TENTANG
OLEH :
ARDIANTO LARAWA
G2 T1 18 018
1
PROGRAM STUDI MANAGEMEN REKAYASA
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
kerusakan tanah atau degradasi tanah Hilangnya fungsi tanah sebagai
sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan
pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya
perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena
diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah. Kerusakan air
berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas
air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi,
sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen
yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan dari limbah
industri/pertanian. Dengan demikian kedua sumber daya tersebut (tanah
dan air) harus dijaga kelestarian fungsinya dengan upaya-upaya konservasi
tanah dan air.
1.2 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Memperbaiki tanah yang rusak,
3. Menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan atau
perlakuan agar tanah tersebut dapat dipergunakan untuk waktu yang
tidak terbatas (berkelanjutan).
Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan
sumber daya air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan
kelangsungan dan keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung,
daya tampung, dan fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan
melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber daya air,
pengawetan air, pengelolaan kualitas air, serta pengendalian pencemaran
air, dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air pada setiap
wilayah sungai, dan dipakai sebagai acuan dalam perencanaan tata
ruang.
a. Erosi Tanah
Hasil penelitian mengindikasikan laju erosi tanah di Indonesia cukup tinggi
dan telah berlangsung sejak awal abad ke-20 dan masih berlanjut hingga
kini. Pada tanah Ultisols di Citayam, Jawa Barat yang berlereng 14 % dan
ditanami tanaman pangan semusim, laju erosi mencapai 25 mm/tahun
(Suwardjo 1981). Di Putat, Jawa Tengah, laju erosi mencapai 15
mm/tahun, dan di Punung, Jawa Timur, sekitar 14 mm/tahun. Keduanya
pada tanah Alfisols berlereng 9-10 % yang ditanami tanaman pangan
semusim (Abdurachman et al. 1985).
b. Pencemaran Tanah dan Kebakaran Hutan
5
Selain terdegradasi oleh erosi, tanah juga mengalami penurunan kualitas
akibat penggunaan bahan agrokimia, yang meninggalkan residu zat
kimia dalam tanah atau pada bagian tanaman seperti buah, daun, dan
umbi. Hasil penelitian menunjukkan adanya residu insektisida pada beras
dan tanah sawah di Jawa, seperti organofosfat, organoklorin, dan
karbamat (Ardiwinata et al. 1999; Harsanti et al., 1999; Jatmiko et al. 1999).
Pencemaran tanah juga terjadi di daerah pertambangan, seperti
pertambangan emas liar di Pongkor, Bogor, yang menyebabkan
pencemaran air raksa (Hg) dengan kadar 1,27-6,73 ppm sampai arak 7-
10 km dari lokasi pertambangan. Pencemaran tanah juga ditemukan di
kawasan ndustri, seperti industri tekstil, kertas, baterai, dan cat. Bahan-
bahan kimia yang sering menimbulkan pencemarantanah antara lain
adalah Na, NH4, SO4, Fe, Al, Mn, Co, dan Ni (Tim Peneliti Baku Mutu Tanah
2000).
Proses degradasi tanah sebagai akibat kebakaran hutan terjadi setiap
tahun, terutama di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Menurut
Bakornas-PB dalam Kartodihardjo (2006), pada tahun 1998-2004 di
Indonesia terjadi 193 kali kebakaran hutan, yang mengakibatkan 44
orang meninggal dan kerugian harta benda senilai Rp 647 miliar.
c. Banjir, Longsor dan Konversi Lahan
Degradasi lahan juga sering disebabkan oleh banjir dan longsor, yang
membawa tanah dari puncak atau lereng bukit ke bagian di bawahnya.
Proses ini menimbulkan kerusakan pada lahan pertanian baik di lokasi
kejadian maupun areal yang tertimbun longsoran tanah, serta alur di
antara kedua tempat tersebut.
Pada tahun 1981-1999, di Indonesia terjadi konversi lahan sawah seluas
1,6 juta ha; dan sekitar 1 juta ha di antaranya terjadi di Jawa (Irawan et
al. 2001). Winoto (2005) menyatakan sekitar 42,4% lahan sawah beririgasi
(3,1 juta ha) telah direncanakan untuk dikonversi. Kondisi terburuk terjadi
di Jawa dan Bali, karena 1,67 juta ha atau 49,2% dari luas lahan sawah
berpotensi untuk dikonversi.
6
Degradasi tanah tidak hanya berdampak buruk terhadap
produktivitas lahan, tetapi juga mengakibatkan kerusakan atau gangguan
fungsi lahan pertanian seperti.
2.3 Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Degradasi Tanah dan Air
a. Iklim
7
- Perubahan struktur tanah
d. Keseragaman lereng
8
peresapan air tanah dapat diperbaiki
- Penguapan air tanah dapat dikurangi
g. Tanah
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah:
- Tekstur
- Struktur kandungan bahan organic
- Sifat lapisan bawah
- Tingkat kesuburan
2. Ulah Manusia
Menurunnya kualitas tanah dan air yang disebabkan oleh manusia
adalah sebagai berikut:
a. Penggundulan hutan
b. Bercocok tanam dengan melakukan pengolahan lahan tidak
sesuai teknik-teknik konservasi
c. Pencemaran lingkungan akibat sampah yang mengandung
racun atau bahan kimia yang mencemarkan tanah dan air
d. Penggunaan pupuk yang tidak seimbang
e. Pembakaran hutan
9
sebagai penguat teras, juga berfungsi sebagai pakan ternak,
seperti; rumput gajah, rumput BB, king gress dan sebagainya
b. Penggunaan sisa-sisa tanaman (seresah/mulsa)
Dengan mengembalikan sisa-sisa tanaman kedalam tanah maka
diharapkan ketersediaan bahan organic dapat dipertahankan pada
tingkat yang cukup, karena sisa-sisa tanaman mempunyai
keuntungan antara lain:
- Mengurangi penguapan air tanah pada musim kemarau
- Melindungi tanah dari pukulan air hujan sehingga tenaga kinetis air
hujan dapat dinetralkan, serta memperlambat aliran permukaan
- Menambah bahan organic setelah mulsa melapuk
c. Penanaman menurut kontur
Penanaman tanaman menurut kontur merupakan salah satu
tindakan untuk mengatasi terjadinya erosi karena dapat menahan
aliran air hujan. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menanam
kembali hutan yang telah gundul akibat erosi yang disebut reboisasi.
Penanaman ini juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman
diatas teras/guludan yang telah dibuat.
d. Budidaya lorong
Budidaya lorong adalah sistem bertanam kombinasi dimana
tanaman tahunan (mangga, kakao, pisang, hijauan pakan ternak)
ditanam membentuk lorong dan tanaman semusim ditanam di
dalam lorong yang dibentuk tanaman tahunan Budidaya lorong
adalah sistem bertanam kombinasi dimana tanaman tahunan
(mangga, kakao, pisang, hijauan pakan ternak) ditanam
membentuk lorong dan tanaman semusim ditanam di dalam lorong
yang dibentuk tanaman tahunan. Manfaat budidaya lorong :
- Mengurangi risiko kekeringan
- Mencegah erosi air di musim hujan.
- Menciptakan Kesuburan Tanah
- Menyediakan sumber kayu bakar
- Menyediakan sumber pakan ternak.
- Mencegah erosi angin di musim kemarau
10
- Menciptakan konservai air dan tanah
- Menciptakan sumber pendapatan yang beragam dan
berkesinambungan
- Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani dan
masyarakat sekitarnya.
2. Cara Mekanis
Metode ini, yaitu dengan menggunakan sarana fisik (tanah, batu, dan
lain-lain). Tujuan dengan cara ini yaitu :
- Memperlambat aliran permukaan pada tingkat yang aman
- Menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak merusak.
Beberapa cara mekanik yang biasa dilakukan, yaitu :
a. Pengolahan tanah minimum
Pengolahan tanah dilakukan secara terbatas atau seperlunya saja,
misalnya sekitar lubang penanaman, sekitar jalur penanaman.
Frekuensi pengolahan tanah sedikit. Hal ini dilakukan antara lain
pada tanah yang mudah tererosi atau yang lapisan olahnya tipis.
b. Pengolahan tanah menurut kontur (memotong lereng)
Setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
perataan, dsb) dilakukan mengikuti kontur, sehingga terbentuk alur-
alur dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur
atau memotong lereng (sabuk gunung). Alur-alur tanah ini berfungsi
sebagai penghambat aliran permukaan (yang menyebabkan
11
erosi). Selain itu dapat membantu konservasi air.
Pengolahan tanah menurut kontur ini sebaiknya diikuti dengan
penanaman dalam baris-baris memotong lereng (sabuk gunung).
c. Pembuatan guludan, teras dan saluran (pembuangan) air
- Guludan (biasa)
Guludan dapat dibuat sejajar, menurut arah kontur. Pembuatan
guludan ini dimaksudkan untuk mengendalikan aliran permukaan
yang mengalir menurut arah lereng. Guludan ini cocok untuk
lereng yang mempunyai kemiringan di bawah 6%. Pembuatan
guludan diatur menurut kontur dengan sedikit miring (kurang dari
1%) yang menuju saluran pembuangan. Tinggi guludan dibuat
dengan ukuran 50 cm dan lebar 30 – 40 cm. Pada guludan harus
ditanami rumput penguat, missal rumput BB dan rumput
gajah/klonjono. Dapat pula tanaman tahunan penguat seperti
lamtoro biasa, lamtoro gung atau lamtoro merah. Penanaman
tanaman penguat guludan harus selalu diatur agar tidak
merugikan tanaman pokok, & selalu harus dipangkas dengan
ketinggian antara 30cm–50 cm.
- Teras guludan
Teras guludan merupakan salah satu bentuk teras yang
sederhana. Guludan ini dibuat dengan arah memanjang sejajar
dengan garis kontur. Guludan dibuat miring (kemiringan kurang
dari 1%) menuju saluran. Bentuk teras ini dapat diterapkan pada
lahan dengan kemiringan antara 6% - 15%.
Cara membuat teras guludan :
i. Pemancangan patok menurut garis kontur dengan
menggunakan bingkai A dan water pas
ii. Pembuatan selokan/saluran air teras guludan dilakukan
dengan menggali tanah mengikuti arah larikan patok, ukuran
selokan teras : dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm dan lebar
atas 50 cm.
iii. Tanah galian pada pembuatan selokan ditimbunkan di tepi
luar (bagian bawah salurah) sehingga membentuk guludan
dengan ukuran lebar atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan
12
tinggi 30 cm. guludan dan selokan/saluran air dibuat
terputus setiap 50 m oleh saluran pembuangan air (besar)
yang dibuat tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras
dimulai dari bagian atas lereng,
iv. Pada bangunan guludan harus diusahakan tanaman perdu
(leguminosae) penguat guludan (di bagian atas guludan)
dan pada talud diusahakan rumput. Tanaman penguat
guludan misalnya rumput dan lamtoro gung/lamtoro biasa,
serta Acasia vilosa (lamtoro merah). Penanaman tanaman
penguat diatur agar tidak merugikan tanaman pokok
(dipangkas setinggi 30 – 50 cm agar tidak terlalu menaungi
tanaman pokok). Lahan di antara guludan (lahan
olah) digunakan untuk penanaman semusim (pangan), atau
tanaman hortikultura.
13
Gambar 2. Bentuk Teras Kredit
- Teras Gulud
Teras gulud dibuat pada lahan dengan kemiringan >10 % untuk
tanah dengan kedalaman > 40 cm. Untuk lahan dengan
kemiringan > 8 % untuk tanah dengan kedalaman < 40 cm. Pada
bagian atas guluda dilengkapi dengan parit dengan catatan
lereng tidak mengalami perubahan, hanya dipotong dengan
pembuatan parit.
- Teras Bangku
Teras bangku mempunyai bentuk seperti bangku dan kekhasan
karena antara bidang olah dibatasi oleh terjunan. Pembuatan
teras bangku dianjurkan pada lahan yang mempunyai
kemiringan 8%-30%.
14
Gamb
a
3. Cara Teknis
Selain metode Vegetatif bisa juga dilakukan konservasi lahan
kering dengan metode teknis yaitu suatu metode konservasi
dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak
lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman.
15
teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku. Teras gulud
umumnya dibuat pada lahan yang berkemiringan 10 – 15 yang
biasanya dilengkapi dengan Saluran Pembuangan Air yang
tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir
pada waktu hujan sehingga erosi dapat dicegah dan
penyerapan air dapat diperbesar. Teras Bangku adalah teras
yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan
dengan di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai
tangga. Bermanfaat sebagai pengendali aliran permukaan
dan erosi. Diterapkan pada lahan dengan lereng 10- 40%, tanah
dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah
longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun
bagi tanaman seperti aluminium dan besi. Guludan adalah
suatu sistem dimana tanaman panganditanam pada lorong di
antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam
mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan
merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk
tanaman lorong, Bermanfaat untuk:
a. memperbesar peresapan air ke dalam tanah;
b. memperlambat limpasan air pada saluran peresapan; dan
c. sebagai pengumpul tanah yang tererosi, sehingga sedimen
tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah.
Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat
memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan
meresapkan air aliran permukaan. Umumnya rorak dibuat
dengan ukuran panjang 1-2 m, lebar 0,25-0,50 m dan dalam
0,20-0,30 m, atau panjang 1-2 m, lebar 0,3-0,4 m dan dalam 0,4-
0,5 m. Jarak antar-rorak dalam kontur adalah 2-3 m dan jarak
antara rorak bagian atas dengan rorak dibawahnya 3- 5 m.
b. Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin
16
sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah
dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi). Kombinasi
tanaman dengan tajuk yang berbeda sangat mendukung
metode ini. Pola stage bouw (tajuk bertingkat) seperti di
pekarangantradisional adalah contoh yang baik untuk
diterapkan (Setyati, 1975).
d. Dam Parit
17
air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air
permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan
di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan,
erosi, dan sedimentasi.
4. Metode Kimiawi
18
agregat tanah, sehingga tahan terhadap erosi.
19
2. Pengawetan Air
Pengawetan air dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan
ketersediaan air atau kuantitas air, baik air permukaan maupun air tanah
sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.
1. Pengelolaan Kuantitas Air Permukaan
Pengelolaan kuantitas air permukaan dimaksudkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan potensi/kuantitas air
permukaan yang tersedia, sebagai salah satu cara untuk
melakukan konservasi sumber daya air, sebagai berikut:
a. Pengendalian Aliran Permukaan
Pengendalian air permukaan dilakukan dengan
memperpanjang waktu air tertahan dipermukaan tanah dan
meningkatkan air yang dapat masuk ke dalam tanah.
Berdasarkan hasil penelitian air permukaan pada tanaman di
lahan kering untuk bebagai jenis tanah dan berbagai metode
konservasi yang berbeda (Pusat Penelitian Tanah, Bogor), dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang besar antara
penurunan aliran permukaan dengan penerapan metode
konservasi, terutama untuk lahan kering/tegalan dengan
permeabilitas yang rendah.
b. Pemanenan Air Hujan
Pemanenan air hujan dalam skala kecil dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama
menjelang dan selama musim kemarau panjang, dengan
mengumpulkan air hujan yang mengucur dari atap rumah. Air
hujan yang berkualitas baik dapat dikumpulkan dari atap rumah
yang bersih dan terbuat dari bahan yang tahan korosi, demikian
pula dengan bak penampungnya. Sebaiknya air hujan yang
jatuh pada awal musim hujan tidak dimasukan ke dalam bak
penampung air hujan.
Untuk skala yang lebih besar, pemanenan air hujan pada
dasarnya dapat dilakukan di daerah tangkapan air, dengan
menampung aliran permukaan pada suatu kawasan kedalam
suatu bak penampungan. Besarnya air hujan yang dapat
20
dipanen dipengaruhi oleh topografi dan kemampuan lapisan
tanah atas dalam menahan air hujan yang jatuh.
Persiapan pemanenan air hujan dari suatu lahan yang luas,
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Membuat saluran sejajar dengan garis kontour
2) Membersihkan dan memadatkan bidang/lahan tangkapan
air
3) Bila diperlukan dapat pula dilengkapi dengan saluran searah
lereng
4) Menampung air hujan yang jatuh dan mengalir di saluran
tersebut.
c. Meningkatkan Kapasitas Infiltrasi Tanah
Kapasitas infiltrasi tanah sangat mempengaruhi volume air yang
dapat masuk ke dalam tanah, dan dalam rangka konservasi
sumber daya air, dapat ditingkatkan dengan memperbaiki
struktur tanah.
Cara yang paling efektif dalam meningkatkan kapasitas infiltrasi
tanah adalah dengan menutup permukaan tanah dengan
tanaman, atau mencampurnya dengan bahan organik.
21
dapat dihandalkan untuk menambah potensi sumber daya air,
dan kemampuan tanah untuk menyimpan air tergantung dari
tinggi muka air tanah dan pori- pori tanah.
Syarat-syarat fisik yang diperlukan untuk pengisian air tanah
secara buatan, antara lain :
1) Tersedia akuifer dengan kapasitas dan permeabilitas yang
memadai
22
namun bila laju pengambilan air tanah lebih besar dari
pengisiannya maka lengkung penurunan muka air tanah di
antara sumur-sumur tersebut akan semakin curam, dan akan
terjadi penurunan muka tanah secara permanen.
Untuk itu dalam kerangka konservasi sumber daya air, maka
pemanfaatan air tanah harus dapat dikendalikan, dan
disesuaikan dengan besarnya pengimbuhan atau pengisian oleh
air hujan di daerah resapan
a. Kualitas Air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap
penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan manusia dan
lingkungannya, kualitas air dapat dibedakan atas sifat dan
karakteristiknya sebagai berikut :
a. Sifat Fisik
Karakteristik fisik yang mempengaruhi kualitas air antara lain :
i. Bahan-bahan padat, diukur dengan melakukan
penyaringan, pengendapan dan penguapan, zat padat ini
dapat mempengaruhi kualitas air.
23
dan non organik, tingkat kekeruhan air diukur dengan
turbidmeter.
iv. Warna, air murni tidak berwarna, dan warna air diakibatkan
oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi
atau mineral. Sinar matahari secara alamiah mempunyai
sufat disinfeksi dan mengelantang terhadap bahan
pewarna air, tapi sifatnya terbatas.
b. Sifat Kimia
24
iii. Kesadahan, terkait dengan penyediaan air bersih, air
dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak
sebelum membentuk busa.
25
Kualitas air sungai di daerah tropis pada umumnya telah
memenuhi syarat untuk air irigasi, kecuali sungai yang melalui
daerah industri, atau yang telah tercemar oleh limbah industri
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pemberian
air irigasi dengan kualitas yang baik, dapat memperbaiki struktur
tanah, karena kandungan kalsium dalam air, dan proses
pencucian garam- garam yang dikandung dalam tanah.
26
dengan kation-kation lain. Klasifikasi air irigasi, dikaitkan
dengan nilai SAR dapat dibedakan atas 4 kelompok, yaitu :
ii. Sodium sedang (10 - 18), dapat dipakai untuk irigasi, bila
dilakukan pencucian tanah yang memadai
iii. Sodium tinggi (18 - 26), tidak dapat dipakai untuk irigasi,
yang sistem drainasenya tidak baik
iv. Sodium sangat tinggi (> 26), tidak sesuai untuk irigasi
dalam keadaan normal
Air tersebut harus aman dan sehat, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa karena terlarutnya gram mineral atau bahan
mineral lainnya.
Persyaratan kualitas air untuk rumah tangga, baik parameter fisik,
kimia anorganik, mikrobiologi dan radioaktifitas, dapat dilihat
pada lampiran dari Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
tersebut diatas.
27
Pengendalian pencemaran air dimaksudkan untuk mempertahankan
dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada pada sumber
air, dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air
dan prasarana sumber air.
A. Sumber Pencemar
Berbagai jenis limbah yang terjadi karena proses alam dan/atau
aktifitas manusia, dan dapat mencemari air dan sumber air, antara
lain :
a. Limbah Domestik, meliputi air buangan sanitari, dari toilet,
dapur, restoran, hotel, rumah sakit, laundry dan sebagainya,
yang dibuang ke saluran drainase atau sungai. Limbah ini
terutama mengandung bahan organik yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikro organisme, bakteri yang
berbahaya, serta bahan detergen yang dapat mengganggu
atau mematikan kehidupan organisme air dan merusak
lingkungan.
28
kandungan karbondioksida akan meningkat, dan dapat
mempengaruhi kehidupan hewan air.
Pada dasarnya pencemaran air tersebut di atas dapat
dikendalikan, dan tehnologi yang ada dapat mengeluarkan
cemaran dan bakteri dari dalam air.
B. Pengendalian Pencemaran
a. Cara Teknis
29
selanjutnya dialirkan ke sungai. Sedangkan endapan yang
terjadi dikeluarkan dari tangki dan dikeringkan untuk dijadikan
pupuk atau bahan yang bermanfaat lainnya.
30
mengalir lancar, dan tidak terjadi genangan air dan
pengendapan garam dalam tanah.
31