Anda di halaman 1dari 6

DEGRADASI TANAH

PENGERTIAN, PENYEBAB DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Pengertian Degradasi Tanah

Definisi degradasi tanah cukup banyak diungkapkan oleh para pakar tanah, namun
kesemuanya menunjukkan penurunan atau memburuknya sifat-sifat tanah apabila dibandingkan
dengan tanah tidak terdegradasi. Degradasi tanah menurut FAO adalah hasil satu atau lebih proses
terjadinya penurunan kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang
dan jasa. Defenisi tersebut menunjukkan pengertian umum dengan cakupan luas tidak hanya
berkaitan dengan pertanian (Firmansyah, 2003). Tanah dan air merupakan dua sumber daya alam
yang sangat penting sebagai penyokong kehidupan makhluk hidup di dunia terutama manusia. Kedua
sumber alam tersebut sangat mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Berbagai aktivitas
manusia penyebab rusaknya sumber daya tersebut seperti aktivitas pertanian, rumah tangga,
maupun industri berperan besar dalam penurunan kualitas serta fungsi tanah dan air. Apabila tanah
dan air mengalami kerusakan maka penunjang kehidupan manusia pun akan mengalami penurunan
dan tidak akan produktif jika digunakan. Oleh karena itu perlu upaya konservasi tanah dan air untuk
menjaga kualitas tanah dan air sehingga mampu menyokong kehidupan makhluk hidup secara
berkelanjutan.

Tipe-Tipe Degradasi Tanah


Tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang terjadi
in-situ.  Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:

- Polusi
- Erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin)
- Penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik
- Salinisasi/alkalinisasi
- Makin dalamnya permukaan air
- Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun.
- Semakin tingginya pencemaran air sungai
Faktor-Faktor yang Menjadi PenyebabTerjadi Degradasi Tanah
Degradasi tanah pada umumnya disebabkan karena 2 hal yaitu faktor alami dan akibat faktor
campur tangan manusia. Degradasi tanah dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun karena
ganguan alam, semakin lama semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih fungsi
menjadi lahan non pertanian. Sebagai akibatnya kegiatan-kegiatan budidaya pertanian bergeser ke
lahan-lahan kritis yang memerlukan infut tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan yang
berkualitas

Faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah yang muda
rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik
langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antar lain: perubahan
populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan
politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan
pengembangan pertanian yang tidak tepat.

 Lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung,
yaitu : deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, ekploitasi berlebihan, serta aktivitas industri dan
bioindustri. Sedangkan faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain :
deforestasi, mekanisme dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan
penanaman secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di Indonesia pada umumnya terjadi secara
simultan, sebab deforestasi umumnya adalah langkah permulaan degradasi lahan, dan umumnya
tergantung dari aktivitas berikutnya apakah ditolerenkan, digunakan ladang atau perkebunan maka
akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak terkendali.

Umumnya faktor-faktor penyebab degradasi baik secara alami maupun campur tangan
manusia menimbulkan kerusakan dan penurunan produktivitas tanah. Pada sistem usaha tani tebas
dan bakar atau perladangan berpindah masih tergantung pada lama waktu bera agar tergolong
sistem usaha yang berkelanjutan secara ekologis. Secara khusus disebutkan bahwa sistem tersebut
pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populas terhdap lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi
makin meningkat mengakibatkan masa bera makin singkat sehingga sangat merusak dan
menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa setelah 5
tahun sejak pembakaran maka konsentrasi unsur hara menurun, persentase Al tinggi, dan persentase
kejenuhan basa rendah di subsoil setelah 2-5 tahun kebakaran. Tanah menjadi subyek erosi, subsoil
menjadi media tumbuh tanaman, dan tingginya konsentrasi Al pada tingkat meracun serta rendahnya
kejenuhan basa mendorong penurunan produksi tanaman.

Karakteristik Tanah yang Terdegradasi


Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan dengan tanah non
terdegradasi yaitu tanah hutan. Perbandingan tanah hutan sebagai tanah non terdegradasi karena
memiliki siklus tertutup artinya semua unsur hara di dalam sistem tanah hutan berputar dan sangat
sedikit yang hilang atau keluar dari sistem siklus hutan. Sedangkan selain tanah hutan merupakan
sistem terbuka dimana siklus hara dapat hilang dari sistem tersebut. Penurunan sifat pada tanah
untuk penggunaan non hutan akan menunjukkan memburuknya sifat-sifat dari tanah tersebut.

Proses Terjadinya Degradasi Tanah


Lima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi, yaitu: menurunnya
bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan
tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara. Khusus untuk tanah-tanah tropika basa
terdapat tiga proses penting yang menyebabkan terjadinya degradasi tanah, yaitu: 1) degradasi fisik
yang berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga memicu pergerakan, pemadatan,
aliran banjir berlebihan, dan erosi dipercepat, 2) degradasi kimia yang berhubungan dengan
terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur-unsur lainnya, dan 3) degradasi biologi yang berhubungan
dengan menurunya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman
spesies fauna tanah yang juga menurun ikut menurun.

Dan juga selain dari kelima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang
terdegradasi yang telah di sebutkan di atas, ada juga hal lain yang menyebabkan proses terjadinya
degradasi tanah dan air yaitu sbb:

1) Semakin banyak dan meluasnya lubang-lubang bekas galian mineral tambang atau bekas galian
tanah untuk pembuatan “bata” dan genting yang dibiarkan tanpa upaya reklamasi.
2) Semakin luasnya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas penebangan hutan ilegal
dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan kembali.
3) Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/lahan untuk budidaya pertanian, karena siklus
pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa upaya penyuburan kembali (refertilization).
4) Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah pegunungan/perbukitan, dan tanah terbuka
bekas penggalian tambang permukaan (emas, timah, batubara dan lain-lain).
5) Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan terbakar setiap tahun.

Klasifikasi Tanah yang Terdegradasi


Klasifikasi tanah terdegradasi cukup banyak dimunculkan oleh para ahli diantaranya adalah
GLASOD (Globall Aseeemen of Soil Degradation), suatu  proyek yang dirancang UNEP. Klasipikasi
GLASOD didasarkan atas keseimbangan antara kekuatan rusak iklim dan resisensi alami kelerengan
terhadap kekuatan merusak akibat intervensi manusia. Sehingga dihasilkan penurunan kapasitas
tanah saat ini atau kedepan untuk mendukung kehidupan manusia

Tipe degradasi tanah dibagi 2 macam, yaitu : 1) berhubungan dengan displasemen bahan
tanah yang terdiri dari erosi air dan erosi angin, 2) berdasarkan deterosiasi in situ terdiri dari
degradasi kimia (hilangnya unsur hara/bahan organik, salinasi dan polusi), dan degradasi fisik.
Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ektrim, dengan faktor penyebab
adalah deforestasi, overgrazing, kesalahan pengelolan pertanian, ekspoitasi berlebihan, dan aktivitas
industri.
Pengaruh Degradasi Tanah terhadap Produktivitas

Dalam Rangka Rehabilitasi Lahan-Lahan Kritis Yang Luasnya Semakin Besar Di Indonesia
Serta Meningkatnya Produktivitas Untuk Keperluan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan
Pelestarian Alam, Maka Perlu Dilakuakan Upaya-Upaya Yang Dapat Yang Dapat Memodifikasi
Lingkungan tersebut (Subiksa, 2002). Degradasi tanah berpengaruh terhadap penurunan
produktivitas tanah. Kehilanagn produktivitas dicirikan dengan terjadinya erosi akibat tanah
terdegradasi diperkirakan 272 juta Mg pangan dunia hilang berdasarkan tingkat produksi tahun 1996
(Lal, 2000).

Tanah yang mengalami kerusakan baik kerusakan karena sifat fisik, kimia dan maupun
biologi memiliki pengaruh terhadap penurunan produksi padi mencapai sekitar 22% pada lahan semi
kitis, 32 % pada lahan kritis, dan diperkirakan sekitar 38% pada lahan sangat kritis. Sedangkan untuk
kacang tanah mengalami penurunan sekitar 9%, 46%, 58% masing-masing pada tanah semi kritis,
kritis dan tanah yang sangat kritis. Sifat tanah yang berkorelasi nyata terhadap produksi padi adalah
kedalaman solum, kandungan bahan organik.

Permasalahan yang Timbul Akibat Degradasi Sumber Daya Tanah Dan Air

Permasalahan yang dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi,
pemadatan tanah dan pencucian hara, kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca. Diperkirakan
bahwa pertumbuhan dan laju regenerasi menurun pada areal yang terkena kerusakan yang
diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan danmenurunnya produktivitas lahan yang terjadi setelah
penebangan. Penebangan hutan baik Selective maupun clear cutting, dan kebakaran hutan
merupakan faktor utama yang menyebabkan rusaknya ekosistem Dampak Degrdasi Lahan/ Tanah.

Kerusakan lahan atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain
terjadinyaerosi dan sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan. Erosi mempunyai
beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua menurunnya produksi sehingga akan
mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibatadanya curah hujan yang tinggi,
vegetasi penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng dan tata guna lahan yang kurang
tepat.pedankalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan menyebabkan bahaya banjir.
Padangkalan saluran pengairan mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan
pertanian yang mendapat aliran irigasi.

Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah kekeringan dan pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan sumber daya tanah dan
air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai sumber dayaalam,tanah
mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhandan sebagai media
akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah tersimpan. Erosi yangterjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalahterbawanya material hasil dari pengikisan dan
pelapukan oleh Air, angin atau gletser kesuatu wilayah yang kemudian diendapkan.
Peranan Penting Rehabilitasi pada Degradasi Sifat Fisik, Biologi dan Kimia Tanah

Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah.
Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat
dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah
berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran dan
mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat
tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting)
yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk di
permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori
tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air
mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan
degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut.

Untuk pengelolaan tanah, tiga strategi dasar yang perlu untuk disarankan adalah (1) eliminasi
pengkerakan tanah atas melalui ”pengolahan dalam ” secara berkala, (2) meningkatan kandungan
bahan organik tanah melalui peningkatan jumlah masukan seresah yang bervariasi kualitasnya,
dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau menanam berbagai jenis pohon, dan (3)
peningkatan diversitasi tanaman pohon dalam rangka meningkatkan jumlah dan penyebaran sistem
perakaran.

Upaya perbaikan terhadap sifat tanah adalah dalam pemantapan agregat tanah yang
memiliki tekstur lepas dengan menggunakan polimer organik. Polyacrilamide (PAM) berberat molekul
tinggi dan bermuatan negatif sedang mampu memantapkan permukaan tanah, menurunkan run-of
dan erosi. Rehabilitasi tanah terdegradasi dapat ditinjau dari sifat tanah yang mengalami penurunan
dan diupayakan dilakukan perbaikan dengan menggunakan amelioran. Bentuk degradasi tanah yang
terpenting di kawasan Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan
bahan organik tanah dan pencucian unsur hara.

Sedangkan untuk rehabilitas terhadap degradasi sifat kimia dan biologi tanah adalah
Perbaikan terhadap lahan yang terdegradasi meliputi penanaman dengan vegetasi asal, penanaman
tanaman penutup tanah yang cepat tumbuh, serta dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik.
Rehabilitasi pada tanah terdegradasi yang dicirikan dengan penurunan sifat kimia dan biologi tanah
umumnya tidak terlepas dari penurunan kandungan bahan organik tanah, sehingga amelioran yang
umum digunakan berupa bahan organik sebagai agen resiliensi. Pemberian bahan organik jerami
atau mucuna sebanyak 10 Mg/ha dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, yaitu meningkatkan aktivitas
mikroba, meningkatkan pH H20, meningkatkan selisih pH, meningkatkan pH NaF (mendorong
pembentukan bahan anoganik tanah yang bersifat amorf), meningkatkan pH 8,2 atau KTK variabel
yang tergantung pH, menurunkan Aldd dan meningkatkan C-organik tanah. Penurunan Al dd  selain
disebabkan oleh kenaikan pH dan pengikatan oleh bahan-bahan tanah bermuatan negatif, juga
disebabkan karena pengkhelatan senyawa humit. Peranan asam fulvik dalam mengkhelat Al jauh
lebih tinggi dibandingkan asam humik sekitar tiga kalinya.
Bahan organik sebagai bahan rehabilitasi juga didapat dari limbah, terutama limbah industri
kelapa sawit yang banyak diluar pulau Jawa. menyatakan bahwa tandan kosong kelapa sawit
sebanyak 95 Mg/ha mampu meningkatkan pH tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK tanah, serta
meningkatkan produksi tandan buah segar 16,3%. pemanfaatan limbah cair kelapa swit atau POME
(Palm Oil Mill Efflunt) meningkatkan karbon mikroorganisme C-mic, dengan kecenderungan makin
lama limbah diaplikasikan kandungan C-mic makin meningkat.

Amelioran lain yang umum digunakan pada tanah-tanah tropika adalah kapur. Pengapuran
umumnya ditujukan  untuk menetralkan Aldd terutama pada tanaman yang peka terhadap keracunan
Al. Biasanya meningkatkan pH tanah hingga 5,5 sedangkan bila karena keracunan Mn, maka pH
perlu dinaikkan hingga 6,0.

Upaya yang dapat dilakukan untuk Mencegah atau Mengurangi Dampak Erosi Tanah
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi
merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain:

1) Pengolahan Tanah
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang
teratur akan mengurangi tingkat erosi.
2) Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat mengurangi
erosi air sungai.
3) Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah rusak
di beberapa tempat.
4) Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai
5) Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin.
6) Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi.

Sumber:
https://www.academia.edu/24628268/Degradasi_Tanah

Anda mungkin juga menyukai