Anda di halaman 1dari 17

Pertemuan ke-4

Energi dan Momentum


Tutor: Yurizal Rahman
Kerja, atau sering disebut usaha, dengan simbol W, dalam fisika
didefinisikan sebagai hasil perkalian skalar antara gaya dan jarak.
F F

Gambar 1

x
Untuk gerak satu dimensi dapat kita tuliskan,

W  F  x  Fx cos 

dengan x adalah jarak yang ditempuh oleh benda selama gaya F bekerja
pada benda, dan  adalah sudut yang dibentuk oleh vektor F dan x.
Energi, dengan simbol E, adalah
kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi kinetik (Ek) adalah energi yang
dihasilkan oleh benda yang bergerak.
Energi potensial (Ep) adalah energi yang
dimiliki oleh benda yang berada di
dalam medan gaya.

Gambar 2
m

w
Kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi bumi (gaya
berat, w = mg) pada benda yang dijatuhkan dari
ketinggian h1 sampai ketingian h2 dapat dinyatakan
h1 dengan,
m

w W  mg  h1  h2 
h2
Energi potensial gravitasi didefinisikan sebagai,

E p  mgh
Gambar 3
Sehingga kerja oleh gaya gravitasi dapat dinyatakan dengan,

W  mgh1  mgh2  E p ,1  E p ,2
di mana Ep,1 dan Ep,2 menyatakan energi potensial awal dan akhir.
Permukaan bumi (h = 0) dipakai sebagai acuan di mana Ep = 0.
Persamaan di atas juga berlaku bagi benda yang meluncur pada bidang
miring yang licin (tidak ada gesekan). Artinya, kerja oleh gaya gravitasi bumi
tidak tergantung pada bentuk lintasannya, tetapi hanya tergantung pada
perubahan ketinggiannya saja. Sistem seperti ini dikenal sebagai sistem yang
konservatif.
Energi kinetik (Ek) didefinisikan sebagai,

Ek  12 mv 2
Hubungan kerja dengan energi kinetik dinyatakan dengan,

W  12 mv22  12 mv12  Ek ,2  Ek ,1
dengan Ek,1 dan Ek,2 menyatakan energi kinetik awal dan akhir.
Misalkan pada Gambar 3 kecepatan benda pada ketinggian h1 adalah v1 dan pada
ketinggian h2 adalah v2, maka dapat dituliskan,

W  E p ,1  E p ,2  Ek ,2  Ek ,1

atau,

E p ,1  Ek ,1  E p ,2  Ek ,2

Ternyata energi total benda, yaitu Ep + Ek , tidak berubah, atau konstan.


Keadaan ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi, yang menyatakan
bahwa untuk sistem yang konservatif, energi total sistem selalu konstan.
Contoh 1 :
Sebuah benda dijatuhkan bebas dari ketinggian 100 m. Jika g
= 9,8 m/s2 , tentukanlah kecepatan benda pada saat mencapai v1  0 m
permukaan tanah.
Penyelesaian :
Hukum kekekalan energi,

E p ,1  Ek ,1  E p ,2  Ek ,2 h1

mgh1  12 mv12  mgh2  12 mv22


mgh1  0  0  12 mv22
h2  0 m
v2  2 gh v2
 2  9,8   100  m/s
 44, 27 m/s Gambar 4
Contoh 2 :
Sebuah peluru ditembakkan dari permukaan
y m v
tanah dengan kecepatan awal 100 m/s dan
sudut elevasi 60o. Jika g = 9,8 m/s2, tentukan v0
ketinggian maksimum peluru. v0 y h
Penyelesaian :
Pada saat mencapai ketinggian maksimum, m
komponen kecepatan arah vertikal besarnya v0 x x
nol, dan kecepatan yang ada arahnya
horizontal besarnya,
Gambar 5

v  v0 x  v0 cos 60o  12 v0
Hukum kekekalan energi,

E p ,1  Ek ,1  E p ,2  Ek ,2
0  12 mv02  mgh  12 mv 2
3v02 3  100 
2

mv02  mgh  12 m  12 v0 
2
1
 h  m  382, 65 m
2
8g 8  9,8 
Kecepatan lari hewan :
Seekor hewan dapat berlari dengan kecepatan tertentu karena adanya kerja
dari gya pada otot-otot telapak kakinya pada setiap langkahnya. Hubungan
antara kerja dengan energi kinetik pada hewan yang berlari adalah ,

W  Ek
1 2 2 Fd
F .d  mv  v 
2

2 m
Pada persamaan di atas, v adalah kecepatan lari , F adalah gaya pada telapak kaki,
d adalah panjang langkah hewan, dan m adalah massa hewan.
Dari penelitian didapatkan bahwa hewan-hewan dengan bentuk yang sama tetapi
ukurannya berbeda mempunyai kecepatan lari yang hampir sama. Ini berlaku untuk
hewan-hewan yang rentang ukurannya dari ukuran kelinci sampai kuda.
Momentum Linear
Momentum linear, dengan simbol p, didefinisikan sebagai perkalian massa
dengan kecepatan.

m v
Gambar 6

Setiap benda dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan v mempunyai


momentum sebesar,

p  mv
Gaya, pada Hukum Newton II, sebenarnya merupakan turunan dari momentum, atau
dikatakan sebagai perubahan momentum persatuan waktu, dan dituliskan dengan,

dp
F
dt
Jika massa benda konstan, maka persamaan di atas menjadi,

dv
F  m  ma
dt

yang merupakan pernyataan Hukum Newton II.


Jika massa benda berubah secara kontinu terhadap waktu,
misalkan pada roket, yang massanya terus berkurang karena
pengurangan bahan bakarnya, maka persamaan gaya menjadi,

dv dm
F  m v
dt dt
dengan v adalah kecepatan gas (yang disemburkan roket)
relatif terhadap roket.
Gambar 7
Tumbukan dan Gaya Impulsif
Pada peristiwa tumbukan terjadi perubahan
momentum akibat bekerjanya gaya yang sangat v2
besar dalam waktu yang sangat singkat. Gaya m
seperti ini dikenal sebagai gaya impulsif. Besarnya
gaya impulsif dapat dituliskan sebagai, m
v1

p m
Fimp 
t
Gambar 8
dengan,

p  p2  p1  mv2  mv1

adalah perubahan momentum, yaitu momentum akhir dikurangi momentum


awal, dan t adalah selang waktu bekerjanya gaya F.
Pada peristiwa tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum yang
menyatakan bahwa momentum total sistem sebelum dan setelah tumbukan
besarnya sama (konstan).

ptotal,awal  ptotal,akhir  konstan

Sebelum tumbukan Tumbukan Setelah tumbukan

v1 v2 v1 v2
m1 m2 m1 m2 m1 m2 Gambar 9

Pada peristiwa tumbukan dua benda seperti pada Gambar 9, berdasarkan hukum
kekekalan momentum berlaku,

m1v1  m2 v2  m1v1  m2 v2


di mana ruas kiri menyatakan momentum total sebelum tumbukan dan ruas
kanan menyatakan momentum total setelah tumbukan.
Catatan :
Karena momentum, atau kecepatan, adalah besaran vektor, maka waktu
menerapkan hukum kekekalan momentum mesti diperhatikan arahnya.
Kecepatan-kecepatan yang berlawanan arah mempunyai tanda yang berlainan.

Sifat tumbukan ditentukan oleh koefisien tumbukan (e) yang didefinisikan,

v2  v1
e
v2  v1
Jika e = 1 , tumbukannya lenting sempurna.
Jika 0 < e < 1, tumbukannya lenting sebagian.
Jika e = 0 , tumbukannya tidak lenting sempurna.
Contoh 3 :
Sebuah benda dengan massa 2 kg dan kecepatan 10 m/s menumbuk benda lain
yang massanya 3 kg dan mula-mula diam. Jika tumbukan ini mempunyai koefisien
tumbukan yang besarnya 0,5 , tentukanlah besarnya kecepatan masing-masing
benda setelah tumbukan.
Penyelesaian :
Peristiwa tumbukan digambarkan seperti Sebelum tumbukan Setelah tumbukan
pada Gambar 7. Koefisien tumbukan
adalah, v2  0
v1 v1 v2
m1 m2 m1 m2
v2  v1
e
v2  v1 Gambar 6
v2  v1
0,5    v1  v2  5 (*)
0  10
Hukum kekekalan momentum,

m1v1  m2v2  m1v1  m2v2


 2   10   0  2v1  3v2  2v1  3v2  20 (**)
Jika persamaan (*) kita kalikan 3, kemudian kita jumlahkan dengan persamaan
(**), kita dapatkan,

3v1  3v2  15


2v1  3v2  20

5v1  5
v1  1 m/s
Kemudian hasil yang didapat ini kita substutusikan ke persamaan (*),

v1  v2  5  1  v2  5


v2  6 m/s
Contoh 4 :
Seseorang melemparkan bola ke dinding dengan kecepatan 50 m/s. Setelah
menumbuk dinding bola memantul dengan kecepatan 40 m/s. Jika tumbukan
terjadi dalam watu 0,01 detik, dan massa bola 0,25 kg, tentukan besarnya
gaya impulsif pada tumbukan ini.
Penyelesaian :

mv2  mv1 m  v2  v1 
Fimp  
t t
0, 25  50  40 
 N  250 N
0, 01

Anda mungkin juga menyukai