Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sistem pengelolaan yang terdapat pada Taman Nasional Gunung Rinjani?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah mengindentifikasi manfaat pengelolaan Taman Nasional
Gunung Rinjani untuk menjaga konservasi dan kelestarian alam.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembentukan Taman Nasional
Terminologi taman nasional atau national park pertama kali digunakan ketika pada
tahun 1872 Konggres AS menyetujui legislasi pembentukan Yellowstone National Park, suatu
kawasan yang masih alami dengan keajaiban dan keunikan alam yang menakjubkan. Taman
nasional yang pertama di dunia ini ditetapkan atas usaha kolaborasi para environmentalis,
politisi, dan lobi pebisnis, terutama perusahaan kereta api Northern Pacific Railroad. Politisi
berargumen bahwa pembentukan jalur kereta api dapat membuka keterisolasian wilayah barat
yang relatif belum berkembang, sementara para pebisnis menilai pembangunan jalur kereta
api melalui kawasan yang indah dan secara legal ditetapkan sebagai taman nasional akan
memberikan bonus berupa daya tarik wisata, sehingga akan meningkatkan penumpang ke
wilayah barat.
Setelah pembentukan taman nasional yang pertama tersebut, selanjutnya segera
diikuti dengan pembentukan taman-taman nasional lainnya, termasuk di negara-negara lain di
dunia. Ditinjau dari latar belakang pembentukannya, penetapan suatu kawasan menjadi taman
nasional tidak terlepas dari adanya keunikan alam (flora, fauna, bentang alam, atau gejala
alam) yang dapat menjadi daya tarik wisata. Aspek keanekaragaman hayati baru mendapat
perhatian berikutnya, ketika pemahaman tentang pentingnya aspek keanekaragaman hayati
semakin berkembang. Semakin tingginya aktivitas manusia di dalam kawasan konservasi
telah mengakibatkan terganggunya integritas kawasan, terjadinya fragmentasi kawasan, dan
terganggunya proses-proses ekologis yang menjadi ciri keaslian kawasan. Semakin
banyaknya species flora dan fauna di luar kawasan yang mengalami kepunahan telah
menjadikan kawasan konservasi dan taman nasional sebagai benteng terakhir bagi
kelangsungan hidup species-species yang mulai langka.
Perkembangan selanjutnya, fokus pengelolaan kawasan taman nasional juga
bertambah kepada aspek biodiversity dan penelitian berbagai proses ekologis di dalamnya.
Pembentukan taman nasional di Indonesia sedikit banyak mengkopi konsep pembentukan
taman nasional di Amerika Serikat, dalam konteks proses pembentukannya. Sebagaimana
terjadi di Amerika Serikat, pembentukan taman nasional diawali dengan adanya
pengalokasian kawasan tertentu sebagai reserve land atau kawasan yang sengaja disisihkan
sebagai kawasan tutupan. Pada era tahun 80-an yang merupakan awal pembentukan taman
nasional di Indonesia,penetapan taman nasional dilakukan melalui perubahan status
pengelolaan terhadap kawasan-kawasan yang sebelumnya telah ditetapkan Pemerintah Hindia
Belanda sebagai suaka alam, suaka margasatwa, monumen alam, dan cagar alam.
Pengelolaan Taman Nasional
Berdasarkan P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Taman Nasional Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata
persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga,
perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta kehumasan. Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan
anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat, pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari,
pengamanan dan pengendalian kebakaran hutan, pemberantasan penebangan dan peredaran
kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan sarana prasarana, promosi,
bina wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya serta kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional.(Departemen
Kehutanan, 2007) P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Taman Nasional Pasal 31, Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan wilayah pada
Balai Taman Nasional dapat ditetapkan Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yang
merupakan jabatan non struktural dengan keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasional. (Departemen Kehutanan, 2007). Taman Nasional baik darat maupun perairan
sebagai kawasan pelestarian alam dengan ciri khas tertentu dan keunikan karakteristik
sumber daya alamnya telah ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Pertanian maupun
Kehutanan. Potensi sumber daya alamnya disiapkan bagi berbagai kepentingan dan manfaat
bagi kesejahteraan generasi mendatang secara lestari. Namun selama lebih dari dua puluh
tahun implementasi pengelolaannya di Indonesia belum menampakan prestasi keberhasilan
yang ideal. Hal ini diundikasikan dengan banyaknya masalah dan konflik yang terjadi dari
waktu ke waktu. Model pengelolaan yang ada saat ini adalah pengelolaan berbasis ekosistem,
spesies, pemberdayaan masyarakat maupun penetapan Taman Nasional Model serta
pembentukan Model Desa Konservasi bekan mampu menekan masalah yang ada secara
optimal. Sesuai fungsinya Taman Nasional merupakan penyedia sumber penghidupan dari
jasa lingkungan, wisata alam, keanekaragaman hayati, dan ekosistemnya belum dimanfaatkan
secara optimal, Isu konservasi sumber daya hayati di Indonesia yang disoroti saat ini adalah
masalah pengelolaan sumber daya alam terkait keanekaragaman hayati yang kritis dan
tangkap bakabili. Klasus untuk di daerah perairan, terdapat pula masalah pengembangan
teknologi, serta pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan terpadu yang kerap menimbulkan
konflik kepentingan

BAB III
PEMBAHASAN

Pengertian Taman Nasional Gunung Rinjani

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional merupakan salah
satu kawasan konservasi yang mengandung aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan
sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata dan minat khusus.
Kedua bentuk pariwisata tersebut yaitu ekowisata dan minat khusus, sangat prospektif dalam
penyelematan ekosistem hutan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahun
2011). taman nasional atau Lembaga konservasi yang di dalamnya terdapat lingkungan hidup
bagi para flora dan fauna. Sebagai contohnya Taman Nasional yang terdapat di Indonesia
adalah Taman Nasional Gunung Rinjani.

Taman Nasional Gunung Rinjani (disingkat TNGR) adalah salah satu taman nasional
di Indonesia. Letaknya di Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Taman
Nasional Gunung RInjani ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1990. Ekosistem
yang ada termasuk jenis hutan hujan tropika, hutan hujan pegunungan dan sub alpin. Taman
Nasional Gunung Rinjani mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasannya
dijadika sebagai tempat penelitian dan sumber pengumpulan plasma nutfah. Taman Nasional
Gunung Rinjani juga menjadi tempat wisata alam dan pendidikan.[2] Taman Nasional
Gunung Rinjani ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.280/Kpts-II/1997 dengan luas 40.000hA walaupun dilapangan
luasnya lebih dari 41,000hA. Di tahun 2007 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani m dalam tipe B.

Berdasarkan SK tersebut Taman Nasional Gunung Rinjani di bagi menjadi 2 (dua) wilayah
pengelolaan yaitu :

1. Seksi Konservasi Wilayah I Lombok Utara

Menangani wilayah Taman Nasional yang berada di Kabupaten Lombok Utara dengan luas
areal ± 12.357,67 Ha (30%) yang dibagi dalam 4 (empat) Resort (Torean, Senaru, Santong,
Aik Berik) dan beberapa Pos Jaga.

2. Seksi Konservasi Wilayah II Lombok Timur

Menangani wilayah Taman Nasional yang berada di Kabupaten Lombok Timur seluas ±
22.152,88 Ha (53%) dan terdiri dari 4 resort (Sembalun, Aikmel, Timbanuh, Tetebatu) serta
beberapa Pos Jaga .

Terbentuknya Taman Nasional Gunung Rinjani saat itu pada masa


pemerintahan Hindia Belanda, kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ditetapkan sebagai
Kelompok Hutan Rinjani. Penetapan ini diberlakukan oleh Gubernur Hindia Belanda pada
tanggal 9 september 1929. Gubernur Hindia Belanda kemudian mengubah statusnya menjadi
kawasan suaka margasatwa. Penetapannya diberlakukan tahun 1941. Statusnya ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Staatblaat Nomor 77 yang diterbitkan tanggal 12 Maret
1941. Pada tahun 1990, status suaka margasatwa diganti menjadi Taman Nasional Gunung
Rinjani. Penetapan berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Kehutanan No.
448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 maret 1990 . Waktu penetapan bersamaan dengan acara
Puncak Pekan Konservasi Alam Nasional ke-3 di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Status taman nasional kembali ditetapkan pada tahun 1997. Penetapannya berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997. Status
taman nasional kembali diperbarui melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No.298/Menhut-II/2005 tanggal 3 Agustus 2005.

Sistem pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani

Konsep kemitraan taman nasional melibatkan LSM, tokoh adat, tokoh agama, industri
pariwisata, trekking operator, pemandu gunung (guide dan porter) hingga masyarakat
disekitar kawasan. Bukan saja berhasil menjaga kelestarian warisan alam Dewi Rinjani, tapi
juga memberikan manfaat ekonomis bagi masyrakat disekitar kawasan. Saat ini tersedia ±84
sarana akomodasi berupa hotel dan homestay di pintu-pintu masuk pendakian. Hingga saat
ini telah terbentuk Forum Citra Wisata Rinjani yang mewadahi 80 Trekking Operator yang
memiliki Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam dan Forum Porter Guide Rinjani untuk
mewadahi ±1.400 orang porter dan guide yang menyediakan jasa pemanduan gunung di jalur
pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani.

Lebih lanjut pengelolaan pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani yang


berusaha mewujudkan pendakian yang aman dan nyaman bekerjasama dengan PT. Asuransi
Jiwa Syariah Amanah Githa untuk menyediakan asuransi bagi pendaki dan pemandu gunung
yang melakukan kegiatan pendakian. Selain itu guna meningkatkan pelayanan wisata juga
bekerjasama dengan Edelweiss Medical Help Canter dalam melakukan kegiatan SAR pada
kecelakaaan pendakian. Dalam pelaksanaan tugasnya Taman Nasional Gunung Rinjani
didukung juga oleh adanya Masyarakat Mitra Polhut, Masyarakat Peduli Api dan Kader
Konservasi serta beberapa kelompok masyarakat lainnya di Desa Penyangga.
Konsep kemitraan pengelolaan di Taman Nasional Gunung Rinjani dengan tata
kelola ini bisa berhasil karena ada manfaat langsung yang diterima oleh masyarakat.
Keberhasilan tata kelola berbasis kemitraan itu berhasil membawa Taman Nasional Gunung
Rinjani meraih penghargaan Destination Stewardship Award pada tahun 2004 dari
Conservation International dan National Geographic Travelers. Pada tahun 2005 Taman
Nasional Gunung Rinjani mendapat nominasi (3 besar) penghargaan “Tourism For
Tomorrow Award 2005” kategori “Destination Award” dari World Travel & Tourism for
Tomorrow Award 2007. Pada tanggal 25 Juli 2018 pulau Lombok (Cagar Biosfer Rinjani -
Lombok) ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfer baru, dimana kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani sebagai area intinya. selain itu kawasan Rinjani (Geopark Rinjani
Lombok) juga telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark yang baru pada tanggal 17
April 2018. Sederet upaya untuk menjaga kelestarian Taman Nasional Gunung Rinjani itu
terkait dengan peranan besar dari Gunung Rinjani sebagai penyuplai sumber daya air utama
bagi masyarakat di Pulau Lombok.

Sistem pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani dan sistem tiket Taman Nasional
Gununng Rinjani

Prosedur Pendakian Gunung Rinjani:


1. Wajib registrasi melalui aplikasi eRinjani. Jika menggunakan penyedia jasa pramuiwsata
maka registrasi melalui penyedia jasa pramuwisata tersebut.
2. Apabila menggunakan jasa guide (minimal 1 guide mendampingi 6 orang pendaki
nusantara) dan atau porter lokal (1 orang porter maksimal melayani 3 orang pendaki dengan
beban maksimal 25 kg/porter) yang memiliki kartu izin dari Kepala Balai TNGR.
3. Registrasi online dilakukan calon pendaki atau penyedia jasa pramuwisata secara
perorangan atau kelompok sesuai kartu identitas masing-masing yang masih berlaku
(KTP/KK).
Calon pendaki perlu mengetahui tarif pendakian atau harga tiket pendakian Gunung Rinjani.
Harga karcis masuk untuk melakukan pendakian Gunung Rinjani berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
Adapun harga tiket pendakian Gunung Rinjani dibedakan menjadi 2:
Dikutip dari laman resmi rinjaninationalpark.id, harga tiket pendakian Gunung Rinjani yakni:
a. Pendaki Indonesia Rp 5.000/hari.
b. Pendaki kewarganegaraan lain Rp 150.000/hari.

Anda mungkin juga menyukai