debu yang tebal membuat polusi udara
(Soil Conservation Service Photo, Stalling, 1957)

Tanah yang terbawa dengan cara melompat,


menempuh perjalanan yang pendek saja, tapi dapat
menyebabkan kerusakan fisik yang cukup berarti. Tanah ini
terkumpul di suatu tempat pertanian yang mengubur
tanaman sehingga dapat mematikan tanaman. Tanah ini
dapat juga menimbun jalan raya sampai setebal 1 m
(Gambar 2.22)

28 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.22 Jalan raya yang tertimbun tanah sampai 1 m akibat erosi
oleh angin.
(USDA Soil Conservation Service, dalam Troeh et.al., 1991)

Udara yang bergerak mempunyai kekuatan. Semakin


tinggi kecepatan angin, semakin besar tenaganya dan
semakin besar daya erosinya. Daya erosi dari angin
permukaan meliputi: (1) kecepatan angin dekat tanah, (2)
turbulensi angin, (3) angin ribut, dan (4) angin yang berubah-
ubah arah.
Kecepatan angin dekat tanah yang terbuka adalah nol
pada ketinggian Z0, sedikit di atas ketinggian rata-rata dari
tanah yang terbuka, tetapi di bawah puncak gelombang
permukaan tanah (Gambar 2.23a). Kecepatan mendekati nol
cukup tinggi di atas permukaan tanah yang tertutup
tanaman. (Gambar 2.23b). Jarak D menunjukkan pergeseran
bidang nol yang disebabkan oleh tanaman. Daya erosi dari
angin juga dikendalikan oleh kecepatan gesekan angin.
Gaya geser menjadi semakin besar pada permukaan tanah
yang kasar, yang seharusnya lebih erosif dibanding tanah
29 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
permukaan halus. Pada kenyataannya, permukaan yang
kasar mengurangi erosi karena bagian tanah kasar
menyerap banyak tarikan dan meninggalkan sedikit gaya
tersisa untuk menarik butiran tanah yang mudah tererosi.

Gambar 2.23 Kecepatan angin dekat permukaan tanah


(Sumber: Troeh et.al., 1991)

Angin yang cukup kuat menyebabkan erosi biasanya


selalu turbulen, dengan eddies bergerak dalam segala arah
pada macam-macam kecepatan. Turbulensi akan meningkat
dengan naiknya kecepatan gesekan, meningkatnya
kekasaran permukaan dan perubahan suhu permukaan.
Juga lebih berat ketika mendekati permukaan tanah
dibandingkan bila lebih tinggi dalam arus angin (Chepil and
Milne, 1941). Udara turbulensi merupakan salah satu yang

30 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
dipertimbangkan sebagai faktor utama yang memulai
pergerakan butiran-butiran dalam loncatan, tetapi faktor-
faktor lain yang diketahui sekarang lebih mempunyai peran
yang berarti. Turbulensi adalah penting dalam menjaga
butiran-butiran tanah melayang di udara.
Kecepatan angin berfluktuasi secara luas dan sering.
Komposisi tanah adalah campuran dari komponen yang
mudah tererosi dan tidak mudah tererosi, yang akan stabil
bila kecepatan angin konstan. Komponen yang tidak mudah
tererosi menyelimuti permukaan dan menjaganya dari
kehilangan lebih lanjut. Kecepatan angin yang bermacam-
macam akan mencegah permukaan tanah dari keadaan
stabil yang lengkap. Kecepatan angin ribut yang lebih tinggi
mulai mengerosi lagi permukaan yang stabil, terus menerus
sampai kecepatan angin ribut turun di bawah kecepatan
yang menyebabkan erosi.
Angin dengan arah yang berubah-ubah dapat
menyebabkan erosi. Perubahan arah angin mempengaruhi
proses erosi dalam dua cara utama. Perubahan arah
menyebabkan permukaan yang stabil mulai tererosi lagi
karena pola komponen yang tidak mudah tererosi dan
butiran-butiran yang stabil adalah efektif dalam arah
sebelumnya. Pergeseran arah sekecil 300 saja
memampukan pergerakan tanah mulai kembali. Jika angin
yang erosif mempunyai arah satu atau dua dari arah yang
berlawanan, maka dimungkinkan untuk menempatkan
rintangan guna mengurangi kehilangan tanah. Rintangan ini
dapat berupa lajur-lajur, tanaman lajur dan pemecah angin,
tegak lurus dengan arah angin. Akan menjadi sulit bila arah
angin berubah-ubah, maka penempatan rintangan menjadi
sangat tidak efektif.

31 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.4 Penaksiran Tanah yang Hilang Akibat Erosi
Kebutuhan untuk mengevaluasi kehilangan akibat
erosi dan efektifitas dalam mengendalikan atau mengukur
erosi, menjadi semakin dibutuhkan ketika mulai
dipromosikan usaha konservasi tanah dalam pertanian.
Kehilangan tanah akibat erosi oleh air maupun angin mulai
diprediksi untuk menemukan jumlah tanah yang hilang atau
jumlah sedimen yang terjadi.

2.4.1 Penaksiran Tanah yang Hilang Akibat Erosi oleh


Air
Pada mulanya persamaan penaksiran tanah yang
hilang akibat erosi oleh air dikembangkan pada tahun 1940-
an. Zingg (1940a, 1940b), Smith (1941), dan Browning et.al.
(1947) mengembangkan persamaan untuk negara Amerika
bagian barat tengah, yang semula melibatkan hanya
kemiringan dan panjang lahan, kemudian tanaman dan
praktik pengelolaan khusus, akhirnya dimasukkan pula faktor
erodibilitas tanah. Muzgrave (1947) melaporkan hasil latihan
kerja, dalam bentuk persamaan baru yang memasukkan
faktor curah hujan.
USDA Agricultural Research Service memberikan
kontribusi yang penting dalam memahami erosi air dan
secara khusus dalam mengembangkan persamaan
penaksiran tanah yang hilang akibat erosi oleh air. Indeks
erosi – curah hujan, yang mempunyai proporsi besar jumlah
variasi kehilangan tanah dari badai hujan, telah ditetapkan
(Wischmeier, 1959). Metode untuk mengevaluasi faktor
pengelolaan tanaman juga telah dikembangkan (Wischmeier,
1960).
Wischmeier dan Smith (1965) mengusulkan suatu
metode untuk mengestimasi kehilangan akibat erosi lempeng
dan erosi alur (sheet and rill erosion) dari lahan yang
32 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
ditanami. Persamaan ini dikenal sebagai Persamaan
Kehilangan Tanah Universal – USLE (Universal Soil Loss
Equation), yang merupakan persamaan empiris, diturunkan
lebih dari 10.000 plot-tahun data curah hujan yang
dikumpulkan dari daerah tangkapan kecil pada 46 stasiun di
dataran Great, Amerika dan suatu estimasi yang sama dari
2000 plot-tahun data simulasi curah hujan.
Analisis prinsip persamaan erosi diperlihatkan sebagai
hasil kali dari erosivitas curah hujan (R faktor yang sama
dengan energi potensial), dengan hambatan lingkungan
yang terdiri dari faktor K (erodibilitas tanah), LS (faktor
topografi), C (penutupan tanaman dan teknik pertanian) dan
P (praktik pengendalian erosi). Bila salah satu faktor
cenderung nol, maka erosi juga akan cenderung nol, yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

A  R  K  LS  C  P
............................................................. (2.1)

Di mana: A = estimasi rata-rata kehilangan tanah


tahunan, ton/ha
R = indeks curah hujan – limpasan air (rainfall-
runoff), tf m2 / ha / jam
K = faktor erodibilitas tanah, t jam / tf m2 .
LS = faktor kemiringan dan panjang (topografi),
tak berdimensi
C = faktor pengelolaan tanaman yang
menutupi, tak berdimensi
P = faktor praktik yang mendukung, tak
berdimensi

33 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Faktor R merupakan fungsi dari tenaga kinetis hujan
(E) yang jatuh dikalikan dengan intensitas maksimum dalam
30 menit (I30). Untuk daerah di Amerika telah ditetapkan
faktor R ini (Gambar 2.24). Tercatat bahwa nilai R menjadi
tinggi di Amerika bagian tenggara di mana biasa terjadi hujan
badai, dan tidak begitu tinggi di bagian lain karena hujan
adalah tunak.

Gambar 2.24 Indeks Curah Hujan di Amerika Serikat


(Sumber: Elementary Soil & Engineering, dalam Jianguo Ma, 2001)
Faktor K tergantung dari bahan organik dan tekstur
tanah, yang merupakan fungsi dari properti tanah dan
permeabilitas. Faktor ini berupa kehilangan tanah persatuan
indeks erosivitas hujan dari lahan kosong pada kemiringan
9%, panjang 72.5 ft (22.1 m). Nilai ini berkisar antara 1.0
(mudah tererosi) sampai 0.1 (paling kecil – tanah yang
stabil). Faktor LS tergantung pada panjang dan kemiringan
lereng. Nilai ini merupakan perbandingan besarnya tanah
yang hilang dari lereng referensi dengan panjang 22.1 m dan
kemiringan seragam 9%. Besarnya nilai referensi adalah 1.0.
Bila panjang 2 kali lipat dari panjang referensi, maka nilai LS
34 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
meningkat 20 – 40 %. Kecuraman yang 2 kali lipat akan
menghasilkan jumlah erosi yang 2 atau 3 kali lipat. Pada
bentuk lereng yang cembung memberikan nilai yang lebih
kecil dari yang diindikasikan, sedang pada lereng yang
cekung akan lebih besar. Nilai ini bervariasi antara 0.1 – 20
untuk daerah pegunungan.
Faktor C adalah sangat rumit dan empiris. Nilai di
lapangan merupakan perbandingan dengan nilai pada
kondisi referensi. Faktor C ini merupakan kompinasi dari
penutupan tanaman, tingkat produksi dan teknik penanaman.
Nilai ini bervariasi dari 1 untuk tanah terbuka sampai 0.001
untuk daerah ditutupi hutan atau 0.01 untuk daerah ditutupi
tanaman rumput dan tanaman lain. Semakin kecil C, akan
semakin kecil jumlah erosi. Pada daerah hutan tercatat
mempunyai nilai C yang rendah.
Faktor P juga sangat empiris, mempertimbangkan
praktik pengendalian erosi yang spesifik seperti pertanian
konturing, terasering dan sebagainya. Wischmeier dan Smith
(1978) memberikan nilai-nilai P untuk beberapa praktik
konservasi pertanian. Nilai ini bervariasi dari 1 untuk tanah
terbuka tanpa pengendalian erosi, sampai sekitar 0.1 dengan
praktik konservasi yang ketat pada kemiringan yang landai.
Persamaan USLE ini merupakan penaksirkan rata-
rata tahunan kehilangan tanah, dalam keadaan iklim, tanah,
topografi, tata guna lahan dan praktik pengelolaan yang
khusus (Wischmeier, 1976). Persamaan ini tidak berlaku
untuk erosi selokan-selokan (gullies). USLE juga telah
diadaptasikan untuk keadaan lain melalui versi modifikasi
yang dikenal sebagai MUSLE (Modified Universal Soil Loss
Equation) dikembangkan oleh Williams (1975), dapat
digunakan untuk menghitung jumlah sedimen dari cekungan
drainase pada lokasi yang khusus untuk kejadian badai yang

35 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
dipilih (Gaffney dan Lake, 2003), yang dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:

T  95V  Qp   K  LS  C  P
0.56

.................................................... (2.2)

di mana:
T = jumlah sedimen tiap kejadian badai, tons
V = volume limpasan hujan tiap kejadian badai, acre-feet
Qp = aliran puncak tiap kejadian badai, cubic-feet-per-second
K, LS, C, dan P adalah faktor-faktor dalam USLE
Nilai V dan Qp ditentukan dari analisis drainase setempat.

Morgan et.al (1984) mengembangkan sebuah model


yang disebut MMF (Morgan, Morgan and Finney), untuk
memprediksi kehilangan tanah tahunan yang mengacu pada
pengertian lebih lanjut terhadap proses erosi ke dalam suatu
fase air dan fase sedimen. Fase sedimen
mempertimbangkan erosi tanah sebagai hasil dari
pengoyakkan partikel tanah oleh aliran permukaan. Jadi fase
sedimen terdiri dari 2 persamaan penaksiran, yaitu untuk laju
pengoyakkan karena percikan air dan kapasitas
pengangkutan oleh aliran permukaan. Model ini
menggunakan 6 persamaan yang memerlukan 15 masukan
parameter (Tabel 2.1). Model ini menetapkan nilai
kehilangan tanah tahunan dengan jalan membandingkan
hasil penaksiran pengoyakkan karena percikan air dan
kapasitas pengangkutan limpasan air permukaan. Nilai yang
lebih rendah merupakan nilai kehilangan tanah tahunan.

36 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi dan masukan input dari Model erosi tanah MMF

Fase Air: E = tenaga kinetik hujan


2
E = R *(11.9 + 8.7 *Log I) (J/m )
…………………….(2.3) Q = volume limpasan
Q = R *exp ( - RC / R0) permukaan (mm)
…………...….………. (2.4) F = laju pengoyakan akibat
tetesan hujan (kg/m2)
di mana, G = kapasitas
RC = 1000 * MS * BD * RD * (Et pengangkutan
0.5
/E0) ...........(2.5) limpasan permukaan
R0 = R / R n (kg/m2)
....................................................(2.6) R = hujan tahunan (mm)
Rn = jumlah hari hujan per
Fase Sedimen: tahun
– 0.05 A –3
F = K *( E*e )* 10 I = intensitas erosi hujan
..............................(2.7) (mm/h)
2 -3
G = C * Q * sin S * 10 A = persentasi kontribusi
................................(2.8) hujan pada intersepsi
tetap dan arus (%)
Et/E0 = Rasio evaporasi
aktual (Et ) terhadap
evaporasi potensial (E0
)
MS = kadar air dalam tanah
pada kapasitas lapang
atau 1/3 tekanan
barometer
(% w/w)
BD = rapat jenis dari lapisan
3
tanah atas (Mg/m )

37 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
RD = kedalaman akar
lapisan tanah atas (m),
didefinisikan sebagai
kedalaman tanah dari
permukaan sampai
lapisan kedap air atau
lapisan batu, di mana
akar berada
K = indeks pengoyakan
tanah (g/J),
didefinisikan sebagai
berat tanah yang
terkoyak dari massa
tanah tiap satuan
tenaga hujan
S = kecuraman lereng
tanah, dinyatakan
dalam sudut lereng
C = faktor pengelolaan
penutupan tanaman,
merupakan faktor
kombinasi P dan C dari
USLE
Sumber: Morgan et.al., 1984 dalam Saha, download 2005.

Sejak dipublikasikannya persamaan USLE pada tahun


1985, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan
nilai-nilai faktor yang terdapat dalam persamaan USLE. Hal
ini menghasilkan apa yang disebut sebagai RUSLE (Revised
Universal Soil Loss Equation). Renard et.al (1994) dalam
tulisan yang dipublikasikan dalam Journal of Soil and Water

38 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Conservation, Vol 49 (3), p 213-220, dengan judul “RUSLE
revisited: Status, questions, answer, and the future”,
menjelaskan revisi yang terdapat dalam RUSLE.
Perbedaan utama antara USLE dan RUSLE adalah (Fort Ord
OE Risk Assessment Protocol, 2002):
1. Faktor R, pada RUSLE dimasukkan banyak nilai R dari
negara Amerika bagian Barat, sedang pada USLE yang
diambil nilai R dari negara Amerika Timur. Secara umum
nilai R ini sama dengan yang dipakai pada USLE, tetapi
dengan memasukkan beberapa revisi.
2. Faktor K, nilai yang digunakan dalam RUSLE adalah
sama dengan pada USLE, tetapi disesuaikan dengan
memperhitungkan adanya beberapa perubahan seperti
pembekuan dan pencairan, lengas tanah dan
sebagainya. Penyesuaian ini dihitung dalam tiap tengah
bulan, dan diaplikasikan pada negara Amerika dataran
utara dan selatan, barat tengah dan timur.
3. Faktor LS, pada USLE digunakan tabel LS yang
tersedia, sedang pada RUSLE digunakan 4 table LS yang
ditentukan oleh hubungan antara erosi rill . RUSLE
menyederhanakan penetapan faktor LS ini melalui
penggunaan teknologi komputer.
4. Faktor C, USLE menyediakan estimasi perubahan tanah
untuk 4-5 periode tahapan tanaman dalam setahun.
RUSLE menyediakan estimasi dalam interval tengah
bulanan, khususnya yang berhubungan dengan
penutupan tanaman, residu permukaan dan di bawah
permukaan, serta pengaruh iklim pada proses
pembusukan residu, kekasaran, akar, dan konsolidasi
tanah.
5. Faktor P, USLE menggunakan faktor P untuk praktik
konservasi konturing dan terasering dari nilai tabel yang
ditetapkan untuk jarak kemiringan, dan juga didasarkan
39 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
pada kemiringan saluran. RUSLE menggunakan faktor P
untuk pertanian memotong lereng dan memasukkan
proses dasar penelusuran untuk menetapkan pengaruh
penanaman lajur. Nilai untuk pertanian memotong lereng
didasarkan pada panjang lereng dan kecuraman, jarak
lajur, tinggi gundukan, serangan badai hujan, infiltrasi
tanah, dan kondisi penutupan lahan serta kekasaran.
Faktor P untuk penaman lajur didasarkan pada jumlah
dan lokasi penumpukan tanah.

Persamaan penaksiran tanah yang hilang akibat erosi


oleh air (USLE) pada mulanya digunakan untuk membantu
pekerja lapangan dalam menilai tingkat erosi saat kini dan
merencanakan pengukuran pengendalian untuk lahan yang
ditanami. Untuk memudahkan perhitungan dan menyingkat
waktu, staf SCS (Soil Conservation Services) menggunakan
komputer untuk mengembangkan suatu tabulasi data,
sehingga hanya memilih nilai-nilai saja, dari pada
menghitungnya.
Persamaan USLE juga diaplikasikan untuk daerah
yang berdekatan dengan 37 negara bagian yang menjadi
studi kasus penurunan persamaan USLE, daerah dengan
faktor nilai data yang terbatas, tanah di bawah permukaan
dan bahan lain, lahan-lahan yang tidak seragam dan nilai
faktor C untuk tanah yang tidak ditanami. Persamaan USLE
juga digunakan untuk memperkirakan polusi, khususnya
polusi tersebar (non-point source pollution). Model AGNPS
(Agricultural Non-point Source Pollution Model) merupakan
model perhitungan erosi tanah di antara daerah tangkapan.
Model ini dikembangkan untuk mengestimasi kualitas air
limpasan permukaan, dengan penekanan utama pada
transportasi sedimen dan bahan bergizi (Young, Cheatle, &
Muraya, 1987, Young et.al. 1989). Sejak model AGNPS
40 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
dapat dihubungkan dengan sistem informasi geografis (GIS),
maka aplikasinya dalam lingkungan daerah tangkapan
menjadi lebih menarik untuk pemaduan data-data. Model
erosi dan kualitas air limpasan permukaan AGNPS ini,
seperti model-model spasial lainnya, mendasarkan pada
struktur sel dan grid untuk menangkap daerah dataran
(Gebrekirstos Teklehaimanot, 2003). Model ini
mengekstraksi variabel topografi dan karakter permukaan
tanah dari lapisan data dasar GIS seperti kontur, alur
drainase dan batas-batas daerah tangkapan.
Model WEPP (Water Erosion Prediction Project)
adalah suatu contoh menggunaan yang luas dari model erosi
berdasarkan proses fisik (Renard et.al., 1996). Model ini
dikembangkan sebagai suatu sistem pendekatan pemodelan
untuk menaksir dan mengestimasi kehilangan tanah dan
memilih praktik pengelolaan daerah tangkapan untuk
konservasi. Erosi dasar dan persamaan pengendapan dalam
model WEPP didasarkan pada rumus keseimbangan massa
yang menggunakan konsep erosi alur dan antar alur, di
mana persamaan kontinuitas dalam keadaan tunak.
Sejak berkembangnya sistem informasi geografis
(SIG/GIS), penggunaan komputer untuk penyelesaian
perhitungan penaksiran menjadi lebih menarik. Penggunaan
RS (Remote Sensing) dan GIS terutama untuk integrasi dari
data-data spasial maupun tidak spasial, seperti data
fisiografi, tanah, tata guna lahan atau penutupan lahan, pola
erosi tanah, topografi dan sebagainya. Jianguo Ma (2001)
mengkombinasikan persamaan USLE dengan GIS/Arc View
untuk mengestimasi erosi tanah pada daerah tangkapan Fall
Creek, Ithaca – New York, Amerika. Data yang digunakan
adalah: (1) model elevasi digital (DEM – Digital Elevation
Model) untuk menentukan faktor kemiringan dan panjang
(LS), (2) basis data geografi tanah di negara bagian
41 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
(STATSGO – State Soil Geographic) untuk menentukan
faktor K dari New York, (3) basis data tata guna lahan dan
penutupan lahan MRLC yang dibandingkan dengan tabel
faktor C dalam Agriculture Handbook (USDA) untuk
menentukan faktor C, dan (4) Peta indeks curah hujan untuk
menentukan faktor R. Dari keempat data yang merupakan
lapisan spasial GIS dilakukan penumpukan lapisan-lapisan
yang menghasilkan peta erosi. Secara diagram alir
metodologi tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.25.

Slope
DEM Merge Multiply LS
Slope Length E
r
o
s
Soil K factor i
o
Overlay
n
Land Use C factor
M
A
Rainfall p
Index Map R factor

Gambar 2.25 Diagram alir metodologi dari Jianguo Ma (2001)

Flanagan et.al. (2000) membangkitkan masukan data


topografi yang perlu untuk simulasi model erosi tanah
dengan menghubungkan model WEPP dan GIS serta
melengkapi dengan DEM (Digital Elevation Model).
Yoshikawa et.al (2004) mengembangkan persamaan
HSLE (Hilly-Land Soil Loss Equation) untuk mengevaluasi
erosi tanah oleh air karena praktik pertanian dengan bebas
di daerah pegunungan. Persamaan HSLE ini terdiri dari
persamaan USLE untuk terasering (permukaan datar dan
lereng), dan suatu faktor untuk pengaruh daya rusak dari
42 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
aliran air. Faktor R dituliskan sebagai besaran intensitas
hujan (I) dan energi kinetik hujan (E). Persamaan HSLE
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

A  I  K  E  L  S  C  P  rs  L'S'C'P'1  rs   fa  M  Z  C  P ....... (2.9)

di mana:
I, K, E, L, S, C dan P adalah faktor-faktor yang terdapat
dalam persamaan dasar USLE
fa = parameter, berkaitan dengan erosivitas permukaan
terganggu dan air tanah dangkal
M = permukaan terganggu dan air tanah dangkal,
sehubungan dengan daerah tangkapan
r.w.d.fH
Parameter M diformulasikan sebagai: M
a
.......................................... (2.10)
di mana:
r = curah hujan tahunan (jumlah total > 13 mm,
mengacu pada R dalam USLE)
w = berat air per satuan volume, tf / m3
d = daerah tangkapan (catchment area), m2
fH = perbandingan limpasan air permukaan dan curah
hujan, tak berdimensi
a = luas lahan (field area), m2
Z = tinggi antara 2 teras, m
rs = kemiringan lereng, rs = 1 untuk lahan miring, rs untuk
lereng miring dan (1-rs) untuk permukaan yang datar.

Tingkat toleransi dari besarnya tanah yang hilang akibat


erosi oleh air adalah laju maksimum erosi tanah tahunan
yang mungkin terjadi dan tetap diijinkan dalam tingkatan
tertinggi produktifitas tananam yang secara ekonomis dapat
dicapai (Wischmeir and Smith, 1978). Batas toleransi

43 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
kehilangan tanah menentukan jumlah tanah hilang yang
masih dapat ditoleransi untuk mempertahankan secara
ekonomis dan terus menerus keberlanjutan tanah. Di antara
harga ini maka proses pembentukan tanah dan erosi tanah
adalah seimbang. Toleransi kehilangan tanah maksimal
untuk daerah tropis adalah A = 25 tons/ha-yr dan untuk
daerah temperate adalah 13.7 ton/ha-yr. Biasanya toleransi
kehilangan tanah adalah 5 – 12 ton/ha-yr untuk tanah
dangkal sampai dalam (Gebrekirstos Teklehaimanot, 2003).
Semakin ketat tingkat toleransi yang dapat diterima maka
semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk usaha
konservasi. Untuk daerah yang mudah tererosi, maka tingkat
toleransi menjadi lebih longgar.

2.4.2 Penaksiran Tanah yang Hilang Akibat Erosi oleh


Angin
Iklim adalah faktor utama yang secara kuantitatif
berhubungan dengan erosi oleh angin. Jumlah erosi oleh
angin bervariasi berhubungan langsung dengan kecepatan
rata-rata angin pada bulan Maret – April dan secara terbalik
dengan curah hujan tahun sebelumnya (Zingg et.al, 1952).
Pada awal tahun 1953 dikembangkan suatu hubungan
antara agregat erodibel, jumlah sisa tanaman yang
menutupi, kekasaran gelombang tanah, dan jumlah erosi
oleh angin. Penaksiran tanah yang hilang akibat erosi oleh
angin banyak dikaji oleh Chepil, Woodruff dan Zingg.
Persamaan penaksiran tanah yang hilang akibat erosi
oleh angin WEQ (Wind Erosion Prediction Equation)
diusulkan oleh Woodruff dan Siddoway (1965):
E  f (I,K, C,L, V )
....................................................................... (2.11)

44 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
di mana:
E = penaksiran jumlah tanah yang hilang rata-rata
tahunan, tons/ac-yr (mt/ha-yr)
f = fungsi
I = indeks erodibilitas tanah, tons/ac-yr (mt/ha-yr)
K = faktor kekasaran punggung tanah, tak berdimensi
C = faktor iklim (tenaga angin), tak berdimensi
L = faktor jarak tempuh angin bertiup pada tanah yang
tak terlindung, ft
V = faktor penutupan tanah oleh tanaman, tak
berdimensi

Indeks erodibilitas tanah (I) merupakan fungsi dari


tekstur dan agregat tanah. Nilai I ini berkisar antara 0 (untuk
batuan) sampai 300 (untuk butiran tunggal pasir halus).
Faktor kekasaran punggung tanah berkisar antara 1.0 (untuk
tanah yang halus) sampai 0.3 (untuk punggung sampai 3
inci). Faktor iklim berupa kecepatan angin memberikan
tenaga atau daya untuk mengerosi secara langsung, sedang
curah hujan dan suhu udara mempengaruhi kelembaban
tanah permukaan sehingga secara tidak langsung juga
mempengaruhi tingkat erosi.

Seperti halnya dalam persamaan USLE, persamaan WEQ


juga memasukkan faktor-faktor utama yang menentukan
tingkat erosi, tetapi faktor-faktor dalam persamaan WEQ
saling terkait, sehingga persamaan lebih sederhana sebagai
perkalian antar faktor-faktor tersebut. Keterkaitan faktor-
faktor dalam persamaan WEQ memerlukan persamaan yang

45 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
kompleks dan diagram yang rumit untuk menemukan
hasilnya.

Kebutuhan yang memungkinkan untuk suatu masukan


faktor-faktor pengelolaan yang mempunyai pengaruh kuat
terhadap erosi tanah, telah membantu perkembangan
RWEQ (Revised Wind Erosion Equation) (Fryrear et.al,
1998, Fryrear et.al, 2000). RWEQ adalah kombinasi antara
model empiris dan proses, dan merupakan model erosi oleh
angin yang pertama dicobakan secara ekstensif dalam
keadaan lapangan di luar dataran Great, Amerika.
Perbedaan antara RWEQ dan WEQ terletak pada sudut
tinjauannya. RWEQ menitik beratkan pada daya gerak dasar
angin, sedang WEQ menitik beratkan pada erodibilitas
tanah.

Parameter masukan untuk persamaan RWEQ:


EF = Erodible Fraction, dihitung dari properti tanah atau
prosedur standar saringan kering
SCF = Soil Crust Factor, lapisan luar tanah yang keras,
dihitung dari kandungan lempung dan bahan organik
K = termasuk pengukuran kekasaran punggung dan rata-
rata, diukur dengan alat pengukur kekasaran
WF = Weather Factor, terdiri komponen angin yang dihitung
dengan nilai kecepatan angin 500 tiap 15 hari atau
lebih kecil. Nilai ini disesuaikan untuk banyak dan
jumlahnya curah hujan dan salju yang menutupi.
Angin ini dihitung untuk 4 arah tiap periode waktu
Field = masukan model ukuran dan orientasi lahan
menghitung 4 panjang tiap periode waktu. Angin
dimodifikasikan dengan rintangan tergantung
kepadatan rintangan, tinggi, dan kecepatan.

46 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
COG = Crop On Ground, termasuk penutupan datar, berdiri,
dan pertumbuhan kelopak tanaman. Sisa-sisa
tanaman dibusukan berdasarkan tanaman, curah
hujan, dan suhu. Sisa tanaman yang berdiri
dirubuhkan dan dikubur dengan pengolahan lahan
Hills = modifikasi kecepatan angin, tergantung pada lereng
dan tinggi, pegunungan akan meningkatkan erosi
karena meningkatnya kecepatan

Persamaan penaksiran tanah yang hilang akibat erosi


oleh angin (WEQ) pada mulanya digunakan untuk membantu
teknisi konservasi dalam menilai kondisi erosi angin dan
mengevaluasi perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
pengelolaan untuk mengurangi akibat yang berlebihan dari
bencana erosi. WEQ dikembangkan pula untuk digunakan
pada daerah semi kering dataran Great. Tanah, iklim dan
data lain daerah ini digunakan untuk mengembangkan
perangkat penaksiran yang praktis dan efektif. WEQ
kemudian digunakan untuk tanah yang ditanami di daerah
lembab di Amerika Serikat, padang tempat latihan di Amerika
bagian barat, negara-negara lain, dan untuk memperkirakan
polusi udara.

2.4.3 Penggunaan Komputer dalam Perhitungan


Penaksiran
Perangkat lunak komputer telah dikembangkan untuk
menyelesaikan persamaan penaksiran erosi, sehingga lebih
mudah dan lebih cepat serta memperluas kegunaannya ke
dalam lahan yang lebih luas. Penggunaan komputer
dikembangkan untuk menyelesaikan persamaan dasar dari
USLE dan WEQ.
Model RUSLE yang merupakan suatu kelompok
persamaan matematik, mengestimasi kehilangan tanah rata-
47 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
rata tahunan dan jumlah sedimen dari erosi alur (rill erosion).
Persamaan dan data yang luar biasa banyaknya
diselesaikan dengan menggunakan komputer (SWCS, 1993
dan Terrence & George, 1998). Program EPIC (Erosion
Productivity Impact Calculator) dikembangkan oleh ahli-ahli
ARS (Agricultural Research Service) untuk menilai pengaruh
jangka panjang erosi tanah terhadap jumlah sedimen
(Williams et.al, 1983). Program CREAMS (Chemical, Runoff,
and Erosion from Agricultural Management System) juga
dikembangkan oleh ahli-ahli ARS untuk digunakan dalam
daerah tangkapan yang kecil, yang juga mempunyai
komponen penilaian terhadap nutrisi yang hilang dalam
proses erosi (Knisel, 1980). SCS dan ahli-ahli ARS juga
mengembangkan model polusi AGNPS (Agricultural Non-
point Source) untuk mengestimasi kualitas air limpasan dari
daerah pertanian (Young et.al, 1989). Program WEPP
(Water Erosion Prediction Project) dikembangkan untuk
penggunaan yang luas dari lembaga-lembaga yang terlibat
dalam konservasi tanah dan air serta perencanaan dan
penilaian lingkungan (Foster and Lane, 1987).
Tim ahli ARS mengembangkan lebih lanjut WERM
(Wind Erosion Research Model) dan program WEPS (Wind
Erosion Prediction System). NSCR (Natural Resources
Conservation Service) dalam unitnya WERU (Wind Erosion
Research Unit) banyak menggunakan persamaan WEQ
untuk menilai rata-rata kehilangan tanah dalam lahan
pertanian, dan mengembangkan penyelesaian persamaan
WEQ dengan program Microsoft Excel yang dikenal dengan
EXCEL – WEQ (Lorenz et.al, 2003).

48 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5 Praktik – praktik Konservasi Tanah
Konservasi tanah pada dasarnya mempunyai arti
sebagai suatu usaha dalam menjaga segala sesuatu pada
tempatnya, termasuk juga menjaga fungsi tanah untuk
pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Praktik
konservasi tanah meliputi pengelolaan erosi tanah dan
hubungannya dengan proses sedimentasi, mengurangi
dampak negatif dan menggali kesempatan baru yang
tercipta. Young (1989) mendefinisikan konservasi tanah
sebagai suatu kombinasi dari pengendalian erosi dan
menjaga kesuburan tanah. Usaha untuk menjaga tanah pada
tempatnya dengan kegiatan setempat, merupakan pusat
perhatian dimasa lalu. Akhir-akhir ini, perhatian diubah pada
pendekatan dataran luas, di mana sedimentasi dipelajari
seiring dengan erosi, dan peran saluran-saluran maupun
saringan (filter) dimasukkan, yang menerima aliran air
permukaan dengan sedimen melayang. Erosi tanah pada
dasarnya disebabkan oleh air dan angin, maka usaha
pengendalian erosi tanah dan menjaga kesuburan tanah
meliputi 2 perhatian, yaitu pada erosi akibat air dan erosi
akibat angin.
Prinsip-prinsip pengendalian erosi tanah akibat air
merupakan usaha serius bagaimana mengatasi atau
mencegah terjadinya proses erosi. Hal ini meliputi: (1)
mengurangi dampak jatuhnya air hujan ke atas tanah, (2)
mengurangi jumlah dan kecepatan limpasan air permukaan,
dan (3) meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi
(Troeh et.al., 1991).
Prinsip-prinsip pengendalian erosi tanah akibat angin
juga merupakan usaha serius bagaimana mengatasi atau
mencegah terjadinya proses erosi. Hal ini meliputi: (1)
mengurangi kecepatan angin dekat permukaan tanah, (2)

49 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
membuang bahan-bahan penggosok dari arus angin, dan (3)
mengurangi erodibilitas tanah (Troeh et.al., 1991).
Untuk mencegah terjadinya erosi dapat dilakukan usaha-
usaha vegetatif berupa pencegahan erosi dengan penutupan
lahan oleh tanaman, dan mekanis berupa pembuatan
bangunan-bangunan pencegah erosi. Gambar 2.26
memperlihatkan bagaimana mencegah terjadinya erosi tanah
oleh air.

Menurunkan kekuatan erosi


tetes hujan dengan menjaga
tanah tetap tertutupi tanaman
atau daun-daun kering

Meningkatkan daya infiltrasi air hujan ke dalam


tanah, menurunkan limpasan air permukaan

Menurunkan kecepatan aliran air


yang turun pada lereng dengan
bantuan bangunan konstruksi

Gambar 2.26 Pencegahan terjadinya erosi tanah oleh air


(Sumber: FiBL, Training Manual on Organic Agriculture in the Tropic,
download 2005)

50 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Penghalang kayu

Dinding batu

Guludan dan selokan

Teras bangku

Gambar 2.27 Beberapa konstruksi yang melawan erosi tanah oleh air
(Sumber: FiBL, Training Manual on Organic Agriculture in the Tropic,
download 2005)

Beberapa konstruksi untuk melawan terjadinya erosi


tanah oleh air, berupa penghalang dari kayu, dinding-dinding
batu yang disusun, guludan dan saluran, serta teras bangku,
dijelaskan dalam Gambar 2.27. Untuk mengurangi erosi
tanah, dapat dibuat juga penghalang hidup dari tanaman
rumput pakan ternak, nenas atau tanaman lain yang sesuai,
seperti dijelaskan dalam Gambar 2.28.

51 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tanggul lumpur ditanami semak, rumput pakan
ternak, nenas atau tanaman lain yang cocok untuk
menurunkan erosi tanah

Gambar 2.28 Penghalang hidup dari tanaman untuk mengurangi erosi


tanah
(Sumber: FiBL, Training Manual on Organic Agriculture in the Tropic,
download 2005)

Praktik konservasi tanah dapat dilakukan meliputi


usaha-usaha pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan
tanah untuk bercocok tanam dan membangun bangunan-
bangunan untuk konservasi tanah.

52 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Hubungan antara tanah dan air sangat erat. Metode
pengelolaan lahan/tanah akan mempengaruhi limpasan air
permukaan dan arus aliran. Penggunaan lahan untuk
pertanian, pemukiman berkaitan dengan perkembangan
penduduk, mempunyai dampak yang serius terhadap
limpasan air permukaan, tampungan air tanah, erosi dan
kesulitan-kesulitan lain yang berhubungan dengan air serta
erosi. Dari sinilah muncul usaha konservasi dengan
pengelolaan daerah aliran sungai.
Daerah aliran sungai adalah suatu area yang
merupakan batas air, di mana air limpasan permukaan akan
berkumpul dan mengalir dalam sungai. Pengelolaan
area/lahan/daerah aliran sungai ini pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk: (1) mengurangi dampak
jatuhnya air hujan ke atas tanah, (2) mengurangi jumlah dan
kecepatan limpasan air permukaan, dan (3) meningkatkan
ketahanan tanah terhadap erosi. Usaha ini merupakan
kombinasi hubungan antara tanah – air – tanaman.
Dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) terdiri dari
beberapa elemen seperti komunitas masyarakat dengan
segala kegiatan sosial – ekonomi – budaya, hutan kayu,
lahan pertanian, padang rumput, semak belukar dan
wanatani. Pengelolaan daerah aliran sungai ditujukan untuk
semua elemen DAS ini. Suatu perencanaan pengelolaan
DAS sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha
konservasi. Perencanaan ini harus memperlihatkan
kebijakan-kebijakan, kuantitas, biaya dan lokasi-lokasi yang
diperlukan untuk pengukuran tanah dan air.
Strategi pengelolaan DAS yang berkelanjutan meliputi
antara lain (Kenneth and Karlyn, 2000):
1. Pendekatan antar disiplin, yang perlu memadukan antara
dimensi teknis dan kemanusiaan dalam rancangan
53 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
pengelolaan DAS. Hal ini memerlukan pemahaman akan
budaya dan tradisi penggunaan lahan.
2. Penelitian sosial – ekonomi dan teknik-teknik pendekatan
yang diperlukan untuk menyatukan konsep rancangan
dan perencanaan pengelolaan DAS. Pendekatan yang
top-down (atas – bawah) sering tidak menghasilkan suatu
usaha yang berkelanjutan. Partisipasi lokal atau
pendekatan bawah – atas akan memberikan hasil yang
berkelanjutan.
3. Sebelum memberikan subsidi dana untuk usaha
konservasi, perlu dipertimbangkan dahulu arti dari
pemberian insentif ini. Biaya-biaya eksternal yang negatif
akan dihasilkan bila proyek bergantung pada subsidi,
seperti strategi ekonomi yang mungkin tidak sesuai
karena perbedaan budaya antara lembaga donor dan
negara penerima.
4. Pemantauan lingkungan dan sosio-ekonomi diperlukan
selama implementasi dan penyelesaian proyek untuk
membantu dalam informasi pengambilan keputusan.
5. Perencanaan harus mempertimbangkan aspek topografi
dalam menanggulangi interaksi aliran hulu dan hilir serta
pengaruh kumulatif daerah aliran sungai.
6. Struktur lembaga administratif harus dikembangkan pula
untuk menegaskan batas-batas DAS dan mendukung
kegiatan implementasi.
7. Program pelatihan dan jaringan pada semua tingkatan
harus dipromosikan. Dukungan dana jangka panjang
untuk tenaga teknis, manajer dan pengambil kebijakan
harus mendapat perhatian yang sama dengan biaya
operasional lapangan.

54 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
2.5.2 Pengelolaan Tanah untuk Bercocok Tanam
Usaha konservasi pada tanah pertanian atau yang
dipakai untuk bercocok tanam merupakan usaha
pengendalian erosi oleh air dan angin. Praktik pertanian
mengakibatkan tanah menjadi terbuka dan rawan akan erosi
oleh air maupun angin. Pengelolaan tanah pertanian secara
tepat akan memberikan hasil produksi pertanian yang
optimal, karena tanah yang mengandung nutrisi bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman tidak hanyut tererosi, sehingga
tanah menjadi subur. Pengendalian erosi tergantung pada
pengelolaan yang baik meliputi pengadaan tanaman yang
menutupi secara memadai dan pemilihan tanaman yang
sesuai untuk menjaga infiltrasi dengan atau tanpa
pengolahan tanah. Jadi konservasi tanah tergantung kuat
pada metode pertanian dalam kombinasi dengan
pengelolaan tanah yang realistik, sedang pengukuran
mekanis hanya berperan sebagai pendukung saja. Hal ini
digambarkan dalam strategi konservasi pada tanah yang
ditanami, dijelaskan dalam Gambar 2.29.

Gambar 2.29 Strategi konservasi tanah untuk lahan pertanian


(adaptasi dari Morgan, 1986, dalam Noordwijk and Verbist, 2000)

55 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Praktik-praktik spesifik untuk menghindari erosi oleh air:
1. Menaman tanaman pakan ternak dalam rotasi atau
sebagai penutup lahan tetap
2. Menanam tanaman penutup lahan pada musim dingin
3. Penyemaian di dalam lahan tertutup tanaman
4. Melindungi permukaan tanah dengan sisa-sisa
tanaman
5. Memendekkan panjang dan kecuraman lereng
6. Meningkatkan laju infiltrasi
7. Memperbaiki stabilitas bahan agregat

Praktik-praktik spesifik untuk menghindari erosi oleh angin:


1. Menjaga penutupan lahan oleh tanaman atau sisa-
sisa tanaman
2. Menanam sabuk pelindung
3. Penanaman lajur
4. Meningkatkan kekasaran permukaan
5. Menanam secara kontur
6. Menjaga bahan agregat tanah dalam ukuran yang
tidak mudah terbawa angin

2.5.3 Bangunan-bangunan untuk Konservasi Tanah


Beberapa contoh bangunan-bangunan untuk konservasi
tanah yang telah dibuat di berbagai negara dijelaskan dalam
Gambar 2.30 – 2.47.

56 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi di daerah
Sudano – Sahelian, Gambar 2.30 – 2.33

Gambar 2.30 Jajaran batu sebagai bangunan pengendali erosi di


Yatenga (Eric – FAO, 1996)

Di Yatenga – Burkina Faso, petani menjajar batu-batu,


cabang-cabang atau rumput untuk menghambat limpasan air
(sheet runoff), meredam aliran puncak, dan menangkap
bahan organik dan pasir, sementara air lebih masih dapat
melewati. Jajaran batu-batu, cabang atau rumput ini juga
berfungsi sebagai batas kepemilikan tanah.

Gambar 2.31 Jajaran batu yang diperkuat dengan rumput jenis


Andropogon (Eric – FAO, 1996)

57 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Jajaran batu diperkuat dengan jajaran rumput jenis
Andropogon, yang juga mengurangi penggunaan batu
sampai 50% dan mengisi jarak antara batu. Pengaruh positif
dari struktur ini hanya terjadi pada jarak 5 m dengan
kemiringan 2%. Andropogon mempunyai macam-macam
fungsi: pemandangan hijau dalam musim kering, kuat untuk
atap, dan dapat digunakan untuk kerajinan-kerajinan.

Gambar 2.32 Tanggul dari batu besar di Yatenga (Eric – FAO, 1996)

Tanggul yang semi pervius dibangun dengan blok


batu besar untuk menahan limpasan air permukaan (sheet
runoff) yang terjadi pada erosi selokan. Tanggul yang
mempunyai puncak datar ini juga berfungsi untuk
menangkap bahan nutrisi, menghambat aliran puncak dan
membantu pengisian kembali air tanah.

58 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.33 Tanggul tanah yang dibongkar di Ouahigouya (Eric – FAO,
1996)
Tanggul tanah telah dibangun lebih dari areal seluas
45.000 ha di provinsi Yatenga, 20 tahun yang lalu. Hanya
sedikit yang masih berfungsi setelah 2 tahun selesai
dibangun. Tanggul-tanggul itu bertindak sebagai tanggul
pengalih arah, mengarahkan limpasan permukaan turun ke
areal yang lebih rendah dan menggenang. Ketika petani
menyadari bahwa tanggul menyebabkan genangan di atas
tanah bagian hulu dan kekeringan di atas tanah bagian hilir,
maka mereka membongkarnya dan kembali mengairi lahan
dengan air yang mengalir ke bawah dari puncak bukit.
Metode pengalihan aliran seperti ini harus dihindari di areal
Sudano-Sahelian, di mana lajur dengan rumput seperti
dalam Gambar 2.31 adalah lebih cocok.

59 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi di daerah
pegunungan, Gambar 2.34 – 2.37

Gambar 2.34 Teras bangku di daerah pegunungan sebagai bangunan


pengendali erosi
(foto De Jaegher - Eric – FAO, 1996)

Bangku teras dibangun dalam abad 14 oleh orang


Indian, diairi dan tetap digunakan untuk pertumbuhan sereal.
Metode ini membutuhkan investasi buruh yang besar (600 –
1200 hari per ha) dan dirawat baik (3 – 10 ton/ha/3 tahun
pupuk + 2 – 5 ton/ha/2 tahun kapur). Hal ini dapat diterima
bila tanah adalah langka, biaya buruh dapat diabaikan dan
murah, dan tanaman dapat tumbuh secara ekonomis.

Gambar 2.35 Tangga batu yang tinggi di Cuzco, Peru (foto De Jaegher -
Eric – FAO, 1996)
60 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tangga-tangga batu yang tinggi di lembah: sistem
andenes di Peru. Untuk menangkap tanah lepas yang
tertampung di lembah secara baik, petani membangun
tangga-tangga batu yang tinggi yang dapat mengendalikan
air limpasan dan melindungi tanah yang ditanami.

Gambar 2.36 Terasering yang sempit dan progresif di Nepal (foto Segala
– Eric – FAO, 1996)
Di distrik Gulmi Nepal, lereng mencapai 60% diubah
dalam gaya tradisional menjadi teras-teras yang sempit dan
progresif. Tangga-tangga teras ditanami rumput. Lereng
yang curam ditutupi rumput kering. Dasar lembah diairi dan
ditanami secara intensif.

Gambar 2.37 Tangga-tangga batu yang diplester di perkebunan anggur


danau Geneva, Swiss (Eric – FAO, 1996)

61 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Pada lereng yang curam sekitar danau Geneva,
penanam anggur telah membangun tangga-tangga batu
yang diplester secara baik seperti jaringan jalan-jalan stabil
yang mengeringkan seluruh lereng. Akhirnya permukaan
lahan dilindungi oleh lapisan batu bundar yang menyerap
tenaga tetesan air hujan. Pertumbuhan tanaman anggur
sangat cepat, dilindungi oleh penutupan tanah dengan batu-
batu bundar. Investasi untuk penanaman anggur seperti ini
cukup besar.
Gambar-gambar bangunan pengendali erosi selokan, Gambar
2.38 – 3.

Gambar 2.38 Bangunan pengendali erosi selokan berupa bronjong batu


(Eric – FAO, 1996)

Di Oued Sikak, Algeria, dibangun bangunan bronjong


besar untuk mengendalikan erosi selokan yang berlokasi di
atas tanah lempung campur kapur, tidak jauh dari suatu
bendung. Setelah 5 tahun, tak ada sedimen lagi yang
tertampung, dan merupakan investasi besar yang sebetulnya
tidak perlu. Bagaimanapun pintu-pintu mungkin dapat terisi
selama badai hujan khusus.

62 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.39 Gebalan rumput sebagai bangunan pengendali erosi
selokan (Eric – FAO, 1996)
Di dataran tinggi Madagaskar, petani sangat trampil
untuk mengubah lembah-lembah (gullies) menjadi sawah.
Mereka menggunakan gebalan rumput untuk membangun
dinding penahan tanah guna menahan air dan lumpur
tererosi dari tebing dan bukit.

Gambar 2.40 Kebun pisang di atas lembah (gully) (Eric – FAO, 1996)

63 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Di lembah Petite, Nippe – Haiti terdapat suatu kebun
dalam lembah (gully). Sedimen halus dapat ditampung
dibalik bendung dari tanah yang dimasukkan dalam kantong
plastik. Teras-teras terbentuk, kemudian dipupuk dan
ditanami kelapa, pisang, mangga, tebu dan tanaman kebun
lain.

Gambar 2.41 Tanaman pisang, bambu, tebu yang ditanam pada lembah
(gully) di Jacmel, Haiti (Eric – FAO, 1996)

Petani menanam pisang, bambu, tebu dan tanaman


kebun lain di lembah. Tenaga limpasan air permukaan
diserap oleh tanaman, dan lembah menjadi stabil.

64 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.42 Bronjong batu untuk pengendali erosi selokan di Souagui,
Algeria (Eric – FAO, 1996)
Bronjong-bronjong dari batu kering disusun sejajar.
Pada tahun ke dua, bangunan bronjong ini sudah tertutup
oleh sedimen, dan harus ditinggikan lagi untuk mencapai
keseimbangan yang memungkinkan tanaman alam menutupi
lereng.

Gambar 2.43 Gully yang telah diubah menjadi oasis di Souagui, Algeria
(Eric – FAO, 1996)

65 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Selokan yang telah diolah berfungsi seperti oasis.
Tiga tahun kemudian perkerasan dasar batu dibangun dan
pohon-pohon ditanam di atas endapan lumpur. Selokan
ditutupi tumbuhan secara alam, kontras dengan areal kering
di sekitarnya.

Gambar 2.44 Sumber air yang muncul dari gully yang berubah menjadi
oasis (Eric – FAO, 1996)

Sedimen terkumpul di balik perkerasan batu kering. Air


meresap ke dalam pori-pori sedimen sekitar 20 % dari air bebas
yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Setelah 2
tahun, muncullah sumber air dari sedimen tersebut, yang dialirkan
untuk mengairi beberapa pohon.

66 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Gambar 2.45 Tanaman pakan ternak ditanam pada tangga teras di distrik
Gulmi, Nepal
(foto Segala - Eric – FAO, 1996)
Tanaman pakan ternak ditanam sepanjang tangga-
tangga untuk menahan tanah di tempatnya dan
menyediakan pakan ternak yang bergizi.

Gambar 2.46 Tangga teras dari tanah dan rumput padat di Eduador
(foto De Noni - Eric – FAO, 1996)

67 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko
Tangga-tangga dari tanah dan rumput padat telah
dibangun untuk melindungi lereng curam di Andes,
menurunkan erosi tanah oleh air sampai di bawah 5 ton/ha.
Agar sistem ini optimal, maka diberi pupuk kimia, bibit yang
baik dan pestisida. Cara teknis ini membuat lereng menjadi
stabil dan memungkinkan pertanian yang intensif.

68 │Konservasi Tanah dan Air - Susilawati Cicilia Laurentia & R.Wahyudi Triweko

Anda mungkin juga menyukai