Anda di halaman 1dari 4

Nini Fitriani

M021211005
Industri Kreatif Hasil Hutan

PRODUK INDUSTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU


Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya alam yang masih banyak terdapat di
Indonesia dan keberadaanya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat. Hasil
hutan bukan kayu merupakan hasil yang bersumber dari hutan selain kayu berupa benda
nabati seperti rotan, bambu, getahgetahan, biji-bijian, daun-daunan serta obat-obatan. Hasil
hutan bukan kayu berupa tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi rotan, bambu, pandan duri,
bemban, getah, daun, kulit, buah-buahan, bijibijian, dan lain sebagainya. Pemanfaatan
tumbuhan hasil hutan bukan kayu dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu pemanfaatan
tumbuhan hasil hutan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau digunakan
sendiri (konsumstif, produktif, konstruksi, obatobatan dan lain-lain) dan pengelompokkan
hasil hutan bukan kayu untuk dijual sebagai pendapatan keluarga.
Pohon kemiri (Aleurites mollucana L, Willd) merupakan jenis yang mudah ditanam,
cepat tumbuh dan tidak begitu banyak menuntut persyaratan tempat tumbuh. Limbah yang
dihasilkan dari proses pemecahan biji kemiri berupa tempurung kemiri selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Berat tempurung kemiri mencapai dua per tiga dari berat biji
kemiri utuh dan yang sepertiganya adalah inti (karnel) dari buah kemiri. Limbah ini tentunya
akan sangat berpotensi bagi masyarakat apabila dimanfaatkan menjadi produk yang
mempunyai nilai jual, diantaranya adalah sebagai produk arang aktif. Proses pengaktifan
arang menjadi arang aktif dapat dilakukan dengan beberapa cara, dimana pada prinsipnya
adalah untuk menghilangkan atau mengeluarkan kotorankotoran yang terdapat pada
permukaan arang.
Arang aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi dengan
menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia, sehingga poriporinya terbuka dan
dapat digunakan sebagai adsorben. Daya adsorpsisi arang aktif disebabkan adanya pori-pori
mikro yang sangat besar jumlahnya, mempunyai sifat sebagai adsorben. Sesuai
penggunaannya, arang aktif digolongkan ke dalam produk kimia dan bukan bahan energi
seperti arang atau briket arang. Teknologi olah lanjut arang menjadi arang aktif akan
memberikan nilai tambah yang besar ditinjau dari penggunaan dan nilai ekonomisnya.
Sabun batang biasanya memiliki nilai pH yang lebih netral dan cenderung basa
dengan rentang 9-10, hal ini yang menyebabkan sabun batang lebih mudah diterima kulit dan
tidak menimbulkan efek berlebihan. Semakin dewasa umur seseorang maka kulit akan
cenderung lebih asam, sehingga untuk menetralkan kulit diperlukan sabun yang memiliki pH
basa untuk dapat menetralkan kulit. Namun, masih dianjurkan untuk memilih sabun dengan
pH yang netral dengan rentang 7-9 untuk menghindari kulit kering dan iritasi.
Banyaknya air yang terkandung pada sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun.
Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka pada saat sabun digunakan akan
semakin mudah menyusut. Tingkat kekerasan sabun sangat dipengaruhi oleh kadar air sabun,
semakin tinggi kadar air maka sabun akan semakin lunak. Adapun faktor lain yang
mempengaruhi kadar air pada sabun adalah pembubuhan bahan lain pada sabun seperti bubuk
kopi, pati santan, aloevera dan pemilihan jenis minyak.
PRODUK INDUSTRI HASIL HUTAN KAYU

Industri kehutanan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia bukan


hanya sebagai penyedia bahan baku utama bagi industri hilir khususnya kayu bulat namun
juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pertambahan nilai investasi, peningkatan
kinerja ekspor, pendapatan negara melalui pajak dan non pajak, serta penciptaan peluang
usaha dan penyerapan tenaga kerja , Menurut (Benyamin et al, 2019) dalam Road Map
Pembangunan Hutan Produksi Tahun 2019-2045, saat ini industri kehutanan dalam kondisi
sunset industry yaitu kondisi industri yang sulit berkembang, padahal potensinya sangat
besar. Hasil hutan kayu di indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan telah banyak
dijadikan produk-produk yang telah dipasarkan salah satunya produksi kertas.
Kertas dan paper board Indonesia ke pasar dunia cenderung mengalami peningkatan
secara signifikan. Produksi mengalami peningkatan dengan laju sekitar 18 persen per tahun.
Sementara itu, volume ekspor meningkat dengan pertumbuhan 27.5 persen per tahun. Lebih
cepatnya laju pertumbuhan produksi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor tersebut
menunjukkan bahwa pertambahan produksi tersebut terutama digunakan untuk ekspor
Kebutuhan produksi pulp dan kertas yang semakin meningkat perlu didukung dengan
ketersediaan.

Selama ini kertas dibuat dari selulosa yang terdapat pada kayu. Semakin banyak
kebutuhan kertas maka semakin banyak pula kayu yang dibutuhkan. Umumnya bahan pokok
pembuat kertas adalah selulosa. Selama ini kertas dibuat dari selulosa yang terdapat pada
kayu. Semakin banyak kebutuhan kertas maka semakin banyak pula kayu yang dibutuhkan.
Umumnya bahan pokok pembuat kertas adalah selulosa, (Mufridayati 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Mufridayati , Syahrul Humaidi dan Tua Raja Simbolon (2013), PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI KERTAS DARI CAMPURAN SERAT JAMBUL NANAS
DAN SERAT JERAMI PADI, Dept. Fisika, Fakultas. MIPA, Universitas Sumatera
Utara.
Fauzi H. 2008. Peranan Hasil Hutan Non Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat, Program
Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Vol(23):73-83
Iqbal M dan Seftian A.D. 2018. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Oleh Masyarakat
Lokal, di Kabupaten Sanggau, Kalimantan barat. Jurnal Penelitian Ekosistem
Dipterokarpa Vol.4(1):19-34

Anda mungkin juga menyukai