Anda di halaman 1dari 5

Nama: Sheilla Safira Navalinda

NIM: 20180610366
Mata Kuliah: Hukum Perlindungan Konsumen & Persaingan Usaha
Kelas : B

Uji Kompetensi III

1. Salah satu cara perlindungan konsumen dalam Undang-undang No 8 Tahun


1999 memberikan beberapa perbuatan yang dilarang bagi produsen. Sebutkan 3
saja perbuatan yang dilarang bagi produsen!
- Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa
- Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas
barang dimaksud
- Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar
- Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran

2. Sebutkan 3 konsep tanggung jawab pelaku usaha dalam hukum perlindungan


konsumen, dan jelaskan masing masing berikut dasar hukumnya
- Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan/kelalaianTanggung
jawab berdasarkan kesalahan/kelalaian (negligence) adalahprinsip tanggung
jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab yang ditentukan
oleh perilaku pelaku usaha. Prinsip yang cukup umum ini berlaku dalam
hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
khususnya pasal 1365, 1366 dan 1367 prinsip pada ketiga pasal ini dipegang
secara mutlak. Prinsip ini menyatakan, seseorang dapat dimintakan
pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya. Pasal 1365 KUHPdt yang biasa disebut dengan perbuatan
melawan hukum
- Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumption of libility)
Prinsip yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai
iadapat membuktikan, bahwa ia tidak bersalah, jadi beban pembuktian ada
pada tergugat. Pembuktian semacam ini lebih dikenal dengan sistem
pembuktian terbalik. Undang-Undang Perlindungan Konsumen rupanya
mengadopsi sistem pembuktian ini, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 19,
22, 23 dan 28. Dasar pemikiran dari teori pembuktian terbalik ini adalah
seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan
sebaliknya.
- Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (Presumption of
nonliability)Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu
bertanggung jawab, di mana tergugat selalu dianggap tidak bertanggungjawab
sampai dibuktikan, bahwa ia bersalah.
- Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability) Berkaitan denganlemahnya
kedudukan konsumen penggugat dalam hal membuktikan kesalahan ataupun
negligence nya pelaku usaha tergugat karena tidak mempunyai pengetahuan
dan sarana yang memuaskan untuk itu, maka dalam perkembangannya,
pengadilan-pengadilan di Amerika Serikatmenempuh cara lain untuk meminta
pertanggung jawaban dari pelaku usaha, yaitu dengan mempergunakan prinsip
pertanggung jawaban mutlak (strict liability) tersebut.

3. Dalam hukum perlindungan konsumen dijelaskan mekasnisme penyekesaian


konsumen. Sebut dan jelaskan beserta dasar hukumnya

- Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat


dilakukan oleh, diantaranya sebagai berikut:
1. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
2. Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi
syarat, yaitu
berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya
menyebutkan
dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan anggaran dasarnya; dan
4. Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak

Ada 2 proses atau alur yang harus dilalui apabila konsumen ingin menyelesaikan
sengketa konsumen dengan pelaku usaha, yaitu:

Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan, yaitu dengan proses membuat


pengaduan ataun gugatan atas kerugian yang dilakukan pelaku usaha ke BPSK atau
LPKSM. Dari pengaduan tersebut BPSK wajib mengeluarkan putusan paling lambat
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.

Penyelesaian Sengketa Melalui pengadilan, yaitu dengan proses Konsumen yang


merasa dirugikan melapor kepada pihak yang berwajib yaitu kepada polisi untuk
ditindaklanjuti sebagaimana pada proses penyelesaian sengketa di pengadilan pada
umumnya. Penyelesaian melalui jalur ini mengacu pada ketentuan tentang peradilan
umum yang berlaku di Indonesia.

Dari penyelesaian sengketa konsumen tersebut, pelaku usaha yang terbukti bersalah
dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana. Kerugian sebagai
konsumen tentu bukan harapan dari setiap orang, hal tersebut dapat direalisasikan
dengan menjadikan diri kita konsumen yang cerdas yang mengetahui hak-hak dan
kewajiban konsumen atas setiap barang dan/atau jasa yang kita gunakan.
4. Dalam UU Perlindungan Konsumen dikenal adanya gugatan Class Action dan
Legal Standing . Jelasakan konsep tersebut dan berikan contoh nyata kasus
dengan model gugatan tersebut.
- Legal standing atau yang juga disebut dengan ius standi (hak gugatan
organisasi) merupakan perseorangan, organisasi ataupun kelompok yang
berperan sebagai pihak Penggugat di pengadilan. Sederhananya, legal
standing berarti hak seseorang, organisasi, atau sekelompok orang untuk
menjadi Penggugat dalam proses peradilan perdata (civil proceding) di
pengadilan.
Adapun kepentingan hukum yang berkaitan dengan hak gugatan organisasi
adalah tentang kepemilikan atau munculnya kerugian yang langsung dialami
oleh Penggugat. Pada dasarnya, aturan mengenai legal standingi telah tercatat
dalam hukum nasional secara materiil. Namun, hukum acara yang berperan
sebagai hukum formil untuk mempertahankan hukum materiil ini belum diatur
oleh negara.
Secara materiil, aturan mengenai hak gugatan organisasi ada pada Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 37,
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 71 ayat (1), dan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 46.
Contoh kasus dari Legal Standing = Walhi vs 5 Instansi Pemerintah & PT
Indi Indorayon Utama
- Class action merupakan salah satu cara untuk suatu kelompok yang memiliki
kepentingan dalam suatu permasalahan, baik satu orang anggotanya atau lebih
sebagai pihak Penggugat atau yang Digugat sebagai wakil dari kelompok tanpa
harus berpartisipasi dari masing-masing kelompok tersebut. Intinya, class action
menjadi cara untuk seseorang yang memiliki kepentingan atau permasalahan yang
sama untuk saling bergabung untuk pengajuan tuntutan agar lebih efekti dan
efisien.
Contoh kasus dari Class Action =
1. Kasus RO Tambunan vs Bentoel Remaja, Perusahaan Iklan, dan Radio Swasta
Niaga Prambors (1987)
2. Kasus Mukhtar Pakpahan vs Gubernur DKI Jakarta & Kakanwil Kesehatan
DKI Tahun 1988 (Kasus endemic demam berdarah) PN Jakarta Pusat
3. Kasus YLKI vs PT. PLN Persero – Kasus pemadaman listrik se-Jawa & Bali
(19 April 1997) di PN Jakarta Pusat

Anda mungkin juga menyukai