di Hutan Kemasyarakatan
Oleh:
H. LALU PURWANA, S. ST
NIP. 196805131998031008
Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang
karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat
yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita
sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua kalinya tak lupa pula kita
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul
rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam yang
dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Saya haturkan banyak terima kasih kepada kepala balai pelangan
tastura, rekan-rekan penyuluh kehutanan dan para masyarakat yang turut
membantu dalam penyusunan karya tulis yang berjudul “Budidaya Kemiri
(Aleurites moluccanus) di Hutan Kemasyarakatan”.
Kritik serta saran yang membangin dari para pembaca yang budiman
sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan mamfaat bagi
kita semua dan saya selaku penyusun memohon maaf apabila ada suatu
khilaf atau kesalahan.
H. LALU PURWANA, S. ST
NIP. 196805131998031008
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Hutan Kemasyarakatan 3
B. Budidaya Tanaman Kemiri di Hutan Kemasyarakatan 3
C. Mamfaat Tanaman Kemiri 4
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Penutup 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pembangunan kehutanan telah mengalami
perkembangan sejalan dengan adanya UU 32/2004 tentang otonomi
daerah, yaitu yang semula bersifat sentralistik menjadi bersifat
desentralistik. Adanya desentralisasi di bidang kehutanan memberikan
peluang yang besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pengelolaan hutan dan diharapkan hutan dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar hutan. Konsep pembangunan
hutan berbasis masyarakat (PHBM) merupakan konsep pembangunan
hutan yang diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Salah satu bentuk
pembangunan hutan berbasis masyarakat adalah hutan
kemasyarakatan (Hkm).1
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
No.P-88/Menhut-II/2014, hutan kemasyarakatan yang disingkat pula
sebagai HKm adalah hutan negara yang pemanfaatannya ditujukan
untuk pemberdayaan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam
maupun di sekitar kawasan hutan.2 Kawasan hutan yang dapat
ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan adalah kawasan
hutan lindung dan kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak
atau izin. Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm)
dikeluarkan oleh Bupati atau Gubernur untuk lintas kabupaten.
IUPHKm merupakan izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan
1
Ryke Nandini, “PADA HUTAN PRODUKSIDAN HUTAN LINDUNG DI PULAU LOMBOK ( Study of
Community Forest ( HKm ) Management on Production Forest and Protected Forest in Lombok
Island ),” Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 10, no. 2 (2013): 43–55, http://ejournal.forda-
mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHT/article/view/100/95.
2 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Hutan Kemasyarakatan, (diakses 17
1
sumber daya hutan pada kawasan hutan lindung dan atau kawasan
hutan produksi. IUPHKm diberikan untuk jangka waktu 35 (tiga puluh
lima) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan hasil evaluasi setiap
5 (lima) tahun (Permenhut P. 88/MenhutII/2014).3
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini penyusun dan
pembaca dapat mengetahui terkait dengan hutan kemasyarakatan,
jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan di hutan
kemasyarakatan dan mamfaat dari tanaman kemiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hutan kemasyarakatan?
2. Jenis tanaman apakah yang cocok untuk dibudidayakan di hutan
kemasyarakatan?
3. Apa saja mamfaat yang dimiliki oleh tanaman kemiri
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hutan kemasyarakatan.
2. Untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan
di hutan kemasyarakatan.
3. Untuk mengetahui mamfaat tanaman kemiri.
3Wawan Septiawan, Indriyanto Indriyanto, and Duryat Duryat, “Species, Density, and
Canopy Stratification of Social Forestry of the Farmers Group Rukun Makmur 1 in Register
30 Mount Tanggamus Lampung,” Jurnal Sylva Lestari 5, no. 2 (2018): 88.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hutan Kemasyarakatan
Hutan Kemasyarakatan (HKm), yaitu hutan negara yang
pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat
setempat. Hutan Tanaman Rakyat (HTR/IPHPS), adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok
masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan silvikultur dalm rangka menjamin kelestarian
sumber daya hutan. Hutan Adat (HA), dimana hutan ini adalah hutan
yang berada di dalam wilayah masyarakat hutan adat. Skema terakhir
adalah Kemitraan Kehutanan, dimana adanya kerjasama antara
masyarakat setempat dengan pengelola hutan, pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan hutan, jasa hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan atau
pemegang izin usaha industri primer hasil hutan.4
B. Budidaya Tanaman Kemiri di Hutan Kemasyarakatan
Pemanfaatan hutan sebagai HKm yang sebagian besar
digunakan untuk kegiatan penanaman merupakan langkah yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar.5 Salah satu jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di hutan
ke masyarakatan adalah tanaman kemiri. Tanaman kemiri atau juga
dikenal dengan nama latin Aleurites moluccana merupakan tumbuhan
yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-
rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan
termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan
3
antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta
candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree.
Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk
digunakan sebagai bahan campuran cat.
4
pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa meminta orang lain untuk
kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga,
sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui) dijadikan
pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo. Biji
kemiri memiliki minyak yang dapat dipakai sebagai bahan bakar untuk
menyalakan lampu pelita di malam hari.8
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk
memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing
pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar
15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat.
Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak
diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak
yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu,
sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun,
bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. selain dari pada
itu tanaman ini juga dapat digunakan sebagai obat-obatan tradisional di
daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan
tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut).
Bijinya dapat digunakan sebagai pencahar. Di Jepang, kulit kayunya
telah digunakan untuk mengobati penyakit tumor. Di Sumatra, bijinya
dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk
menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk
mengobati diare atau disentri. Kemiri juga sering ditanam sebagai
pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai peneduh di
pekarangan, dan juga untuk pohon hias.
8Arief, Andi. "Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Hutan Kemiri Rakyat di Kabupaten Maros
Sulawesi Selatan." Jurnal Hutan dan Masyarakat, vol. 3, no. 2, 2008.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan Kemasyarakatan (HKm), yaitu hutan negara yang
pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat
setempat. Salah satu jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di hutan
ke masyarakatan adalah tanaman kemiri. Tanaman kemiri atau juga
dikenal dengan nama latin Aleurites moluccana merupakan tumbuhan
yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-
rempah. Selain dari pada itu tanaman kemiri juga dapat digunakan
sebagai obat-obatan tradisional. Misalnya, di Sumatra, bijinya dibakar
dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk menyembuhkan
diare.
B. Saran
Kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
sangatlah diharapkan untuk membuat karya tulis ini menjadi lebih baik.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal
litbang/index.php/JPHT/article/view/100/95.
https://doi.org/10.29303/jbl.v3i1.375.
utama/hutan-kemasyarakatan/
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Perhuatanan
2021), https://www.kominfo.go.id/content/detail/10564/perhutanan-
sosial-kini-masyarakat-legal-mengelola-hutan/0/artikel_gpr
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiri
8
LAMPIRAN