Oleh:
20180610366
FAKULTAS HUKUM
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
WWF adalah singkatan dari “World Wildlife Fund for Nature”. Nama tersebut
merefleksikan komitmen WWF untuk bekerja tidak hanya terkait isu kehidupan alam liar,
tapi juga pada isu-isu lingkungan lainnya yang strategis. WWF adalah salah satu lembaga
konservasi terbesar dan sangat berpengalaman di dunia, yang didirikan secara resmi tahun
1961. Sekertariat pusat WWF, yaitu WWF International, bertempat di Gland, Swiss.
Sebagai organisasi global, WWF memiliki jaringan kerja yang terdiri lebih dari 80
kantor, di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Secara global, WWF didukung oleh lebih
dari 5 juta supporter.
Pada tahun 1998,WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum
Yayasan. Dengan demikian WWF Indonesia memiliki entitas legal, independen, berbadan
hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki
struktur organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan
mengembangkan program.
B. Identifikasi Masalah
World Wildlife Fund, salah satu organisasi terbesar dan paling dihormati di dunia konservasi
independen ini memiliki beberapa masalah dalam penyelenggaraannya, diantaranya:
Pengelolaan kawasan.
WWF menginisiasi dan memfasilitasi penggunaan lahan dalam skala besar dan
terkadang lintas negara dan rencana penggunaan sumber daya alam. Upaya tersebut bertujuan
untuk memastikan akses dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan oleh
masyarakat lokal dan adat di sekitar kawasan konservasi. Belajar dari pengalaman di Heart of
Borneo, Transfly, Laut Sulu-Sulawesi dan Bismarck-Solomon Seas ecoregion, WWF-
Indonesia menjadi organisasi yang berada di garda terdepan untuk membantu pemerintah
Indonesia mengimplementasikan Rencana Aksi Heart of Borneo, visi pengembangan Papua,
visi peta jalan Sumatera 2010, inisiatif konservasi di sejumlah kabupaten, dan ambisi nasional
untuk ekonomi rendah karbon.
Reformasi sektor.
D. Tujuan Organisasi
· Terlibat secara aktif dalam penyusunan Rencana Aksi dan Strategi Nasional
Konservasi Orangutan, badak, gajah dan harimau Sumatera serta implementasinya di
lapangan.
· 2006, monitoring populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan orangutan
Kalimantan di Taman Nasional Betung Kerihun berhasil dilakukan sebagai basis strategi
konservasi satwa tersebut. Survei orangutan di Betung Kerihun berhasil mengidentifikasi dua
habitat penting serta koridor penghubung ke taman nasional Danau Sentarum disebelahnya.
Program penanaman kembali kawasan kritis tersebut juga telah dilakukan, dengan menanam
jenis pohon makanan orangutan dimana proses penanamannya didukung penuh oleh
masyarakat setempat.
ANALISIS KASUS
A. Contoh Kasus
Ini adalah perbuatan sadis. Burung-burung yang semestinya dilindungi itu tubuhnya
dijejalkan dalam botol bekas air mineral. Mereka lebih dulu dibius hingga lemas dan tak
berdaya. Burung-burung itu dijejalkan dalam botol agar tak bersuara supaya dapat
disembunyikan dalam tas, tanpa diketahui petugas. Dalam kasus ini sedikitnya 7 ekor kakatua
jambul kuning mati saat kapal diperiksa petugas.
Penyelundupan ini bukan yang pertama. Kasus penyeludupan dengan modus botol
mineral sering kali terjadi. Sebelumnya polisi sudah mengungkap modus penyembunyian
burung bahkan dengan cara yang lebih kejam, mereka dimasukkan dalam pipa, bahkan ada
yang disembunyikan di kaos kaki dan celana dalam.
Mirisnya, tidak ada efek jera bagi pelaku yang tertangkap tangan. Seringkali hakim
hanya memvonis pelaku beberapa bulan penjara saja. Ini terjadi karena berdasarkan
peraturan, pelaku hanya menghadapi sanksi penjara maksimal 5 tahun dan denda 100 juta
rupiah. Artinya, sanksi yang diterima pelaku bisa saja jauh dibawah itu. Tak heran pelaku
ketagihan dan tak pernah jera, sanksinya terlalu ringan jika dibandingkan dengan kerugian
yang dialami negara. Mengapa hal ini terjadi?
Sebagian besar karena akar kebijakannya yang lemah. Undang-Undang No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang mengatur
kebijakan tentang konservasi spesies langka, ketentuan didalamnya banyak yang sudah tidak
relevan. UU itu sudah 25 tahun dibuat dan belum pernah direvisi.
B. Solusi Kasus
Kasus penyelundupan kakatua jambul kuning ini hanyalah satu contoh betapa
besarnya ancaman terhadap beragam satwa langka unik Indonesia. Salah satu solusi terbaik
adalah dengan mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan Perwakilan kita di Komisi IV, VII dan Badan Legislasi DPR untuk segera
revisi ketentuan dalam UU 5/1990 agar spesies langka kita terjamin perlindungannya.
Tandatangani petisi ini. Jangan biarkan kakatua jambul kuning punah begitu saja, kita
“Selamatkan Kakatua Jambul Kuning dengan Revisi UU Konservasi”.
DAFTAR PUSTAKA
Rizal, Faridz. 2015. Menguatkan Pendidikan untuk Mewujudkan Masa Depan Bumi
Lestari. http://www.wwf.id. (Diaksen 30 April 2020)
Conservation Policy Working Group. 2015. @DPR_RI DARURAT Perlindungan
Satwa Liar! Selamatkan Satwa Indonesia, #RevisiUUKonservasi
https://www.change.org/p/dpr-ri-edhy-prabowo-ibu-siti-nurbaya-bravonur-
selamatkan-kakatua-jambul-kuning-dg-revisi-uu-konservasi-kakatuabotol (siakses 30
April 2020)