Anda di halaman 1dari 9

Analisis Tentang Organisasi Internasional

World Wildlife Fund for Nature (WWF)

Oleh:

Sheilla Safira Navalinda

20180610366

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah

WWF adalah singkatan dari “World Wildlife Fund for Nature”. Nama tersebut
merefleksikan komitmen WWF untuk bekerja tidak hanya terkait isu kehidupan alam liar,
tapi juga pada isu-isu lingkungan lainnya yang strategis. WWF adalah salah satu lembaga
konservasi terbesar dan sangat berpengalaman di dunia, yang didirikan secara resmi tahun
1961. Sekertariat pusat WWF, yaitu WWF International, bertempat di Gland, Swiss.

Sebagai organisasi global, WWF memiliki jaringan kerja yang terdiri lebih dari 80
kantor, di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Secara global, WWF didukung oleh lebih
dari 5 juta supporter.

WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan


bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan
penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja
lapangan, tepatnya di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500
staff, WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan
publik luas.Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu supporter
di dalam negeri.

Pada tahun 1998,WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum
Yayasan. Dengan demikian WWF Indonesia memiliki entitas legal, independen, berbadan
hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki
struktur organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan
mengembangkan program.

B. Identifikasi Masalah

World Wildlife Fund, salah satu organisasi terbesar dan paling dihormati di dunia konservasi
independen ini memiliki beberapa masalah dalam penyelenggaraannya, diantaranya:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya perdagangan dan perburuan ilegal


satwa liar.
2. Banyaknya kebakaran hutan dan konversi hutan alam untuk perkebunan.

3. Kurangnya dukungan orang-orang dari lapisan masyarakat yang peduli terhadap


kesejahteraan dan masa depan bumi.

C. Strategi Penanganan Masalah

1. Langkah-langkah penanganan yang diperlukan agar pemburuan dan perdagangan satwa


liar bisa diselesaikan, diantaranya:

a) Melakukan monitoring perburuan dan perdagangan ilegal satwa.


b) Melakukan peningkatan kapasitas aparat penegak hukum, khususnya yang terkait
dengan peraturan perlidungan spesies dan pemahaman tentang ekologi satwa.
c) Peningkatan kerja sama antara Kementrian Kehutanan dengan aparat penegak hukum
dan instansi terkait lainnya.
d) Peningkatan kerja sama di tingkat regional dan global.
e) Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.
f) Upaya dan dukungan pemerintah untuk pembaharuan undang-undang perlindungan
spesies, termasuk mengusulkan pasal sanksi yang lebih berat kepada pelaku kejahatan
terhadap satwa.
g) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya perdagangan ilegal satwa liar.

2. WWF-Indonesia menerapkan empat strategi terpadu untuk memastikan konservasi hutan


dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di Indonesia.

Keempat strategi tersebut adalah:

 Pengelolaan kawasan.

Pengelolaan kawasan dilakukan di wilayah terestrial yang dilindungi, semua aktivitas


komservasi species, pengelolaan daerah tangkapan air, serta pemberdayaan masyarakat di di
dalam dan sekitar kawasan konservasi di wilayah kerja WWF.

WWF-Indonesia meyakini pentingnya membangun jaringan yang representatif secara


ekologi di wilayah konservasi untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman hayati. Salah
satu faktor yang menentukan dalam manajemen efektif wilayah konservasi adalah
keterlibatan dan jaringan yang kuat melalui kerjasama dengan masyarakat lokal, lembaga
pemerintahan, organisasi konservasi, para pelaku industri, dan lembaga donor. WWF-
Indonesia berkomitmen untuk membantu meningkatkan efektivitas kawasan konservasi dan
pengelolaan lansekap prioritas dengan menerapkan instrumen pengawasan dan
mengembangkan mekanisme pendanaan yang berkelanjutan

 Rencana pemanfaatan lahan berkelanjutan.

WWF menginisiasi dan memfasilitasi penggunaan lahan dalam skala besar dan
terkadang lintas negara dan rencana penggunaan sumber daya alam. Upaya tersebut bertujuan
untuk memastikan akses dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan oleh
masyarakat lokal dan adat di sekitar kawasan konservasi. Belajar dari pengalaman di Heart of
Borneo, Transfly, Laut Sulu-Sulawesi dan Bismarck-Solomon Seas ecoregion, WWF-
Indonesia menjadi organisasi yang berada di garda terdepan untuk membantu pemerintah
Indonesia mengimplementasikan Rencana Aksi Heart of Borneo, visi pengembangan Papua,
visi peta jalan Sumatera 2010, inisiatif konservasi di sejumlah kabupaten, dan ambisi nasional
untuk ekonomi rendah karbon.

 Reformasi sektor.

Intervensi ini dimaksudkan untuk mendorong reformasi pada sektor-sektor


berbasiskan sumberdaya alam (misalnya sektor kehutanan, kelapa sawit, serta pulp dan
kertas) agar dapat mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang lestari
(Better Management Practices). Reformasi sektor ini dilakukan dengan mendorong praktik
bisnis ramah lingkungan dan memastikan alokasi keuntungan bagi pemangku kepentingan
setempat Termasuk masyarakat adat. WWF juga berupaya untuk mempengaruhi lembaga-
lembaga keuangan dan asuransi untuk menerapkan kebijakan-kebijakan investment screening
yang ramah lingkungan.

Kecilnya persentasi hutan Indonesia yang telah menjadi wilayah konservasi,


pengelolaan kawasan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di luar wilayah
konservasi menjadi penting untuk meningkatkan keuntungan lingkungan dan sosial produk
hutan berupa kayu dan nonkayu. Pada konteks ini, peran sektor bisnis dalam mengadopsi
praktik bisnis ramah lingkunan menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Contohnya, melalui
Global Forest Trade Network (GFTN) Indonesia, WWF memfasilitasi anggotanya yang telah
mencapai hampir 40 perusahaan (terdiri dari pengolah produk hasil hutan dan pengelola
hutan) untuk menerapkan prinsip usaha kehutanan berkelanjutan dengan acuan sertfikasi
FSC. Luas kawasan hutan yang sudah menjadi anggota GFTN dan bersertifikat FSC telah
mencapai lebih dari 700.000 hektar. WWF juga turut memfasilitasi Roundtable for
Sustainable Palm Oil (RSPO) dan mengembangkan kriteria dan prinsip produksi kelapa sawit
yang berkelanjutan.

 Pendanaan yang berkelanjutan.

Strategi ini dimaksudkan untuk membuka peluang pendanaan berkelanjutan bagi


manajemen konservasi dan aplikasi Better Management Practice dalam skala besar. Upaya
yang difasilitasi oleh WWF-Indonesia antara lain membangun mekanisme pendanaan,
mekanisme tata kelola yang transparan, mengidentifikasi pilihan pendanaan yang ada, dan
membantu pengembangan program kerja (misalnya: Heart Of Borneo, Coral Triangle,
REDD) yang berbasis pada prinsip keadilan sosial dan ekonomi, serta menjamin hak-hak
ulayat masyarakat adat.

D. Tujuan Organisasi

Pencapaian dan target yang berhasil diraih, diantaranya:

· WWF-Indonesia memfasilitasi disepakatinya visi konservasi Heart of Borneo (HoB)


oleh pemerintah tiga negara Brunei, Malaysia dan Indonesia dalam pertemuan "ASEAN
Heads of State summit" pada Desember 2005 dan disampaikan kembali dalam CBD COP 8
di Brazil 2006. Komitmen pemerintah dari tiga Negara tersebut kemudian diformalkan
dengan ditandatanganinya deklarasi bersama pada Februari 2007.

· 2004, WWF-Indonesia memfasilitasi pemerintah Indonesia pada COP VII CBD di


Kuala Lumpur dalam deklarasi penetapan 12 kawasan lindung baru, tiga diantaranya adalah
lokasi dimana WWF bekerja yaitu Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah, Tesso
Nilo di Riau, dan Jamursbamedi di Papua.

· Terlibat secara aktif dalam penyusunan Rencana Aksi dan Strategi Nasional
Konservasi Orangutan, badak, gajah dan harimau Sumatera serta implementasinya di
lapangan.

· Secara konsisten mendukung pemerintah dalam pengelolaan secara efektif kawasan-


kawasan konservasi di Kayan Mentarang, Betung Kerihun, Sebangau, Bukit Barisan Selatan,
Tesso Nilo, Ujung Kulon, Rinjani, Wasur, dan Lorentz.

· WWF-Indonesia secara konsisten membantu memperkuat lembaga-lembaga lokal dan


kelompok-kelompok masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi (seperti YWL,
YBAW, Yayasan Silo, FoMMA, FORMADAT, FORMAS, Forum Masyarakat Tesso Nilo)
agar dapat secara efektif terlibat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pengembangan
sumber-sumber pendapatan masyarakat yang berkelanjutan.

· 2006, monitoring populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan orangutan
Kalimantan di Taman Nasional Betung Kerihun berhasil dilakukan sebagai basis strategi
konservasi satwa tersebut. Survei orangutan di Betung Kerihun berhasil mengidentifikasi dua
habitat penting serta koridor penghubung ke taman nasional Danau Sentarum disebelahnya.
Program penanaman kembali kawasan kritis tersebut juga telah dilakukan, dengan menanam
jenis pohon makanan orangutan dimana proses penanamannya didukung penuh oleh
masyarakat setempat.

· 2008, WWF memfasilitasi disahkannya Kesepakatan Bersama 10 Gubernur Sumatera


untuk Penyelamatan Ekosistem Sumatera pada 18 September 2008, yang juga didukung oleh
menteri terkait yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Kehutanan. Kesepakatan tersebut juga diumumkan dalam side
event Kongres Konservasi Dunia (World Conservation Congress) IUCN di Barcelona
Spanyol, Oktober 2008.
BAB II

ANALISIS KASUS

A. Contoh Kasus

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya perdagangan dan perburuan ilegal


satwa liar mengakibatkan ketidakperdulian mereka terhadap kelangsungan hidup satwa. Hal
tersebut memunculkan berbagai kasus yang memprihatinkan, salah satunya adalah
Penyelundupan puluhan ekor kakatua jambul kuning lewat Kapal Tidar yang berangkat dari
Papua menuju Jakarta.

Ini adalah perbuatan sadis. Burung-burung yang semestinya dilindungi itu tubuhnya
dijejalkan dalam botol bekas air mineral. Mereka lebih dulu dibius hingga lemas dan tak
berdaya. Burung-burung itu dijejalkan dalam botol agar tak bersuara supaya dapat
disembunyikan dalam tas, tanpa diketahui petugas. Dalam kasus ini sedikitnya 7 ekor kakatua
jambul kuning mati saat kapal diperiksa petugas.

Penyelundupan ini bukan yang pertama. Kasus penyeludupan dengan modus botol
mineral sering kali terjadi. Sebelumnya polisi sudah mengungkap modus penyembunyian
burung bahkan dengan cara yang lebih kejam, mereka dimasukkan dalam pipa, bahkan ada
yang disembunyikan di kaos kaki dan celana dalam.

Mirisnya, tidak ada efek jera bagi pelaku yang tertangkap tangan. Seringkali hakim
hanya memvonis pelaku beberapa bulan penjara saja. Ini terjadi karena berdasarkan
peraturan, pelaku hanya menghadapi sanksi penjara maksimal 5 tahun dan denda 100 juta
rupiah. Artinya, sanksi yang diterima pelaku bisa saja jauh dibawah itu. Tak heran pelaku
ketagihan dan tak pernah jera, sanksinya terlalu ringan jika dibandingkan dengan kerugian
yang dialami negara. Mengapa hal ini terjadi?

Sebagian besar karena akar kebijakannya yang lemah. Undang-Undang No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang mengatur
kebijakan tentang konservasi spesies langka, ketentuan didalamnya banyak yang sudah tidak
relevan. UU itu sudah 25 tahun dibuat dan belum pernah direvisi.

B. Solusi Kasus
Kasus penyelundupan kakatua jambul kuning ini hanyalah satu contoh betapa
besarnya ancaman terhadap beragam satwa langka unik Indonesia. Salah satu solusi terbaik
adalah dengan mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan Perwakilan kita di Komisi IV, VII dan Badan Legislasi DPR untuk segera
revisi ketentuan dalam UU 5/1990 agar spesies langka kita terjamin perlindungannya.
Tandatangani petisi ini. Jangan biarkan kakatua jambul kuning punah begitu saja, kita
“Selamatkan Kakatua Jambul Kuning dengan Revisi UU Konservasi”.
DAFTAR PUSTAKA

 Rizal, Faridz. 2015. Menguatkan Pendidikan untuk Mewujudkan Masa Depan Bumi
Lestari. http://www.wwf.id. (Diaksen 30 April 2020)
 Conservation Policy Working Group. 2015. @DPR_RI DARURAT Perlindungan
Satwa Liar! Selamatkan Satwa Indonesia, #RevisiUUKonservasi
https://www.change.org/p/dpr-ri-edhy-prabowo-ibu-siti-nurbaya-bravonur-
selamatkan-kakatua-jambul-kuning-dg-revisi-uu-konservasi-kakatuabotol (siakses 30
April 2020)

Anda mungkin juga menyukai