Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU KEALAMAN DASAR

“Konsevarsi sumber daya alam”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

1. NANDA ERIZZA
2. DESY FITRIANI
3. SHERLY HERLINA MAUTANG

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ANTAKUSUMA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya, kami selaku
penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “Konsevarsi
Sumber Daya Alam” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Instruksional umum agar
dapat memahami perkembangan sumber daya alam” bagi para pembaca dan juga bagi
kami sebagai penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Brian selaku dosen Mata Kuliah Ilmu
Kealaman Dasar. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkalanbun, 20 Oktober 2021

Kelompok 8
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara dengan luasan konservasi terbesar di dunia.
berdasarkan Sigit (2020) menyatakan bahwa indonesia menduduki posisi ke 4 setelah
Brasil, Republik Demokratik Kongo dengan luasan hutan hujan tropis terbesar di dunia.
Pembangunan daerah merupakan salah satu bagian yang terpenting bagi pembangunan
nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah serta menserasikan laju
pertumbuhan antara daerah di Indonesia. Menurut Deddy Prasetya Maha Rani (2014),
menyatakan bahwa salah satu cara dalam pembangunan daerah dapat dilakukan dengan
pengembangan pariwisata. Pengembangan sektor ini pemerintah berusaha keras
membuat rencana dan berbagai upaya yang mendukung kearah kemajuan pada sektor
ini dengan cara mengembangkan potensi objekobjek wisata yang ada sebagai daya tarik
utama bagi wisatawan. Taman Nasional Tanjung Puting merupakan salah satu obyek
wisata alam yang dimiliki oleh Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten
Kotawaringin Barat dimana kawasan ini dijadikan sebagai tempat perlindungan
Orangutan ( Pongo Pygmaeus ) dan Bekantan ( Nasalis Larvatus ). sehingga
perlindungan ekosistem yang merupakan habitat Orangutan yang sangat penting untuk
menjaminn kelangsungan hidup mereka, Dalam ekosistem, spesies Orangutan disebut
sebagai salah satu spesies payung (Umbrella Spesies) yaitu spesies yang kelestariannya
berpengaruh terhadap kelangsungan kelestarian ekosistem dihutan tempat mereka
tinggal. Menurut Sugbardjito bahwa Orangutan mampu bertahan hidup pada habitat
tropis. Habitat yang Optimal bagi Orangutan paling sedikit mencakup pada dua tipe
lahan utama yaitu tepi sungai dan dataran tinggi kering. Populasi Orangutan harus
ditingkatkan untuk mencegah kepunahan dengan menyediakan habitat yang sesuai
dengan cara konservasi agar Orangutan terus bertahan hidup dan berkembangbiak untuk
mencegah kepunahannya. Untuk itu perlu dilakukan monitoring atau pengawasan
terhadap peningkatan populasi Orangutan dengan menjadikannya obyek wisata
berkonsepkan wisata alam. Sejak tahun 1977 Taman Nasional Tanjung Puting
merupakan salah satu dari enam Taman Nasional yang ada di Indonesia yang ditetapkan
sebagai cagar alam biosfer oleh UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and
Cultural Organization) dan kawasan TNTP ditetapkan berdasarkan Surat keputusan
Mentri Kehutanan NO.687/Kpts-II1996 tanggal 25 Oktober 1996, Tentang Perubahan
Fungsi dan Penunjukan Kawasan Hutan Taman Nasional Tanjung Puting sebagaimana
ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA No. 69/VI-Set/HO/2006
merupakan salah satu taman nasional model yang diprioritaskan untuk dikelola dengan
optimal sesuai dengan karakteristik potensi yang dimilikinya. Taman Nasional
didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan
kelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Dalam
pengembangan wisata alam dikawasan konservasi menjadi hal yang penting dalam
pengembangan wisata alam, hal ini mengacu pada peraturan-peraturan terkait mengenai
pengelolaan wisata alam dikawasan konservasi. Dalam kerangka konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnnya, Taman Nasional mempunyai tiga fungsi
yaitu, sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan atau
penyelamatan (Keanekaragaman Hayati dan satwa beserta ekosistemnnya), dan
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnnya. Berdasarlan
kondisi alam, Pihak Balai merelasasikan masyarakat agar terlibat didalamnya dengan
cara menyediakan jasa travel atau transfortasi untuk menuju lokasi wisata Taman
Nasional Tanjung Putting karena wisata ini hanya melalui jalur sungai dengan
menggunakan sarana transfortasi kelotok atau speed boat. Kelotok adalah sarana
transportasi sungai yang dari dulu hingga sekarang masih digunakan untuk beraktivitas
di sungai. Kelotok merupakan perahu yang ukurannya lumayan besar, cukup untuk
menampung 10-15 orang penumpang, kelotok menggunakan mesin diesel sebagai
sumber tenaga utama, kelotok juga biasanya digunakan untuk membawa hasil panen
dan bahkan membawa kendaraan darat seperti motor, dengan adanya hal tersebut
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar yang dimana
dulunya masyarakat sekitar bekerja serabutan tidak menentu jenis pekerjaannya kini
memiliki pekerjaan tambahan sekaligus meningkatkan perekonomian. Dalam
pengembangannya tidak hanya melibatkan masyarakat sekitar tetapi juga bekerja sama
atau berkolaborasi dengan beberapa kemitraan antara lain, Orangutan Foundation
Internastional (OFI), World Education (WE), dan Friends of the National Parks
Foundation (FNPF), agar mencapai hasil yang lebih maksimal dalam pengelolaan dan
pengembang wisata alam Taman Nasional Tanjung Puting. Sesuai dengan visi Balai
Taman Nasional Tanjung Puting yaitu Mewujudkan Kawasan Wisata Taman Nasional
Tanjung Puting yang aman secara legal, serta didukung kelembagaan yang kuat dalam
pengelolaannya serta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat dan
wisatawan, dimana Taman Nasional Tanjung Puting memiliki potensi sumberdaya alam
hayati yang wajib dieksplorasi.

Untuk menunjang visinya Balai Taman Nasional tanjung Puting memiliki tugas pokok,
antara lain yaitu :

a. Melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan


ekosistemnya berdasarkan perundang-undangan.
b. Pengendalian kebakaran hutan apabila terjadi kebakaran hutan
c. Pengembangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
d. Penyedia data dan informasi untuk ilmu pengetahuan, promosi dan pemasaran
konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya
e. Pengembangan bina peduli alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya
f. Pengembangan masyarakat didalam dan sekitar kawasan dan pelaksanaan tata
usaha sebagai peningkatan pendapatan.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bahwa penekanan dalam


“Pengelolaan Kawasan Taman

Nasional” diperlukan data yang valid tentang potensi, ancaman, gangguan yang ada di
kawasan, sehingga tantangan ini merupakan prioritas penyelesaian masalah utama yang
di hadapi oleh UPT. Balai Taman Nasional Tanjung Puting hingga menjadi wisata alam.
Dalam pengembangan wisata alam Balai Taman Nasional Tanjung Puting bekerjasama
dengan beberapa kemitraan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam
pengembangan wisata alam Taman Nasional Tanjung Puting.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas diambil beberapa rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana peran Balai Taman Nasional Tanjung Puting dalam pengembangan


wisata alam di Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah
2. Apa saja factor penghambat peran Balai Taman Nasional Tanjung Puting
pengembangan wisata alam di Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah?
3. Bagaimana potensi, permasalahan dan isu strategi aspek pembangunan
kepariwisataan yang mendukung fungsi?
4. Bagaimana konsep dan rencana Taman nasional Tanjung Puting sebagai rencana
yang komprehensif dan holistik di wilayah Taman nasional Tanjung Puting?

C. TUJUAN PAPER

Berdasarkan latar belakang diatas diambil beberapa tujuan penelitian, antara lain:

1. Mengetahui Peran Balai Taman Nasional Tanjung Puting dalam Pembangunan


wisata alam di Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah
2. Mengrtahui apa saja factor penghambat peran balai Taman Nasional Tanjung
puting dalam pembangunan wisata alam di kotawarungin barat provinsi
Kalimantan Tengah
3. Menganalisis potensi, permasalahan, dan isu strategi aspek pembangunan
kepariwisataan yang mendukung fungsi
4. Tersusun nya konsep dan rencana Taman Nasional sebagai rencana yang
komprehensif dan holistic di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSERVASI

Taman Nasional tanjung putting (TNTP) terus berbenah dengan semangat untuk
menciptakan ruang bersama bagi alam, manusia dan satwa, penciptaan ruang bersama
diarahkan agar keberadaan TNTP bukan hanya sebagai kawasan konservasi, melainkan
juga sebagai pendorong kemajuan wilayah khusus nya di Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kalimantan Tengah. “Mempertahankan kealamian ditengah laju pembangunan,
itu yang sedang kita lakukan dengan TNTP dimana saat ini juga sedang ada wacana
pemindahan ibukota negara Republik Indonesia ke Kalimantan Tengah. Kami juga
sedang berusaha menjadikan keberadaan TNTP sebagai salah satu motor pembangunan
dikabupaten Kotawaringin Barat,” Ujar Helmi, Kepala Balai TNTP saat memberikan
paparannya dalam kunjungan jurnalistik dan kunjungan tematik Badan Koordinasi
Kehumasan (BAKOHUMAS) Oleh KLHK di Swiss-Bell hotel, Pangkalanbun
Kalimantan Tengah, Selasa (25/06/2019). Wisata alam di TNTP sudah sangat terkenal
didunia internasional, hal ini dibuktikan dengan kunjungan wisatawan mancanegara
yang selalu lebih tinggi daripada wisatawan domestik. Angka tahun 2018 menunjukkan
bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke TNTP mencapai angka
18.834 orang, lebih tinggi dari wisatawan domestic yang hanya 10.449 orang. Dari
kunjungan ini TNTP dapat menyumbangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Kepada negara sebesar 7,77 milyar pada tahun 2018. Wisata alam yang ada di TNTP
terbukti dapat menjadi salah satu pendorong pembangunan wilayah. Sebagai lokasi
yang sangat baik untuk melihat habitat alami Orang utan. Kawasan taman nasional
seluas 415.040 ha dihuni sekitar 917 ekor Orang utan (berdasarkan data inventarisasi
satwa Balai Taman Nasional Tanjung Puting tahun 2016). Wisata alam TNTP ini telah
membangun bisnis wisata yang cukup besar yang ditandai dengan tumbuhnya para
pelaku pariwisata, yang antara lain adalah 22 Agen Association of The Indonesian
Tours And Travel Agencies (ASITA)/Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia,
127 Guide yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), 96 Unit
pengusaha kapal klotok wisata, 20 unit pemilik speedboat, dan 80 orang tenaga pemasak
terlatih yang tergabung dalam Tourist Cook Association (TCA) Kota Waringin Barat.
"Pelaku wisata di TNTP semakin meningkat, seperti pengelolaan perahu kelotok dan
tenaga pemasak," jelas Helmi. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke TNTP
berasal dari berbagai negara di Benua Eropa dan Amerika, seperti yang dominan berasal
dari Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Italia, Kanada, New Zeland, Polandia, dan
Spanyol. Untuk kunjungan tertinggi berasal dari wisatawan asal Spanyol. Kepala Biro
Hubungan Masyarakat, Djati Witjaksono Hadi sebagai penyelenggara kegiatan
Kunjungan Jurnalistik dan Kunjungan Tematik Bakohumas menyebut jika keberadaan
TNTP sangat penting terutama untuk konservasi Orang utan yang merupakan spesies
langka dan terancam punah. “TNTP adalah rumah untuck satwa dilindungi seperti
Orang utan, Bekantan dan Lutung. TNTP juga merupakan pusat rehabilitasi orang utan
pertama di Indonesia,” Ujar Djati saat membacakan sambutan Sekretaris Jendral KLHK
pada pembukaan kegiatan tersebut. Djati menambahkan bahwa untuk mendukung
fungsi Konservasi, pemerintah telah memiliki sekitar 500 kawasan konservasi alam
yang tersebar diseluruh Indonesia. Kawasan konservasi alam tersebut terbagi menjadi
beberapa bentuk seperti: cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata
alam, taman hutan raya, dan taman buru. Untuk taman nasional sendiri saat ini ada 56 di
seluruh Indonesia TNTP dengan hutan rawa air tawar dan hutan bakaunya juga
merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai Ramsar Site, yaitu kawasan-kawasan yang
ditetapkan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia. Penetapan
Ramsar Site ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Indonesia atas Konvensi
Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance, especially as
Waterfowl Habitat) yaitu perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan
lahan basah secara berkelanjutan. Kegiatan Kunjungan Jurnalistik dan Kunjungan
Tematik Bakohumas akan melakukan kunjungan lapangan ke TNTP dengan
mengunjungi Camp Leakey yang merupakan merupakan pusat rehabilitasi Orang utan
yang berdiri di dalam kawasan TNTP. Untuk menuju ke Camp Leakey rombongan akan
menyusuri Sungai Sekonyer menggunakan perahu klotok.
B. TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Taman Nasional Tanjung Puting-Kalimantan pulau ketiga terbesar di dunia dan terbesar
di benua Asia, punya banyak daya tarik wisata yang menarik dijelajahi. Bagi kamu yang
ingin merasakan suasana hutan rimbun serupa hutan Amazon, kamu bisa berkunjung ke
Taman Nasional Tanjung Puting yang terletak di semenanjung barat daya provinsi
Kalimantan Tengah dan memiliki luas sekitar 415 ribu hektare. Resmi ditetapkan pada
tahun 1996 menjadi taman nasional, Tanjung Puting terdiri atas beberapa area seperti
hutan tropika dataran rendah, hutan tanah kering atau kerangas, hutan rawa air tawar,
hutan rawa gambut, hutan bakau, hutan pantai, dan hutan sekunder. Dengan ragam
variasi ekosistem hutan yang terdapat di Tanjung Puting, tak heran jika kamu bisa
menemukan tumbuhan dan satwa memukau. Taman nasional ini menjadi rumah bagi
berbagai jenis flora seperti pemakan serangga seperti kantong semar, keruing, meranti,
ramin, gaharu, ulin, jelutung serta lain-lainya. Selain itu, kamu juga bisa menemukan
satwa eksotis langka seperti orangutan, bekantan, beruang madu, rusa sambar, duyung
dan lainnya. Sebelum mencuri perhatian wisatawan yang mencari pengalaman
ekowisata, Taman Nasional Tanjung Puting rupanya telah lebih dulu dikenal pada masa
pemerintahan kolonial Belanda. Di masa penjajahan tersebut, tepatnya tahun 1937,
kawasan Taman Nasional Tanjung Puting awalnya memiliki luas sekitar 205 ribu hektar
dan ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Sampit, yang ditujukan terutama sebagai area
perlindungan satwa orangutan dan bekantan. Di tahun 1941, area ini mendapatkan
penambahan luas wilayah dan kemudian terdaftar sebagai Suaka Alam Sampit dengan
luas 205 ribu hektar serta Suaka Alam Kotawaringin yang mencakup 100 ribu hektar.
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 70an, Suaka Margasatwa
Sampit berubah nama menjadi Suaka Margasatwa Tanjung Puting dan tercatat memiliki
luas sebesar 270 ribu hektar. Beberapa tahun setelahnya, Tanjung Puting masuk ke
dalam daftar Cagar Biosfer Indonesia oleh UNESCO. Barulah pada tahun 1996, sesuai
dengan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1996, kawasan ini berubah fungsi
menjadi Taman Nasional Tanjung Puting. Berkunjung ke Taman Nasional Tanjung
Puting, kamu akan disambut dengan hamparan hutan kerangas yang menjadi rumah
spesies tumbuhan pemakan serangga seperti kantong semar. Tak hanya itu, kamu pun
dapat menemukan hutan rawa gambut yang memiliki tumbuhan dengan akar lutut serta
akar udara. Barisan pohon gaharu, meranti, keruing, ramin, ulin dan kayu lanan juga
bisa kamu temukan di Taman Nasional Tanjung Puting. Selagi menikmati keindahan
barisan pepohonan rimbun di taman nasional ini, jangan sampai kelewatan melihat
primata utama yang dilindungi seperti orangutan Kalimantan dan bekantan. Selain itu,
Tanjung Puting juga menjadi rumah bagi beruang madu, babi janggut, pelanduk kancil
dan lumba-lumba. Satwa lain yang bisa kamu temukan di taman nasional ini ada buaya
muara yang masih tinggal di habitat asli, labi-labi serta kurang lebih 200 jenis spesies
burung mencakup koloni burung great alba. Kalau kamu beruntung, kamu dapat melihat
burung sandang lawe yang termasuk dalam 20 jenis burung terlangka di dunia. Hotel &
Penginapan Terbaik di dekat Taman Nasional Tanjung Puting Temukan lebih banyak
pilihan hotel dan penginapan di dekat Taman Nasional Tanjung Puting dengan
penawaran harga terbaik di Traveloka.

C. SUMBER DAYA ALAM

Setiap aktivitas di muka bumi ini memerlukan Sumber Daya Alam (SDA). Hal tersebut
membuat SDA selalu bersinggungan dengan kehidupan manusia. Kendati bisa
dipergunakan atau dimanfaatkan, manusia juga punya tanggung jawab untuk
melestarikannya. Pasalnya, tidak semua SDA bersifat kekal. Ada beberapa pengertian
SDA, namun secara umum SDA bisa disimpulkan sebagai segala sesuatu yang
bersumber dari alam yang bisa diambil dan dimanfaatkan karena memiliki nilai manfaat
dan dipergunakan untuk keberlangsungan hidup manusia. Sementara bedasarkan Kamus
Cambridge disebutkan SDA sebagai galian (tambang), hutan, atau kekayaan alam
lainnya di suatu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia sehari-
hari. Manfaat sumber daya alam secara umum, pemanfaatan SDA dalam kehidupan
manusia dapat digunakan sebagai bahan makanan, bahan baku, dan penghasil energi.
pepohonan. Juga, untuk menjaga keseimbangan alam, menyuplai oksigen, hingga
menjadi cadangan devisa negara. Mengutip Kementerian Pendidikan, berdasarkan
asalnya, SDA dibagi menjadi dua jenis, yakni Sumber Daya Alam Hayati yang berasal
dari mahluk hidup dan Sumber Daya Alam Non-hayati yang bukan dari mahluk hidup.
Sumber Daya Alam Hayati merupakan segala kekayaan alam yang bersumber dari
mahluk hidup, baik dari hewan maupun tumbuhan. Adapun contohnya, yaitu ayam,
kambing, sapi, hewan mikroba, padi, ubi, jagung, kapas, teh, kopi, kayu, ikan, dan
sebagainya. Selain dimanfaatkan sebagai pangan, Sumber Daya Alam Hayati juga bisa
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sandang atau pakaian, membangun, rumah,
hingga sebagai bahan bakar. Sementara Sumber Daya Alam Non-hayati adalah segala
bentuk kekayaan alam yang dapat membantu kebelangsungan hidup manusia yang
bukan berasal dari mahluk hidup. Beberapa contohnya, antara lain sinar matahari, air,
tanah, udara, hasil tambang, minyak bumi, dan gas alam. Selain berdasarkan asalnya,
SDA juga bisa dibagi berdasarkan sifatnya, yakni Sumber Daya Alam yang Dapat
Diperbarui, Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui, dan Sumber Daya Alam
Kekal. Sifat Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui yakni bisa dibuat atau
dipulihkan kembali, dalam arti lain tidak akan habis. Adapun contohnya, yaitu
tumbuhan, hewan, pepohonan, dan ikan. Untuk Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat
Diperbarui mengacu pada segala jenis kekayaan alam yang terbentuk oleh proses
alamiah dan memerlukan jangka waktu yang lama. SDA dengan jenis ini suatu saat
akan habis dan sulit atau tidak bisa dibuat atau dipulihkan kembali. Beberapa
contohnya, antara lain gas alam, batu bara, dan minyak bumi. Sementara Sumber Daya
Alam Kekal merujuk pada kekayaan alam yang kekal dan tidak akan pernah habis.
Artinya, setiap mahluk hidup bisa terus menikmati manfaat dari kekayaan alam jenis ini.
Contoh Sumber Daya Alam Kekal, antara lain panas bumi, pasang surut dan gelombang
laut, sinar matahari, udara, air, dan angin. Selain itu, SDA juga bisa dipecah dengan
mengacu pada lokasinya, yakni SDA Terrestrial dan SDA Akuatik. SDA Terrestrial
merupakan segala kekayaan alam yang berada di daratan, seperti tanah, hutan, dan hasil
galian. Sementara, SDA Akuatik berasal dari perairan, misalnya energi gelombang dan
rumput laut. Selain pemanfaatannya yang beragam, manusia juga dituntut untuk
menjaga kelestarian SDA agar generasi manusia selanjutnya tetap bisa merasakan
manfaat yang sama dari SDA atau kekayaan bumi di masa mendatang. Melestarikan
alam merupakan prinsip mengelola SDA, salah satunya melalui pembangunan
berkelanjutan atau sustainable development, yaitu pembangunan yang dilakukan dengan
tetap memenuhi kebutuhan saat ini namun juga tidak mengurangi kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Adapun prinsip-prinsip dari pembangunan
berkelanjutan, yaitu:

1. Pemerataan
Pemerataan terhadap SDA dinilai mampu mencegah kesenjangan dalam
masyarakat dan memungkinkan setiap manusia untuk mendapat akses yang
sama terhadap SDA. Harapannya, agar masing-masing daerah memperoleh
pembangunan yang seimbang
2. Energi
Penghematan energy menjadi salah satu cara melestarikan SDA yang sering
dianjurkan. Penghematan energi bisa diadaptasikan untuk segala jenis SDA
dengan tidak menggunakannya secara siasia apabila tidak diperlukan (irit) atau
mencari alternatif lain sebagai penggantinya. Contohnya adalah dengan
memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaan alami.
3. Ekonomi
Prinsip ekonomi mampu meningkatkan kapasitas daya saing serta pembangunan
terhadap infrastruktur dasarnya, seperti perumahan, hingga infrastruktur
informasi.
4. Peran serta
Prinsip peran serta merupakan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang
secara aktif melibatkan masyarakat.
5. Ekologi
Dalam aspek ekologi, pemanfaatan lahan campueran maksimal mungkin
merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan. Contohnya, membatasi
pemekaran kota yang berlebihan, pengadaan Euang Terbuka Hijau (RTH).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. LUASAN TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Luas wilayah TNTP adalah 415.040 ha yang terdiri atas Suaka Margasatwa Tanjung
Putting seluas 300.040 ha, Hutan produksi seluas 90.000 ha (eks HPH PT Hesubazah),
dan kawasan perairan seluas 25.000 ha. Secara geografis terletak di antara 2°35’–3°35’
LS dan 111°50’-112°15’ BT. Secara administrasi pemerintahan, terletak di Kecamatan
Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat (± 253.860 ha / 61,17%) serta di Kecamatan
Hanau, Danau Sembuluh, dan Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan (± 161.180 ha /
38,83%). Kawasan TNTP berbatasan dengan: Sungai Sekonyer, Sungai Kumai, Laut
Jawa di sebelah barat Batas buatan di sebelah timur dan utara laut jawa disebelah
selatan.

B. SEJARAH TENTANG TANJUNG PUTING

Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting pada awalnya adalah Suaka Margasatwa
Sampit, yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui beslit
Gubernur Jenderal No. 39 tanggal 18 Agustus 1937 dengan luas 205.000 ha. Pada 1941,
kawasan ini terdaftar sebagai Suaka Alam Sampit (205 ribu ha) dan Suaka Alam
Kotawaringin (100 ribu ha). Suaka alam ini ditujukan terutama untuk perlindungan
orang utan (Pongo pygmaeus) dan bekantan (Nasalis larvatus). Suaka Margasatwa
Sampit kemudian pada sekitar tahun 70-an diubah namanya menjadi Suaka Margasatwa
Tanjung Puting, yang setelah ditata batas ulang ditetapkan menjadi seluas 270.040 Ha
berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 43/Kpts/DJ/I/1978 tanggal 8 April 1978.
Beberapa bulan kemudian, berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 698/Kpts/Um/II/1978
tanggal 13 November 1978, suaka margasatwa ini diperluas dengan areal hutan di
antara Sungai Serimbang dan Sungai Segintung sehingga keseluruhan luasnya menjadi
300.040 Ha. Sebelumnya pada tahun 1977, Suaka Margasatwa Tanjung Puting telah
dimasukkan ke dalam daftar Cagar Biosfer di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO.
Tanjung Puting kemudian dinyatakan sebagai calon taman nasional melalui SK Menteri
Pertanian RI No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. Untuk melandasi
kegiatan lapangan, Direktur Jenderal PHPA melalui SK No. 46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal
11 Desember 1984, menetapkan bahwa wilayah kerja (calon) Taman Nasional Tanjung
Puting adalah Suaka Margasatwa Tanjung Puting seluas 300.040 Ha. Selanjutnya
berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/KptsII/1996 tanggal 25 Oktober 1996
tentang "Perubahan fungsi dan penunjukan kawasan hutan yang terletak di Kabupaten
Daerah Tk. Kotawaringin Barat dan Kabupaten Daerah Tk. Kotawaringin Timur,
Propinsi Daerah Tk. Kalimantan Tengah seluas 415.040 Ha menjadi Taman Nasional",
kawasan ini diubah fungsinya dan ditunjuk sebagai Taman Nasional Tanjung Puting.
Luas yang baru ini merupakan hasil penambahan area Suaka Margasatwa Tanjung
Puting 300.040 ha, dengan kawasan hutan produksi bekas konsesi PT Hesubazah seluas
90.000 ha dan kawasan perairan di sekitarnya seluas 25.000 ha. Setelah ribuan jam
mendengarkan komunikasi kerabat kera yang terdekat dengan manusia, para peneliti
mengatakan kuping mereka telah tercerahkan akan asal-usul bahasa manusia. Doktor
Adriano Reis e Lameira, antropolog dari Durham University, merekam dan
menganalisis 4.486 siulan (kiss squeaks) dari 48 orang utan di empat populasi liar. Dia
menemukan bahwa mamalia itu menggabungkan bibir (purse-lipped) dan seruanseruan,
seperti huruf konsonan (consonant-like), untuk menyampaikan pesan berbeda. Ini bisa
menjadi gambaran bagaimana nenek moyang manusia membentuk kata-kata paling
awal. "Seperti perjalanan dalam mesin waktu, pada dasarnya perkembangan bahasa
manusia mirip bahasa orang utan. Ada masanya ketika nenek moyang kita
menggunakan apa yang dikenal sebagai huruf konsonan dan vokal saat ini," ujar Reis e
Lameira, yang menerbitkan penemuan itu dalam jurnal Nature Human Behaviour. Tim
peneliti mempelajari siulan (kiss squeaks) secara khusus karena banyak suara konsonan
seperti /t/, /p/, /k/ yang dihasilkan orang utan bergantung pada gerakan bibir, lidah, dan
rahang daripada suara. Para peneliti membandingkan komunikasi orang utan dengan
bagaimana manusia menggunakan lebih dari satu kata untuk menyampaikan arti yang
sama. Misalnya saja manusia menyebut mobil (car) dengan kata otomobil (automobile)
dan kendaraan (vehicle). "Tampaknya orang utan meyakinkan dirinya hingga dua kali
bahwa pesan yang disampaikan telah diterima. Untuk itu mereka mengirim pesan yang
sama dengan sinyal (kombinasi siulan) yang berbeda,” kata Reis e Lameira.

C. KONDISI TERKINI TENTANG TAMAN NASIONAL TANJUNG


PUTING

Taman Nasional (TN) Tanjung Putting di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan


Tengah, memperpanjang periode penutupan hingga 15 agustus 2021. “Kawasan Taman
Nasional (TN) Tanjung Putting berdasarkan arahan Ibu Bupati Kotawaringin Barat
@prokom_kobar_, mengingat kondisi pandemi yang masih kondusif untuk berwisata,”
tulis akun Instagram @btn_tanjungputing, Minggu (1/8/2021). Adapun, penutupan
tempat wisata yang merupakan rumah bagi puluhan ribu orangutan tersebut berdasarkan
Surat Pengumuman Balai TN Tanjung Puting Nomor PG.04/T.18/TU/KSA/07/2021
tentang Penutupan Kembali Destinasi Wisata di Kawasan TN Tanjung Puting.
Pengumuman yang menyatakan bahwa tempat wisata memperpanjang periode
penutupan mengacu pada Surat Edaran (SE) Bupati Kotawaringin Barat Nomor
556/265/Dispar-IV Tanggal 31 Juli 2021.

SE Bupati Kotawaringin Barat memutuskan bahwa seluruh tempat wisata ditutup


hingga 15 Agustus mengikuti Arahan PPKM Level 3, Level 2, dan Level 1 untuk
mencegah penularan Covid-19 di kabupaten tersebut “Dalam rangka pencegahan
penularan Covid-19 di Kabupaten Kotawaringin Barat, perlu dilakukan penambahan
penutupan terhadap tempat wisata alam, wisata religi, wisata keluarga dan wisata buatan
(kolam renang, kolam pemancingan, agrowisata, dll) mulai tanggal 1 Agustus sd 15
Agustus, ” tulis SE tersebut. Ditutup pada 18 Juli 2021 sebelumnya, TN Tanjung Puting
sudah menutup kawasan wisatanya untuk sejak 18 Juli lalu hingga informasi lebih.
Mengutip Kompas.com , Kamis (15/7/2021), hal tersebut diumumkan oleh Balai TN
Tanjung Puting melalui sebuah unggahan pada akun Instagram mereka, Rabu
(14/7/2021). Penutupan tersebut dilakukan berdasarkan peningkatan penyebaran Covid-
19 di Kabupaten Kotawaringin. “Ibu Bupati Kotawaringin Barat memutuskan untuk
menutup semua destinasi wisata di wilayah Kabupaten terhitung mulai tanggal 18 Juli
2021,” tulis akun tersebut. Adapun, berdasarkan tanggal SE Bupati Kotawaringin Barat
Nomor 556/240/Dispar-IV 13 Juli 2021. SE Bupati Kotawaringin Barat tersebut juga
mengacu pada Instruksi Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 180.17/109/2021 tentang
Perpanjangan PPKM Mikro dan Mengoptimalkan Pos Penanganan Covid-19 Tingkat
Desa dan Kelurahan di Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

D. TANTANGAN MEMPERTAHANKAN ALAM TNTP

Taman Nasional Tanjung Putung (TNTP) terus berbenah dengan semangat untuk
menciptakan ruang bersama bagi alam, manusia dan satwa. Penciptaan ruang bersama
diarahkan agar keberadaan TNTP hanya sebagai kawasan konservasi, melainkan juga
sebagai pendorong kemajuan wilayah khususnya di Kabupaten Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah. "Mempertahankan kealamian ditengah laju pembangunan, itu
yang sedang kita lakukan dengan TNTP saat ini juga sedang ada wacana pemindahan
ibu kota negara Republik Indonesia ke Kalimantan Tengah. Kami juga sedang berusaha
menjadikan keberadaan TNTP sebagai salah satu motor pembangunan di Kabupaten
Kotawaringin Barat," ujar Helmi, Kepala Balai TNTP saat memberikan paparannya
dalam Kunjungan Jurnalistik dan Kunjungan Tematik Badan Koordinasi Kehumasan
(Bakohumas) oleh KLHK di Swiss Belhotel, Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.
Wisata alam di TNTP sudah sangat terkenal di dunia Internasional, hal ini dibuktikan
dengan kunjungan wisatawan mancanegara yang selalu lebih tinggi daripada wisatawan
domestik. Angka tahun 2018 menunjukan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke TNTP mencapai angka 18.834 orang, lebih tinggi dari wisatawan
domestik yang hanya 10.449 orang. Dari kunjungan ini TNTP dapat menyumbangkan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kepada negara sebesar 7,77 milyar pada tahun
2018. Wisata alam yang ada di TNTP terbukti dapat menjadi salah satu pendorong
pembangunan wilayah. Sebagai lokasi yang sangat baik untuk melihat habitat alami
Orang utan. Kawasan taman nasional seluas 415.040 ha terdapat sekitar 917 ekor Orang
utan (berdasarkan data inventarisasi satwa Balai Taman Nasional Tanjung Puting tahun
2016). Wisata alam TNTP ini telah membangun bisnis yang cukup besar yang ditandai
dengan tumbuhnya para pelaku pariwisata, antara lain adalah 22 Agen Association of
The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA)/Asosiasi Perusahaan Perjalanan
Wisata Indonesia, 127 Guide yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI), 96 Unit pengusaha kapal klotok wisata, 20 unit pemilik speedboat, dan 80 orang
tenaga pemasak gabungan yang tergabung dalam Tourist Cook Association (TCA) Kota
Waringin Barat. "Pelaku wisata di TNTP semakin meningkat, seperti pengelolaan
perahu kelotok dan tenaga pemasak," jelas Helmi. Wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke TNTP berasal dari berbagai negara di Benua Eropa dan Amerika, seperti
yang dominan berasal dari Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Italia, Kanada, New
Zeland, Polandia, dan Spanyol. Untuk kunjungan tertinggi berasal dari wisatawan asal
Spanyol. Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Djati Witjaksono Hadi sebagai
penyelenggara kegiatan Kunjungan Jurnalistik dan Kunjungan Tematik Bakohumas
menyebut jika keberadaan TNTP sangat penting terutama untuk konservasi Orang utan
yang merupakan spesies langka dan terancam punah. "TNTP adalah rumah untuk satwa
dilindungi seperti Orang utan, Bekantan, dan Lutung. TNTP juga merupakan pusat
rehabilitasi Orang utan pertama di Indonesia", ujar Djati saat membacakan Sambutan
Sekretaris Jenderal KLHK pada pembukaan kegiatan tersebut. Djati menambahkan
bahwa untuk mendukung fungsi Konservasi, pemerintah telah memiliki sekitar 500
kawasan konservasi alam yang tersebar di seluruh Indonesia. Kawasan konservasi alam
tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk seperti: cagar alam, suaka margasatwa, taman
nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, dan taman buru. Untuk taman nasional
sendiri saat ini ada 56 di seluruh Indonesia. TNTP dengan hutan rawa air tawar dan
hutan bakaunya juga merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai Ramsar Site, yaitu
kawasankawasan yang ditetapkan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah
di dunia. Penetapan Ramsar Site ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Indonesia
atas Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance,
khususnya sebagai Waterfowl Habitat) yaitu perjanjian internasional untuk konservasi
dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Kegiatan Kunjungan Jurnalistik dan
Kunjungan Tematik Bakohumas akan melakukan kunjungan lapangan ke TNTP dengan
mengunjungi Camp Leakey yang merupakan pusat rehabilitasi Orang utan yang berdiri
di kawasan TNTP. Untuk menuju ke Camp Leakey rombongan akan menawarkan
Sungai Sekonyer menggunakan perahu klotok.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya serta pembahasan berdasarkan


teori-teori yang bersangkutan mengenai pengembangan pariwisata, maka didapat
kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan pariwisata Tanjung puting khususnya di Kabupaten


Kotawaringin Barat cukup berkembang . Hal ini dapat dilihat dari jumlah
kunjungan wisatawan 4 tahun belakang dan adanya peningkatan jumlah pelaku
usaha di Kabupaten Kotawaringin Barat khususnya di Kawasan Taman Nasional
Tanjung Puting. Sedangkan pariwisata di Kabupaten Seruyan masih belum
berkembang. Belum ada manfaat yang diterima masyrakat dari kegiatan
pariwisata Taman Nasional Tanjung Puting. Belum adanya infrastruktur
pendukung dan akses menuju ke Taman Nasional Tanjung Puting menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi belum berkembangnya pariwisata di Kabupaten
Seruyan.
2. Pengembangan destinasi pariwisata di Taman Nasional Tanjung Puting masing-
masing memiliki aspek-aspek yang berbeda-berbeda untuk dikembangkan tetapi
pengembangan ini memiliki satu tujuan yang jelas yaitu menjadikan Taman
Nasional Tanjung Puting menjadi lebih baik. Pengembangan ini bisa dilakukan
mengingat masalah yang ada di tiap aspek akan menjadikan pengaruh yang
cukup besar.
3. Terdapat permasalahan yang cukup penting yang harus diperhatikan dalam
langkah pengembangan kawasan, yaitu rencana pengembangan TN Tanjung
Puting terletak di dalam delineasi 2 (dua) kabupaten (Kotawaringin Barat dan
Seruyan. Namun, di dalam pengembangan TN Tanjung Puting dan sekitarnya
baru menyentuh satu kawasan saja, yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat,
sedangkan untuk Kabupaten Seruyan masih belum ada pengembangan.
berdasarkan komponen kepariwisataan permasalahan dan isu-isu strategis
tersebut akan digunakan sebagai faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam analisis selanjutnya
yaitu analisis strategi pengembangan Taman Nasional Tanjung Puting dan
sekitarnya.
4. Pembangunan Pariwisata Tanjung Putting meliputi aspek destinasi, pemasaran,
industry yang tercantum pada UU No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional tahun 2010-2025. Pembangunan akan
memiliki konsep penggabungan antara ekowisata, wisata budaya, dan pariwisata
berbasis masyarakat. Hal ini beralasan karena Taman Nasional memiliki potensi
untuk dijadikan ekowisata dan Tanah Kalimantan yang memiliki beragam
kebudayaan yang dimilikinya dan masyarakat yang akan diarahkan untuk
mendapatkan pengalaman dan dampak positif bagi kehidupannya dengan adanya
pariwisata ini dan tidak hanya seperti dahulu masyarakat hanya menjadi
penonton dengan banyaknya tamu mancanegara ataupun nusantara di tanah
mereka, dan ini juga menjadi alasan terbaik untuk mengurangi ketergantungan
bekerja di perkebunan sawit.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Taman Nasional Tanjung Puting Di


Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah, Saran yang diberikan oleh
penulis terhadap penelitian ini antara lain:

1. Kawasan konservasi yang dijadikan wisata alam untuk berbagai aspek


kehidupan dimasyarakat, sehingga sangat tepat untuk dikembangkan, dampak
tersebut berupa keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar.
2. Pihak pengelola harus lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sekitar karena
tanpa adanya relasi yang baik antara pihak pengelola dan masyarakat maka
wisata alam ini akan mengalami kesulitan dalam berkembang karena masyarakat
merupakan tuan rumah dari sektor area dan juga masyarakat merupakan media
penyambung informasi bagi wisata alam ini.
3. Pihak pengelola agar selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
dampak buruk dari merusak alam dan ekosistemnya, agar masyarakat mampu
dan lebih memahami tentang dampak buruk dari merusak lingkungan dan
ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/4932/taman-nasionaltanjung-puting-
melestarikan-alam-dan-mendorong-pembangunanwilayah
https://m.traveloka.com/id-id/explore/destination/ragam-pesonataman-nasional-tanjung-
puting-acc/62514
https://katadata.co.id/redaksi/berita/61232a388fddc/sumber-dayaalam-manfaat-jenis-
dan-cara-melestarikannya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Tanjung_Puting
https://amp.kompas.com/travel/read/2021/08/03/110900227/tntanjung-puting-
perpanjang-penutupan-sampai-15-agustus-2021 https://www.jpnn.com/news/taman-
nasional-tanjung-puting-dorongpembangunan-wilayah
https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsikalimantan-tengah

Anda mungkin juga menyukai