Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN DAS

Dosen Pengampu : Mahara Sintong S.T.M.Si


Disusun oleh:

Nama : jenti miralda br.pasaribu


Nim : 3203131041
Kelas : Geo A_20
Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai)

 Pengelolaan DAS sangat berkaitan dengan manajemen kawasan dan daerah aliran sungai
(DAS) itu sendiri. DAS ini seringkali disalahtafsirkan oleh masyarakat kebanyakan,
mereka cenderung menganggap DAS adalah objek alam (sungai) dimana air dapat
mengalir di sana untuk menuju ke lautan.
 Pengertian DAS sendiri adalah bentang alam yang dimana dibatasi oleh punggung-
punggung bukit yang dapat menerima air, menyimpan, dan mengalirkan air sampai ke titik
outlet atau patusan (laut), sehingga seluruh daratan dibagi habis menjadi DAS. Pada
mulanya pengelolaan DAS atau watershed management merupakan ilmu yang
mempelajari pengaruh hutan di suatu DAS terhadap hasil air (jumlah dapat memenuhi
kebutuhan manusia dengan kualitas memenuhi standar kualitas penggunaan, dan tersedia
sepanjang tahun)
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengelolaan DAS sendiri menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian adalah upaya manusia
dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala
aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan
sumber daya alam bagi manusia.
 Daerah Aliran Sungai (DAS) istilah ini banyak digunakan oleh beberapa ahli dengan makna atau
pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan cacthment area, watershed, atau
drainage basin. Menurut Soemarwoto (1985), mengemukakan batasan DAS adalah suatu daerah yang
dibatasi oleh igir-igir gunung yang semua aliran permukaannya mengalir ke suatu sungai utama. Martopo
(1994), memberi pengertian bahwa, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh
topografi pemisah air yang terkeringkan oleh sungai atau sistem saling berhubungan sedemikian rupa
sehingga semua aliran sungai yang jatuh di dalam akan keluar dari saluran lepas tunggal dari wilayah
tersebut. Notohadiprawiro (1985) Daerah Aliran Sungai merupakan keseluruhan kawasan pengumpul
suatu sistem tunggal, sehingga dapat disamakan dengan cacthment area. Atas dasar difinisi tersebut
diatas maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur
abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia
yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan
ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila keterkaitan sudah terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah,
air, masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen ekosistem
tersebut. Definisi dalam Permen PUPR Nomor 4/PRT/M/2015, Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
 Secara sektoral pengelolaan komponen ekosistem tidak menemui banyak masalah artinya mudah untuk
dilaksanakan, misalnya pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan keserasian lingkungan. Akan
tetapi apabila pengelolaan hutan dikaitkan juga dengan pengelolaan komponen yang lain seperti, tanah,
air, udara, dan kegiatan masyarakat sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan masalah
lingkungan, maka penyelesaiannya menjadi tidak mudah. Oleh karena itu keterkaitan diantara
komponen tersebut harus dikaji lebih lanjut dan dirinci untuk tiap-tiap komponen ekosistem. Sasaran
tersebut dapat dicapai apabila ada penataan ekosistem, dan kegiatan ini tidak dilakukan pada
pengelolaan sektoral. Seperti diketahui bersama bahwa kondisi umum yang ada selama ini, konsep
pembangungan berkelanjutan hanyalah sebagai kebijaksanaan saja. Namun, di dalam prakteknya justru
pengelolaan sumberdaya alam yang tidak terkendali dengan akibat kerusakan lingkungan yang dapat
meng-ganggu kelestarian alam. Sebenarnya upaya pengelolaan DAS terpadu di Indonesia telah lama
diperkenalkan dengan melakukan berbagai kegiatan yang bercirikan lintas sektoral dan multidisipliner,
sebagai contoh yaitu pelaksanaan pengelolaan DAS terpadu di DAS Brantas, Jratunseluna, yang
direncanakan akan diimplementasikan pada DAS-DAS lain di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan
visi pengelolaan sumber daya air (2011-2030) “Sumber daya air terkelola secara adil, menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat”, dan 5 misi pengelolaan
sumber daya air : (1) Meningkatkan konservasi SDA secara terus menerus; (2) Mendayagunakan SDA
untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat; (3) Mengendalikan dan mengurangi daya rusak air; (4)
 Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan SDA; (5) Membangun
jaringan sistem informasi SDA yang terpadu antarsektor dan antarwilayah.
Karena kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi dan banyaknya DAS yang harus
ditangani, serta menyangkut kendala teknis dan non-teknis lainnya yang harus disempurnakan
dan diselesaikan, maka banyak DAS yang belum dapat tertanggani dengan baik, bahkan yang
terjadi adalah kerusakan DAS semakin meluas dan semakin parah.
PENGELOLAAN DAS TERPADU
 Pentingnya asas keterpaduan dalam pengelolaan DAS erat kaitannya dengan pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan DAS, yaitu pendekatan ekosistem. Ekosistem DAS merupakan sistem
yang kompleks karena melibatkan berbagai komponen biogeofisik dan sosial ekonomi dan budaya yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya. Kompleksitas ekosistem DAS mempersyaratkan suatu
pendekatan pengelolaan yang bersifat multi-sektor, lintas daerah, termasuk kelembagaan dengan
kepentingan masing-masing serta mempertimbangkan prinsip prinsip saling ketergantungan. Hal-hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan DAS :
a) Terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pembinaan
aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam;
b) Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang tidak selalu saling
mendukung;
c) Meliputi daerah hulu, tengah, dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam bentuk daur
hidrologi.
 Menurut Haeruman (1979), pengelolaan terpadu pada dasarnya merupakan pengembangan keserasian
tujuan antar berbagai sistem pengelolaan sumberdaya alam. Bilamana suatu obyek dikelola oleh banyak
pengelola sesuai dengan keterkaitan dan kepentingannya terhadap obyek yang dikelola itu. Lebih lanjut
Haeruman mengatakan, bahwa keterpaduan di dalam pengelolaan kegiatan harus dapat terciptakan:
 (1) terkoordinasinya para pengelola suatu obyek saling kait-mengkait dalam suatu sistem untuk mencapai
suatu kerasian tujuan;
 (2) memadukan setiap usaha pemanfaatan penataan, pemeliharaan, pengawasan
dan pengendalian serta pengembangan yang didasarkan pada unsur keterkaitan atau ketergantungan dari
obyek yang dikelola. Sementara Copeland (1961) mengatakan, bahwa pengelolaan DAS adalah merupakan
ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan, dan pengelolaan DAS, dan obyek dasarnya adalah
meningkatkan suplai air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum, mengurangi hasil
sedimen dan meningkatkan kualitas air untuk berbagai penggunaan.
 Notohadiprawiro (1985) berpendapat bahwa pengelolaan DAS harus diselenggarakan secara terpadu,
karena :
(1) adanya keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pembinaan
aktivitas manusia dalam penggunaannya;
(2) dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, pengelolaan DAS bercirikan multidisiplin;
(3) penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak ada instansi yang mempunyai
kewenangan secara utuh.
 Berdasarkan pengertian batasan diatas, maka dapat diberikan pengertian bahwa pengelolaan DAS terpadu
adalah upaya terpadu dalam pengelolaan sumberdaya alam, meliputi tindakan pemanfaatan,
 Berdasarkan pengertian batasan diatas, maka dapat diberikan pengertian bahwa pengelolaan DAS terpadu
adalah upaya terpadu dalam pengelolaan sumberdaya alam, meliputi tindakan pemanfaatan,.
 Pengelolaan DAS di Indonesia sebenarnya telah lama diperkenalkan, yaitu sejak jaman Belanda,
khususnya dalam praktek pengelolaan hutan, dimana pembagian-pembagian daerah hutan diatur
berdasarkan satuan DAS. Pada tahun 1961 diadakan gerakan penghijauan secara massal dalam bentuk
Pekan Penghijauan Nasional Pertama, di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Juga pada masa orde baru,
gerakan penghijauan sudah menjadi agenda rutin baik di Instansi yang membidangi kehutanan yang
bekerjasama dengan ABRI pada masa itu.
 Upaya pengelolaan DAS terpadu yang pertama dilaksanakan di DAS Citanduy pada tahun 1981, dimana
berbagai kegiatan yang bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin dilakukan. Selanjutnya pengelolaan
DAS terpadu dikembangkan di DAS Brantas, Jratunseluna. Namun proyek-proyek pengelolaan DAS
saat itu lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur fisik kegiatan konservasi tanah untuk
mencegah
erosi dan banjir yang hampir seluruhnya dibiayai oleh dana pemerintah. Baru pada tahun 1994 konsep
partisipasi mulai diterapkan dalam penyelengaraan Inpres Penghijauan dan Reboisasi,walaupun dalam
taraf perencanaan. Pada tahun 1973 sampai 1981, FAO dan UNDP telah melakukan berbagai uji coba
untuk memperoleh metoda yang tepat dalam rangka rehabilitasi lahan dankonservasi tanah yang ditinjau
dari aspek fisik maupun sosial ekonomi di DAS Solo. Hasil-hasil pengujian ini antara lain diterapkan
dalam proyek Inpres Penghijauan dan Reboisasi sejak tahun 1976 pada 36 DAS di Indonesia.
KERANGKA PIKIR PENGELOLAAN DAS

 Pengelolaan DAS Terpadu pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan yang bersifat partisipatif dari
berbagai pihak - pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan dan konservasi sumberdaya alam
pada tingkat DAS. Pengelolaan partisipatif ini mempersyaratkan adanya rasa saling mempercayai,
keterbukaan, rasa tanggung jawab, dan mempunyai rasa ketergantungan (interdependency) di antara
sesama stakeholder. Demikian pula masing-masing stakeholder harus jelas kedudukan dan tanggung
jawab yang harus diperankan. Hal lain yang cukup penting dalam pengelolaan DAS terpadu adalah
adanya distribusi pembiayaan dan keuntungan yang proporsional di antara pihak - pihak yang
berkepentingan. Dalam melaksanakan pengelolaan DAS, tujuan dan sasaran yang diinginkan harus
dinyatakan dengan jelas.
TUJUAN PENGELOLAAN DAS

 Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah :
(1) Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga
tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional dan bahkan global;
(2) Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS;


(3) Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan
kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
SASARAN PENGELOLAAN DAS
 Sasaran pengelolaan DAS yang ingin dicapai pada dasarnya adalah:
(1). Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal.
(2). Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat.
(3). Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan DAS dan konservasi tanah.
(4). Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS
secara berkelanjutan.
(5). Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan. Sasaran
pengelolaan DAS yang ingin dicapai pada dasarnya adalah:
(1). Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal.
(2). Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat.
(3). Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan DAS dan konservasi tanah.
(4). Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS
secara berkelanjutan.
(5). Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan.
IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAS

 Pengelolaan Terpadu DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai sektor/sub
sektor yang berkepentigan dalam pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu DAS, sehingga di antara
mereka saling mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung jawab dan saling
mempunyai ketergantungan (inter-dependency). Demikian pula dengan biaya kegiatan pengelolaan
DAS, selayaknya tidak lagi seluruhnya dibebankan kepada pemerintah tetapi harus ditanggung oleh
semua pihak yang memanfaatkan dan semua yang berkepentingan dengan kelestariannya.
 Pengelolaan Terpadu DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai sektor/sub sektor yang
berkepentigan dalam pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu DAS, sehingga di antara mereka saling
mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung jawab dan saling mempunyai ketergantungan
(inter-dependency). Demikian pula dengan biaya kegiatan pengelolaan DAS, selayaknya
tidak lagi seluruhnya dibebankan kepada pemerintah tetapi harus ditanggung oleh semua pihak yang
memanfaatkan dan semua yang berkepentingan dengan kelestariannya.
 Setelah prespitasi, pada perjalanannya kebumi akan berevoporasi kembali keatas atau langsung jatuh
yang diinterepsi oleh tanaman disaat sebelum mencapai tanah. Apabila telah mencapai tanah, siklus
hidrologi akan terus bergerak secara terus menerus dengan 3 cara yang berbeda yaitu sebagai berikut:

 Evaporasi (Transpirasi) - Air di laut, sungai, daratan, tanaman. sbb. kemudian akan kembali
menguap ke atmosfer menjadi awan lalu menjadi bintik-bintik air yang akan jatuh dalam bentuk es,
hujan, salju.
 Infiltrasi (Perkolasi ke dalam Tanah) - Air bergerak melalui celah-celah dan pori-pori serta batuan
yang ada dibawah tanah yang dapat bergerak secara vertikal dan horzontal dibawah permukaan
tanah hingga ke sistem air permukaan.
 Air Permukaan - Air yang bergerak diatas permukaan tanah yang dapat kita lihat pada daerah
urban.
 Macam-Macam Siklus Hidrologi - Proses terjadinya siklus hidrologi dibedakan menjadi 3 jenis atau
macam siklus hidrologi seperti yang ada dibawah ini:
 Siklus Pendek : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu terjadi
kondensasi membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan laut.
 Siklus Sedang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu terjadi
evaporasi yang terbawa angin lalu membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan
daratan dan kembali ke lautan.
 Siklus Panjang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu uap air
mengalami sublimasi membentuk awan yang mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh
dalam bentuk salju kemudian akan membentuk gletser yang mencair membentuk aliran sungai
dan kembali kelaut.
 Dalam sistem ekologi DAS, komponen masukan utama terdiri atas curah hujan sedang
komponen keluaran terdiri atas debit aliran dan muatan sedimen, termasuk unsur hara dan
bahan pencemar di dalamnya. DAS yang terdiri atas komponen-komponen vegetasi, tanah,
topografi, air/sungai, dan manusia berfungsi sebagai prosesor.

Anda mungkin juga menyukai