MAKALAH
PENGANTAR BISNIS
DOSEN PENGAMPU:
3. ROHMANIYAH (21622011179)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
TAHUN 2021
Page |2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul
"MOTIVASI, KEPEMIMPINAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL" dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “MOTIVASI,
KEPEMIMPINAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL” bagi para pembaca dan juga
bagi kami sebagai penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khotimmah selaku dosen Mata Kuliah
Penantar Bisnis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
Kelompok 6
Page |3
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran/kritik................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22
Page |4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut French dan Raven, sebagaimana dikutip Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995),
motivasi is the set of forces that cause people to behave in certain ways.Perilaku yang
diharapkan untuk ditunjukkan oleh tenaga kerja untuk perusahaan adalah kinerja
terbaik. Kinerja terbaik menurut Griffin (2000) ditentikan oleh 3 faktor, yaitu : motivasi,
kemampuan, dan lingkungan pekerjaan. Motivasi adalah sesuatu yang tidak dapat
diukur dan tidak kasat mata.
Teori Motivasi
1. Teori Kepuasan
Berhubungan dengan upaya mengidentifikasi apa yang terdapat di dalam diri seseorang
atau lingkungan kerja yang mendorong dan mempertahankan perilaku
2. Teori Proses
Perspektif kebutuhan
a. Kebutuhan faal
c. Kebutuhan social
Konsep kebutuhan Maslow tersebut mengatakan bahwa bila pada suatu saat semua
kebutuhan tersebut ada dan secara minimal saja belum terpuaskan, maka kebutuhan
kelompok pertama (faal) akan terasa paling kuat tuntutannya. Baru setelah kelompok
faal tersebut terpuaskan secara minimal, akan terasa tuntutan dari kelompok kedua
(perasaan aman). Demikian seterusnya sampai kebutuhan-kebutuhan kelompok lainnya.
Dengan kata lain, terpuaskannya suatu kebutuhan akan selalu disusul oleh kebutuhan
tingkat selanjutnya (tidak pernah terpuaskan).
ERG merupakan sinkatan dari Existence, Realedness, dan Grouth. Teori ini
deperkenalkan oleh Clayton Alderfer. Pada dasarnya Alderfer setuju dengan Maslow
Page |7
bahwa kebutuhan manusia atau individu yang mendorong seseorang untuk termotivasi
dalam melakukan sesuatu bersifat hierarkis atau memiliki tingkatan, namun Alderfer
memiliki 2 perbedaan dibandingkan dengan Maslow. Perbedaan pertama adalah bahwa
Alderfer hanya membagi tingkatan kebutuhan manusia menjadi kebutuhan Existence
atau kebutuhan mendasar manusia untuk bertahan hidup (seperti kebutuhan fisik dan
keamanan dari Maslow), kebutuhan Relatedness atau kebutuhan melakukan interaksi
dengan sesama, kebutuhan Grouth atau kebutuhan untuk menyalurkan kreativitas dan
bersiakp produktif. Dapat diaktakan teori kebutuhan erg dari Alderfer ini merupakan
versi lain dari tingkatan kebutuhannya Abraham Maslow.
Teori Heizberg yang menyatakan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan muncul dari dua
factor yang berbeda:
Teori Keadilan
Suatu teori motivasi keja yang menekankan peran yang dimainkan oleh keyakinan
seseorang akan keadilan dan kejujuran dari penghargaan dan hukuman dalam
menentukan prestasi dan kepuasan kerjanya.
Perspektif Pengharapan
Menurut teori ini, motivasi seseorang ditentukan oleh nilai-nilai antisipasi dari
semua akibat (positif dan negative) dari aksi yang diperbanyak oleh kekuatan dari
pengharapan orang bahwa akibat tersebut akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Page |8
E = kemungkinan bahwa suatu aksi tertentu akan menarahan pada hasil yang
diharapkan
1. Valensi bernilai nol (0) bagi mereka yang tidak memperdulikan pencapaian tujuan
2. Valensi bernilai positif bagi mereka yang senang mencapai hasil tertentu daripada
tidak mendapatkan apa-apa
3. Valensi negative untuk mereka yang lebih senang tidak menghasilkan sesuatu
Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa seseorang akan bekerja usaha maksimum
apabila dirasakan bahwa hasil yang akan dicapai sesuai dengan usahanya, sebaliknya
orang akan bekerja dengan usaha yang minimum apabila dirasakan bahwa hasil yang
akan dicapai tidak sesuai dengan usahanya.
Perspektif penguatan
Pendekatan pada motivasi berdasarkan “Hukum Pengaruh” ide bahwa tingkah laku
dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkat laku dengan
konsekuensi negative cenderung untuk tidak diulang.
Jika para manajer memahami benar tingkat kepentingan dari model pengharapan ini.
Maka prinsip dasar dari prespektif penguatan (reinforcement perspective) mengenai
motivasi berangkat dari kerangkat pikir B.F. Skinner, seorang pesikolog yang
menerangkan bahwa tindakan akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima
akibat perilaku yang dilakukan dimasa lalu.
Kerangka pikir ini bermula dari adanya stimulasi atau faktor pendorong bagi
seseorang untuk berbuat. Katakanlah ada tugas yang dibebankan kepada pegawai.
Stimilasi ini kemudian ditindaklanjuti melalui respon oleh pegawai dengan bekerja
secara cepet, giat, dan tepat sesuai dengan apa yang ditugaskan kepadanya. Jika
kemudian pegawai tersebut mendapat perilaku positif sebagai akibat dari respons yang
diberikan olehnya, maka respon selanjutnya yang akan ditunjukkan mungkin juga akan
positif. Katakanlah jika pegawai tersebut pendapatkan puian dan bonus akibat kinerja
yang telah ditunjukkan, maka sangat mungkin respon berikutnya yang akn terjadi adalah
Page |9
pegawai tersebut akn bekerja lebih baik karena dirinya telah mengalami perlakuan
positif di masa lalu akibat tindakan positif telah dilakukannya. Tapi jika pegawai
tersebut mendapatkan perlakuan negative, katakanlah kinerja baik yang telah
ditunjukkan olehnya ternyata tidak mendapatkan penghargaan positif, bahkan mungkin
penghargaan yang negative, maka sangat mungkin respon berikutnya pegawai tersebut
tudak akan menunjukkan kinerja baik. Dirinya akan berpikir sia-sia saja berkinerja baik
tetapi tidak mendapatkan perlakuan yang baik.
Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt adalah diantara para teoritis yang
menguraikan beragai faktor yang mempengaruhi pilihan gaya kepemimpinan oleh
manajer. Mereka mengemukakan bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga
kumpulan ”kekuatan” sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :
Telah terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah ada
gaya kepemimpinan normative atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada
gagasan bahwa gaya ideal itu ada, yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan
dalam penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipasif dan
memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas. Gagasan ini didukung oleh
beberapa penelitian dalam kepemimpinan yang dilakukan dari tahun 1940 sampai 1950,
bahkan sampai tahun 1960-an, oleh McGregor, Likert, Lewis, serta Blake Mouton.
Penelitian-penelitian teori motivasi sebelumnya juga mendukung bahwa pendekatan
manajemen partisipasif sebagai yang ideal. Banyak para praktisi manajemen merasa
konsep-konsep tersebut membuat paningkatan prestasi dan perbaikan sikap.
A. Pendekatan kepemimpinan
Pemikiran dan penelitian sekarang mendasar pada pendekatan ketiga, yaitu pandangan
situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini mengangggap bahwa kondisi yang
P a g e | 11
Para teoritis kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang
aspek kepemimpinan. Mereka percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya.
Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang , tetapi cenderung mencakup energy,
pandangan, pengetahuan, dan kecerdasa, imajinasi, kepercayaan diri, integritas,
kepandaian berbicara, pengandalian dan keseimbangan mental maupun emosional,
bentuk phisik, pergaulan social dan persahabatan, dorongan, antusiasme, berani, dan
sebagainya.
Usaha sistematik pertama yang dilakukan oleh para psikolog dan para peneliti lainnya
untuk memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sifat emimpin.
Sebagian besar penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan ini bermaksu untuk 1)
membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang
menjadi pengikut, dan 2) mengidentifikasikan cirri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh
para pemimpin efektif. Berbagai studi pembandingan sifat-sifat pemimpin dan bukan
pemimpin sering menemukan bahwa pemimpin cenderung lebih tinggi, mempunyai
tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih ramah, dan lebih percaya diri dari pada yang lain
dan mempunyai kebutuhan akan kekuasaan lebih besar. Tetapi kombinasi sifat-sifat
tertetu yang akan membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut,
belum pernah ditemukan. Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat-sifat
kepemimpinan bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang itu dilahirkan
membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin.
Seorang peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-
sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut
adalah sebagai berikut :
Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan 4 ciri sifat utama yang mempunyai pengaruh
terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi :
kecerdasan, kedewasaan dan keluasan hubungan social, motivasi diri dan dorongan
berprestasi , dan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Fungsi-fungsi Kepemimpinan
saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok
lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
Aspek kedua tentang perilaku kepemimpinan adalah memusatkan pada gaya pemimpin
dalam hubungannya dengan bawahan. Ada dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan
orientasi tugas (task-oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented).
Anggapan-anggapan Teori X
1. Rata-rata pembawaan manusia adalah malas atau tidak menyukai pekerjaan dan
akan menghindari bila mungkin.
Anggapan-anggapan Teori Y
1. Penggunaan uasaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia,
seperti bermain atau istirahat.
4. Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima
tetapi mencari tanggungjawab.
P a g e | 14
5. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas dalam
penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh
karyawan.
6. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi
kehidupan industry modern.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi situasi kepemimpinan. Mary Parker Follett,
yang mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis yang
mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu: pemimpin, pengikut atau bawahan, dan situasi.
Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi, seperti ditunjukkan gambar dibawah
ini. Follet uga menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada
kelompok dan bukan berorientasi pada kekuasaan.
Faktor makro ;
2. Industry
3. Kondisi perekonomian
4. Organisasional
P a g e | 15
Faktor mikro :
3. Perilaku kepemimpinan
Suatu teori kepemimpinan yang kompleks dan menarik adalah contingency model of
leadership effectiveness dari Fred Fiedler. Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa
efektivitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian
pemimpin dan situasi. Situasi dirumuskan dengan dua karakter yaitu : derajat situasi
dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi, dan derajat
situasi yang menghadapkan manajer dengan ketidakpastian. Fiedler mengidentifikasikan
ketiga unsur dalam situasi kerja ini untuk membantu menentukan gaya kepemimpinan
mana yang akan efektif yaitu hubungan pimpinan anggota, struktur tugas, dan posisi
kekuasaaan pemimpin yang didapatkan dari wewenang situasional lainnya, seperti
motivasi dan nilai-nilai bawahan, pengalaman pemimpin dan anggota kelompok.
Situasi dinilai dalam istilah situasi yang menguntungkan atau yidak menguntungkan.
Situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan apabila dikombinasikan dengan
gaya kepemimpinan berorientasi tugas akan efektif. Bila siyuasi yang menguntungkan
atau tidak menguntungkan hanya moderat, tipe pemimpin hubungan manusiawi atau
toleran dan kunak akan sangat efektif. Akan memperjelas bagaimana gaya
kepemimpinan efektif bervariasi dengan situasi.
Secara singkat, hubungan industrial merupakan sebuah hubungan yang terbentuk antara
pihak-pihak yang terlibat dalam proses berjalannya suatu usaha. Pengertian hubungan
industrial tertuang pada Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 1
ayat 16 yang berbunyi:
“Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Disebutkan di dalam Undang-Undang tersebut bahwa terdapat tiga pihak yang memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Pihak-pihak tersebut adalah pekerja, perusahaan, dan
pemerintah.
P a g e | 16
Fungsi bagi ketiga pihak tersebut sudah diatur dalam UU Ketenagakerjaan No. 13
Tahun 2003 Pasal 102. Berikut adalah masing-masing fungsi mereka dalam
menciptakan hubungan industrial yang harmonis.
Pemerintah
Dalam hubungan industrial, pemerintah memiliki fungsi sebagai pihak yang membuat
kebijakan, memberikan pelayanan, serta mengawasi jalannya sebuah usaha. Selain itu,
pemerintah juga berhak menindak jika ada pihak yang melanggar aturan yang sudah
dimuat di peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Sementara itu, sebuah perusahaan memiliki fungsi untuk menjalin hubungan yang baik
dengan karyawan, mengembangkan usaha mereka, memberikan kesempatan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, serta memberi kesejahteraan untuk karyawan mereka.
Perusahaan juga sebisa mungkin harus menciptakan hubungan industrial yang harmonis
dengan karyawan. Perusahaan harus memastikan hak-hak karyawan terpenuhi sehingga
konflik bisa dihindari.
Dalam suatu hubungan antara pekerja dan perusahaan, terkadang konflik atau
perselisihan tidak bisa dihindari. Hal ini terjadi karena berbagai faktor tetapi biasanya
karena adanya perbedaan pendapat.
Sementara itu, menurut pasal 2 UU No.2 tahun 2004 jenis perselisihan industrial terbagi
menjadi empat jenis. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Perselisihan Hak
Perselisihan ini bisa muncul karena ada hak karyawan yang tidak dipenuhi oleh
perusahaan. Maka dari itu, perusahaan harus memastikan bahwa mereka dapat berlaku
adil dan memenuhi kewajiban mereka ke karyawan.
Perselisihan Kepentingan
Perselisihan ini dapat terjadi jika ada perbedaan pendapat antara karyawan maupun
perusahaan mengenai PHK yang diberlakukan oleh sepihak.
Ada beberapa tata cara penyelesaian masalah ketika terjadi perselisihan antara karyawan
atau serikat pekerja dengan perusahaan. Berikut adalah di antaranya.
Perundingan Bipartit
P a g e | 18
Perundingan Tripartit
Mediasi
Lewat mediasi, perselisihan dilakukan dengan cara musyawarah yang ditengahi oleh
satu orang atau badan tertentu, biasanya mediator berasal dari pihak Departemen
Ketenagakerjaan. Jika pada saat mediasi pihak-pihak yang terlibat mencapai
kesepakatan, maka akan dituangkan dalam Perjanjian Bersama dan didaftarkan di
Pengadilan Hubungan Industrial.
Konsiliasi
Arbitrase
Antara perusahaan dan serikat pekerja akan membuat kesepakatan tertulis berisi
pernyataan untuk menyelesaikan perselisihan pada arbiter. Keputusan yang dibuat
melalui arbitrase sifatnya final dan akan mengikat kedua pihak yang berselisih.
Jika kedua belah pihak menolak untuk menggunakan anjuran dari pihak ketiga, maka
perselisihan akan dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial.
Itulah tadi beberapa informasi terkait hubungan industrial yang terjadi antara
perusahaan, karyawan, dan juga pemerintah selaku yang membuat peraturan.
Dalam prakteknya, segala perselisihan yang terjadi di perusahaan akan ada HRD yang
menjembatani perusahaan dengan pihak karyawan.
P a g e | 20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan yang efektif juga dapat menentukan kinerja karyawan. Menurut
Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang
tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut :
3.2 SARAN/KRITIK
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pebahasan makalah
DAFTAR PUSTAKA
3. Agus Sabardi, Manajemen Pengantar, (UPP AMP YKPN), hlm 133, 142, 251
4. Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 235-
255
[2] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 235-236
[4] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 254
[5] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 240
[6] Agus Sabardi, Manajemen Pengantar, UPP, AMP, YKPN, hlm 133
[7] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 242
[10] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 248
[12] Agus Sabardi, Manajemen Pengantar, UPP, AMP, YKPN, hlm 142
[14] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 251-252
[15] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, hlm 255