Anda di halaman 1dari 5

PROSES TERBENTUKNYA TANAH

Tanah adalah bagian dari kerak bumi yang tersusun atas bahan organik dan
mineral. Tanah merupakan bagian vital yang memiliki peran penting dalam semua
kehidupan di bumi ini, hal ini disebabkan karena tanah sangat mendukung
kehidupan tumbuhan serta menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar.

Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses


biologis, kimiawi dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah dikatakan
akan terbentuk ketika bahan organic diperoleh meninggalkan humus, karbon, dan
gypsum yang menciptakan lapisan dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari
satu level ke level lain oleh air dan aktivitas makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan
membentuk lapisan tanah. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor
klasik seperti iklim, topografi (relief), organisme, dan waktu.

Proses terbentuknya tanah sangat berkaitan dengan faktor pembentuk tanah.


Dimana faktor pembentuk tanah akan mempengaruhi jenis-jenis tanah yang
dihasilkan seperti tanah gambut, tanah humus, tanah liat, tanah aluvial dan lainnya.
Proses terbentuknya tanah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun secara
umum proses terbentuknya tanah terbagi menjadi 4 tahapan. 4 tahapan tersebut
adalah proses pelapukan batuan, proses pelunakan struktur, proses tumbuhnya
tumbuhan perintis dan yang terakhir adalah proses penyuburan. Berikut adalah
penjelasan dari 4 tahapan proses terbentuknya tanah tersebut.

1. Proses Pelapukan Batuan

Pelapukan adalah peristiwa hancurnya massa batuan, baik itu secara fisik,
kimia ataupun biologi. Pada proses pelapukan batuan ini membutuhkan waktu
yang lama. Dimana setiap proses pelapukan pada umumnya dipengaruhi oleh
cuaca sehingga batuan yang telah mengalami pelapukan akan berubah menjadi
tanah. Berikut adalah 3 jenis proses pelapukan secara umum :

a. Pelapukan Fisik – adalah hancur dan lepasnya material batuan tanpa


merubah struktur kimiawi dari batuan tersebut. Pelapukan kimia ini
merupakan proses penghancuran bongkahan batuan menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan
fisik adalah :

Perbedaan Temperatur – Temperatur disini berpengaruh terhadap


pelapukan fisik, dimana batuan akan mengalami proses pemuaian apabila
temperatur panas dan akan mengalami pengecilan volume apabila temperatur
dingin. Apabila hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka
lambat laun batuan tersebut akan terbelah dan pecah menjadi batuan-batuan
kecil. ( baca : Pengikisan Tanah oleh Angin ).

Erosi – erosi dapat mempengaruhi pelapukan karena air yang membeku


diantara batuan volumenya akan membesar dan yang terjadi adalah air akan
membuat tekanan yang dapat merusak struktur batuan.

b. Pelapukan Kimiawi adalah proses pelapukan massa batuan dimana


perubahan susunan kimiawai batuan lapuk ikut mengalami pelapukan. Proses
pelapukan kimia dibagi menjadi 4, yaitu:

Hidrasi – Hidrasi adalah proses pelapukan batuan yang terjadi di permukaan


batuan saja.

Hidrolisa – Hidrolisa adalah proses penguraian air atas unsur-unsurnya yang


berubah menjadi ion positif dan denatif.

Oksidasi – Oksidasi adalah proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami


proses oksidasi pada umumnya memiliki warna kecoklatan, hal ini disebabkan
karena kandungan besi dalam batuan akan mengalami pengkaratan. Proses
ini memerlukan waktu yang sangat lama akan tetapi batuan akan tetap
mengalami pelapukan.

Karbonasi – adalah proses pelapukan batuan oleh gas karbondioksida.


Dimana gas ini terdapat pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Contoh
batuan yang mengalami proses karbonasi adalah batuan
kapur. ( baca : Jenis-jenis Batuan )
Tidak hanya itu saja, pelapukan secara kimiawi juga disebabkan oleh hujan
asam dimana hujan asam didapatkan dari kondensasi metana, sulfur dan
klorida yang terbawa oleh hujan yang bersifat korosif.

c. Pelapukan biologi adalah pelapukan yang terjadi disebabkan oleh makhluk


hidup. Pelapukan ini terjadi secara terus menerus setelah tanah terbentuk.
Dimana pelapukan biologi ini merupakan pelapukan penyempurna
dari sifat-sifat tanah yang akan terbentuk.

2. Proses Pelunakan Struktur

Pada proses kali ini batuan rempahan yang terbentuk dari proses
pelapukan akan mengalami pelunakan. Dimana air dan udara adalah 2 komponen
yang memegang peran penting dalam proses ini. Air dan udara tersebut nantinya
akan masuk di sela-sela rempahan batuan untuk melunakkan strukturnya.

Selain dapat membantu dalam proses pelunakan struktur batuan sehingga


dapat dijadikan sebagai tempat hidup, air dan udara juga akan mendorong calon
makhluk hidup untuk dapat tumbuh di permukaan. Namun, perlu diingat bahwa
organisme yang dapat berkembang dalam tahap proses ini hanya beberapa saja,
contohnya adalah mikroba dan lumut. Proses pelunakan struktur batuan ini
membutuhkan waktu yang lama seperti pada proses pelapukan.

3. Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis

Setelah melewati proses pelunakan struktur batuan, maka akan dilanjutkan


ke proses tumbuhnya keanekaragam tumbuhan perintis. Tumbuhan yang
dimaksud disini adalah tumbuhan yang lebih besar dari lumut, sehingga akar-akar
yang masuk di dalam batuan yang telah lunak akan membantu proses pemecahan
batuan tersebut. Selain itu, asam humus yang mengalir dari permukaan batuan
akan membuat batuan yang berada di bagian dalam melapuk dengan sempurna.
Pada tahap inilah proses pelapukan secara biologi akan dimulai.

4. Proses Penyuburan

Proses ini adalah proses terakhir dari proses terbentuknya tanah. Pada
tahap ini tanah yang terbentuk akan mengalami proses pengayaan bahan-bahan
organik. Dimana tanah yang awalnya hanya mengandung mineral yang berasal
dari proses pelapukan akan bertambah subur dengan adanya pelapukan organik.
Pelapukan organik ini dapat berasal dari hewan ataupun tumbuhan yang mati
dipermukaan tanah. Dalam hal ini mikroorganisme tanah memiliki peran penting
dalam proses terbentuknya tanah.
Setelah melewati 4 tahapan tersebut maka tanah sudah terbentuk secara
sumpurna. Sehingga tumbuhan dan hewan autotrof akan mencari makanannya
dalam tanah.

Jenis Tanah

Setelah mengetahui proses terbentuknya tanah, berikut adalah beberapa


jenis-jenis tanah yang tersebar di wilayah Indonesia :

 Tanah Aluvial – Tanah aluvial atau sering disebut dengan tanah endapan
adalah tanah yang terbentuk atas dasar material halus yang merupakan hasil
dari endapan aliran sungai
 Tanah Andosol – Tanah andosol sering disebut juga sebagai tanah vulkanis,
yang artinya adalah tanah yang berasal dari abu vulkanik yang telah mengalami
proses pelapukan
 Tanah Kapur – Tanah kapur sering disebut juga sebagai tanah mediteran,
yaitu tanah yang terbentuk dari batu kapur yang telah mengalami pelapukan
 Tanah Regosol – Tanah regosol adalah jenis tanah yang memiliki fisik yang
kasar dan berasal dari material gunung berapi
 Tanah Gambut – Tanah gambut atau argonosol adalah jenis tanah yang
terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami pembusukan
( baca : Ciri-ciri Tanah Gambut )
 Tanah Litosol – Tanah litosol atau azonal adalah tanah yang berasal dari
batuan keras yang telah mengalami proses pelapukan secara sempurna
 Tanah Latosol – Tanah latosol adalah tanah yang memiliki zat besi dan
alumunium, dimana tanah ini sangat tua sehingga tingkat kesuburannya menjadi
rendah
 Tanah Grumusol – Tanah grumusol atau margalith adalah jenis tanah yang
terbentuk dari meterial halus dan berlempung
 Tanah Humus – Tanah humus adalah jenis tanah yang terbentuk dari
proses pelapukan tumbuhan sehingga tanah jenis ini mengandung banyak unsur
hara dan mineral yang subur
 Tanah Laterit – Tanah laterit adalah jenis tanah yang berwarna seperti
merah bata yang mengandung banyak zat besi dan alumnium

Sumber Referensi:

Anonim. (2015). 4 Proses Terbentuknya Tanah dan Jenisnya.


https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/proses-terbentuknya-tanah.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2015.
Anonim. (2015). 7 Sifat Fisik Tanah dan Pengertiannya.
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/sifat-fisik-tanah. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai