Abstrak
Upaya pengelolaan DAS terpadu di Indonesia telah lama diterapkan dengan
memperkenalkan berbagai kegiatan yang bercirikan lintas sektoral dan
multidisipliner, sebagai contoh adalah pelaksanaan pengelolaan DAS secara
terpadu di DAS Brantas, Jratunseluna, dan yang kemudian direncanakan untuk
diimplementasikan pada DAS-DAS lain di seluruh Indonesia.
Namun karena kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi dan banyaknya
DAS yang harus ditangani, serta menyangkut kendala teknis dan non-teknis
lainnya yang harus disempurnakan, maka banyak DAS yang belum dapat
tertanggani dengan baik, bahkan yang terjadi adalah kerusakan DAS semakin
meluas dan semakin parah.
Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS secara terpadu harus berazaskan : (1)
pemanfaatan sumberdaya alam (hutan, tanah dan air) dengan memperhatikan
terhadap perlindungan lingkungan; (2) pengelolaan DAS bersifat multidisiplin dan
lintas sekoral; (3) peningkatan kesejahteraan rakyat; (4) keterpaduan dimulai sejak
dalam perencanaan pengelola DAS terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifuddin Kadir
Email: odeng1987@yahoo.com
ABSTRAK
DAS sebagai unit pembangunan terutama daerah untik kepentingan tata air (Zhang et
al., 2008). Hernandez-Ramirez, (2008), perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannnya
menggunakan DAS sebagai unit pengelolaan. Soemarno (2011) DAS dapat dimanfaatkan pemantauan
tata guna lahan, karena adanya keterkaitan bioisik daerah hulu, tengah dan hilir sebagai kesatuan
eksosistem. Sub DAS Negara, mempunyai masalah lingkungan terkait fungsinya sebagai pengatur
tata air (BPDAS Barito, 2013 dan Balitbangda Kal-Sel, 2010), sehingga perlu dilakukan kajian
perubahan penggunaan lahan untuk memulihkan daya dukung DAS sebagai pengatur tata air, agar
kerawanan banjir dapat dikendalikan.
Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan pemulihan daya dukung DAS untuk
pengendalian kerawanan pemasok banjir. Data yang diamati untuk mengetahui peranan penggunaan
lahan terhadap tingkat kerawanan banjir dibutuhkan data primer dan sekunder yang terukur secara
kuantitatif. Hasil penelitian akan memberikan gambaran keruangan tingkat kerawanan banjir dan
arahan penggunaan lahan, Menggunakan pendekatan wilayah ekologi DAS yang proses analisis dan
penyajiannya secara spasial memanfaatkan SIG.
Hasil kajian diperoleh bahwa penggunaan lahan didominasi pertanian lahan kering dengan
jenis tanaman karet alam dan karet unggul (64,7%). Tingkat kerawanan banjir kondisi eksisting :
a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 73,07%; c) agak rawan 9,35%; dan d) rawan banjir 10,61%.
Kebjakan RHL untuk pengendalian kerawanan banjir dilakukan perubahan penggunaan lahan: a)
semak belukar 122,13ha menjadi karet alam; b) lahan terbuka 414,93ha menjadi karet alam; c) bekas
pertambangan 2.104,29ha reklamasi tanaman kehutanan, seluas 139,56ha dilakukan reklamasi
dengan tanaman kehutanan dan tindakan sipil teknis. Berdasarkan arahan penggunaan lahan dapat
memulihkan daya dukung DAS untuk menurunkan tingkat kerawanan pemasok banjir menjadi: a)
tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 83,28%; c) agak rawan 8,80%; dan d) rawan banjir 0,95%.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topograi dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (UU Nomor 7/2004 tentang Sumberdaya Air).
Peningkatan populasi manusia dan perubahan penggunaan lahan pada suatu DAS merupakan
masalah utama, karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air (Kometa, dan Ebot, 2012).
Selanjutnya Kusuma (2007), interaksi komponen dalam ekosistem DAS ini dapat dinyatakan
dalam bentuk keseimbangan input dan output dan ini mencirikan keadaan hidrologi ekosistem
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 95
KOMISI B
tersebut. Selanjutnya Rayes (2007), dalam memanfaatkan sumberdaya alam dalam suatu DAS untuk
penggunaan lahan tertentu, diperlukan pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan
mengingat tingginya persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk pertanian maupun non
pertanian.
Banjir merupakan kondisi debit aliran sungai yang secara relatif lebih besar dari biasanya
akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu secara terus menerus, sehingga air
limpasan tidak dapat ditampung oleh alur/palung sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan
menggenangi daerah sekitarnya (Nan et al, 2005).
Besarnya pasokan air banjir diidentiikasi dari besarnya curah hujan dan perubahan
penutupan lahan (Paimin, Sukresno dan Pramono,2009). Penutupan lahan menjadi faktor utama
penyebab terjadinya variasi aliran permukaan yang merupakan sumber kerawanan banjir, walaupun
terjadi perubahan curah hujan (Jiang, Huang, dan Ruan, 2008).
Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Selatan dan Fakultas Kehutanan
Unlam 2010 melaporkan bahwa pada bagian hilir sub DAS Negara di Kabupaten Tabalong pada periode
tahun 2007 sampai 2010, terdapat 76 lokasi (desa) kejadian banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara
149 desa. Selanjutnya Kesbanglingmas Kabupaten Tabalong (2011) melaporkan bahwa kejadian
bencana banjir tahun 2005 – 2010 di sub DAS Negara Kabupaten Tabalong semakin meningkat.
Data penggunaan lahan tahun 2000 - 2011, terlihat bahwa di catchment area Jaing telah
terjadi perubahan penggunaan lahan yang dapat mempengaruhi kondisi tata air (Balai Pemantapan
Kawasan Hutan wilayah V Kalimantan, 2012). Penggunaan dan pentupan lahan yang tidak sesuai
dapat menurunkan fungsi DAS sebagai pengatur tata air, sehingga perlu adanya Kondisi DAS sebagai
pemasok kerawanan banjir, yang sehingga perlu adanya kajian indikasi dan implikasi dari kerusakan
lingkungan pada DAS tersebut (Kometa dan Ebot, 2012).
Sub DAS Negara, mempunyai masalah lingkungan terkait fungsinya sebagai pengatur tata air
(BPDAS Barito, 2013 dan Balitbangda Kal-Sel, 2010), sehingga perlu dilakukan kajian perubahan
penggunaan lahan untuk memulihkan daya dukung DAS sebagai pengatur tata air, agar kerawanan
banjir dapat dikendalikan
Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan pemulihan daya dukung DAS untuk pengendalian
kerawanan pemasok banjir di sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan, tujuan ini dilakukan
melalui tahapan kajian sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan untuk mengetahui
tingkat kerawanan sebagai pemasok banjir
2. Menentukan arahan pengendalian kerawanan banjir melalu perubahan penggunaan lahan untuk
pemulihan daya dukung sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan.
Hasil kajian pengelolaan DAS yang dilaksanakan di sub DAS Negara diharapkan dapat
bermanfaat.
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka kajian kerawanan
banjir melalui pemulihan daya dukung DAS.
2. Acuan bertindak bagi para perencana pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pengendalian
kerawanan pemasok banjir.
96 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B
METODE
Lokasi Penelitian
Penentuan tingkat kerawanan pemasok banjir berdasarkan data karakteristik DAS yang
terdiri atas: a) penggunaan lahan; b) curah hujan; c) lereng; d) tata air (jaringan sungai, iniltrasi,
dan debit air); dan e) lahan kritis. Selanjutnya berdasarkan kondisi eksisting tingkat kerawanan
pemasok banjir dilakukan simulasi perubahan penggunaan lahan dalam rangka penentukan
arahan pemulihan daya dukung DAS untuk pengendalian kerawan banjir melalui perubahan
penggunaan lahan menggunakan pendekatan wilayah ekologi DAS yang proses analisis dan
penyajiannya dilakukan secara spasial
dengan memanfaatkan teknologi Sistem
Informasi Geograis (SIG), sehingga hasil
dalam penelitian ini memiliki referensi
geograis dan penyajiannya berupa peta.
Kerawanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya (Saptadi dan
Djamal, 2012). Tingkat kerawanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila terjadi
pada kondisi yang rentan.
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 97
KOMISI B
Kerawanan banjir menggambarkan suatu kondisi banjir yang rawan terhadap faktor
bahaya (hazard) tertentu. Wismarini (2011) melaporkan bahwa nilai tingkat kerawanan banjir
di bedakan dalam lima kelas kerawanan yaitu: a) sangat rawan; b) rawan; c) cukup rawan; d)
kurang rawan; dan e) tidak rawan. Klasifikasi tingkat kerawanan banjir di sub DAS Negara
sebagai pemasok rawan banjir disajikan pada Tabel 1.
Simulasi Perubahan Penggunaan lahan untuk Pengendalian Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir
Cahyo (2008) mengemukakan bahwa simulasi adalah sebuah metode analitik yang bertujuan
untuk membuat ”imitasi” dari sebuah sistem yang mempunyai sifat acak, dimana jika digunakan
model lain menjadi sangat mathematically complex atau terlalu sulit untuk dikembangkan. Simulasi
untuk mengurangi kondisi lahan rawan banjir dan agak rawan banjir, dilakukan tiga alternatif.
1. Alternatif I
Perubahan penutupan lahan semak belukar seluas 122,13 ha menjadi karet alam (pertanian
lahan kering). Semak belukar terletak pada kawasan hutan produksi sebagaimana di sajikan pada
Tabel 2 dan Gambar 4.
98 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B
2. Alternatif II
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 99
KOMISI B
Tabel 3. Hasil Simulasi Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Pada Alternatif II (Lahan Terbuka
Menjadi Tanaman Karet alam)
3. Alternatif III
Tabel 4. Hasil Simulasi Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Pada Alternatif III
(Reklamasi Bekas Pertambangan Menjadi Tanaman Kehutanan)
100 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B
Tabel 5. Matrik Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Kondisi eksiting, dan Alternatif I - III
(hasil simulasi alternatif I sampai III)
Kondisi
Alternaif I Alternaif II Alternaif III
No Tingkat Kerawanan Banjir Eksisting
(Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)
1 Tidak rawan 1.801,52 1.801,52 1801,52 1.801,52
2 Kurang rawan 18.891,23 18.971,29 19.276,02 21.530,24
3 Agak rawan 2.416,21 2.336,16 2.346,37 2.276,01
4 Rawan 2.743,15 2.743,15 2.427,20 244,35
5 Sangat rawan 0,00 0,00 0,00 0,00
TOTAL (Ha) 25.852,12 25.852,12 25.852,12 25.852,12
Pada Tabel 5. Terlihat bahwa hasil simulasi alternati I sampai III, menurunkan tingkat
kerawanan pemasok banjir, sehingga kriteria Rawan pemasok banjir di sub DAS Negara menjadi
seluas 244,35 ha.
a. Kesimpulan
1. Penggunaan lahan di sub DAS Negara didominasi pertanian lahan kering dengan jenis tanaman
karet alam dan karet unggul sebesar 64,7%.
2. Tingkat kerawanan banjir kondisi eksisting : a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 73,07%; c)
agak rawan 9,35%; dan d) rawan banjir 10,61%.
3. Kebjakan RHL untuk pengendalian kerawanan banjir dilakukan perubahan penggunaan lahan:
a) semak belukar 122,13ha menjadi karet alam; b) lahan terbuka 414,93ha menjadi karet alam;
c) bekas pertambangan 2.104,29ha reklamasi tanaman kehutanan, seluas 139,56ha dilakukan
reklamasi dengan tanaman kehutanan dan tindakan sipil teknis.
4. Perubahan penggunaan lahan alternatif I (semak belukar menjadi tanaman karet alam), alternatif
II (lahan terbuka menjadi tanaman karet alam) dan alternatif III (reklamasi bekas pertambangan
menjadi tanaman kehutanan), dapat memulihkan daya dukung DAS dengan menurunnya tingkat
kerawanan pemasok banjir menjadi: a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 83,28%; c) agak
rawan 8,80%; dan d) rawan banjir 0,95%.
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Z. R., Rao, L. A., K., and Yusuf, A. 2012. GIS Based Morphometric Analysis of Yamuna Drainage
Network In Parts of Fatehabad Area Of Agra District, Uttar Pradesh. Journal of the Geological
Society of India 79 (5): 505-514. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s12594-012-0075-2
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 101
KOMISI B
Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Kelima (revisi). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Fakultas Kehutanan
Unlam. 2010. Masterplan Banjir dan Pengelolaannya di Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Balai Pengelolaan DAS Barito. 2013 Updating data spasial Lahan Kritis Wilayah Kerja Balai
Pengelolaan DAS Barito. Banjarbaru.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V. 2012. Peta Penutupan Lahan Provinsi Kalimantan
Selatan, Banjarbaru.
Cahyo,W.N. 2008. Pendekatan Simulasi Monte Carlo Untuk Pemilihan Alternatif Dengan Decision
Tree pada Nilai outcome yang Probabilistik. Teknoin, 13 (2): 11-17.
Hernandez-Ramirez, G. 2008. Emerging Markets for Ecosystem Services: A Case Study of the Panama
Canal Watershed. Journal of Environment Quality. 37 (5): 1995. doi: 10.2134/jeq2008.0010br.
Kadir, S., Rayes, M. L., Ruslan, M., and Kusuma, Z. 2013. Iniltration To Control Flood Vulnerability
A Case Study of Rubber Plantation of Dayak Deah Community in Negara, Academic Research
International. Natural and Applied Sciences. 4 (5):1–13. http://www.savap.org.pk.
Kesbanglingmas Kabupaten Tabalong. 2011. Data Kejadian Banjir periodel 2005 sampai dengan
2010 Kabupaten Tabalong. Tabalong.
Kometa, S. S., and Ebot, M. A. T. 2012. Watershed Degradation in the Bamendjin Area of the North
West Region of Cameroon and Its Implication for Development. Journal of Sustainable
Development. 5 (9): 75–84.
doi:10.5539/jsd.v5n9p75.
Kusuma, Z. 2007. Pengembangan Daerah Aliran Sungai. Program Pascasarjana. Universitas
Brawjaya. Malang.
Nan, D., William, J., and Lawrence, J. 2005. Efects of River Discharge, Wind Stress, and Slope Eddies
on Circulation and the Satellite-Observed Structure of the Mississippi River Plume. Journal of
Coastal Research. 21 (6): 1228-1244
Paimin, Sukresno dan Pramono, I.B. 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Tropenbos Internasional Indonesia. Balikpapan.
www.tropenbos.org/ile.php/337/tehnik-mitigasi-dan-tanah-longsor.
Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Alam. CV Andi Ofset. Yoyakarta.
Saptadi,G., Hariyadi, dan Djamal, H. 2012. Kajian Model Desa Tangguh Bencana Dalam Kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana. Jurnal Penanggulangan Bencana. 3 (2):1-24.
Soemarno. 2011. Filosoi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menuju Lingkungan Hidup Yang Nyaman.
Program Pasca Sarjana, Unviversitas Brawjaya, Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7. 2004. Sumberdaya Air. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377. Jakarta.
Wismarini,h.D., Ningsih,D.H.U., dan Amin. 2011. Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air)
Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai Wilayah Semarang Berbantuan SIG.
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. 16 (2): 124132.
Zhang, X., Yu, X., Wu, S., and Cao, W. 2008. Efects of Changes In Land Use and Land Cover on
Sediment Discharge of Runof In A Typical Watershed In the Hill and Gully Loess Region of
Northwest China. Frontiers of Forestry in China. 3 (3): 334–341. doi:10.1007/s11461-008-
0056-1.
102 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
39 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
Novitasari1)
Abstrak - DAS Martapura merupakan salah satu DAS yang mengalami masalah pengelolaan
berkaitan dengan kerusakan hampir semua DAS di Kalimantan. Hal ini yang menjadi alasan
diperlukan suatu kajian pengelolaan hulu DAS Martapura yang meliputi Sub DAS Riam
Kanan untuk bisa menentukan aspek teknis dan aspek non teknis kerusakan DAS yang
mengakibatkan banjir sehingga bisa dilakukan studi lebih lanjut untuk mengurangi banjir
sebagai alternatif pengelolaan DAS Martapura secara terpadu.Berdasarkan kajian teknis dan
kajian non teknis yang meliputi analisis isu-isu strategis yang diperoleh maka dapat
dirumuskan suatu analisis pemecahan masalah.Berdasarkan hasil kajian teknis diperoleh
peningkatan debit rancangan dengan untuk degradasi hutan menjadi 25% terjadi peningkatan
debir rancangan sebesar 12,5%. Di sisi lain, berdasarkan analisis SWOT hulu DAS Martapura
yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan, masih banyak peluang dan
kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah banjir yang terus-menerus sepanjang tahun
terjadi di DAS Martapura dengan peningkatan kesadaran dan kerjasama instansi pemerintah
dan masyarakatdalam pengelolaan lahan yang baik, selain itu dengan pengawasan yang
diperketat maka tantangan dan kelemahan dari pengelolaan DAS Martapura terutama
pengelolaan DAS bagian hulu bisa di eliminir.
Kata kunci: DAS Martapura, SWOT, aspek teknis, aspek non teknis.
Abstract -Martapura watershed is one of the watershed management that deal with many
problems associated with damage to all watershed in Kalimantan. It’s the reason that it need
a management study at the upstream watershed Martapura, Sub Watershed Riam Kanan to
determine the cause of the technical aspects and non technical aspect watershed damage
resulting flood so that further studies can be done to reduce flood and integrate Martapura
watershed management. Strategic issues can be formulated obtained an analytical problem
solving with technical analysis and SWOT analysis. Based on technical analysis toobtainan
increase in flood dischargefor forest degradationto 25%, flood discharge increaseof
12.5%.on the other hand, based on non technical analysis of the strategic issues identified
upstream watershed assessment Martapura. obtained a result that based on the strengths,
weaknesses, opportunities and challenges identified from Martapura watershed upstream
region, there are many opportunities and strengths that can be utilized to prevent flood that
constantly occurs throughout the year in the Martapura watershed to increase government
agencies and community awareness of good land management, in addition to the supervision
tightened the challenges and weaknesses of Martapura watershed management especially
upstream watershed management can be eliminated.
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
40 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…41
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…42
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…43
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…44
Karang Intan, juga pada saat–saat pasokan 7 Sungai/Danau 24,86 1,51 0,10
8 rawa 73,81 4,48 0,10
debit minimum tidak seluruhnya digunakan
9 Pemukiman 187,45 11,38 0,40
oleh irigasi, tetapi 30% debit harus Jumlah 1647,68 100
digunakan untuk upaya pemeliharaan sungai
Sumber :Data Tahun 2004
di hilir bendung, dimana terdapat jajaran
keramba terpanjang di dunia (25 km), untuk
air baku PDAM Bandarmasih dan PDAM
Kabupaten Banjar, pemeliharaan lingkungan
serta pengguna air lainnya. Namun seiring
berjalannya waktu, proses pemanfaatan
yang dibangun tidak selalu berjalan dengan
baik sehingga berpengaruh terhadap
pemanfaatan air yang dipakai. Selama ini
irigasi yang bersumber dari Bendungan
Riam Kanan, banyak dipergunakan oleh
masyarakat untuk mengairi persawahan dan
tambak. Namun sayangnya, penyaluran air
irigasi kepada para pemakai dinilai kacau,
karena dilakukan dengan sekehendak hati. Gambar 1. Peta Pemanfaatan Lahan Sub
Sehingga banyak air irigasi yang terbuang DAS Riam Kanan
secara percuma dan kurang efektif. Selain
itu juga adanya debit ketersediaan air yang Berdasarkan Tabel 1 terlihat adanya
fluktuatif yang menyebabkan sulitnya lahan tidak produktif seluas 602,15km2 atau
operasional irigasi dan menurunkan kinerja 36,55% dari luas Sub DAS Riam Kanan.
pelayanan bagi semua pemakai air, adanya Lahan yang tidak produktif tersebut terdiri
gangguan gulma yang tumbuh karena dari alang-alang, semak/belukar dan rawa.
terlarutnya pupuk kimia yang digunakan
pada persawahan di kawasan hulu bendung Kondisi Iklim
sehingga memperkecil penampang basah Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan
saluran, yang berakibat menurunnya Fergusson yang didasarkan atas curah hujan
kapasitas pengaliran debit secara signifikan, dengan dasar penggolongannya adalah
adanya amblasan pada ruas-ruas tertentu adanya bulan basah dan bulan kering. Bulan
saluran primer dan sekunder dan hal basah dimana curah hujannya lebih dari 100
lainnya. mm, sedangkan bulan kering adalah suatu
bulan yang curah hujannya kurang dari 60
Kondisi Tata Guna Lahan mm. Curah hujan maksimum harian sejak
Keadaan penggunaan lahan pada sub tahun 1991 sampai dengan 2011berkisar
DAS Riam Kanan dapat dilihat pada Tabel 63,2 mm – 158,6 mm. Temperatur/suhu
1 berikut: udara yang terjadi dalam 10 tahun terakhir
adalah suhu maksimum 33 o dan suhu
Tabel 1. Penggunaan Lahan Sub DAS minimum 21,9o dan suhu rata-rata sebesar
Riam Kanan 27,5o.
Sub Das Riam Kanan
Penggunaan
No Luas Prosentase Koefisien
Lahan Kondisi Identifikasi Sungai Martapura
(km2) (%) Aliran
1 Hutan 543,16 32,97 0,20 Pada hulu sungai Martapura (Sub
2 Perkebunan 14,32 0,87 0,25 DAS Riam Kanan) terdapat 5 buah sungai
3 Sawah 229,95 13,96 0,27 besar sebagai sumber masukan utama
4 Tegal/Ladang 45,79 2,78 0,30 terhadap Bendungan Riam Kanan. Sungai-
5 Alang-alang 424,50 25,76 0,35 sungai tersebut adalah Sungai Kala’an,
Semak
6 103,85 6,30 0,30
Belukar
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…45
Sungai Tuyub, Sungai Tabatan, serta Sungai Tabel 3. Debit Rancangan untuk tiap Kala
Pa’au dan Hajawa. Ulang
Pada sub DAS Riam Kanan dengan Debit
Kala Ulang Intensitas(mm/ja
luas wilayah 1647,68 km2, terdapat sungai T (tahun) m)
Rancangan
(QT) mm
yang bermuara ke Sungai Martapura dan
5 1,199 150,875
terdapat 2 buah bendungan/dam, yaitu yang
berada di bagian hulu Sungai Riam Kanan 10 1,321 166,231
dengan fungsi sebagai Pusat Pembangkit 20 1,422 178,970
Listrik Tenaga Air yang terletak di Desa 50 1,536 193,245
Tiwingan Lama Kecamatan Aranio 100 1,611 202,738
Kab.Banjar dengan luas genangan 5.891 ha,
meliputi Sungai Hajawa, Pa’au, Malino, Berdasarkan kondisi tataguna lahan
Artain, Kalaan, Anawit, Tuyub, Mandimaro, tahun 2010 dengan kondisi hutan 25% yang
Tabatan, dan sunai Tunjungan. Sedangkan masih asri dan sisanya menjadi lahan kritis
bendung berada di Desa Mandikapau maka diperoleh simulasi koefisien
Kecamatan Karangintan Kabupaten Banjar, pengaliran sebesar 0,31, dengan debit
berfungsi sebagai irigasi percetakan sawah rancangan bisa dilihat pada Tabel 4.
dan sarana air bersih yan sumber airnya dari Tabel 4. Debit Rancangan untuk tiap Kala
limpahan Sungai Riam Kanan (Bendungan Ulang
Riam Kanan), Sungai Aranio, Mandikaleng, Kala Ulang T Intensitas
Debit
Mandiangin dan Sungai Batuampar. Rancangan (QT)
(tahun) (mm/jam)
mm
5 1,199 172,466
Analisis Debit Rancangan
Jumlah tahun pengamatan yaitu 19 10 1,321 190,020
tahun dari Tahun 1991 - 2011 untuk data 20 1,422 204,582
hujan. Data hujan harian maksimum yang 50 1,536 220,899
terpakai diurutkan dari kecil ke besar 100 1,611 231,751
dengan kisaran 63,2 mm – 158,6 mm.
Berdasarkan perhitungan analisis frekuensi Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4
data hujan dengan distribusi normal terjadi peningkatan debit rancangan rerata
diperoleh hujan rancangan untuk tiap kala sebesar 12,5% untuk tiap kala ulang.
ulang seperti Tabel 2.
Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)
Tabel 2. Hujan Rancangan untuk tiap Sub DAS Riam Kanan
KalaUlang Penilaian lingkungan eksternal
Hujan Banjir yang melanda Kabupaten Banjar,
Kala Ulang T Faktor
Rancangan (XT)
(tahun) Frekuensi (k) kalsel tidak saja merusak lahan persawahan,
mm
5 0,84 124,0916 insfrastruktur seperti jalan, akan tetapi
mengakibatkan Rumah Tangga Miskin
10 1,28 136,7220
(RTM) di Kecamatan Sungai Tabuk
20 1,645 147,1995
bertambah banyak. Sebelum kejadian banjir,
50 2,054 158,9401 jumlah RTM di Kecamatan Sungai Tabuk
100 2,326 166,7480 hanya 2.537, namun pasca banjir meningkat
Perhitungan debit rancangan pada menjadi 2.767. disebabkan belum bisa
Tabel 3 untuk kondisi eksisting dengan digunakannya lahan pertanian serta
koefisien pengaliran total 0,27. berhentinya usaha pembuatan batu bata
sementara di wilayah tersebut akibat banjir
yang melanda wilayah tersebut berbulan-
bulan.
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan
lahan dan pengelolaan termasuk di
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…46
dalamnya pola kemampuan penggunaan wilayah hulu diperoleh data bahwa kawasan
lahan. Penggunaan lahan adalah hutan daerah hulu sungai Riam Kanan yang
pemanfaatan lahan dan pengelolaan masih asri hanya berkisar 25% dari total
termasuk di dalamnya pola kemampuan seluruh wilayah hutannya. Sedangkan
penggunaan lahan. Pengaturan fungsi hampir 75% kawasan hutan menjadi
penggunanaan lahan telah ditetapkan oleh wilayah hutan kritis di hulu DAS.
pemerintah dalam sebuah Rencana Tata Hasil yang dapat diambil dari analisis
Ruang Wilayah (RTRW), namun pada hidrologi yg telah dilakukan adalah bahwa
kenyataannya masih banyak masyarakat banjir yang terjadi di kabupaten Banjar
yang tidak mentaati dan bahkan ada merupakan akibat dari perubahan tataguna
kecenderungan mengabaikan, misalnya pada lahan yang cukup tinggi, dari pengurangan
lahan-lahan untuk peruntukan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan
kawasan lindung digunakan untuk pemukiman dan pertambangan terbuka.
pemukiman ataupun lainnya yang tidak Begitu juga dengan validitas pemetaan yang
sesuai dengan peruntukannya. Demikian ada, karena berdasarkan hasil tinjauan
pula pada pola tanam belum memperhatikan lapangan ditemukan ketidaksesuaian antara
kaidah-kaidah konservasi tanah. pemetaan yang tersedia dengan kondisi tata
Penggunaan lahan pada wilayah sub guna lahan nyata. Lahan hutan pada kondisi
DAS Riam Kanan diperoleh dari hasil sebenarnya adalah ladang berpindah serta
interpretasi Citra Satelit Landsat TM hasil lahan bekas galian B dan C.
rekaman tahun 2003, yang kemudian Hal ini mempunyai dampak yang
dilakukan survey/pengamatan lapangan sama besarnya dalam analisis debit banjir
(field check) tahun 2006. Jenis penggunaan maupun analisis ketersediaan air di sub DAS
lahan tersebut meliputi alang–alang, Riam Kanan memerlukan penanganan
belukar, belukar rawa, hutan sekunder, sesegera mungkin untuk menghindarkan
hutan tanaman, kebun campuran, akibat banjir yang semakin besar.
permukiman, perkebunan karet, pertanian
lahan kering, pertanian lahan kering campur Merumuskan isu-isu kunci
semak, persawahan, lahan terbuka dan Isu stategis dalam rangka kajian
tambang. identifikasi Hulu DAS Martapura yang
paling utama adalah berdasarkan identifikasi
Penilaian lingkungan internal lapangan pada 4 bagian DAS Riam Kanan
Meluapkan Sungai Riam Kiwa dan yaitu pada wilayah Sungai Kana’an, Sungai
Riam Kanan menyebabkan banjir di Tujub, Sungai Tabatan, dan Sungai Pa’au
Kabupaten Banjar yang meluas memasuki dan Hajawa diperoleh data bahwa hutan di
10 kecamatan dari 19 kecamatan, bagian hulu DAS Martapura yang masih
Kecamatan Sungai Pinang, Simpang Empat, dalam katagori asri adalah 25% sedangkan
Astambul, Martapura Barat, Martapura sisanya adalah termasuk dalam katagori
Kota, Martapura Timur, Karang Intan, hutan kritis.
Sungai Tabuk, Beruntung Baru, Aluh-aluh
dan Aranio. Rata-rata sungai tersebut Proses analisis SWOT
mengalami pendangkalan karena Berdasarkan penilaian lingkungan
sendimentasi yang luar biasa akibat aktivitas eksternal dan internal didapat beberapa isu
penebangan liar (bangli) dan penambangan pokok, yaitu:
tanpa izin (peti) batu bara yang membabi 1. Identifikasi hutan di DAS Martapura
buta, menjadi pemicu atau penyumbang yang hanya tersisa 25% kawasan hutan
terbesar kerusakan lingkungan hingga di wilayah hulu DAS yang masih asri.
berakibat bencana banjir. Berdasarkan 2. Peningkatan RTM di beberapa wilayah
identifikasi aspek lingkungan DAS Kabupaten Banjar.
Martapura, sub DAS Riam Kanan, pada
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…47
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…48
adalah maraknya penebangan liar dan Journal of Hydrology, Vol. 122, pp.
penambangan liar di bagian hulu DAS, 161-219.
kurangnya penerapan tata ruang yang sesuai Irianto, Gatot dan Hendri Sosiawan. 2005.
dengan peruntukannya, pola tanam Proportional Water
masyarakat dalam pengolahan lahan sharing:Tantangan dan Strategi.
pertaniannya yang tidak sesuai dengan Renai Kajian Politik Lokal dan
kaidah-kaidah konservasi tanah, serta Sosial. Salatiga.
lemahnya pengawasan terhadap Jayadi, R. 2006. Modul Pelatihan Hidrologi
pengrusakan kawasan hutan di wilayah hulu dan Hidrometri Pekerjaan
DAS Martapura. Peningkatan Kemampuan
Perencanaan Teknis Jaringan
Saran Irigasi Rawa dan Tambak.
Saran yang dapat diberikan Direktorat Rawa dan Pantai.
berdasarkan kajian pengelolaan hulu DAS Yogyakarta.
Martapura berdasarkan kajian teknis debit Nurrochmad.R. 1998. Optimasi Parameter
rancangan dan analisis SWOT adalah masih Modul Hujan Aliran Mock dengan
banyak peluang dan kekuatan yang bisa Solver. Media Teknik No.2 Tahun
dimanfaatkan untuk mencegah banjir yang XX edisi Mei. Universitas Gadjah
terus-menerus sepanjang tahun terjadi di Mada, Yogyakarta.
DAS Martapura dengan peningkatan Sinaro, R dan Yusuf I.A. 1987. Perhitungan
kesadaran dan kerjasama dari instansi Simulasi Debit Sungai dengan Cara
pemerintah dan masyarakat dalam Mock untuk Menaksir Debit
pengelolaan lahan yang baik, selain itu Andalan. HATHI. Bandung.
dengan pengawasan yang diperketat baik Siswoko, 1995, Pengurangan Bahaya
oleh masyarakat maupun instansi terkait, Kerugian Banjir di Indonesia,
maka tantangan dan kelemahan dari Pertemuan Ilmiah Tahunan X
pengelolaan DAS Martapura terutama Himpunan Ahli Teknik Hidroulik
pengelolaan DAS bagian hulu bisa di Indonesia, HATHI, Ujung Pandang.
eliminir. Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik.
Erlangga. Jakarta
Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan
DAFTAR PUSTAKA Pengolahan Data Aliran Sungai.
NOVA. Bandung.
Anonim. 2003. Monitoring dan Evaluasi Sostrodarsono, S, Takeda, K. 1980.
Tata Air Sub-sub DAS Riam Kanan Hidrologi Untuk Pengairan. PT.
DTA Sungai Besar. Balai Pranya Paramita. Jakarta.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sri Harto, Br. 2000. Hidrologi Teori,
Barito. Banjarbaru. Masalah dan Penyelesaian. Penerbit
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Nafiri Offset. Yogyakarta.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Subarkah, I. 1980. Hidrologi untuk
Gadjah Mada University Press. Perencanaan Bangunan Air. Idea
Yogyakarta. Dharma. Bandung.
Doorenbos, J and W.O Pruitt. 1977. Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan
Guidelines for Predicting Crop yang Berkelanjutan. ANDI.
Water Requirements. Food and Yogyakarta.
Agriculture Organization of The Waljiyanto, 1997, Pemanfaatan Sistem
United Nations. Rome. Informasi Geografik dalam
Franchini, M., and Pacciani, M. 1991. Perencanaan Fungsi Kawasan pada
“Comparative Analysis of Several Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Conceptual Rainfall-runoff Models”
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…49
Forum Teknik Jilid 20. No 1, UGM Ward, R. C., and Robinson, M., 1990,
Yogyakarta. Principles of Hydrology, McGiraw-
Wanielista, Martin., 1990, Hydrology and Hill International Editions,
Water Quality Control, John Wiley Singapore.
and Sons. Inc., United States of
America.
1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin