Anda di halaman 1dari 25

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TERPADU,

KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Oleh : Sudaryono*)

Abstrak
Upaya pengelolaan DAS terpadu di Indonesia telah lama diterapkan dengan
memperkenalkan berbagai kegiatan yang bercirikan lintas sektoral dan
multidisipliner, sebagai contoh adalah pelaksanaan pengelolaan DAS secara
terpadu di DAS Brantas, Jratunseluna, dan yang kemudian direncanakan untuk
diimplementasikan pada DAS-DAS lain di seluruh Indonesia.
Namun karena kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi dan banyaknya
DAS yang harus ditangani, serta menyangkut kendala teknis dan non-teknis
lainnya yang harus disempurnakan, maka banyak DAS yang belum dapat
tertanggani dengan baik, bahkan yang terjadi adalah kerusakan DAS semakin
meluas dan semakin parah.
Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS secara terpadu harus berazaskan : (1)
pemanfaatan sumberdaya alam (hutan, tanah dan air) dengan memperhatikan
terhadap perlindungan lingkungan; (2) pengelolaan DAS bersifat multidisiplin dan
lintas sekoral; (3) peningkatan kesejahteraan rakyat; (4) keterpaduan dimulai sejak
dalam perencanaan pengelola DAS terpadu.

Katakunci : Daerah Aliran Sungai, ekosistem, pengelolaan

1. PENDAHULUAN apabila keterkaitan sudah terselenggara maka


pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat
Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) dan lain-lain harus memperhatikan peranan
banyak digunakan oleh beberapa ahli dengan dari komponen-komponen ekosistem
makna atau pengertian yang berbeda-beda, tersebut.
ada yang menyamakan dengan cacthment Secara sektoral pengelolaan kom-
area, watershed, atau drainage basin. ponen ekosistem tidak menemui banyak
Menurut Notohadiprawiro (1985) Daerah masalah artinya mudah untuk dilaksanakan,
Aliran Sungai merupakan keseluruhan misalnya pengelolaan hutan dengan
kawasan pengumpul suatu sistem tunggal, mempertimbangkan keserasian lingkungan.
sehingga dapat disamakan dengan cacthment Akan tetapi apabila pengelolaan hutan
area. Martopo (1994), memberi pengertian dikaitkan juga dengan pengelolaan
bahwa, Daerah Aliran Sungai (DAS) komponen yang lain seperti, tanah, air dan
merupakan daerah yang dibatasi oleh kegiatan masyarakat sebagai satu kesatuan
topografi pemisah air yang terkeringkan oleh dengan mempertimbangkan masalah
sungai atau sistem saling berhubungan lingkungan, maka penyelesaiannya menjadi
sedemikian rupa sehingga semua aliran tidak mudah. Oleh karena itu keterkaitan
sungai yang jatuh di dalam akan keluar dari diantara komponen tersebut harus dikaji
saluran lepas tunggal dari wilayah tersebut. lebih lanjut dan dirinci untuk tiap-tiap
Soemarwoto (1985), mengemukakan batasan komponen ekosistem. Sasaran tersebut
DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh dapat dicapai apabila ada penataan
igir-igir gunung yang semua aliran ekosistem, dan kegiatan ini tidak dilakukan
permukaannya mengalir ke suatu sungai pada pengelolaan sektoral.
utama. Atas dasar difinisi tersebut diatas Seperti diketahui bersama bahwa kondisi
maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat umum yang ada selama ini, konsep
diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri pembangungan berkelanjutan hanyalah
atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik sebagai kebijaksanaan saja. Namun, di dalam
(vegetasi, binatang dan organisme hidup prakteknya justru pengelolaan sumberdaya
lainnya) dan kegiatan manusia yang saling alam yang tidak terkendali dengan akibat
berinteraksi dan saling ketergantungan satu Kerusakan lingkungan yang dapat meng-
ganggu kelestarian alam.
sama lain, sehingga merupakan satu
kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa
*) Peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai …..(Sudaryono) 153


Sebenarnya upaya pengelolaan DAS (3) penyelenggaraan pengelolaan DAS
terpadu di Indonesia telah lama diperkenalkan bersifat lintas sektoral, sehingga tidak
dengan melakukan berbagai kegiatan yang ada instansi yang mempunyai
bercirikan lintas sektoral dan multidisipliner, kewenangan secara utuh..
sebagai contoh yaitu pelaksanaan Berdasarkan pengertian batasan
pengelolaan DAS terpadu di DAS Brantas, diatas, maka dapat diberikan pengertian
Jratunseluna, yang direncanakan akan bahwa pengelolaan DAS terpadu adalah
diimplementasikan pada DAS-DAS lain di upaya terpadu dalam pengelolaan
seluruh Indonesia. sumberdaya alam, meliputi tindakan
Namun karena kompleksnya pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
permasalahan yang harus dihadapi dan pengawasan, pengendalian, pemulihan dan
banyaknya DAS yang harus ditangani, serta pengembangan DAS berazaskan pelestarian
menyangkut kendala teknis dan non-teknis kemampuan lingkungan yang serasi dan
lainnya yang harus disempurnakan, maka seimbang untuk menunjang pembangunan
banyak DAS yang belum dapat tertanggani yang berkesinambungan bagi peningkatan
dengan baik, bahkan yang terjadi adalah kesejahteraan manusia. Dilihat dari aspek
kerusakan DAS semakin meluas dan semakin pengelolaan terpadu hutan, tanah, air,
parah. masyarakat dan lain-lain tersebut merupakan
sasaran atau obyek yang akan dikelola,
2. PENGELOLAAN DAS TERPADU dengan demikian dapat dilihat adanya
keterkaitan antara ekosistem, DAS dan
Menurut Haeruman (1979), pengelolaan terpadu. Pengelolaan DAS
pengelolaan terpadu pada dasarnya terpadu harus mengupayakan agar unsur-
merupakan pengembangan keserasian tujuan unsur struktur ekosistem seperti : hutan,
antar berbagai sistem pengelolaan tanah, air, masyarakat dan lain-lain tetap
sumberdaya alam. Bilamana suatu obyek dalam keseimbangan dan keserasian.
dikelola oleh banyak pengelola sesuai dengan Pengelolaan DAS di Indonesia
keterkaitan dan kepentingannya terhadap sebenarnya telah lama diperkenalkan, yaitu
obyek yang dikelola itu. Lebih lanjut sejak jaman Belanda, khususnya dalam
Haeruman mengatakan, bahwa keterpaduan praktek pengelolaan hutan, dimana
di dalam pengelolaan kegiatan harus dapat pembagian-pembagian daerah hutan diatur
terciptakan: (1) terkoordinasinya para berdasarkan satuan DAS. Pada tahun 1961
pengelola suatu obyek saling kait-mengkait diadakan gerakan penghijauan secara massal
dalam suatu sistem untuk mencapai suatu dalam bentuk Pekan Penghijauan Nasional
kerasian tujuan; (2) memadukan setiap usaha Pertama, di Gunung Mas, Puncak, Bogor.
pemanfaatan penataan, pemeliharaan, Upaya pengelolaan DAS terpadu yang
pengawasan dan pengendalian serta pertama dilaksanakan di DAS Citanduy pada
pengembangan yang didasarkan pada unsur tahun 1981, dimana berbagai kegiatan yang
keterkaitan atau ketergantungan dari obyek bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin
yang dikelola. Sementara Copeland (1961) dilakukan. Selanjutnya pengelolaan DAS
mengatakan, bahwa pengelolaan DAS adalah terpadu dikembangkan di DAS Brantas,
merupakan ilmu terapan untuk perlindungan, Jratunseluna. Namun proyek-proyek
perbaikan, dan pengelolaan DAS, dan obyek pengelolaan DAS saat itu lebih menekankan
dasarnya adalah meningkatkan suplai air, pada pembangunan infrastruktur fisik kegiatan
mengurangi kisaran aliran maksimum dan konservasi tanah untuk mencegah erosi dan
minimum, mengurangi hasil sedimen dan bajir yang hampir seluruhnya dibiayai oleh
meningkatkan kualitas air untuk berbagai dana pemerintah. Baru tahun 1994 konsep
penggunaan. partisipasi mulai diterapkan dalam
Notohadiprawiro (1985) berpendapat penyelengaraan Inpres Penghijauan dan
bahwa pengelolaan DAS harus diselenggara- Reboisasi, walaupun dalam tarap
kan secara terpadu, karena : perencanaan. Pada tahun 1973 sampai 1981,
(1) adanya keterkaitan antara berbagai FAO dan UNDP telah melakukan berbagai uji
kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya coba untuk memperoleh metoda yang tepat
alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam rangka rehabilitasi lahan dan
dalam penggunaannya; konservasi tanah yang ditinjau dari aspek fisik
(2) dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, maupun sosial ekonomi di DAS Solo. Hasil-
pengelolaan DAS bercirikan multidisiplin; hasil pengujian ini antara lain diterapkan
dalam proyek Inpres Penghijauan dan

154 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 153-158


Reboisasi sejak tahun 1976 pada 36 DAS di Dengan memperhatikan fungsi
Indonesia 5). ekonomi dan ekologi, kondisi dan upaya yang
telah dikembangkan, maka perlu disusun
3. TUJUAN PENGELOLAAN DAS perencanaan pengelolaan hutan yang terarah,
terinci dan terpadu. Pada dasarnya
Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai pengelolaan hutan harus mencakup aspek
(DAS) pada dasarnya adalah pemanfaatan pemanfaatan, pelestarian dan penelitian yang
sumberdaya alam dilakukan dengan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan1) :
terlanjutkan (sustainable) sehingga tidak ° peningkatan kegiatan reboisasi;
membahayakan lingkungan lokal, regional, ° peningkatan pembinaan HPH;
nasional dan bahkan global. ° peningkatan kegiatan pengendalian
perladangan berpindah;
4. PERMASALAHAN ° pengembangan sistem pengendalian
kebakaran hutan;
Permasalahan utama dalam ° peningkatan pembangunan hutan
pembangunan pengelolaan DAS adalah tanaman industri;
belum mantapnya institusi dan lemahnya ° pengembangan pengelolaan Daerah
sistem perencanaan yang komprehensif. Aliran Sungai;
Meskipun upaya-upaya pengelolaan DAS di ° peningkatan penelitian keanekaragaman
Indonesia telah cukup lama dilaksanakan, hayati.
namun karena kompleksitas masalah yang
dihadapi hasilnya belum mencapai yang 4.2. Sumberdaya Lahan
diinginkan, terutama yang berkaitan dengan
pembangunan sumberdaya manusia dan Lahan merupakan sumberdaya alam
kelembagan masyarakat. Kemiskinan sering yang dapat diperbaharui dan sekaligus
dianggap sebagai salah satu penyebab merupakan media lingkungan untuk
kemerosotan lingkungan dan dampak negatif memproduksi pangan, perumahan, dan lain-
dari pembangunan. Sebaliknya kemerosotan lain. Pertambahan jumlah penduduk yang
daya dukung lingkungan dapat menjadi disertai dengan meningkatnya kegiatan
penyebab muncul dan berkembangnya pembangunan telah berakibat terjadinya
kemiskinan. Untuk mengatasi kemiskinan, pergeseran pola penggunaan lahan di
pendekatan harus dapat dilekatkan dalam Indonesia. Sering dijumpai pola penggunaan
berbagai program pembangunan, maupun lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan
sebagai program yang khusus dan eksplisit. lahan tersebut, sehingga timbul berbagai
masalah, seperti terjadinya jutaan lahan kritis,
4.1. Sumberdaya Hutan hilangnya lahan subur, dan terjadinya
pencemaran tanah1).
Sumberdaya hutan Indonesia yang Degradasi lahan tersebut terjadi
berfungsi sebagai sumberdaya alam dan karena peruntukan lahan/tanah yang kurang
lingkungan hidup telah mempunyai peranan tepat, sebagai akibat pelaksanaan yang tidak
sangat strategis untuk menunjang memperhatikan kaidah penataan ruang dan
pelaksanaan pembangunan nasional. kriteria kemampuan serta kesesuaian lahan.
Sumberdaya hutan juga telah melindungi Guna menjamin pemanfaatan yang lestari,
puluhan Daerah Aliran Sungai dari bahaya lahan harus dikelola dengan memperhatikan
banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi. keseimbangan antara aspek konservasi dan
Namun dilain pihak, kualitas dan pemanfaatannya. Pemanfaatan sumberdaya
kuantitas sumberdaya hutan cenderung lahan dilakukan dengan mempertimbangkan:
semakin menurun. Hal ini antara lain karena
° fungsi lokasi lahan dalam tatanan
penebangan hutan yang berlebihan,
lingkungan berdasarkan karakteristik
kebakaran hutan, perambahan hutan dan
tanah, lahan dan wilayah;
perladangan berpindah. Penurunan kualitas
° cara-cara pemanfaatan yang
dan kuantitas hutan cenderung meningkat.
memperhitungkan kaidah konservasi;
Sementara kegiatan-kegiatan rehabilitasi
sumberdaya hutan, seperti reboisasi, ° pemanfaatannya disesuaikan dengan tata
pengendalian perladangan berpindah, ruang;
pengendalian kebakaran hutan, masih belum ° kelembagaan dan kualitas sumberdaya
memadai dibanding dengan laju kerusakan manusia;
yang terjadi. ° peran serta masyarakat secara luas.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai …..(Sudaryono) 155


4.3. Sumberdaya Air atau untuk kepentingan lainnya. Padahal
sumberdaya lahan sangat terbatas, membuka
Pesatnya perkembangan industri dan hutan tanpa perencanaan yang matang dan
peningkatan jumlah penduduk telah memacu tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan
penggunaan air, baik berupa air tanah berarti bencana.
maupun air permukaan. Hal ini merupakan Strategi pengelolaan masyarakat, antara
ancaman bagi ketersediaan air maupun lain1):
kualitas air. Dengan bertambahnya jumlah ° pengembangan peranserta masyarakat;
penduduk, maka kebutuhan air yang berasal ° pengembangan kemitraan pemerintah,
dari air permukaan akan meningkat pula. pengusaha dan masyarakat;
Kebutuhan air untuk irigasi dari tahun ke ° peningkatan dan pengembangan peran
tahun juga bertambah, demikian pula wanita;
kebutuhan air untuk industri diperkirakan akan ° strategi pengembangan etika lingkungan.
mengalami peningkatan pula.
Kondisi kekritisan sumber air, 5. SASARAN PENGELOLAAN DAS
keadaannya sudah mulai tampak dari TERPADU
sekarang, dimana beberapa daerah
perkotaan kekurangan air untuk industri Sebagaimana yang disampaikan pada
terutama pada musim kemarau, seperti di ulasan didepan maka sasaran kegiatan
Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lain-lain 1). pengelolaan DAS meliputi 4 kegiatan, antara
Pemanfaatan air tanah untuk kegiatan industri lain: a) pengelolaan hutan (vegetasi), b)
terus meningkat yang mengakibatkan pengelolaan lahan, c) pengelolaan air, d)
terjadinya penurunan muka air tanah, seperti pembinaan aktivitas manusia dalam
yang terjadi di Jakarta, Cengkareng, Grogol, memanfaatkan sumberdaya alam yang
Cempaka Putih, Cakung, dan lian-lain. tersedia.
Adapun pengelolaan sumberdaya air, harus
memperhatikan: 5.1. Sasaran Pengelolaan Hutan
° keterpaduan pengelolaan sumberdaya air
permukaan dan air bawah tanah serta Hutan di Indonesia mempunyai
kemungkinan pemanfaatan air laut secara peranan baik, ditinjau dari aspek ekonomi,
lintas sektoral; sosial budaya, maupun ekologi. Hutan
° pengelolaan sumberdaya air dilakukan mempunyai fungsi yang beraneka ragam,
secara terpadu dalam pemanfaatannya antara lain sebagai penghasil kayu, sebagai
melalui penataan ruang wilayah; pelindung lingkungan yang berfungsi
° mengatur pemanfaatan air secara efisien; mengatur tata air, melindungi kesuburan
° pembentukan tim koordinasi untuk tanah, mencegah erosi dan lain-lain. Namun
kegiatan koordinasi yang melibatkan demikian sejalan dengan pertambahan
berbagai instansi terkait. penduduk dan pertumbuhan ekonomi,
teknologi terhadap sumberdaya hutan
4.4. Sumberdaya Manusia semakin meningkat. Untuk mengatasi
masalah tersebut, maka perlu dilakukan
Untuk mengatasi kemiskinan strategi pengelolaan hutan tidak saja dalam
dipedesa-an, khususnya untuk mengentaskan hal pemanfaatan hutan, kelembagaan, aspek
petani dari perangkap kemiskinan, perlu hukum dan aturan yang mendukung upaya
dilakukan pelestarian fungsi sumberdaya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Di
alam yang menjadi sumber penghidupan dalam pengelolaan hutan secara
masyarakat, seperti kawasan hutan, daerah berkelanjutan, sumberdaya hutan harus dilihat
penggalian tambang, dan lain-lain. Pelestari- dari perspektif baru tidak saja merupakan
an fungsi tersebut harus disertai dengan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi
penciptaan iklim yang sehat dan kondusif yang multiguna tetapi harus berubah, dari tree
dengan memberikan kemudahan dan akses management ke ecosystem management.
yang adil dan merata bagi kelompok miskin Pada prinsipnya pengelolaan hutan
untuk memanfaatkan sumberdaya alam harus dapat dilaksanakan secara maksimal
tersebut. dengan berlandaskan asas kelestarian.
Pertambahan jumlah penduduk yang Sasaran pengelolaan hutan terutama
tinggi akan mempunyai implikasi terhadap ditujukan untuk melestarikan fungsi hutan
kebutuhan sumberdaya lahan, baik untuk (vegetasi)
pemukiman, pendidikan, tempat berusaha, (1) hutan sebagai sumber plasma nutfah;

156 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 153-158


(2) hutan sebagai sumber produksi kayu; an sumberdaya air dan merubah kebiasaan
(3) hutan sebagai fungsi hidro-orologis; masyarakat yang menganggap air merupakan
(4) hutan sebagai pengatur tata air, sumberdaya yang tidak terbatas. Selain itu,
mencegah dan membatasi banjir, dalam pengelolaan sumberdaya air, perlu
erosi serta; dilakukan berbagai tindakan yang meliputi
(5) hutan sebagai pengontrol pencemar- efisiensi dan distribusi sumberdaya air yang
an; memadai sesuai dengan kebutuhan.
(6) melindungi iklim dan memberi Sasaran pengelolaan air dalam pengelolaan
pengaruh yang baik; DAS mencakup;
(7) memberikan keindahan alam pada (1) menjaga kelestarian air (meningkatkan
umumnya dan khususnya dalam ketersediaan air, mengurangi kisaran
bentuk alam, suaka margasatwa, aliran maksimum dan minimum,
taman perburuhan dan taman wisata. mengurangi hasil sedimen dan
meningkatkan kualitas air).
Oleh karena itu sasaran pengelolaan hutan, (2) mengelola pemanfaatan sumberdaya
anatara lain: air untuk berbagai kepentingan (air
(1) meningkatkan keanekaragaman jenis; minum, irigasi, industri, rekreasi,
(2) reboisasi dan penghijauan pada perikanan)
lahan-lahan kritis;
(3) pemilihan jenis untuk meningkatkan 5.4. Sasaran Pembinaan Aktivitas Manusia
nilai ekonomi dan nilai ekologis dari
vegetasi/tanaman; DAS merupakan suatu wilayah
(4) pengaturan dan meningkatkan teknik kesatuan ekosistem dimana manusia
penebangan; termasuk didalamnya mempunyai fungsi
(5) meningkatkan proses produksi hasil ganda, yaitu sebagai bagian dari komponen
hutan. ekosistem DAS dan fungsi dalam
pemanfaatan sumberdaya alam. Kerusakan
5.2. Sasaran Pengelolaan Lahan DAS dapat disebabkan oleh aktivitas manusia
dan atau oleh bencana alam. Oleh karena itu
Meningkatnya kebutuhan tanah untuk dalam pengelolaan DAS perlu melibatkan
keperluan pembangunan telah meningkatkan peran serta aktif manusia, sehingga tercapai
tekanan terhadap sumberdaya tanah. Selain manfaat yang maksimal dan
itu pengembangan sumberdaya tanah juga berkesinambungan. Oleh karena itu sasaran
menghadapi masalah ketidakserasian antar pembinaan aktivitas manusia dalam
berbagai kepentingan dan berbagai sektor pemanfaatan sumberdaya alam mencakup:
ekonomi yang pada gilirannya akan menjadi (1) penyuluhan/pendidikan dan pembinaan
counter productive antara satu dengan untuk meningkatkan persepsi dan
lainnya 2). kemampuan mengelola lingkungan;
Untuk mengatasi masalah tersebut, (2) mengurangi laju pertumbuhan dan
perlu disusun suatu strategi dalam kepadatan penduduk;
perencanaan sumberdaya tanah yang efisien, (3) meningkatkan pendapatan penduduk;
berkeadilan dan berkelanjutan guna men- (4) menciptakan lapangan kerja di luar
cegah dampak negatif dari kegiatan yang sektor pertanian
dilakukan. Pengelolaan lahan bertujuan untuk (5) meningkatkan kesehatan masyarakat
meningkatkan produktivitas lahan/tanah yang melalui peningkatan gizi, peningkatan
tinggi dan dibarengi dengan usaha menjaga prasarana kesehatan
kelestarian kualitas lahan. DAS sebagai (6) mengembangkan lembaga-lembaga
sistem lahan pada dasarnya berkemampuan swadaya masyarakat.
untuk digunakan memenuhi berbagai
kepentingan. 6. KESIMPULAN

5.3. Sasaran Pengelolaan Sumberdaya Air 1. Pengelolaan DAS harus dilakukan


melalui satu sistem yang dapat
Sumberdaya air merupakan sumber- memberikan :
daya yang ketersediaanya dirasakan semakin ° produktivitas lahan yang tinggi
terbatas. Untuk menghindari hal tersebut ° kelestarian DAS
strategi pengelolaan sumberdaya air harus ° peningkatan kesejahteraan
diarahkan untuk perlindungan dan pelestari- masyarakat

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai …..(Sudaryono) 157


2. Kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan pada umumnya karena
diakibatkan ulah manusia yang dalam
pemanfaatan sumberdaya alam
tersebut tidak dilakukan secara arief
dengan mendasarkan kaedah
konservasi sumberdaya alam.
3. Pengelolaan DAS harus dilakukan
secara terpadu dan terkoordinasi,
terutama dalam membina masyarakat
4. Teknologi usahatani konservasi terpadu
merupakan pola usahatani yang dapat
diaplikasikan pada lahan berlereng
5. Dalam pelaksanaan sistem
perencanaan pengelolaan DAS terpadu
dengan memperhatikan kejelasan
keterkaitan antar sektor terkait, pada
tingkat lokal, regional dan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim (1998). Kebijaksanaan dan


Strategi Nasional Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (1994/1995 –
2019/2020). Kantor Menteri Lingkungan
Hidup.
2. Anonim (1997). Agenda 21 Indonesia.
Strategi Nasional Untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup.
3. Copeland, O.L., (1961). Watershed
Management and Reservoir Life. Journal
American Water Works Association. Vol
53 No. 5, USA.
4. Haeruman H. (1979). Perencanaan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekolah
Pasca Sarjana, Jurusan PSL, IPB, Bogor.
5. Karyana, A.. (1985). Pembangunan
Partisipatoris Dalam Pengelolaan DAS.
akaryana@yahoo.com.
6. Martopo, S. dkk. (1994). Dasar-dasar
Ekologi. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
7. Notohadiprawiro T., (1988). Tanah,
Tataguna Lahan dan Tata Ruang dalam
Aanalisis Dampak Lingkungan. PPLH-
UGM, Yogyakarta
8. Soemarwoto, Otto (1985). Ekologi,
Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Penerbit Jambatan, Jakarta.

158 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 153-158


KOMISI B

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MEMULIHKAN DAYA DUKUNG DAS


UNTUK PENGENDALIAN KERAWANAN BANJIR DI SUB DAS NEGARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Syarifuddin Kadir
Email: odeng1987@yahoo.com

ABSTRAK

DAS sebagai unit pembangunan terutama daerah untik kepentingan tata air (Zhang et
al., 2008). Hernandez-Ramirez, (2008), perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannnya
menggunakan DAS sebagai unit pengelolaan. Soemarno (2011) DAS dapat dimanfaatkan pemantauan
tata guna lahan, karena adanya keterkaitan bioisik daerah hulu, tengah dan hilir sebagai kesatuan
eksosistem. Sub DAS Negara, mempunyai masalah lingkungan terkait fungsinya sebagai pengatur
tata air (BPDAS Barito, 2013 dan Balitbangda Kal-Sel, 2010), sehingga perlu dilakukan kajian
perubahan penggunaan lahan untuk memulihkan daya dukung DAS sebagai pengatur tata air, agar
kerawanan banjir dapat dikendalikan.

Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan pemulihan daya dukung DAS untuk
pengendalian kerawanan pemasok banjir. Data yang diamati untuk mengetahui peranan penggunaan
lahan terhadap tingkat kerawanan banjir dibutuhkan data primer dan sekunder yang terukur secara
kuantitatif. Hasil penelitian akan memberikan gambaran keruangan tingkat kerawanan banjir dan
arahan penggunaan lahan, Menggunakan pendekatan wilayah ekologi DAS yang proses analisis dan
penyajiannya secara spasial memanfaatkan SIG.

Hasil kajian diperoleh bahwa penggunaan lahan didominasi pertanian lahan kering dengan
jenis tanaman karet alam dan karet unggul (64,7%). Tingkat kerawanan banjir kondisi eksisting :
a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 73,07%; c) agak rawan 9,35%; dan d) rawan banjir 10,61%.
Kebjakan RHL untuk pengendalian kerawanan banjir dilakukan perubahan penggunaan lahan: a)
semak belukar 122,13ha menjadi karet alam; b) lahan terbuka 414,93ha menjadi karet alam; c) bekas
pertambangan 2.104,29ha reklamasi tanaman kehutanan, seluas 139,56ha dilakukan reklamasi
dengan tanaman kehutanan dan tindakan sipil teknis. Berdasarkan arahan penggunaan lahan dapat
memulihkan daya dukung DAS untuk menurunkan tingkat kerawanan pemasok banjir menjadi: a)
tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 83,28%; c) agak rawan 8,80%; dan d) rawan banjir 0,95%.

Kata Kunci: DAS, Penggunaan Lahan, dan Banjir.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topograi dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (UU Nomor 7/2004 tentang Sumberdaya Air).

Peningkatan populasi manusia dan perubahan penggunaan lahan pada suatu DAS merupakan
masalah utama, karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air (Kometa, dan Ebot, 2012).
Selanjutnya Kusuma (2007), interaksi komponen dalam ekosistem DAS ini dapat dinyatakan
dalam bentuk keseimbangan input dan output dan ini mencirikan keadaan hidrologi ekosistem
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 95
KOMISI B
tersebut. Selanjutnya Rayes (2007), dalam memanfaatkan sumberdaya alam dalam suatu DAS untuk
penggunaan lahan tertentu, diperlukan pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan
mengingat tingginya persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk pertanian maupun non
pertanian.

Banjir merupakan kondisi debit aliran sungai yang secara relatif lebih besar dari biasanya
akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu secara terus menerus, sehingga air
limpasan tidak dapat ditampung oleh alur/palung sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan
menggenangi daerah sekitarnya (Nan et al, 2005).

Besarnya pasokan air banjir diidentiikasi dari besarnya curah hujan dan perubahan
penutupan lahan (Paimin, Sukresno dan Pramono,2009). Penutupan lahan menjadi faktor utama
penyebab terjadinya variasi aliran permukaan yang merupakan sumber kerawanan banjir, walaupun
terjadi perubahan curah hujan (Jiang, Huang, dan Ruan, 2008).

Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Selatan dan Fakultas Kehutanan
Unlam 2010 melaporkan bahwa pada bagian hilir sub DAS Negara di Kabupaten Tabalong pada periode
tahun 2007 sampai 2010, terdapat 76 lokasi (desa) kejadian banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara
149 desa. Selanjutnya Kesbanglingmas Kabupaten Tabalong (2011) melaporkan bahwa kejadian
bencana banjir tahun 2005 – 2010 di sub DAS Negara Kabupaten Tabalong semakin meningkat.

Data penggunaan lahan tahun 2000 - 2011, terlihat bahwa di catchment area Jaing telah
terjadi perubahan penggunaan lahan yang dapat mempengaruhi kondisi tata air (Balai Pemantapan
Kawasan Hutan wilayah V Kalimantan, 2012). Penggunaan dan pentupan lahan yang tidak sesuai
dapat menurunkan fungsi DAS sebagai pengatur tata air, sehingga perlu adanya Kondisi DAS sebagai
pemasok kerawanan banjir, yang sehingga perlu adanya kajian indikasi dan implikasi dari kerusakan
lingkungan pada DAS tersebut (Kometa dan Ebot, 2012).

Sub DAS Negara, mempunyai masalah lingkungan terkait fungsinya sebagai pengatur tata air
(BPDAS Barito, 2013 dan Balitbangda Kal-Sel, 2010), sehingga perlu dilakukan kajian perubahan
penggunaan lahan untuk memulihkan daya dukung DAS sebagai pengatur tata air, agar kerawanan
banjir dapat dikendalikan

Tujuan dan mafaat

Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan pemulihan daya dukung DAS untuk pengendalian
kerawanan pemasok banjir di sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan, tujuan ini dilakukan
melalui tahapan kajian sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan untuk mengetahui
tingkat kerawanan sebagai pemasok banjir

2. Menentukan arahan pengendalian kerawanan banjir melalu perubahan penggunaan lahan untuk
pemulihan daya dukung sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan.

Hasil kajian pengelolaan DAS yang dilaksanakan di sub DAS Negara diharapkan dapat
bermanfaat.

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka kajian kerawanan
banjir melalui pemulihan daya dukung DAS.

2. Acuan bertindak bagi para perencana pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pengendalian
kerawanan pemasok banjir.

96 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B

METODE

Lokasi Penelitian

Kajian perubahan penggunaan lahan


DAS untuk pengendalian kerawanan banjir
dilaksanakan seluas 25.852 Ha di sub DAS
Negara DAS Barito. Secara administrasi
terletak di Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan. Secara geograis
terletak di antara 2o 3’ 15” LS - 2o 12’ 30”
LS, dan 115° 24’ 05” BT - 115° 42’ 08” BT.
Penentuan titik koordinat sampel lokasi
penelitian di lapangan dengan menggunakan
GPS.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian.


Pengumpulan Data dan Parameter yang Diamati

Penentuan tingkat kerawanan pemasok banjir berdasarkan data karakteristik DAS yang
terdiri atas: a) penggunaan lahan; b) curah hujan; c) lereng; d) tata air (jaringan sungai, iniltrasi,
dan debit air); dan e) lahan kritis. Selanjutnya berdasarkan kondisi eksisting tingkat kerawanan
pemasok banjir dilakukan simulasi perubahan penggunaan lahan dalam rangka penentukan
arahan pemulihan daya dukung DAS untuk pengendalian kerawan banjir melalui perubahan
penggunaan lahan menggunakan pendekatan wilayah ekologi DAS yang proses analisis dan
penyajiannya dilakukan secara spasial
dengan memanfaatkan teknologi Sistem
Informasi Geograis (SIG), sehingga hasil
dalam penelitian ini memiliki referensi
geograis dan penyajiannya berupa peta.

Penggunaan lahan yang digunakan


sebagai unsur utama dalam penentuan
tingkat kerawanan pemasok banjir, data ini
diperoleh dari hasil interpretasi/penafsiran
citra ALOS resolusi spasial 2,5 m liputan
Juli tahun 2012 menggunakan SIG, yang
selanjutnya dilakukan Ground Check sesuai
titik pengumpulan data yang disajikan pada
Gambar 2. Titik pengumpulan data Gambar 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kerawanan Banjir

Kerawanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya (Saptadi dan
Djamal, 2012). Tingkat kerawanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila terjadi
pada kondisi yang rentan.

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 97
KOMISI B

Kerawanan banjir menggambarkan suatu kondisi banjir yang rawan terhadap faktor
bahaya (hazard) tertentu. Wismarini (2011) melaporkan bahwa nilai tingkat kerawanan banjir
di bedakan dalam lima kelas kerawanan yaitu: a) sangat rawan; b) rawan; c) cukup rawan; d)
kurang rawan; dan e) tidak rawan. Klasifikasi tingkat kerawanan banjir di sub DAS Negara
sebagai pemasok rawan banjir disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kerawanan Banjir di Sub DAS Negara (Kondisi Eksisting)

No Tingkat Kerawanan Banjir Skoring Luas (ha) %


1 Tidak rawan 1 1.801,52 6,97
2 Kurang rawan 2 18.891,23 73,07
3 Agak rawan 3 2.416,21 9,35
4 Rawan 4 2.743,15 10,61
5 Sangat rawan 5 0,00 0,00
TOTAL - 25.852,12 100,00

Tabel 1 terlihat bahwa lahan dengan


kriteria kurang rawan banjir mendominasi
catchment area ini seluas 18.891,23 ha. Selain itu
di Sub DAS ini tidak terdapat lahan sangat rawan
banjir, namun terdapat lahan dengan kriteria
rawan dan agak rawan banjir masing-masing
2.743,15 ha dan 2.416,21 ha.

Peta tingkat kerawanan pemasok


banjir sub DAS Negara kondisi eksisting, hasil
analisis parameter kerawanan banjir yang telah
dilakukan overlay peta karakeristik catchment
area Jaing parameter kerawanan banjir disajikan
pada Gambar 3. Gambar 3. Peta kerawan banjir (eksisting)

Simulasi Perubahan Penggunaan lahan untuk Pengendalian Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir

Cahyo (2008) mengemukakan bahwa simulasi adalah sebuah metode analitik yang bertujuan
untuk membuat ”imitasi” dari sebuah sistem yang mempunyai sifat acak, dimana jika digunakan
model lain menjadi sangat mathematically complex atau terlalu sulit untuk dikembangkan. Simulasi
untuk mengurangi kondisi lahan rawan banjir dan agak rawan banjir, dilakukan tiga alternatif.

1. Alternatif I

Perubahan penutupan lahan semak belukar seluas 122,13 ha menjadi karet alam (pertanian
lahan kering). Semak belukar terletak pada kawasan hutan produksi sebagaimana di sajikan pada
Tabel 2 dan Gambar 4.

98 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B

Tabel 2. Hasil Simulasi Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Pada Alternatif I


(Semak Belukar Menjadi Tanaman Karet alam)

No Tingkat Kerawanan Banjir Skoring Luas (ha) %


1 Tidak rawan 1 1.801,52 6,97
2 Kurang rawan 2 18.971,29 73,38
3 Agak rawan 3 2.336,16 9,04
4 Rawan 4 2.743,15 10,61
5 Sangat rawan 5 0,00 0,00
TOTAL - 25.852,12 100,00

Pada Tabel 2, terlihat bahwa simulasi


perubahan penutupan lahan semak belukar
menjadi tanaman jenis karet untuk pertanian
lahan kering, terjadi perubahan tingkat
kerawanan banjir yaitu lahan agak rawan
menjadi kurang rawan seluas 80,05 ha.
Simulasi dilakukan semak belukar menjadi
karet alam, karena berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan jenis tanaman karet
dapat tumbuh dengan baik.

2. Alternatif II

Perubahan penutupan lahan terbuka


seluas 414,93 ha menjadi karet alam
(pertanian lahan kering). Lahan terbuka di Gambar 4. Peta kerawan banjir (Alaternatif I)
catchment area ini, dominan terletak pada
kawasan hutan produksi dan lainnya terletak
pada areal penggunaan lain (APL). Hasil
simulasi tingkat kerawanan banjir alternatif
II di sajikan pada Tabel 3 dan Gambar 5.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa hasil


simulasi perubahan lahan terbuka menjadi
tanaman jenis karet untuk pertanian lahan
kering terjadi perubahan tingkat kerawanan
banjir yaitu lahan kurang rawan banjir
bertambah 305,73 ha dan lahan agak rawan
banjir seluas 10,21 ha, karena lahan rawan
banjir berkurang seluas 315,95 ha.

Perubahan lahan terbuka menjadi


Gambar 5 Peta kerawan banjir (Alaternatif II)
tanaman karet alam, diharapkan
meningkatkan iniltrasi dan mengurangi aliran permukaan, hal ini sesuai, Kadir et al. (2013)
mengemukakan bahwa perluasan vegetasi tanaman karet dapat mengurangi aliran permukaan yang
mengurangi pasokan air untuk terjadinya banjir pada bagian hilir DAS. Ansari (2012) melaporkan
bahwa semakin banyak dan lebat vegetasi akan meningkatkan iniltrasi yang akan meningkatkan
sumberdaya air bawah tanah, perbanyakan vegetasi yang meningkatkan sumberdaya air merupakan
suatu upaya pengendalian kerawanan pemasok banjir

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 99
KOMISI B

Tabel 3. Hasil Simulasi Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Pada Alternatif II (Lahan Terbuka
Menjadi Tanaman Karet alam)

No Tingkat Kerawanan Banjir Skoring Luas (ha) %


1 Tidak rawan 1 1801,52 6,97
2 Kurang rawan 2 19.276,02 74,57
3 Agak rawan 3 2.346,37 9,08
4 Rawan 4 2.427,20 9,39
5 Sangat rawan 5 0,00 0,00
TOTAL - 25.852,12 100,00

3. Alternatif III

Perubahan bekas pertambangan 2.104,29


ha dilakukan reklamasi (tanaman kehutanan),
selain itu seluas 139,56 ha dilakukan reklamasi
(tanaman kehutanan dan dilengkapi tindakan sipil
teknis yang terdiri atas terasering dan SPA) karena
lahan tersebut mempunyai kelas lereng > 21 %, hal
ini sesuai peraturan dari Kementerian Kehutanan
(PerMenHut, No. 04, tahun 2011) menyatakan
bahwa Reklamasi pasca tambang, saluran
pembuangan air (SPA) tergantung kemiringan
lahan yang dibuat dari batu, kayu/bambu. Hasil
simulasi tingkat kerawanan banjir alternatif III di Gambar 6. Peta kerawan banjir (Alaternatif III)
sajikan pada Tabel 4 dan Gambar 6.Pada Tabel 4
terlihat bahwa hasil simulasi pada lahan bekas pertambangan dilakukan reklamasi secara vegetatif
dengan tanaman kehutanan dan sebagian di lengkapi secara siil teknis,terjadi perubahan tingkat
kerawanan banjir yaitu lahan kurang rawan banjir bertambah 2.254,22 ha, oleh karena lahan rawan
banjir berkurang seluas 2.183,85 ha. Selain itu hasil simulasi ini menujukkan bahwa lahan agak
rawan pemasok banjir juga berkurang 70,37 ha. Jenis pohon yang di tanam di lahan pasca tambang,
selain harus dipilih jenis yang sesuai dengan kondisi lahannya, juga jika lokasinya berada dalam
kawasan hutan perlu mempertimbangkan peraturan dari Kementerian Kehutanan (PerMenHut
Nomor 04 tahun 2011), rekomendasi AMDAL dan juga memperhatikan rencana tata ruang akhir yang
tercantum dalam rencana penutupan tambang perusahaan (PerMenESDM, No. 18, tahun 2008).

Tabel 4. Hasil Simulasi Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Pada Alternatif III
(Reklamasi Bekas Pertambangan Menjadi Tanaman Kehutanan)

No Tingkat Kerawanan Banjir Skoring Luas (ha) %


1 Tidak rawan 1 1.801,52 6,97
2 Kurang rawan 2 21.530,24 83,28
3 Agak rawan 3 2.276,01 8,80
4 Rawan 4 244,35 0,95
5 Sangat rawan 5 0,00 0,00
TOTAL - 25.852,12 100,00

100 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
KOMISI B

Tabel 5. Matrik Tingkat Kerawanan Pemasok Banjir Kondisi eksiting, dan Alternatif I - III
(hasil simulasi alternatif I sampai III)

Kondisi
Alternaif I Alternaif II Alternaif III
No Tingkat Kerawanan Banjir Eksisting
(Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)
1 Tidak rawan 1.801,52 1.801,52 1801,52 1.801,52
2 Kurang rawan 18.891,23 18.971,29 19.276,02 21.530,24
3 Agak rawan 2.416,21 2.336,16 2.346,37 2.276,01
4 Rawan 2.743,15 2.743,15 2.427,20 244,35
5 Sangat rawan 0,00 0,00 0,00 0,00
TOTAL (Ha) 25.852,12 25.852,12 25.852,12 25.852,12

Pada Tabel 5. Terlihat bahwa hasil simulasi alternati I sampai III, menurunkan tingkat
kerawanan pemasok banjir, sehingga kriteria Rawan pemasok banjir di sub DAS Negara menjadi
seluas 244,35 ha.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Penggunaan lahan di sub DAS Negara didominasi pertanian lahan kering dengan jenis tanaman
karet alam dan karet unggul sebesar 64,7%.

2. Tingkat kerawanan banjir kondisi eksisting : a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 73,07%; c)
agak rawan 9,35%; dan d) rawan banjir 10,61%.

3. Kebjakan RHL untuk pengendalian kerawanan banjir dilakukan perubahan penggunaan lahan:
a) semak belukar 122,13ha menjadi karet alam; b) lahan terbuka 414,93ha menjadi karet alam;
c) bekas pertambangan 2.104,29ha reklamasi tanaman kehutanan, seluas 139,56ha dilakukan
reklamasi dengan tanaman kehutanan dan tindakan sipil teknis.

4. Perubahan penggunaan lahan alternatif I (semak belukar menjadi tanaman karet alam), alternatif
II (lahan terbuka menjadi tanaman karet alam) dan alternatif III (reklamasi bekas pertambangan
menjadi tanaman kehutanan), dapat memulihkan daya dukung DAS dengan menurunnya tingkat
kerawanan pemasok banjir menjadi: a) tidak rawan 6,97%; b) kurang rawan 83,28%; c) agak
rawan 8,80%; dan d) rawan banjir 0,95%.

b. Saran

Dalam rangka terwujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan menghindari terjadinya


dampak bencana banjir yang semakin luas, maka upaya pemulihan daya dukung DAS melalui RHL
perlu diselenggarakan secara terpadu oleh pemangku kepentingan, lintas wilayah dan lintas sektor
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan DAS, sebagai upaya mitigasi, pengendalian dan
penanggulangan kerawanan pemasok banjir.

DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Z. R., Rao, L. A., K., and Yusuf, A. 2012. GIS Based Morphometric Analysis of Yamuna Drainage
Network In Parts of Fatehabad Area Of Agra District, Uttar Pradesh. Journal of the Geological
Society of India 79 (5): 505-514. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s12594-012-0075-2

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS 101
KOMISI B

Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Kelima (revisi). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Fakultas Kehutanan
Unlam. 2010. Masterplan Banjir dan Pengelolaannya di Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Balai Pengelolaan DAS Barito. 2013 Updating data spasial Lahan Kritis Wilayah Kerja Balai
Pengelolaan DAS Barito. Banjarbaru.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V. 2012. Peta Penutupan Lahan Provinsi Kalimantan
Selatan, Banjarbaru.
Cahyo,W.N. 2008. Pendekatan Simulasi Monte Carlo Untuk Pemilihan Alternatif Dengan Decision
Tree pada Nilai outcome yang Probabilistik. Teknoin, 13 (2): 11-17.
Hernandez-Ramirez, G. 2008. Emerging Markets for Ecosystem Services: A Case Study of the Panama
Canal Watershed. Journal of Environment Quality. 37 (5): 1995. doi: 10.2134/jeq2008.0010br.
Kadir, S., Rayes, M. L., Ruslan, M., and Kusuma, Z. 2013. Iniltration To Control Flood Vulnerability
A Case Study of Rubber Plantation of Dayak Deah Community in Negara, Academic Research
International. Natural and Applied Sciences. 4 (5):1–13. http://www.savap.org.pk.
Kesbanglingmas Kabupaten Tabalong. 2011. Data Kejadian Banjir periodel 2005 sampai dengan
2010 Kabupaten Tabalong. Tabalong.
Kometa, S. S., and Ebot, M. A. T. 2012. Watershed Degradation in the Bamendjin Area of the North
West Region of Cameroon and Its Implication for Development. Journal of Sustainable
Development. 5 (9): 75–84.
doi:10.5539/jsd.v5n9p75.
Kusuma, Z. 2007. Pengembangan Daerah Aliran Sungai. Program Pascasarjana. Universitas
Brawjaya. Malang.
Nan, D., William, J., and Lawrence, J. 2005. Efects of River Discharge, Wind Stress, and Slope Eddies
on Circulation and the Satellite-Observed Structure of the Mississippi River Plume. Journal of
Coastal Research. 21 (6): 1228-1244
Paimin, Sukresno dan Pramono, I.B. 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Tropenbos Internasional Indonesia. Balikpapan.
www.tropenbos.org/ile.php/337/tehnik-mitigasi-dan-tanah-longsor.
Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Alam. CV Andi Ofset. Yoyakarta.
Saptadi,G., Hariyadi, dan Djamal, H. 2012. Kajian Model Desa Tangguh Bencana Dalam Kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana. Jurnal Penanggulangan Bencana. 3 (2):1-24.
Soemarno. 2011. Filosoi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menuju Lingkungan Hidup Yang Nyaman.
Program Pasca Sarjana, Unviversitas Brawjaya, Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7. 2004. Sumberdaya Air. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377. Jakarta.
Wismarini,h.D., Ningsih,D.H.U., dan Amin. 2011. Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air)
Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai Wilayah Semarang Berbantuan SIG.
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. 16 (2): 124132.
Zhang, X., Yu, X., Wu, S., and Cao, W. 2008. Efects of Changes In Land Use and Land Cover on
Sediment Discharge of Runof In A Typical Watershed In the Hill and Gully Loess Region of
Northwest China. Frontiers of Forestry in China. 3 (3): 334–341. doi:10.1007/s11461-008-
0056-1.

102 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MANAJEMEN HUTAN LESTARI MELALUI PEMULIHAN DAYA DUKUNG DAS
39 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012

KAJIAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR


(STUDI KASUS HULU DAS MARTAPURA SUB DAS RIAM KANAN)

Novitasari1)

Abstrak - DAS Martapura merupakan salah satu DAS yang mengalami masalah pengelolaan
berkaitan dengan kerusakan hampir semua DAS di Kalimantan. Hal ini yang menjadi alasan
diperlukan suatu kajian pengelolaan hulu DAS Martapura yang meliputi Sub DAS Riam
Kanan untuk bisa menentukan aspek teknis dan aspek non teknis kerusakan DAS yang
mengakibatkan banjir sehingga bisa dilakukan studi lebih lanjut untuk mengurangi banjir
sebagai alternatif pengelolaan DAS Martapura secara terpadu.Berdasarkan kajian teknis dan
kajian non teknis yang meliputi analisis isu-isu strategis yang diperoleh maka dapat
dirumuskan suatu analisis pemecahan masalah.Berdasarkan hasil kajian teknis diperoleh
peningkatan debit rancangan dengan untuk degradasi hutan menjadi 25% terjadi peningkatan
debir rancangan sebesar 12,5%. Di sisi lain, berdasarkan analisis SWOT hulu DAS Martapura
yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan, masih banyak peluang dan
kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah banjir yang terus-menerus sepanjang tahun
terjadi di DAS Martapura dengan peningkatan kesadaran dan kerjasama instansi pemerintah
dan masyarakatdalam pengelolaan lahan yang baik, selain itu dengan pengawasan yang
diperketat maka tantangan dan kelemahan dari pengelolaan DAS Martapura terutama
pengelolaan DAS bagian hulu bisa di eliminir.

Kata kunci: DAS Martapura, SWOT, aspek teknis, aspek non teknis.

Abstract -Martapura watershed is one of the watershed management that deal with many
problems associated with damage to all watershed in Kalimantan. It’s the reason that it need
a management study at the upstream watershed Martapura, Sub Watershed Riam Kanan to
determine the cause of the technical aspects and non technical aspect watershed damage
resulting flood so that further studies can be done to reduce flood and integrate Martapura
watershed management. Strategic issues can be formulated obtained an analytical problem
solving with technical analysis and SWOT analysis. Based on technical analysis toobtainan
increase in flood dischargefor forest degradationto 25%, flood discharge increaseof
12.5%.on the other hand, based on non technical analysis of the strategic issues identified
upstream watershed assessment Martapura. obtained a result that based on the strengths,
weaknesses, opportunities and challenges identified from Martapura watershed upstream
region, there are many opportunities and strengths that can be utilized to prevent flood that
constantly occurs throughout the year in the Martapura watershed to increase government
agencies and community awareness of good land management, in addition to the supervision
tightened the challenges and weaknesses of Martapura watershed management especially
upstream watershed management can be eliminated.

Keywords: Martapura Watershed, SWOT, technical aspects, non technical aspects.

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
40 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012

PENDAHULUAN pengendalian banjir pada umumnya


berangkat dari suatu permasalahan yang
Air merupakan sumberdaya dan faktor dihadapi untuk dicarikan jalan keluarnya.
determinan yang menentukan kinerja di Identifikasi masalah dimaksudkan untuk
beberapa sektor perekonomian, seperti mengkaji berbagai persoalan yang terkait
sektor pertanian, domestik dan industri. dengan suatu kondisi (keadaan) yang ingin
Meskipun perannya sangat strategis, namun diperbaiki. Setelah diketahui daftar
pengelolaan air masih jauh dari yang persoalan ataupun sebab dan akibat suatu
diharapkan. masalah, maka dapat dirumuskan tujuan
Kontribusi dari curah hujan yang yang akan dicapai. Yang dimaksud dengan
tinggi pada musim hujan dan tingginya persoalan ataupun permasalahan bukan
perubahan tataguna lahan (land use hanya hipotesis yang dikembangkan
changed) sebagai faktor pendukungnya berdasarkan pemikiran teoritis, tetapi harus
disinyalir sebagai salah satu penyebab merupakan masalah-masalah nyata yang
utama terjadinya banjir di sebagian besar dialami oleh masyarakat, kelompok atau
sungai-sungai di Indonesia, salah satunya lembaga pemerintahan. Oleh karenanya
adalah pada anak Sungai Barito di bagian masalah yang menyangkut kepentingan
hulu, terutama pada Sub DAS Tabalong, berbagai kelompok yang terkait dengan
Balangan, Tapin dan Sub DAS Martapura, perencanaan harus dibahas dan dianalisis
dimana pada wilayah-wilayah tersebut dengan baik. Terdapat banyak cara dan
terjadi pembukaan lahan yang cukup besar teknik untuk mengenali, menggali dan
sebagai wilayah pertambangan dan menemukan masalah. Metode penggalian
penebangan hutan secara ilegal. atau identifikasi masalah yang paling sering
Pengamatan pada masalah banjir dan digunakan adalah analisis lingkungan
masalah ketersediaan air yang terjadi di strategis (SWOT). Analisis ini dimaksudkan
SWS Barito ini merupakan suatu untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang
permasalahan yang tidak hanya melibatkan dan tantangan dari permasalahan yang
pemikiran bagi masyarakat dan instansi terjadi di hulu sungai Martapura.
terkait, tetapi juga merupakan permasalahan Pada intinya yang diharapkan menjadi
yang harusnya menjadi pemikiran dari tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai
kalangan akademik. Berkaitan dengan studi awal dari studi yang berkelanjutan
kerusakan hampir semua DAS di terhadap permasalahan pengelolaan DAS
Kalimantan baik pada saat-saat debit tinggi Martapura bagian hulu terkait dengan
maupun debit rendah terutama pada DAS kondisi yang dihadapi oleh hampir semua
Martapura bagian hulu dimana debit air anak Sungai Barito baik pada saat aliran
pada saat musim penghujan sangat tinggi, puncak (high flow).
tetapi pada saat musim kemarau sangat Tujuan yang ingin dicapai dari kajian
rendah sehingga mempengaruhi pengelolaan hulu DAS Martapura ini adalah
ketersediaan air untuk listrik dan air baku menentukan penyebab teknis dan non teknis
PDAM, sehingga diperlukan studi kerusakan DAS yang mengakibatkan banjir
pengelolaan hulu DAS Martapura di sehingga bisa dilakukan studi lebih lanjut
Kabupaten Banjar untuk mengidentifikasi untuk penanggulangan banjir yang terjadi
kondisi banjir yang terjadi hampir setiap dan pengelolaan DAS Martapura secara
tahun untuk menentukan analisis yang tepat terpadu dengan analisis SWOT.
dalam pengendalian banjir dan sebagai dasar Sedangkan manfaat yang ingin dicapai
untuk pengelolaan DAS Martapura secara dengan adanya penelitian ini adalah untuk
menyeluruh. memberikan suatu studi awal dalam
Perencanaan pengembangan dan pengelolaan DAS Martapura secara
pengelolaan sumberdaya air khususnya menyeluruh.

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…41

KAJIAN PUSTAKA infiltrasi semakin kecil, sehingga aliran yang


sampai ke sistem sungai akan meningkatkan
Aspek Teknik Pengelolaan DAS debit puncak banjir untuk curah hujan yang
Siklus hidrologi dapat dipandang relatif sama setiap tahunnya, dan (2) debit
sebagai sebuah sistem dengan beberapa rendah (low flow), debit rendah atau bahkan
komponen seperti hujan, evaporasi, kekeringan adalah salah satu
limpasan dan fase lain yang tercakup dalam permasalahanyang dihadapi pada
proses siklus hidrologi. Komponen- pengelolaan DAS. Pada debit rendah tidak
komponen tersebut dapat dikelompokkan ke hanya terjadi pengurangan pada jumlah air
dalam beberapa buah subsistem yang dapat yang ada untuk pemenuhan kebutuhan tapi
dianalisis secara terpisah antara subsistem juga membawa pada penurunan kualitas air,
yang satu dengan yang lain. Untuk seperti kemampuan pengenceran dan
kemudahan prosedur analisis secara reaerasi dari sungai berkurang, serta
keseluruhan, hasil analisis terhadap masing- pengaruh terhadap degradasi estetika yang
masing subsistem dapat digabungkan mempunyai efek terhadap channel reach
dengan memperhatikan sifat interaksi antar (Ward and Robinson, 1990), serta (3) Erosi
subsistem. (Sri Harto, 2000). Persamaan dan Sedimentasi, erosi pada daerah hulu
dasar hitungan neraca air adalah sebagai sungai yang diakibatkan tergerusnya dasar
berikut: sungai akibat aliran, akan membawa
I  O  S sedimen ke hilir atau muara sungai dan akan
dengan: menutup muara sungai. Hal ini
I = masukan total (total inflow) menyebabkan penampang sungai di hilir
O = keluaran total (total outflow) lebih kecil dari penampang sungai di hulu,
ΔS = perubahan tampungan atau selisih sehingga sungai tidak dapat meneruskan
antara jumlah inflow dan outflow debit yang besar dari hulu dan menyebabkan
Pengelolaan DAS pada dasarnya banjir di bagian hulu sungai.
adalah semua kegiatan yang dilakukan baik Ketiga permasalahan diatas
upaya perencanaan, pelaksanaan, merupakan masalah-masalah yang erat
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kaitannya dalam pengelolaan sistem
konservasi, pendayagunaan sumberdaya air DAS.Dalam ketiga permasalahan tersebut
dan daya rusak air. Pengelolaan ini juga dapat diambil suatu keterkaitan mengenai
harus memperhatikan aspek-aspek variabel masukan yang harus diperhitungkan
sumberdaya alam yang saling berkaitan satu dengan seksama dalam pengelolaan sistem
sama lain dalam sistem DAS, baik vegetasi, DAS yaitu tataguna lahan yang harus sesuai
tanah maupun air. dengan peruntukannya.
Dalam pengelolaan suatu sistem DAS Perubahan tatahuna lahan tersebut
diperlukan suatu rencana yang tidak hanya mempengaruhi pada saat debit
memperhatikan sifat-sifat tanggapan tinggi atau kondisi banjir tapi juga
terhadap sistem DAS. Contoh-contoh memberikan kontribusi pada saan debit
permasalah yang dihadapi dalam rendah atau bahkan kekeringan, sehingga
pengelolaan DAS adalah (1) banjir (flood masalah kekeringan ini menjadi salah satu
conditions), banjir adalah salah satu permasalahan yang juga sering dijumpai
permasalahan yang sering terjadi pada pada wilayah-wilayah dengan intensitas
musim hujan dalam sistem DAS. Salah satu perubahan tataguna lahan yang tinggi. Hal
faktor penyebab banjir adalah adanya ini disebabkan berkurangnya daerah resapan
perubahan tataguna lahan, yang akan air, pada saat musim kemarau aliran dalam
merubah tanggapan terhadap sistem DAS. tanah akan berkurang sehingga akan
Penggundulan hutan akan mengakibatkan mempengaruhi aliran air yang masuk ke
banjir pada daerah bantaran sungai, karena sistem sungai. Kejadian ini terkait erat
aliran permukaan yang semakin besar dan dengan perubahan tataguna lahan misalnya

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…42

adanya perubahan kawasan hutan sebagai kekurangan dalam sumberdaya, ketrampilan


daerah resapan air menjadi lahan pertanian, dan kapabilitas yang secara serius dapat
pemukiman, industri dan pertambangan. menghambat kinerja efektif suatu sistem.
Sistem pengelolaan Daerah Aliran Peluang adalah situasi penting yang
Sungai (DAS) merupakan suatu kegiatan menguntungkan dalam lingkungan sistem.
pembangunan dalam pemanfaatan Kecenderungan-kecenderungan penting
sumberdaya alam.Salah satu upaya dalam merupakan salah satu sumber peluang.
pengelolaan DAS adalah berupa pengaturan Perubahan kebijakan, persaingan, dan
penggunaan lahan dan pelaksanaan usaha- teknologi, merupakan beberapa peluang.
usaha rehabilitasi lahan dan konservasi Ancaman adalah situasi penting yang tidak
tanah.Sasaran dari upaya tersebut adalah menguntungkan dalam lingkungan sistem.
terwujudnya keadaan tata air DAS yang Ancaman merupakan pengganggu utama
optimal dalam aspek kuntitas dan kualitas. bagi posisi sistem baik sekarang maupun
(Waljiyanto, 1997) yang akan datang
Salah satu hasil penting dari analisis
Aspek Non Teknis Pengelolaan DAS SWOT adalah rumusan isu-isu strategis
Aspek Non teknis meliputi analisis dalam rangka pencapaian tujuan dan misi
lingkungan strategis (SWOT) yang dari suatu sistem secara efektif dan efisien.
diharapkan akan diperoleh informasi tentang Isu-isu kunci dapat berupa potensi, peluang,
kekuatan dan kelemahan internal, serta kekuatan, tantangan, kendala, dan
peluang dan ancaman eksternal. Disamping kelemahan yang dihadapi, termasuk
itu, analisis SWOT juga dapat disusun sumberdaya, dana, sarana dan prasarana,
strategi yang mempertimbangkan faktor- serta peraturan perundang-undangan dan
faktor eksternal dan internal, serta kebijaksanaan yang digunakan oleh instansi
penentuan faktor kunci keberhasilan. pemerintah dalam kegiatan-kegiatannya.
Lingkungan eksternal yang Beberapa tahap yang dapat dilakukan dalam
melingkupi suatu perencanaan strategis rangka memperoleh isu-isu kunci antara lain
dalam bentuk peluang (opportunities) dan :
ancaman (threats), dapat berbeda antara satu 1. Mengidentifikasi isu strategis potensial.
daerah dengan daerah lainnya. Faktor Yang dimaksud isu strategis adalah
eksternal yang berpengaruh antara lain kejadian atau kecenderungan baik yang
politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, sedang terjadi atau diperkirakan akan
kompetitor, stakeholder dan faktor eksternal terjadi, yang memiliki dampak besar
lainnya. Sedangkan lingkungan internal terhadap pelaksanaan visi, misi, tujuan,
dalam bentuk kekuatan (Strengths) dan sasaran dan strategi.
kelemahan (Weakness), meliputi 2. Membuat prioritas Isu, dilakukan
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dengan menentukan lima sampai
sarana dan prasarana, keuangan (dana), sepuluh isu strategis urut dari yang
informasi, strategi, dan sebagainya. paling penting atau dianggap
Kekuatan adalah sumberdaya, menimbulkan dampak yang paling
ketrampilan atau keunggulan-keunggulan besar. Dengan memprioritaskan isu-isu
lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan yang paling penting akan
yang ingin dilayani oleh suatu sistem. memungkinkan isu-isu tersebut
Kekuatan adalah kompetensi khusus yang mendapat perhatian yang proporsional.
memberikan keunggulan komparatif bagi 3. Menganalisis isu. Langkah ini
suatu sistem. Kekuatan dapat terkandung merupakan langkah yang penting. Pada
dalam sumberdaya keuangan, citra, tahapan ini dilakukan pengujian apakah
kepemimpinan, informasi, hubungan dengan isu tersebut benar-benar valid atau tidak.
stakeholder dan faktor-faktor lain. 4. Meringkas isu. Setelah tahapan analisis
Kelemahan adalah keterbatasan atau dilalui, hasil analisis dan kesimpulan

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…43

khusus diringkas, sehingga memudahkan Di dalam DAS Riam Kanan terdapat


untuk dilakukan tindak lanjut. Waduk Ir. P. M. Noor. Waduk ini mendapat
masukkan air dari aliran sungai Riam Kanan
dan cabang-cabangnya seperti Sungai
METODE PENELITIAN Kala’an, Paau dan Hajawa, Tabatan, dan
Tuyup. Ketersediaan air di Waduk
Metode penelitian yang digunakan Ir.P.M.Noor dapat digunakan untuk
adalah tinjauanpustaka dan studi lapangan berbagai keperluan yang sangat berpengaruh
yang dilakukan di bagian hulu sungai terhadap kepentingan publik, antara lain:
Martapura yaitu sungai Riam 1. Waduk dan PLTA Riam Kanan yang
Kanan.Tinjauan pustaka meliputi berada di bawah naungan PT PLN
penelaahan buku-buku referensi terkait yang (Persero) Wilayah Kalsel dan Kalteng
menunjang penelitian dan laporan penelitian adalah satu-satunya PLTA yang berada
sebelumnya.Selain itu dilakukan di Kalimantan dan dioperasikan sejak
pengumpulan data sekunder dan data primer tahun 1973. PLTA ini diperuntukkan
terkait pengelolaan DAS Martapura bagian guna kepentingan pembangkit tenaga
hulu. listrik (PLTA), yang merupakan unit
pembangkit andalan di wilayah
Kalimantan Selatan dan Kalimantan
HASIL DAN PEMBAHASAN Tengah.
2. Bendung Karang Intan adalah sumber
Gambaran Umum Tinjauan Studi air bagi daerah irigasi Riam Kanan,
Daerah studi yang menjadi tinjauan selesai dibangun pada tahun 1990 yang
mengambil lokasi di Kabupaten Banjar pada terletak di sungai Riam Kanan 13 km di
bagian hulu DAS Martapura, sub DAS Riam hilir keluaran PLTA P.M. Noor waduk
Kanan. Sub DAS Riam Kanan secara Riam Kanan. Bendung berada di Desa
Administratif terletak di Kabupaten Banjar, Mandikapau Kecamatan Karang Intan,
Kotamadya Banjarbaru dan Kotamadya Kabupaten Banjar dengan luas genangan
Banjarmasin yang meliputi 14 (empat belas) 462 ha, berfungsi sebagai irigasi
kecamatan. Kabupaten Banjar terdiri dari 8 percetakan sawah dan sarana air bersih
kecamatan yaitu, Kecamatan Aluh-aluh, yang sumber airnya dari limpahan
Aranio, Gambut, Karang Intan, Kertak sungai Riam Kanan (Bendungan Riam
Hanyar, Martapura, Mataraman dan Sungai Kanan), sungai Aranio, Mandikaleng,
Tabuk. Untuk wilayah Kotamadya Mandiangin dan sungai Batuampar. Air
Banjarbaru terdiri dari 3 (tiga) kecamatan keluaran PLTA merupakan pasokan air
yaitu, Banjarbaru, Cempaka dan Landasan utama, melalui pemasukan/intake
Ulin sedangkan Kotamadya Banjarmasin berukuran 6 x 2 x 3,6 meter, air masuk
terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu, Banjar ke saluran primer dengan debit
Barat, Banjar Selatan dan Banjar Timur. maksimum rencana 30 m3/detik dan
Secara administrasi pengelolaan DAS, debit normal rencana 24 m3/detik.
Sub DAS Riam Kanan dengan luas wilayah Elevasi mercu bendung + 10.00 dan
1647,68 km2 termasuk ke dalam Sub DAS lebar efektif bendung 66,5 meter.
Martapura. Pada Sub DAS Riam Kanan Elevasi muka air banjir maksimum
telah terpasang Stasiun Pengamat Arus +13.00 dengan debit banjir rencana 640
Sungai (SPAS) sejak tahun 1994 yang m3/detik.
terletak pada DTA Sungai Besar Desa Pola operasional PLTA
Sungai Besar Kecamatan Karang Intan mempengaruhi pasokan air/ketersediaan
Kabupaten Banjar dengan luas Daerah debit bagi Daerah Irigasi (DI) Riam Kanan,
Tangkapan Air (DTA) 5.910,701 Ha. dimana lebih ditentukan oleh besarnya debit
minimum. Debit tersedia di Bendung

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…44

Karang Intan, juga pada saat–saat pasokan 7 Sungai/Danau 24,86 1,51 0,10
8 rawa 73,81 4,48 0,10
debit minimum tidak seluruhnya digunakan
9 Pemukiman 187,45 11,38 0,40
oleh irigasi, tetapi 30% debit harus Jumlah 1647,68 100
digunakan untuk upaya pemeliharaan sungai
Sumber :Data Tahun 2004
di hilir bendung, dimana terdapat jajaran
keramba terpanjang di dunia (25 km), untuk
air baku PDAM Bandarmasih dan PDAM
Kabupaten Banjar, pemeliharaan lingkungan
serta pengguna air lainnya. Namun seiring
berjalannya waktu, proses pemanfaatan
yang dibangun tidak selalu berjalan dengan
baik sehingga berpengaruh terhadap
pemanfaatan air yang dipakai. Selama ini
irigasi yang bersumber dari Bendungan
Riam Kanan, banyak dipergunakan oleh
masyarakat untuk mengairi persawahan dan
tambak. Namun sayangnya, penyaluran air
irigasi kepada para pemakai dinilai kacau,
karena dilakukan dengan sekehendak hati. Gambar 1. Peta Pemanfaatan Lahan Sub
Sehingga banyak air irigasi yang terbuang DAS Riam Kanan
secara percuma dan kurang efektif. Selain
itu juga adanya debit ketersediaan air yang Berdasarkan Tabel 1 terlihat adanya
fluktuatif yang menyebabkan sulitnya lahan tidak produktif seluas 602,15km2 atau
operasional irigasi dan menurunkan kinerja 36,55% dari luas Sub DAS Riam Kanan.
pelayanan bagi semua pemakai air, adanya Lahan yang tidak produktif tersebut terdiri
gangguan gulma yang tumbuh karena dari alang-alang, semak/belukar dan rawa.
terlarutnya pupuk kimia yang digunakan
pada persawahan di kawasan hulu bendung Kondisi Iklim
sehingga memperkecil penampang basah Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan
saluran, yang berakibat menurunnya Fergusson yang didasarkan atas curah hujan
kapasitas pengaliran debit secara signifikan, dengan dasar penggolongannya adalah
adanya amblasan pada ruas-ruas tertentu adanya bulan basah dan bulan kering. Bulan
saluran primer dan sekunder dan hal basah dimana curah hujannya lebih dari 100
lainnya. mm, sedangkan bulan kering adalah suatu
bulan yang curah hujannya kurang dari 60
Kondisi Tata Guna Lahan mm. Curah hujan maksimum harian sejak
Keadaan penggunaan lahan pada sub tahun 1991 sampai dengan 2011berkisar
DAS Riam Kanan dapat dilihat pada Tabel 63,2 mm – 158,6 mm. Temperatur/suhu
1 berikut: udara yang terjadi dalam 10 tahun terakhir
adalah suhu maksimum 33 o dan suhu
Tabel 1. Penggunaan Lahan Sub DAS minimum 21,9o dan suhu rata-rata sebesar
Riam Kanan 27,5o.
Sub Das Riam Kanan
Penggunaan
No Luas Prosentase Koefisien
Lahan Kondisi Identifikasi Sungai Martapura
(km2) (%) Aliran
1 Hutan 543,16 32,97 0,20 Pada hulu sungai Martapura (Sub
2 Perkebunan 14,32 0,87 0,25 DAS Riam Kanan) terdapat 5 buah sungai
3 Sawah 229,95 13,96 0,27 besar sebagai sumber masukan utama
4 Tegal/Ladang 45,79 2,78 0,30 terhadap Bendungan Riam Kanan. Sungai-
5 Alang-alang 424,50 25,76 0,35 sungai tersebut adalah Sungai Kala’an,
Semak
6 103,85 6,30 0,30
Belukar

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…45

Sungai Tuyub, Sungai Tabatan, serta Sungai Tabel 3. Debit Rancangan untuk tiap Kala
Pa’au dan Hajawa. Ulang
Pada sub DAS Riam Kanan dengan Debit
Kala Ulang Intensitas(mm/ja
luas wilayah 1647,68 km2, terdapat sungai T (tahun) m)
Rancangan
(QT) mm
yang bermuara ke Sungai Martapura dan
5 1,199 150,875
terdapat 2 buah bendungan/dam, yaitu yang
berada di bagian hulu Sungai Riam Kanan 10 1,321 166,231
dengan fungsi sebagai Pusat Pembangkit 20 1,422 178,970
Listrik Tenaga Air yang terletak di Desa 50 1,536 193,245
Tiwingan Lama Kecamatan Aranio 100 1,611 202,738
Kab.Banjar dengan luas genangan 5.891 ha,
meliputi Sungai Hajawa, Pa’au, Malino, Berdasarkan kondisi tataguna lahan
Artain, Kalaan, Anawit, Tuyub, Mandimaro, tahun 2010 dengan kondisi hutan 25% yang
Tabatan, dan sunai Tunjungan. Sedangkan masih asri dan sisanya menjadi lahan kritis
bendung berada di Desa Mandikapau maka diperoleh simulasi koefisien
Kecamatan Karangintan Kabupaten Banjar, pengaliran sebesar 0,31, dengan debit
berfungsi sebagai irigasi percetakan sawah rancangan bisa dilihat pada Tabel 4.
dan sarana air bersih yan sumber airnya dari Tabel 4. Debit Rancangan untuk tiap Kala
limpahan Sungai Riam Kanan (Bendungan Ulang
Riam Kanan), Sungai Aranio, Mandikaleng, Kala Ulang T Intensitas
Debit
Mandiangin dan Sungai Batuampar. Rancangan (QT)
(tahun) (mm/jam)
mm
5 1,199 172,466
Analisis Debit Rancangan
Jumlah tahun pengamatan yaitu 19 10 1,321 190,020
tahun dari Tahun 1991 - 2011 untuk data 20 1,422 204,582
hujan. Data hujan harian maksimum yang 50 1,536 220,899
terpakai diurutkan dari kecil ke besar 100 1,611 231,751
dengan kisaran 63,2 mm – 158,6 mm.
Berdasarkan perhitungan analisis frekuensi Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4
data hujan dengan distribusi normal terjadi peningkatan debit rancangan rerata
diperoleh hujan rancangan untuk tiap kala sebesar 12,5% untuk tiap kala ulang.
ulang seperti Tabel 2.
Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)
Tabel 2. Hujan Rancangan untuk tiap Sub DAS Riam Kanan
KalaUlang Penilaian lingkungan eksternal
Hujan Banjir yang melanda Kabupaten Banjar,
Kala Ulang T Faktor
Rancangan (XT)
(tahun) Frekuensi (k) kalsel tidak saja merusak lahan persawahan,
mm
5 0,84 124,0916 insfrastruktur seperti jalan, akan tetapi
mengakibatkan Rumah Tangga Miskin
10 1,28 136,7220
(RTM) di Kecamatan Sungai Tabuk
20 1,645 147,1995
bertambah banyak. Sebelum kejadian banjir,
50 2,054 158,9401 jumlah RTM di Kecamatan Sungai Tabuk
100 2,326 166,7480 hanya 2.537, namun pasca banjir meningkat
Perhitungan debit rancangan pada menjadi 2.767. disebabkan belum bisa
Tabel 3 untuk kondisi eksisting dengan digunakannya lahan pertanian serta
koefisien pengaliran total 0,27. berhentinya usaha pembuatan batu bata
sementara di wilayah tersebut akibat banjir
yang melanda wilayah tersebut berbulan-
bulan.
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan
lahan dan pengelolaan termasuk di

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…46

dalamnya pola kemampuan penggunaan wilayah hulu diperoleh data bahwa kawasan
lahan. Penggunaan lahan adalah hutan daerah hulu sungai Riam Kanan yang
pemanfaatan lahan dan pengelolaan masih asri hanya berkisar 25% dari total
termasuk di dalamnya pola kemampuan seluruh wilayah hutannya. Sedangkan
penggunaan lahan. Pengaturan fungsi hampir 75% kawasan hutan menjadi
penggunanaan lahan telah ditetapkan oleh wilayah hutan kritis di hulu DAS.
pemerintah dalam sebuah Rencana Tata Hasil yang dapat diambil dari analisis
Ruang Wilayah (RTRW), namun pada hidrologi yg telah dilakukan adalah bahwa
kenyataannya masih banyak masyarakat banjir yang terjadi di kabupaten Banjar
yang tidak mentaati dan bahkan ada merupakan akibat dari perubahan tataguna
kecenderungan mengabaikan, misalnya pada lahan yang cukup tinggi, dari pengurangan
lahan-lahan untuk peruntukan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan
kawasan lindung digunakan untuk pemukiman dan pertambangan terbuka.
pemukiman ataupun lainnya yang tidak Begitu juga dengan validitas pemetaan yang
sesuai dengan peruntukannya. Demikian ada, karena berdasarkan hasil tinjauan
pula pada pola tanam belum memperhatikan lapangan ditemukan ketidaksesuaian antara
kaidah-kaidah konservasi tanah. pemetaan yang tersedia dengan kondisi tata
Penggunaan lahan pada wilayah sub guna lahan nyata. Lahan hutan pada kondisi
DAS Riam Kanan diperoleh dari hasil sebenarnya adalah ladang berpindah serta
interpretasi Citra Satelit Landsat TM hasil lahan bekas galian B dan C.
rekaman tahun 2003, yang kemudian Hal ini mempunyai dampak yang
dilakukan survey/pengamatan lapangan sama besarnya dalam analisis debit banjir
(field check) tahun 2006. Jenis penggunaan maupun analisis ketersediaan air di sub DAS
lahan tersebut meliputi alang–alang, Riam Kanan memerlukan penanganan
belukar, belukar rawa, hutan sekunder, sesegera mungkin untuk menghindarkan
hutan tanaman, kebun campuran, akibat banjir yang semakin besar.
permukiman, perkebunan karet, pertanian
lahan kering, pertanian lahan kering campur Merumuskan isu-isu kunci
semak, persawahan, lahan terbuka dan Isu stategis dalam rangka kajian
tambang. identifikasi Hulu DAS Martapura yang
paling utama adalah berdasarkan identifikasi
Penilaian lingkungan internal lapangan pada 4 bagian DAS Riam Kanan
Meluapkan Sungai Riam Kiwa dan yaitu pada wilayah Sungai Kana’an, Sungai
Riam Kanan menyebabkan banjir di Tujub, Sungai Tabatan, dan Sungai Pa’au
Kabupaten Banjar yang meluas memasuki dan Hajawa diperoleh data bahwa hutan di
10 kecamatan dari 19 kecamatan, bagian hulu DAS Martapura yang masih
Kecamatan Sungai Pinang, Simpang Empat, dalam katagori asri adalah 25% sedangkan
Astambul, Martapura Barat, Martapura sisanya adalah termasuk dalam katagori
Kota, Martapura Timur, Karang Intan, hutan kritis.
Sungai Tabuk, Beruntung Baru, Aluh-aluh
dan Aranio. Rata-rata sungai tersebut Proses analisis SWOT
mengalami pendangkalan karena Berdasarkan penilaian lingkungan
sendimentasi yang luar biasa akibat aktivitas eksternal dan internal didapat beberapa isu
penebangan liar (bangli) dan penambangan pokok, yaitu:
tanpa izin (peti) batu bara yang membabi 1. Identifikasi hutan di DAS Martapura
buta, menjadi pemicu atau penyumbang yang hanya tersisa 25% kawasan hutan
terbesar kerusakan lingkungan hingga di wilayah hulu DAS yang masih asri.
berakibat bencana banjir. Berdasarkan 2. Peningkatan RTM di beberapa wilayah
identifikasi aspek lingkungan DAS Kabupaten Banjar.
Martapura, sub DAS Riam Kanan, pada

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…47

3. Maraknya penebangan liar dan - Lemahnya - Peningkatan


penambangan liar di bagian hulu DAS. pengawasan RTM di
terhadap beberapa
4. Kurangnya penerapan tata ruang yang pengrusakan wilayah
sesuai dengan peruntukannya. kawasan hutan Kabupaten
5. Pola tanam masyarakat dalam di wilayah hulu Banjar
Threats (T)
pengolahan lahan pertaniannya yang DAS - Maraknya
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Martapura penebangan
liar dan
konservasi tanah. penambangan
6. Adanya kerjasama yang baik antara liar di bagian
instansi pemerintah dan masyarakat hulu DAS
dalam penanggulangan banjir di
Kabupaten Banjar. Analisis Lingkungan Hulu Sungai
7. Lemahnya pengawasan terhadap Martapura (Sub DAS Riam Kanan)
pengrusakan kawasan hutan di wilayah Berdasarkan hasil SWOT akan isu-isu
hulu DAS Martapura. strategis yang diidentifikasi dalam penelitian
ini diperoleh suatu hasil bahwa berdasarkan
Penyusunan strategi berdasarkan Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
SWOT yang diidentifikasi dari DAS Martapura
Analisis SWOT pada hakikatnya wilayah hulu. Masih banyak peluang dan
kombinasi faktor internal dan eksternal yang kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk
berinteraksi dan menghasilkan beberapa mencegah banjir yang terus-menerus
karakteristik seperti pada Tabel 5. sepanjang tahun terjadi di DAS Martapura
Tabel 5. Kombinasi Faktor Eksternal dan dengan peningkatan kesadaran
Internal identifikasi Hulu DAS masyarakatnya dalam pengelolaan lahan
Martapura yang baik, selain itu dengan pengawasan
Faktor yang diperketat maka tantangan dan
Internal kelemahan dari pengelolaan DAS Martapura
Strengths (S) Weakness (W) terutawa pengelolaan DAS bagian hulu bisa
di eliminir.
Faktor
Eksternal
- Identifikasi - Kurangnya
hutan di DAS penerapan tata KESIMPULAN DAN SARAN
Martapura ruang yang
yang hanya sesuai dengan Kesimpulan
tersisa 25% peruntukannya
Kesimpulan yang dapat diambil
kawasan hutan - Pola tanam
di wilayah hulu masyarakat berdasarkan kajian pengelolaan hulu DAS
DAS yang dalam Martapura berdasarkan kajian teknis debit
masih asri pengolahan rancangan dan analisis SWOT adalah
- Adanya lahan sebagai berikut (a) Identifikasi hutan di
kerjasama pertaniannya
DAS Martapura yang hanya tersisa 25%
Opportunities yang baik yang tidak
(O) antara instansi sesuai dengan kawasan hutan di wilayah hulu DAS yang
pemerintah dan kaidah-kaidah masih asri menyebabkan peningkatan debir
masyarakat konservasi rancangan sebesar 12,5%, (b) adanya
dalam tanah peluang peningkatan RTM di beberapa
penanggulanga
wilayah Kabupaten Banjar, dengan
n banjir di
Kabupaten kerjasama yang baik antara instansi
Banjar pemerintah dan masyarakat dalam
penanggulangan banjir di Kabupaten Banjar,
sedangkan (c) ancaman yang meningkatkan
kritisnya lahan di hulu DAS Martapura

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…48

adalah maraknya penebangan liar dan Journal of Hydrology, Vol. 122, pp.
penambangan liar di bagian hulu DAS, 161-219.
kurangnya penerapan tata ruang yang sesuai Irianto, Gatot dan Hendri Sosiawan. 2005.
dengan peruntukannya, pola tanam Proportional Water
masyarakat dalam pengolahan lahan sharing:Tantangan dan Strategi.
pertaniannya yang tidak sesuai dengan Renai Kajian Politik Lokal dan
kaidah-kaidah konservasi tanah, serta Sosial. Salatiga.
lemahnya pengawasan terhadap Jayadi, R. 2006. Modul Pelatihan Hidrologi
pengrusakan kawasan hutan di wilayah hulu dan Hidrometri Pekerjaan
DAS Martapura. Peningkatan Kemampuan
Perencanaan Teknis Jaringan
Saran Irigasi Rawa dan Tambak.
Saran yang dapat diberikan Direktorat Rawa dan Pantai.
berdasarkan kajian pengelolaan hulu DAS Yogyakarta.
Martapura berdasarkan kajian teknis debit Nurrochmad.R. 1998. Optimasi Parameter
rancangan dan analisis SWOT adalah masih Modul Hujan Aliran Mock dengan
banyak peluang dan kekuatan yang bisa Solver. Media Teknik No.2 Tahun
dimanfaatkan untuk mencegah banjir yang XX edisi Mei. Universitas Gadjah
terus-menerus sepanjang tahun terjadi di Mada, Yogyakarta.
DAS Martapura dengan peningkatan Sinaro, R dan Yusuf I.A. 1987. Perhitungan
kesadaran dan kerjasama dari instansi Simulasi Debit Sungai dengan Cara
pemerintah dan masyarakat dalam Mock untuk Menaksir Debit
pengelolaan lahan yang baik, selain itu Andalan. HATHI. Bandung.
dengan pengawasan yang diperketat baik Siswoko, 1995, Pengurangan Bahaya
oleh masyarakat maupun instansi terkait, Kerugian Banjir di Indonesia,
maka tantangan dan kelemahan dari Pertemuan Ilmiah Tahunan X
pengelolaan DAS Martapura terutama Himpunan Ahli Teknik Hidroulik
pengelolaan DAS bagian hulu bisa di Indonesia, HATHI, Ujung Pandang.
eliminir. Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik.
Erlangga. Jakarta
Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan
DAFTAR PUSTAKA Pengolahan Data Aliran Sungai.
NOVA. Bandung.
Anonim. 2003. Monitoring dan Evaluasi Sostrodarsono, S, Takeda, K. 1980.
Tata Air Sub-sub DAS Riam Kanan Hidrologi Untuk Pengairan. PT.
DTA Sungai Besar. Balai Pranya Paramita. Jakarta.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sri Harto, Br. 2000. Hidrologi Teori,
Barito. Banjarbaru. Masalah dan Penyelesaian. Penerbit
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Nafiri Offset. Yogyakarta.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Subarkah, I. 1980. Hidrologi untuk
Gadjah Mada University Press. Perencanaan Bangunan Air. Idea
Yogyakarta. Dharma. Bandung.
Doorenbos, J and W.O Pruitt. 1977. Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan
Guidelines for Predicting Crop yang Berkelanjutan. ANDI.
Water Requirements. Food and Yogyakarta.
Agriculture Organization of The Waljiyanto, 1997, Pemanfaatan Sistem
United Nations. Rome. Informasi Geografik dalam
Franchini, M., and Pacciani, M. 1991. Perencanaan Fungsi Kawasan pada
“Comparative Analysis of Several Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Conceptual Rainfall-runoff Models”

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Novitasari, Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air…49

Forum Teknik Jilid 20. No 1, UGM Ward, R. C., and Robinson, M., 1990,
Yogyakarta. Principles of Hydrology, McGiraw-
Wanielista, Martin., 1990, Hydrology and Hill International Editions,
Water Quality Control, John Wiley Singapore.
and Sons. Inc., United States of
America.

1)
Staf Pengajar Pada Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai