Anda di halaman 1dari 14

Laporan PraktIkum FIsIka 0asar Hukum Hooke

1UDUL PRAKTKUM : HUKUM HOOKE


PRAKTKUM KE : V
TANGGAL PRAKTKUM : 15 Desember 2008
' TU1UAN PRAKTKUM : Mahasiswa dapat memahami bahwa,
1. Pertambahan panjang pegas sebanding dengan gayayang bekerja pada pegas.
2. Energi potensial pegas sebanding dengan kuadrat pertambahan panjang pegas.
' LANDASAN TEOR
Robert Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum Iisika menyangkut
pertambahan panjang sebuah benda elastik yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut
Hooke,pertambahan panfang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada
benda. $ecara matematis, hukum Hooke ini dapat ditulis sebagai
x
Dengan F gaya yang bekerja (N)
k konstanta gaya (N/m)
x pertambahan panjang (m)
Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih
berlawanan arah dengan perpanfangan.
`fika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas,pertambahan panfang
pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya`.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di
atas dikenal sebagai Hukum Hooke.Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita
bisa melakukan percobaan pada pegas. $elisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik
dengan panjang awalnya disebutpertambahan panfang( l).
$eperti kita menyelidiki siIat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan
sama dengan berat benda massa x percepatan gravitasi.
Pegas ada disusun tunggal, ada juga yang disusun seri ataupun paralel. Untuk
pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-
masing pertambahan panjang pegas sehingga pertambahan total x adalah:
x x
1
x
2



$edangkan untuk pegas yang disusun paralel ,pertambahan panjang masing-
masing pegas sama (kita misalkan kedua pegas identik),yaitu
x
1
x
2
x. Dengan demikian:
K
p
k
1
k
2

Perlu selalu di ingat bahwa hukum hooke hanya berlaku untuk daerah elastik,
tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke,
regangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan
adalah persentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per
satuan luas penampang yang dikenainya.
$ebelum diregangkan dengan gaya F,energi potensial sebuah pegas adalah
nol,setelah diregangkan energi potensialnya berubah menjadi:
E kx
2

Tegangan
Tegangan dideIinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami
kawat dengan luas penampang (A)
Tegangan atau o
Tegangan adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm
-2
atau Pascal
(Pa).Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan
bentuk),tegangan dibedakan menjadi 3 macam,yaitu tegangan rentang,tegangan
mampat,dan tegangan geser.
Regangan
Regangan dideIinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panfang AL
dengan panfang awalnya L.
Regangan atau e
arena L samasama merupakan dImensI panjang, maka regangan tIdak mempunyaI
satuan (reycnycn tdck mempunyc dmens). Fegangan merupakan ukuran perubahan
bentuk benda dan merupakan tanggapan yang dIberIkan oleh benda terhadap tegangan yang
dIberIkan. JIka hubungan antara tegangan dan regangan dIrumuskan secara matematIs,
maka akan dIperoleh persamaan berIkut :


nI adalah persamaan matematIs darI |odulus ElastIs (E) atau modulus Young (Y).
JadI, modulus elastIs sebandIng dengan Teycnycn dan berbandIng terbalIk Reycnycn.
Kita kenal 3 macam regangan yaitu regangan panjang,regangan volume,dan
regangan sudut.
a 7egangan panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, l ,dan penambahan
panjang Al akibat regangan,regangannya diberikan oleh ,sedangkan jika
luas penampang A dan gayategangan yang meregangkan adalah W,maka
tegangannya adalah W/A.Berdasarkan hukum hooke ditulis;
Y( )
b 7egangan volume
Menurut hukum hooke,kita dapat menulis:
B( ) p
Dengan B adalah yang disebut dengan modulus ketegaran yang besarnya
kurang lebih 1/3 modulus young.Berbeda dengan modulus young
yang dapatdiukur langsung dengan mengukur penambahan panjangnya,Al,dan
gaya tegangan W serta luaspenampang A,modulus ketegaran B hampir tidak
dapat diukur secara langsung karena
sukarnyamengukur pengerutan volumnya,AV.
. 7egangan sudut
Yang dImaksud dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut adalah
deformasI,yaItu perubahan bentuk yang berkaItan dengan sudut luncuran..
Modulus Elasti
Ketika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda,maka ada
kemungkinan bentuk sebuah benda berubah.$ecara umum,reaksi benda terhadap gaya
yang diberikan dicirikan oleh suatu besaran yang disebut modulus elastik.
Modulus elastik
Untuk tegangan rentang,besar modulus elastik Y dinyatakan dengan
Y atau Y
Biasanya,modulus elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus
young. Dengan demikian,modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatu zat
terhadap perubahan panjangnya ketika suatu gaya (beberapa gaya)diberikan pada
benda.
O Hukum Hooke untuk benda non Peyas
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, tetapI hanya sampaI
pada batasbatas tertentu. |arI kIta tInjau sebuah batang logam yang dIgantung vertIkal,
sepertI yang tampak pada gambar dI bawah.

Pada benda bekerja gaya berat (berct = ycyc yrcvtcs ycny beker]c pcdc
bendc), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (teyck lurus permukccn
bum).AkIbat adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh
(deltc L)
JIka besar pertambahan panjang ( L) lebIh kecIl dIbandIngkan dengan panjang
batang logam, hasIl eksperImen membuktIkan bahwa pertambahan panjang ( L) sebandIng
dengan gaya berat yang bekerja pada benda.PerbandIngan InI dInyatakan dengan
persamaan :

Persamaan InI dIsebut sebagaI hukum Hooke. Ita juga bIsa menggantIkan gaya
berat dengan gaya tarIk, seandaInya pada ujung batang logam tersebut tIdak dIgantungkan
beban.
8esarnya gaya yang dIberIkan pada benda memIlIkI batasbatas tertentu. JIka gaya
sangat besar maka regangan benda sangat besar sehIngga akhIrnya benda patah. Hubungan
antara gaya dan pertambahan panjang (atau sImpangan pada pegas) dInyatakan melaluI
grafIk dI bawah InI.

JIka sebuah benda dIberIkan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastIs sampaI pada tItIk yang menunjukkan bctcs hukum hooke. JIka benda
dIberIkan gaya hIngga melewatI bctcs hukum hooke dan mencapaI batas elastIsItas, maka
panjang benda akan kembalI sepertI semula jIka gaya yang dIberIkan tIdak melewatI bctcs
elcststcs. tapI hukum Hooke tIdak berlaku pada daerah antara bctcs hukum
hooke dan bctcs elcststcs. JIka benda dIberIkan gaya yang sangat besar hIngga
melewatIbctcs elcststcs, maka benda tersebut akan memasukIdcerch plcsts dan ketIka
gaya dIhIlangkan, panjang benda tIdak akan kembalI sepertI semula, benda tersebut akan
berubah bentuk secara tetap. JIka pertambahan panjang benda mencapaI ttk pctch, maka
benda tersebut akan patah.
8erdasarkan persamaan hukum Hooke dI atas, pertambahan panjang ( L) suatu
benda bergantung pada besarnya gaya yang dIberIkan (F) dan materI penyusun dan dImensI
benda (dnyctckcn dclcm konstcntc k). 8enda yang dIbentuk oleh materI yang berbeda akan
memIlIkI pertambahan panjang yang berbeda walaupun dIberIkan gaya yang sama, mIsalnya
tulang dan besI.
0emIkIan juga, walaupun sebuah benda terbuat darI materI yang sama (msclnyc
bes), tetapI memIlIkI panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalamI pertambahan panjang yang berbeda sekalIpun dIberIkan gaya yang sama. JIka
kIta membandIngkan batang yang terbuat darI materI yang sama tetapI memIlIkI panjang
dan luas penampang yang berbeda, ketIka dIberIkan gaya yang sama, besar pertambahan
panjang sebandIng dengan panjang benda mulamula dan berbandIng terbalIk dengan luas
penampang. |akIn panjang suatu benda, makIn besar besar pertambahan panjangnya,
sebalIknya semakIn tebal benda, semakIn kecIl pertambahan panjangnya. JIka hubungan InI
kIta rumuskan secara matematIs, maka akan dIperoleh persamaan sebagaI berIkut :

Persamaan InI menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (deltc L) dengan
gaya (F) dan konstanta (k). |aterI penyusun dan dImensI benda dInyatakan dalam konstanta
k. Untuk materI penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (deltc L) sebandIng
dengan panjang benda mulamula (L
o
) dan berbandIng terbalIk dengan luas
penampang (A). alau dIrImu bIngung dengan pcn]cny mulcmulc atau lucs pencmpcny,
amatI gambar dI bawah InI.

panjang mulamula (L
o
) dan lucs pencmpcny (A


8esar E bergantung pada benda (E merupckcn s]ct bendc). Pada persamaan InI
tampak bahwa pertambahan panjang (deltc L) sebandIng dengan hasIl kalIpcn]cny bendc
mulcmulc (Lo) dan 6cyc per sctucn Lucs(F/A).
' ALAT DAN BAHAN
1. $tatiI
2. Beban
3. Jepit penahan
4. Pegas $piral
5. Mistar
' PROSEDUR PERCOBAAN
1) Gantungkan beban pada pegas (anggap berat beban adalah F
o
)
2) Ukur panjang pegas (L
o
)
3) Tambakan beban, lalu ukur panjang pegas (L)
4) Ulangi dengan penambahan beban bervariasi.
5) Isilah tabel
6) Perhatikan kecenderungan masing-masing tabel dari atas ke bawah
7) Bagaimana hubungan antara F dan L
8) Gambarkan graIik AF terhadap AL
9) Gunakan persamaan (teori) untuk menghitung konstanta pegas.
10) Hitung luas daerah di bawah graIik.
' HASL PENGAMATAN
Tabek hasil pengamatan :
No. W (N) F W L (cm) AL L-L
0
m (gr)
1. 0,6 0,6 N 13,8 0,6 60
2. 0,7 0,7 N 14,1 0,9 70
3. 0,8 0,8 N 14,4 1,2 80
4. 0,9 0,9 N 14,9 1,7 90
ANALSA DATA
Men.a7i nilai onstanta

Data
Al 0, 006 m
F 0,6 N
K
1


N/m
Data
Al 0,009 m
F 0,7 N
K
2


8 N/m
Data
Al 0,012 m
F 0,8 N
k
3


N/m
Data 4
Al 0,017 m
F 0,9 N
K
4


5 N/m


4 5 N/m

Men.a7i nilai ene7gi potensial

Data
Al 0,006 m
k
1
100 kg/s
2

Ep
1
k
1
Al
2

100 (0,006)
2

8 1
Data
Al 0,009 m
k
2
77, 8 kg/ s
2

Ep
2
k
2
Al
2

77, 8 (0,009)
2

5 1
Data
Al 0,012 m
k
3
66, 7 kg/ s
2

Ep
3
k
3
Al
2

66, 7 (0,012)
2

48 1
Data 4
Al 0,017 m
k
4
52,9 kg/ s
2

Ep
4
k
4
Al
2

52,9 (0,017)
2

1



4 1

G7afi A te7adap AL
A

0,9
0,8
0,7
0,6





0,6 0,9 1,2 1,7


Luas a. t
AL . AF
AL . k. AL
k. AL
2

Maa
Luas . AL
2

. 74,35. (0,011)
2

0,004
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali tentang Hukum Hooke kami mencari nilai konstanta. Pada
data pertama yakni nilai F adalah 0,6 N dan Al adalah 0, 006 m, maka konstanta yang
didapat adalah100 N/m. Pada data kedua yakni nilai F adalah 0,7 N dan Al adalah 0,
009 m, maka konstanta yang didapat adalah 77,8 N/m Pada data ketiga yakni nilai F
adalah 0,8 N dan Al adalah 0,012 m, maka konstanta yang didapat adalah66, 7 N/m.
Pada data keempat yakni nilai F adalah 0,9 N dan Al adalah 0, 017 m, maka konstanta
yang didapat adalah 52,9 N/m Rata- rata konstanta adalah 74, 35 N/m
Berdasarkan pada percobaan dengan mencari nilai konstanta diketahui bahwa
semakin besar nilai F dan Al. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.
Pada percobaan dengan mencari nilai energi potensial. Pada data pertama
Al adalah 0,006 m dan k adalah 100 kg/s
2
, maka energi potensial yang didapat 0,0018
J.
Pada data kedua Al adalah 0,009 m dan k adalah 77,8 kg/s
2
, maka energi
potensial yang didapat 0,0031509 J. Pada data ketiga Al adalah 0,012 m dan k adalah
66,7 kg/s
2
, maka energi potensial yang didapat 0,0048 J. Pada data keempat Al adalah
0,017 m dan k adalah 52,9 kg/s
2
, maka energi potensial yang didapat 0,0076 J. Rata-
rata energi potensial adalah 0,0043 J.
Berdasarkan pada data yang telah didapatkan pada percobaan diketahui bahwa
semakin besar nilai Al, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin besar.
$ebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.
Pada daerah graIik, luas daerah dibawah graIik dicari dengan persamaan :
Luas a. t
AL . AF
AL . k. AL
k. AL
2

Persamaan tersebut sama dengan persamaan untuk mencari energi potensial.
Pada percobaan tersebut didapat luas daerah di bawah graIik adalah 0,004. nilai
tersebut sama dengan nilai rata-rata energi potensial.
Maka, luas daerah dibawah graIik sama dengan nilai energi potensial
KESMPULAN
1) $emakin besar nilai Al, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin
besar. $ebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi
potensial.
2) $emakin besar nilai F dan Al. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.
3) Luas daerah dibawah graIik sama dengan nilai energi potensial .
4) Pertambahan panjang ( L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.
5) Persamaan mencari luas daerah di bawah graIik sama dengan persamaan untuk
mencari energi potensial.
DATAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen, dkk.1998. Fisika SMA. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen Fisika Dasar. 2008. Panduan Praktikum Fisika Dasar I. Indralaya: Universitas
$riwijaya
Taranggono, Agus dan Hari $ubagya.2004. Fisika SMA 2a.Jakarta:Bumi Aksara
Ruwanto, Bambang . 2003. Asas-asas Fisika SMA IA.Yogyakarta:Yudhistira.
Zemansky, $ears. 1994.Fisika Universitas I. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai