Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN AGRIBISNIS HASIL HUTAN NON KAYU

Disusun Sebagai Salah Satu Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Agribisnis Hasil Hutan

Putri Anggini
E32120124

PROGRAM STUDY AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala pujidan syukur bagi Allah SWT,tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan,Makalah ini disiapkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Agribisnis Hasil Hutan.Tak lupa shalawat disertai salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW,yangkarena
beliau sehingga kita semua dapat merasakan nikmat alam pengetahuan seperti
sekarang.

Selanjutnya,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-


pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,terutama kepada
kedua orang tua saya yang selalu mendukung penulis,penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampuh Mata Kuliah ini yang selalu ikhlas
memberikan ilmunya untuk kami.

Kemudian,penulis katakana kesempurnaan hanya milik Allah semata,dan


segalakhilaf dan salah itu pada diri kita manunia yang hanya merupakan hamba-
Nya Dan karena menyadari adanya hal itu,maka sudah pasti makalah ini jauh dari
kata sempurnah, oleh karena itu penulias mohon maaf jika terdapat kekeliruan
dalam penulisan isi makalah dan kesalahan dalam beberapa materi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga para pembaca mendapatkan


syafa’at dan rahmat.Serta makalah ini dapat bermanfaat kita semua pada
umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan kita.

Palu, November 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kontek ekonomi pemanfaatan hutan selama ini masih


memandang hutan sebagai sumber daya alam penghasil kayu. Hutan
sebagai sistem sumber daya alam memiliki potensi untuk memberi
manfaat multiguna, selain hasil kayu hutan juga memberi manfaat berupa
hasil hutan bukan kayu. Hasil riset menunjukkan bahwa hasil hutan kayu
dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar (90%)
berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sampai saat ini belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal demi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Secara ekonomis HHBK mempunyai nilai
ekonomi tinggi dan berpeluang meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat. Upaya pengembangan HHBK harus dilakukan
secara berkelanjutan, karena komoditas HHBK sangat beragam di setiap
daerah. Dengan tersedianya jenis komoditas HHBK unggulan maka usaha
budidaya serta pemanfaatannya dapat dilakukan lebih terencana dan
terfokus sehingga pengembangan HHBK dapat berjalan dengan baik,
terarah dan berkelanjutan.
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik
nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu
yang berasal dari hutan. Pengertian lainnya dari hasil hutan bukan kayu
yaitu segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari
hutan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hasil hutan bukan kayu pada umumnya
merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun,
kulit, buah atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus
seperti rotan, bambu dan lain-lain. Pemungutan hasil hutan bukan kayu
pada umumnya merupakan kegiatan tradisionil dari masyarakat yang
berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan pemungutan
hasil hutan bukan kayu merupakan kegiatan utama sebagai sumber
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Hasil hutan bukan kayu telah lama diketahui menjadi komponen
penting dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Bagi sebagian besar
penduduk, hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumber daya
penting dibandingkan kayu. Banyak rumah tangga di sekitar kawasan
hutan ini, menggantungkan hidupnya terutama pada hasil hutan bukan
kayu sebagai kebutuhan sampingan (subsistem) dan atau sebagai sumber
pendapatan utama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah jenis tanaman yang tumbuh,
baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Walaupun peranan HHBK sudah
dirasakan masyarakat sebagai salah satu sumber pendapatan, namun system
pengelolaanya masih bersifat tradisional sehingga kualitas yang dihasilkan masih
jauh dari standar yang diharapkan dan harganya tergolong masih rendah. HHBK
atau Non-Tinber Forest product memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK
merupakan salah satu sumber daya yang memiliki keunggulan yang kooparatif
dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan

Pengertian mengenai Hasil Hutan Bukan Kayu terdapat dalam peraturan


dan undang-undang sebagai berikut:

 Menurut Undang-undang No 41 tahun 1999, HHBK terdiri dari benda-


benda hayati yang berasal dari flora dan fauna yang hidup di hutan. Selain
itu, HHBK juga meliputi jasa air, udara, dan manfaat tidak langung dari
hutan.

 Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No 35 tahun 2007, HHBK adalah


hasil hutan baik nabati atau hewani serta produk turunan dan budidaya,
kecuali produk kayu yang berasal dari hutan.

Istilah Hasil Hutan Non Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan
merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang
diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan
baku untuk suatu industri. Hasil hutan non kayu pada umumnya merupakan hasil
sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah dan lain-lain atau
berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan
lain-lain.Pemungutan hasil hutan non-kayu pada umumnya merupakan kegiatan
tradisionildari masyarakat yang berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa
tempat, kegiatan pemungutan hasil hutan non kayu merupakan kegiatan utama
sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh, pengumpulan
rotan, pengumpulan berbagai getah kayu seperti getah kayu Agathis, atau kayu
Shoreadan lain-lain yang disebut damar.

Pemanfaatan hasil hutan non-kayu merupakan kegiatan yang padat karya


karena sejak dipungut dari hutan, pengangkutan, pengolahan tahap pertama
memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak dan dapat berbentuk industri
kerajinan rakyat. Sebelum dimanfaatkan, hasil hutan non-kayu
pada umumnya harus diolah terlebih dahulu. Sebagai contoh, sebelum
dimanfaatkan, rotan harus dibersihkan dahulu kemudian diasap dengan asap
belerang sehingga kelihatannya menjadi putih Disamping itu, ada hasil hutan non-
kayu yang diolah dengan cara destilasi, ada pulayang diolah secara khusus,
misalnya produksi benang sutera alam yang merupakan produksi
kepongpong dari ulat sutera yang diberi makan daun murbei (Morus spp.).Madu
yang dipungut dari sarang lebah madu yang terdapat didalam hutan yangs ekarang
sudah dapat diproduksi dengan jalan memelihara lebah madu, pemeliharaan kutu
yang memproduksi shirlak, dan lain-lain.

Hasil hutan non kayu merupakan barang yang telah dipungut secara rutin
sejak hutan dikenal manusia, manfaatnya untuk berbagai tujuan. Karena itu, hasil
hutan non kayu telah berperan penting dalam membuka kesempatan kerja bagi
anggota masyarakat disekitar hutan, merupakan komoditi perdagangan yang dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun ketika
penebangan kayu oleh para pemegang HPH mulai dilaksanakan, produksi dan
pemasaran hasil hutan non-kayu menjadi berkurang karena para pemungut hasil
hutan non-kayu seperti pemungut berbagai getah, kopal, buah tengkawang dan
lain-lain diduga menjadi kurang berminat untuk melanjutkan pekerjaannya dan
lebih suka beralih profesi menjadi karyawan perusahaan pengusahaan hutan.
Selain itu,memungut getah dan damar dari kawasan hutan yang sudah menjadi
kawasan HPH kadang-kadang dilarang oleh pemegang HPH, sehingga mereka
terpaksa mengurangi pemungutan getah dan lain-lain.

A. Jenis-Jenis Hasil Hutan Non Kayu

Beberapa jenis hasil hutan non-kayu yang sudah dikenal adalah :


 Getah Kayu
Bermacam-macam getah kayu yang yang sudah dikenal dan dipungut
olehmasyarakat serta diperdagangkan diantaranya adalah:
a) Damar yang berasal dari pohon jenis Meranti (Dipterocarpaceae),
b) Kopal yang berasal dari kayu Agathis (Agathis spp.),
c) Getah Jelutung dari Jelutung (Dyera spp.),
d) Kemenyan yang berasal dari getah pohon kemenyan (Styraxbenzoin),
 Minyak Hasil Sulingan
Hasil hutan non-kayu berupa yang minyak hasil penyulingan yang
sudahdikenal oleh masyarakat, diantaranya:
a) Kayu Putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu
putih(Meulaleuca leucadendron)
b) Minyak gosok dari bebagai jenis kayu seperti kayu lawang dan lain-
lain
c) Kapur Barus
 Kulit Kayu
Hasil Hutan yang berupa kulit kayu yang sudah dimanfaatkan diantaranya
terdiri dari:
a) Kulit kayu manis yang berasal dari Cassia vera (Cinnamomum
bumanii BL.) adalah kulit yang dikeringkan utuk campuran masakan,
b) Kulit Kayu untuk pengawet jala yang terbuat dari benang kapas
pewarna batik dan lain-lain.
 Buah dan Biji
Hasil Hutan yang berupa buah dan biji yang sudah dapat dimanfaatkan
diantara nya terdiri dari :
a) Buah Kemiri (Aleurites spp),
b) Buah Matoa (Pometia spp.)
c) Buah Asam
d) Biji Kayu Tengkawang
 Pohon dan Tanaman Khusus
Jenis
pohon atau tanaman tertentu yang khusus yang memiliki manfaat yang
sangat berguna, diantaranya terdiri dari:
a) Kayu Cendana
b) Rotan
c) Bambu
d) Gaharu dll
 Barang-barang Khusus Yang Terkait Dengan Tanaman
Produksi barang-barang yang khusus dihasilkan secara terkait dengantanaman
tertentu yang tumbuh didalam hutan sebagai salah satu sumberbahannya,
seperti :
a) Serat sutera alam, yang dihasilkan dari kepongpong sejenis Ulat
Sutera,
b) Madu yang dihasilkan oleh lebah-lebah madu lokal dan import
c) Sagu (Metroxylon spp.) dan lain-lain.
 Binatang dan Bagian dari Binatang
Hasil hutan non kayu berupa binatang atau bagian dari binatang hasil
penangkaran binatang yang dilindungi yang sebagian besar telah dapat
dimanfaatkan untuk diperdagangkan, diantaranya :
a) Kulit Buaya
b) Ikan Arwana
c) Kera dll’

B. Contoh Produk Hasil Hutan Bukan Kayu


Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang sudah dikenal adalah:
a) Minyak kayu putih dan atsiri
Produk dari penyulingan daun dapat berupa minyak kayu putih
dan/atau minyak atsiri.
b) Gondorukem
Gondorukem sendiri merupakan hasil dari getah tanaman yang
dapat dimanfaatkan untuk campuran kertas, batik tulis, sabun,
semir sepatu, hingga tinta cetak.
c) Getah karet/damar/jelutung
Ketiga jenis hasil ini juga dapat dijual, yang kemudian digunakan
untuk menjadi bahan baku seperti pembuatan cat, ban mobil hingga
vernis.
d) Benang sutera
Serat sutera alam, yang dihasilkan dari kepongpong ulat sutera
yang kemudian dilakukan pemintalan.
e) Kutu lak
Lak, yang dihasilkan seperti getah pelindung dari kutu kecil
bernama Laccifer lacca yang merupakan parasit pada beberapa
jenis kayu tertentu.

C. Manfaat dan Klasifikasi Hasil Hutan Non Kayu

Produk hutan bukan kayu memiliki potensi pengembangan dan


pemanfaatan yang menjanjikan. Salah satu contohnya adalah mengurangi
penebangan pohon guna mengambil produk kayu hutan. Adanya penurunan
penebangan pohon, maka secara langsung maupun tidak langsung akan
mengurangi jumlah emisi karbon.

Hasil Hutan Bukan Kayu juga memberi kesempatan bagi masyarakat


sekitar hutan untuk meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan pekerjaan,
peningkatan nilai tambah dan pendapatan negara, serta pemerataan pembangunan
daerah melalui pemanfaatan HHNK.Setidaknya terdapat 565 Hasil Hutan Non
Kayu yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Akan tetapi, prioritas pemanfaatan
terbatas pada komoditas rotan, bambu, sutera alam, gaharu, madu, dan
nyamplung.

pemanfaatan Hasil Hutan bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat yang


cukup tinggi, perlu diimbangi dengan pengelolaan hutan yang lestari untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan. Hal tersebut tentu akan terwujud dengan adanya
kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya hutan yang ada.
Mayarakat kampung Malagufuk memanfaatkan HHBK untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Data mengenai pemanfaatan HHBK yang dilakukan
perlu diketahui secara pasti agar upaya pembudidayaan dan pemanfaatannya dapat
dilakukan lebih terencana dan terfokus sehingga pengembangan HHBK di
kampung tersebut dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil Hutan Bukan Kayu adalah hasil hutan hayati baik itu hewani
maupun nabati beserta produk turunan nya dan budidaya kecuali kayu
yang berasal dari dalam kawasan hutan.Pengolahan jenis hasil hutan bukan
kayu yang dimanfaaatkan oleh masyarakat masih dalam bentuk
pengolahan tradisional.

B. SARAN
Keberlanjutan sistem pengelolaan HHBK yang telah mendapat pengakuan
dan kekaguman banyak peneliti dari berbagai lembaga tersebut tetap
terjamin,makadiperlukan berbagai upaya untuk mencari jalan keluar terbai
Pengakuan dan kekaguman berbagai pihak, termasuk dari pemerintah, 
sebaik nya di imbangi dengan  pemberian hak dan tanggung jawab yang
lebih besar kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bahruni. 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor: Fakultas


Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Majalah Forest Digest, 2017. Prospek Hasil Hutan Bukan Kayu Akankah
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, nilai tambah hutan,
pendapatan devisa Negara serta pemerataan pembangunan daerah?.
Himpunan Alumni Kehutanan (HA-E IPB).
Fentie J. Salaka , Bramasto Nugroho , Dodik R. Nurrochmat. (2012). Strategi
Kebijakan Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu Di Kabupaten Seram
Bagian Barat, Provinsi Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Terakreditasi: B No.365/AU1/P2MBI/07/2011 SSN0216- 0897 J.
Analisis. Keb. Hut Vol.9 No.1 Hlm. 1 --7 9 Bogor April2012 ISSN
0216- 0897.
Jimmy Alfa Arrived, 2012. Prospek Pengembangan Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu Sebagai Alternatif Kelola Sosial Oleh Pemegang
Konsesi Iuphhk-Ha Cv. Pangkar Begili, Kalimantan Barat. Skripsi
Institut Pertanian Bogor, 2012.
Sumadiwangsa ES, Setyawan D. 2006. Konsepsi Strategi Penelitian Hasil Hutan
Bukan Kayu di Indonesia. Buletin Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 2 (2): 79-90. Jakarta. Badan Litbang Kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai