Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN HHBK KAYU MANIS UNTUK KESEHATAN

NAMA
Christine Panda Huki
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat -Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik. Judul makalah ini
“Pemanfaatan HHBK Kayu Manis untuk Kesehatan”. Makalah ini berisi tentang
pemanfaatan kayu manis.
Penulis menyadari bahwa mkalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan
saran sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini baik dari segi teori, metode, dan
analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi penulis selanjutnya

Kupang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1. Latarbelakang.......................................................................................

1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

2.1. HHBK.............................................................................................

2.2 KLASIFIKASI KAYU MANIS

2.3 MANFAAT KAYU MANIS

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Hasil hutan bukan kayu atau HHBK merupakan sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan
atau dipungut oleh masyarakat sekitar hutan serta memiliki nilai . HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan fan budidaya kecuali kayu
yang berasal dari hutan. Ada berbagai macam komoditi HHBK yang ditetapkan oleh SK
Mentri salah satunya adalah kayu manis. Walaupun produk HHBK Kayu manis
berpengaruh bagi mata pencaharian, penambahan pendapatan dan ekonomi lokal masyarakat
sekitar atau dalam kawasan hutan namun bukan menjadi komoditas utama bagi petani.
Ketersediaan kayu manis secara teratur menjadi sesuatu yang penting untuk menjaga
kelestarian dan pendapatan petani.
Beberapa jenis komoditas HHBK telah lama dimanfaatkan dan diusahakan dalam mencukupi
kebutuhan hidup oleh masyarakat sekitar hutan di Indonesia. Jenis-jenis komoditas HHBK
terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu resin, minyak atsiri, minyak lemak, pati dan buah-
buahan, tanin, bahan pewarna dan getah, tumbuhan obat dan tanaman hias, palma, bambu,
alkaloid dan lainnya serta hasil hewan . berdasarkan standar klasifikasi HHBK terdapat 2
kelompok hasil hutan bukan kayu kelompok I terdiri dari hasil hutan bukan kayu yang berasal
dari tumbuhan, hewan dan mineral, sedangkan kelompok II yaitu jasa. Hasil hutan bukan
kayu yang berasal dari tanaman termasuk rempahrempah dan bumbu. Tanaman Kayu manis
termasuk salah tanaman yang termasuk dalam kelompok rempah-rempah dan bumbu.
Indonesia sudah lama mengembangkan tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan
merupakan salah satu komoditi rempah yang diperdagangkan. Sampai saat ini kayu manis
masih diperdagangkan di pasar regional dan internasional, yang di ekspor melalui Penang
Malaysia dan Singapura. Sumatera Barat dan Jambi merupkan daerah sentra produksi kayu
manis, dan merupakan salah satu komoditi unggulan baik sebagai rempah ataupun kesehatan..
Sehingga Makalah ini bertujuan untuk mengetahui manfaat kayu manis bagi kesahatan,

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belalang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu HHBK?
2. Klasifikasi kayu manis?
3. Bagaimana kandungan kimia kayu manis?
4. Bagaimana manfaat kayu manis bagi kesehatan?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuannya sebai berikut:
1. Mengetahui pengertian HHBK
2. Mengetahui klasifikasi kayu manis
3. Mengidentifikasi kandungan kimia pada kayu manis
4. Mengidentifikasi manfaat kayu manis bagi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HHBK

2.1.1Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah jenis tanaman yang tumbuh,
baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Walaupun peranan HHBK sudah
dirasakan masyarakat sebagai salah satu sumber pendapatan, namun sistem
pengelolaanya masih bersifat tradisional sehingga kualitas yang dihasilkan
masih jauh dari standar yang diharapkan dan harganya tergolong masih rendah
(Sakala,Nugroho, dan Nurrochnat, 2012). HHBK atau Non-Tinber Forest
product memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK merupakan salah satu
sumber daya tan yang memiliki keunggulan yang kooparatif dan
bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan (Moko,2008).

2.1.2 Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu

Jenis Penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan pilihan yang paling logis,
karena di kawasan hutan lindung pemanfaatan kayu tidak diperbolehkan. Jenis hasil hutan
ini sangat baik untuk dikembangkan karena dengan memanfaatkan hasil hutan
yang bukan kayu, kita telah mengurangi emisi karbon. Selain itu pengembangan
HHBK pun sangat strategis karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar hutan, memperluas lapangan pekerjaan, peningkatan nilai tambah dan
pendapatan negara, serta pemerataan pembangunan daerah.

Saat ini tercatat 565 jenis HHBK dan baru diprioritaskan pada komoditi rotan,
bambu, gaharu, sutera alam, madu, dan nyamplung. Sebanayak 565 jenis HHBK
ini secara garis besar dibedakan atas jenis resin, minyak atsiri, minyak lemak,
karbohidrat, buah-buahan, tanin dan getah, tanaman obat dan hias, rotan dan
bambu, hasil hewan, jasa hutan, serta lainnya.

Masyarakat hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu baik


dikonsumsi secara langsung seperti binatang buruan, sagu, umbi-umbian,
buah-buahan, sayursayuran, obat-obatan, kayu bakar dan lainnya, maupun
dipasarkan untuk memperoleh uang seperti misalnya rotan, damar, gaharu,
madu, minyak atsari, dan lainnya (Primack, 1993). Pemanfaatan HHBK yang
lebih optimal didapatkan dengan jenis HHBK yang lebih beragam, sehingga
akan lebih banyak produk yang dapat dipasarkan. Hasil agroforestri dalam
suatu wilayah yang diverivikasi akan meningkatkan macam produk yang akan
dipasarkan, sehingga dapat diharapkan dapat menunjang perekonomian
masyarakat pedesaan (Wulandari, 2012). Brdasarkan hasil penelitian
penelitian Sumandiwangsa dan Setyawan (2001), ternyata HHBK tidak
terbatas hanya madu, rotan, damar, dan gaharu saja, akan tetapi juga
termaksuk hasil-hasil produksi turunannya termaksuk jasa lingkungan.
Menurut Departemen Kehutanan (2007) pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar berupa HHBK bertujuan agar jenis tumbuhan dan satwa liar dapat
didaya-gunaka secara lestari untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tujuan
pemanfaatan HHBK dalam pemberdayaan masyarakat didaerah penyangga
kawasan konservasi:
a. Meningkatkan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga.
b. Rehabilitasi lahan di daerah penyangga.
c. Mencegah erosi dan meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemgaturan tata air.
d. Mencegah / menekan laju perambahan hutan dan illegal logging.
e. Menjaga kawasan konservasi sesuai fungsinya.

2.1.3 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu


Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dapat membantu masyarakat
mendapatkan sumber mata pencharian yang lebih beragam tanpa merusak
hutan. Menurutt Irawati, Suka, dan Ekawati bahwa “ dengan menanam
berbagai jenis tanaman buah-buahan dan tanaman perkebunan, petani dapat
memenuhi seluruh kebutuhan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Namun kecukupannya sangat mempengaruhi oleh luasan lahannya.
Jangka waktu panen HHBK yang lebih singkat sangat besar perannya dalam
mempertahankan eksistensi hutan karena petani tetap mempunyai sumber
pendapatan dari lahan hutan. Selain itu, juga dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat lokal, bahwa pemanfaatan hutan tidak hanya dari kayunya
saja, melainkan dengan pemanfaatan buah-buahan seperti durian, mangga,
alpukat, serta hasil hutan lainnya seperti karet, atau rotan dan lain sebagainya
(Irawanti, Suka, dan Ekawati, 2012). Manfaat hutan dalam kelompok fungsi
sosial-budaya adalah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh hutan yang
dapat memenuhi kepentingan umum, terutaman bagi masyarakat di sekitar
hutan untuk berbagi kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Termaksuk dalam kelompok ini, misalnya penyediaan lapangan pekerjaan,
penyediaan lahan untuk bercocok tanam, penyediaan kayu bakar, serta
barbagai fungsi yang diperlukan dalam rangka melaksanakan pendidikan,
penelitian, serta untuk kegiatan budaya dan keagamaan (Suhendang 2002).
Jenis Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dilakukan oleh
masyarakat Adat Kesepuhan Sinar Resmi antara lain yaitu kayu bakar,
tumbuhan obat, tanaman hias, kerajinan tangan, buah-buahan dan pakan
ternak. Bagi masyarakat di sekitar hutan keberadaan kawasan hutan sangat
berarti bagi kelangsungan hidupnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi
kehidupan mereka (Birgantoro dan Nurrochmat, 2007).

2.2. KLASIFIKASI KAYU MANIS

Kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.) diklasifikasikan sebagai berikut :


Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Anak kelas : Magnoliidae
Bangsa : Laurales
Suku : Lauraceae
Marga : Cinnamomum
Jenis : Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.
2.2.1 MORFOLOGI KAYU MANIS
Morfologi tanaman kayu manis (Cinnamomum burmannii, Bl) terdiri dari
bagian tumbuhan yang berguna untuk mengambil dan mengolah zat hara seperti alat
hara (organum nutritivum), yang terdiri dari akar dan daun, semua ini disebut organ
pertumbuhan atau organ vegetatif. Bagian lain yang berfungsi untuk menghasilkan
organ perkembangbiakan untuk menghasilkan keturunan baru. Organ
perkembangbiakan atau alat untuk memperbanyak diri disebut, organum
reproductivum, misalnya: bunga, buah dan biji. Yang termasuk organum nutritivum
dan organum reproductivum pada tumbuhan kayu manis. (Arumningtyas, 2016)
1. Organum Nutritivum.
Tumbuhan Kayu manis tergolong tumbuhan kormus (organum nutritivum) dengan
ciri-ciri morfologinya (Harmoko, 2012) sebagai berikut:
a. Akar (radix): memiliki akar tunggang, berpembuluh dan berwarna kecoklatan
b. Batang (caulis)
Batang kayu manis berkayu, bercabang dan berwarna abu-abu tua. Kayunya
berwarna coklat muda dan berkulit halus. Kulit batang dapat dimafaatkan sebagai
bumbu masakan, kesehatan dan lain sebagainya. Kulit batang kayu manis memiliki
bau khas aromatik, rasa agak manis, agak pedas dan kelat. Pengamatan secara
makroskopik, potongan kulit berbentuk gelondong, gulung membujur, agak pipih atau
berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung
membujur; panjang sampai 1 m, tebal kulit 1 mm sampai 3 mm atau lebih. Permukaan
luar kulit yang tidak bergabusberwarna coklat kekuningan atau coklat sampai coklat
kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang dan bergaris-garis pendek
melintang yang menonjol atau agak berlekuk, sedangkan permukaan luar yang
bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang-kadang terdapat
bercak-bercak lumut kerak berwarna agak putih atau coklat muda. Permukaan dalam
kulit berwarna coklat merah tua sampai coklat kehitaman. Pengamatan secara
mikroskopik, kulit yang lapisanluarnya belum dibuang akan tampak lapisan epidermis
dengan kutikula berwarna kuning; lapisan gabus terdiri dari beberapa sel berwarna
coklat, dinding tangensial dan dinding radial lebih tebal dan berlignin; kambium
gabus jernih tanpa penebalan dinding. Korteks terdiri dari beberapa lapisan sel
parenchim dengan dinding berwarna coklat, diantaranya terdapat kelompok sel batu,
sel lendir dan sel minyak. Manfaat kulit kayu manis pada umumnya digunakan secara
tradisional baik sebagai bumbu masakan maupun sebagai bahan dalam pengobatan,
antara lain berkhasiat untuk mengatasi masuk angin, diare, dan penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan. Kayu manis juga memiliki aktivitas sebagai
antioksidan (Arumningtyas, 2016)
c. Daun (Folium)
Daun kayu manis (gambar 4) memiliki daun tunggal, berbentuk elips memanjang dan
kaku seperti kulit. Letak daun berseling, panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm. Panjang
daun 4-14 cm, dengan lebar 1,5-6 cm. Ujung runcing, tepi rata,permukaan atas licin
warnanya hijau, permukaan bawah bertepung dan warna keabu-abuan. Daun muda
berwarna merah pucat. (Arumningtyas, 2016)
2. Organum Reproduktivum
Organum reproduktivum kayu manis serta ciri-ciri morfologinya (Harmoko, 2012):
a. Bunga (Flos)
Bunga kayu manis (gambar 5) berkelamin dua atau bunga sempurna, dan berwarna
kuning. Ukuran sangat kecil, kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian.
Bunga tidak bertajuk bunga. Benang sari berjumlah 12 helai yang terangkai dalam
empat kelompok, kotak sari beruang empat, penyerbukan dibantu oleh serangga.
b. Buah (Fructus)
Buahnya seperti buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang.
Warna buah yang masih muda berwarna hijau tua, dan buah yang sudah tua berwarna
ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3- 1,6 cm, dan diameter 0,35-0,75 cm. Panjang biji
0,84-1,32 cm dan diameter 0,59-6,8 cm
2.2.3 SYARAT TUMBUH
1. Tanah
Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut,
akan tetapi akan berproduksi secara optimal pada ketinggian 500-900 dpl dan rata-rata
produksi 2,78 kg batang-1pada umur panen 6-8 tahun dengan kadar minyak 2-2,5%.
Sedangkan pada ketinggian tempat 300-400 dpl produksi kulitnya rendah dengan
ketebalan kulit 1,76 -2 mm (Daswir dan Suherdi, 1994). Jenis tanah yangsesuai untuk
pertumbuhan kayu manis adalah yang mempunyai humus, remah, berpasir dan mudah
menyerap air seperti tanah latosol, andosol dan juga tumbuh tanah ultisol dengan pH
5,0-6,5.
2. Iklim

Kayu manis akan tumbuh baik pada daerah beriklim tropis basah, tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Faktor iklim yang harus diperhatikan adalah: 1.) .Curah
hujan. Kayu manis menghendaki hujan merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup,
yaitu berkisar 2000-2500 mm/tahun. Apabila curah hujan terlalu tinggi
akanmenyebabkan rendemen menjadi rendah. 2). Suhu rata-rata 25°C dengan suhu
maksimum 27°C dan suhu minimum 18°C. 3). Kelembaban, 70-90%, semakin tinggi
Kelembaban maka pertumbuhan akan semakin baik. 4). Penyinaran. sekitar 40-70%
a. curah hujan
kayu manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun dengan
jumlah cukup, sekitar 2000 – 2500 mm/tahun.

b. suhu
daerah penanaman yang dikehendaki kayu manis sebaiknya bersuhu
rata-rata 25o C dengan batas maksimum 27oC dan minimum 18oC, tergantung
jenisnya.
c. kelembapan
kelembapan yang diinginkan kayu manis berkisar 70 – 90%.
d. sinar matahari
tanaman kayu manis tidak dapat tumbuh baikpada penyinaran penuh.
Sinar matahari yang dibutuhkan tanaman hanya sekitar 40-70%.
3. ketinggian tempat

Ketinggian tempat penanaman kayu manis dapat mempengaruhi


pertumbuhan tanaman serta kualitas kulit seperti ketebalan dan aroma. Kayu
manis dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2000 m dpl, tergantung jenis kayu
manis
4. topogafi

Lebih dari 75% areal penanaman kayu manis berada ditanah miring atau
lereng dan hanya 25% saja yang berada ditanah datar.
2.3 Kandungan Kimia kayu manis
Kandungan kimia dalam batang kulit kayu manis adalah minyak atsiri,
eugenol, safrole, sinamaldehide, flafonoid, triterponoid, saponin dan zat penyamak
(Arumningtyas, 2016).
a. Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah senyawa yang diekstrak dari tumbuhan. Senyawa
aromatik yang unik memberikan esensi karakteristik pada setiap minyak
yang dihasilkan. Minyak atsiri diekstraksi dari bunga, kulit kayu,
batang, daun, akar, buah-buahan, dan bagian tanaman lainnya dengan
berbagai cara.
b. eugenol
Eugenol adalah molekul fenolik alami yang ditemukan di tanaman
seperti kayu manis, cengkeh, dan daun salam. Eugenol telah digunakan
sebagai antiseptik topikal sebagai kontra-iritan. Juga digunakan dalam sediaan
gigi dengan seng oksida untuk penyegelan saluran akar dan pengendalian
nyeri.
c. Safrole
Safrole, juga disebut shikimol, adalah suatu fenilpropena. Zat ini adalah
cairan berminyak tidak berwarna atau agak kuning. Zat ini diekstrak secara
khas dari akar kayu atau buah tanaman sassafras dalam bentuk minyak
sassafras atau disintesis dari senyawa metilendioksi terkait lainnya.
d. Sinamaldehide
Cinnamaldehyde adalah salah satu senyawa kimia dalam kayu manis.
Senyawa tersebut dapat membantu mengontrol atau menyeimbangkan
hormon-hormon dalam tubuh jika di konsumsi secara teratur. Misalnya
dapat menurunkan kadar hormon progesteron dan menurunkan hormon
testosteron.

e. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa bioaktif yang banyak ditemukan
pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Flavonoid serupa
dengan antioksidan, yang memiliki beragam manfaat untuk tubuh Anda,
seperti dapat memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas. Suplemen
flavonoid juga diduga bisa mengurangi risiko kanker, hipertensi, dan
diabetes.

f. Triterponoid
Senyawa triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat
diisolasi dari tumbuhan, hewan ataupun jamur. Senyawa ini memiliki
berbagai bioaktifitas, diantaranya yaitu antikanker, antiinflamasi,
antioksidatif, antivirus, antibakteri dan antijamur
g. Saponin
Saponin adalah jenis senyawa kimia yang berlimpah dalam berbagai
spesies tumbuhan. Senyawa ini merupakan glikosida amfipatik yang dapat
mengeluarkan busa jika dikocok dengan kencang di dalam larutan.
Busanya bersifat stabil dan tidak mudah hilang.

h. zat penyamak
Penyamakan adalah suatu rentetan pengerjaan pada kulit dengan zat-zat
atau bahan-bahan penyamak sehingga kulit yang semula labil terhadap
pengruh kimia, fisis, dan biologis menjadi stabil pada tingkat tertentu
2.4. MANFAAT KAYU MANIS BAGI KESEHATAN
1. Kaya akan Antioksidan
Antioksidan berfungsi melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh radikal bebas. Kayu manis sarat antioksidan yang kuat,
seperti polifenol Menurut sebuah penelitian yang membandingkan aktivitas
antioksidan dari 26 rempah-rempah, bahkan kayu manis mengungguli
'makanan super' seperti bawang putih dan oregano.

3. Kayu Manis Memiliki Sifat Anti-Inflamasi


Sifat anti-inflamasi membantu tubuh melawan infeksi dan
memperbaiki kerusakan jaringan. Namun, peradangan bisa menjadi masalah
ketika kronis atau justru melawan jaringan tubuh sendiri. Studi menunjukkan,
selain antioksidan yang tinggi, kayu manis juga memiliki sifat anti-inflamasi
yang kuat. Namun, sebelum menggunakannya, disarankan untuk berkonsultasi
terlebih dahulu.
4. Menurunkan Risiko Penyakit Jantung
Kayu manis telah dikaitkan dengan pengurangan risiko penyakit
jantung.  Kabar baiknya, 1 gram atau sekitar setengah sendok teh kayu manis
per hari telah terbukti memiliki efek yang baik saat pemeriksaan darah bagi
penderita diabetes 8tipe 2. Tidak bisa dipungkiri, diabetes memang berkitan
dengan penyakit jantung. Apalila kadar gula yang tinggi dan dibiarkan tidak
terkontrol bisa meningkatkan risiko penyakit jantung menyerang. Pasalnya,
glukosa berlebih yang mengalir dalam darah bisa merusak pembuluh darah
dan pada akhirnya memicu serangan jantung. Selain itu, kayu manis dapat
mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL 'jahat' dan trigliserida,
sementara kolesterol HDL 'baik' tetap stabil.
5. Meningkatkan Sensitivitas terhadap Hormon Insulin
Insulin merupakan salah satu hormon utama yang mengatur
metabolisme dan penggunaan energi. Hormon ini juga penting untuk
mengangkut gula darah dari aliran darah ke sel-sel di seluruh tubuh.
Masalahnya, banyak orang yang kebal terhadap efek insulin, atau yang lebih
dikenal sebagai resistensi insulin, ciri khas dari kondisi serius seperti sindrom
metabolik dan diabetes tipe 2. Nyatanya, kayu manis dapat mengurangi
resistensi insulin, membantu hormon penting ini melakukan tugasnya. Dengan
meningkatkan sensitivitas insulin, kayu manis dapat menurunkan kadar gula
darah.

6. Menurunkan Kadar Gula Darah dan Memiliki Efek Anti Diabetes yang
Kuat
Kayu manis terkenal karena sifat penurun gula darahnya. Terlepas dari
manfaatnya pada resistensi insulin, kayu manis dapat menurunkan gula darah
dengan beberapa mekanisme lain. Pertama, kayu manis telah terbukti
mengurangi jumlah glukosa yang masuk ke aliran darah setelah makan. Ini
dilakukan dengan menggunakan sejumlah enzim pencernaan, yang
memperlambat penguraian karbohidrat di saluran pencernaan Anda. Kedua,
senyawa dalam kayu manis dapat bekerja pada sel dengan meniru insulin.
Cara ini bisa meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel-sel Anda, meskipun
bertindak jauh lebih lambat daripada insulin itu sendiri. Sejumlah penelitian
pada manusia telah mengkonfirmasi efek anti-diabetes dari kayu manis.
Ditunjukkan bahwa kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah puasa
sebesar 10–29%. Dosis efektif biasanya 1-6 gram atau sekitar 0,5-2 sendok teh
kayu manis per hari..

7. Memiliki Efek Baik pada Penyakit Neurodegeneratif


Penyakit neurodegeneratif ditandai oleh hilangnya struktur atau fungsi
sel-sel otak secara progresif. Penyakit Alzheimer dan Parkinson adalah dua
jenis yang paling umum. Dua senyawa yang ditemukan dalam kayu manis
tampaknya menghambat penumpukan protein yang disebut tau di otak, yang
merupakan salah satu ciri khas penyakit Alzheimer.

8. Menyehatkan Otak
Para peneliti mengungkap bahwa mengonsumsi kayu manis bisa
melindungi sel saraf otak dari kerusakan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang menunjukkan bahwa kayu manis bisa mencegah penyakit seperti
Alzheimer dan Parkinson. Ekstrak dalam kayu manis bisa mencegah
terjadinya penumpukkan protein berbahaya di otak, seperti yang ditemukan
pada pasien Alzheimer. Kandungannya ini juga bisa meningkatkan fungsi
motorik, terutama untuk pengidap Parkinson.

9. Bisa Menstabilkan Hormon


Manfaat lain dari mengonsumsi kayu manis ialah menstabilkan
hormone, khususnya pada siklus perempuan. Beberapa masalah di tubuh mulai
dai lesu, berat badan naik, sulit tidur, hingga masalah kesuburan bisa
disebabkan hormon yang tidak stabil. Kayu manis kerap digunakan untuk
meringankan gejala tersebut.

10. Memperbaiki Saluran Pencernaan


Masalah pencernaan juga bisa diatasi dengan mengonsumsi kayu
manis. Terutama bila dihidangkan dan diminum dalam keadaan hangat bisa
mengatasi masalah pencernaan seperti kembung hingga kram. Untuk hasil
yang maksimal, Anda bisa mengonsumsi teh atau rebusannya setelah makan.
DAFTAR PUSTAKA
Arumningtyas, A D. 2016. Formulasi Sediaan Pasta Gigi dari Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu
manis (Cinnamomum burmanii) dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Streptococcus Mutans dan
Staphs aureus. Skripsi, Fakultas Farmasi . UMP. 4–13.
Daswir dan Suherdi. 1994. Kajian Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kayu manis pada
Berbagai Umur serta Tinggi Tempat. Prosiding Seminar Tanaman Rempah dan Obat,
Solok, 04, 47–54.
Daswir, H. Idris. D. Manohara. dan Taryono. 2004. Peningkatan Produktifitas Tanaman Kayu
manis Melalui Teknik Budidaya. Prosiding Seminar Ekspose Teknologi Gambir dan
Kayu manis, Solok,30–37.
Daswir, Z Hasan dan Imran. 1995. Pengaruh Pupuk dan Penjarangan terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kayu manis. Prosiding Seminar Tanaman Rempah dan
Obat, Solok.06, 61–67.

Ferry, Y. 2013. Prospek Pengembangan Kayu manis (Cinnamomum burmanii) di Indonesia.


Sirinov, 1(1), 11–20.

Firdaus. 2015. Perbenihan Kayu manis. BPTP Jambi, 1–3.

Harmoko, A. D. 2012. Potensi anti fungal ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii)
terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in Vitro. Skiripsi. Fakultas Kedokteran.
Uniersitas Sebelas Maret . 44 p
Idris, H. dan Nurmansyah. 2018. Pestisida Nabati Minyak Kayu manis dan Serai wangi untuk
Pengendalian Hama Penggulung Daun Nilam Pachyzancla stultalis. Bul.Littro, 28(2),
163–170.
Jamalius, H. Idris, Adria. dan Nurmansyah. 1995. Distribusi Hama Penggerek Batang Kayu
manis (Cinnamomum burmanii) di Sentra Produksi Sumatera Barat. Prosiding Seminar
Tanaman Rempah dan Obat, Solok, 06, 68–73.
Nurcahyo D, LU Khasanah, B. A. 2014. Produksi Oleoresin Berbahan Baku Limbah Destilasi
Kayu manis (Cinnamomum burmanii). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 7(1), 1–11.
Rusli S, Ma'mun. dan Triantoro. 1990. Penyulingan Beberapa Macam Kulit Cassia Vera.
Bul.
Littro, 5(1), 59–63.
Suherdi. 1994. Karakteristik Kulit Kayu manis (Cinnamomum burmanii) pada Tiga Tingkatan
Umur Panen. Prosiding SeminarTanaman Rempah dan Obat, Solok, 42–46.
Sudjatmoko. B dan Y. Ferry. 2007. Peranan Tanaman Kayumanis Terhadap Pendapatan
Petani di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Rempah. Bogor 21 Agustus
2007.
Syahrizal. 2017. Pemanfaatan Bubuk Kayu manis (Cinnamomum veru) sebagai
Bioinsektisida Alami untuk Mengusir Lalat Rumah (Musca domestica). Jurnal
Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, 10(1), 108–116.
Wikardi. E A, dan TE Wahyono. 1991. Serangga Serangga Perusak Tanaman Kayu manis
(Cinnamomum spp) . Bul.littro 6(1): 20-26..
Ulinnuha. M. 2018. Pasca Panen Kayu manis. 3 hlm. https://alat-uji.com/pasca-panen-
kayumanis
di akses 1 Juli 2019.

Anda mungkin juga menyukai