Anda di halaman 1dari 12

Usulan Penelitian

Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini limbah bukanlah hal yang dapat disepelekan bagi bumi kita karena limbah
adalah masalah yang serius bagi keberlangsungan hidup ekosistem di bumi ini. Semakin
banyak limbah yang dihasilkan oleh umat manusia tanpa pengolahan yang tepat maka
semakin cepat hancurnya keseimbangan ekosistem di bumi kita ini. Oleh sebab itu maka
pemanfaatan limbah sangatlah penting untuk mencegah bumi kita ini kotor dan tidak
menganggu kehidupan disekitarnya. Kertas adalah salah satu limbah yang paling banyak
dihasilkan oleh manusia, baik yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun sekolah dan
perkantoran. Limbah kertas menjadi salah satu masalah yang serius bagi bumi ini. Pada
umumnya kertas berbahan dasar dari alam dan biasanya dari pepohonan. Maka semakin
kita banyak mempergunakan kertas maka semakin cepat pula bumi ini penuh dengan
hutan yang sudah tidak hijau lagi atau gundul dan menghancurkan tempat tinggal
makhluk-makhluk didalamnya sehingga keseimbangan alam di bumi ini terganggu.
(Arfah, 2017)

Produksi Pulp dan kertas 90% yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu
sebagai sumber bahan berserat selulosa. Antara tahun 2007 hingga 2014, target pasokan
kayu di indonesia berdasarkan Kementerian Kehutanan adalah sebanyak 630 juta m3 .
Namun, sektor kehutanan hanya mampu memproduksi sekitar setengah dari target
Kementerian yang diberikan, kesenjangan pasokan ini mencapai 308 juta m3 yaitu sekitar
49% (Forest watch Indoensia, 2015). Dilihat pada data tersebut bahwa akan terjadi
eksploitasi hutan secara besar-besaran yang dapat mengakibatkan terganggunya
kestabilan lingkungan sehingga perlu mendapat perhatian khusus (Asngad, 2016).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi pohon di Indonesia sebanyak
70,85 juta ton pada tahun 2014. Pada tahun 2015 Produksi pohon diperkirakan sebanyak
75,55 juta ton atau berdasarkan data tersebut produksi pohon di Indonesia mengalami
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

kenaikan sebanyak 4,70 juta ton (6,64 persen) dibandingkan tahun 2014 (Badan Pusat
Statistik, 2015).

Jerami merupakan limbah yang sangat melimpah di Indonesia. Saat produksi beras,
jerami sangat jarang di manfaatkan. Padahal kandungan pada jerami padi terdiri dari
42,3% selulosa, 20,4 hemiselulosa, dan 12,1 % lignin yang dapat dimanfaatkan dalam
produksi kertas.(Maswati,2017).

Proses penggilingan padi yang bertujuan untuk memisahkan antara butiran beras
dengan kulit padi. Kuli padi atau sekam padi ini merupakan limbah yang mengandung
selulosa sebesar 34,34-43,80% dan Lignin 21,40-46,97% yang bisa di gunakan sebagai
bahan baku kertas (Novia,2017).

Kertas pada umumnya digunakan sebagai media untuk menulis, mencetak,


menggambar, membungkus, dan mengemas. Padahal kertas juga dapat digunakan untuk
hal – hal lainnya seperti alat memasak, alat transaksi, alat kecantikan dan juga dekorasi
serta kerajinan tangan (lestari, 2017)

Penggunaan kertas pada saat ini didunia sangat tinggi seiringan dengan tingginya
kertas bekas yang makin meningkat dan merupakan limbah yang sangat banyak yang
dihasilkan di sekolah, universitas, dan daerah perkantoran. Kertas bekas ini merupakan
serat sekunder yang sangat berpotensi sebagai bahan baku kertas dari serat non kayu
dengan kadar serat 39%. Pemberian kertas bekas dalam pencampuran dengan serat non
kayu memberikan keuntungan, seperti menstabilkan kulitas kertas dan menekan harga
menjadi lebih murah (Aminah,2016 dan Enda, 2016).

Bahan baku non kayu yang memiliki potensi dijadikan sebagai kertas yang di dukung
serat sekunder oleh kertas bekas memiliki kadars selulosa 39% sebagai bahan baku
pengganti dari kayu yang mana ketersediaannya mulai menipis dari tahun ke tahun.
Penggunaan limbah sebagai penganti kayu adalah salah satu hal yang dapat
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

menanggulangi kerusakan ekosistem di bumi agar tidak terganggu keseimbangannya.


Padi yang memiliki kadar selulosa 42,3% dan sekam padi anatar 34,34-43,80% sebagai
bahan tambahan agar kualitas kertas diharapkan dapat bertambah sesuai standar (Novia
2017, maswati 2017, Aminah,2016)

Adapun mengenai standar Casey (1980), menyatakan bahwa pulp merupakan hasil
pemisahan serat kayu atau bahkan berserat lain yang mengandung legnoselulosa.
Pembuatan pulp didefinisikan sebagai proses mengubah bahan baku berselulosa menjadi
berserat. Kertas dihasilkan dari kompresi serat yang berasal dari pulp, yang mengandung
selulosa dan hemiselulosa. Dalam pembuatan pulp pun terdapat karakteristik bahan baku
yakni Berserat, Kadar Alpa Selulosa lebih dari 40%, Kadar Ligninnya kurang dari 25%,
Kadar air maksimal 10%, dan Memiliki kadar abu yang kecil (Harsini dan Susilowati,
2010)

1.2 Perumusan Masalah


a. Berapa lama waktu pemasakan bahan baku terhadap kadar Selulosa ?
b. Berapa berat dan komposisi bahan baku terhadap kadar Selulosa ?
c. Berapa berat jenis kertas yang dihasilkan ?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui lama waktu pemasakan bahan baku terhadap kadar Selulosa.
b. Mengetahui berat dan komposisi bahan baku terhadap kadar Selulosa.
c. Mengetahui berat jenis kertas yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian


Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa limbah dari Jerami, Kertas HVS bekas dan Sekam padi dapat diolah menjadi
kertas guna mengurangi penggunaan kayu secara terus menerus sebagai salah satu faktor
penyebab penggundulan hutan, pencemaran lingkungan dan mengganggu kelangsungan
hidup organisme.
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah
Limbah merupakan hasil buangan dari proses kegiatan dari industri maupun
domestik. Menurut peraturan pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan. Dibagi menjadi tiga yaitu (Hikmah, Rahman, Kholiq, &
Andriani, 2019):
a. Limbah Padat, adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering,
tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Misalnya, sisa
makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah plastik dan logam.
b. Limbah Cair, adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair. Limbah cair terlarut
dalam air, selalu berpindah dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah iar
bekas me
c. ncuci pakaian, air bekas pembuatan industri pangan, dan sebagianya.Limbah Gas,
adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat
dalam bentuk asap, limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat
luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan kendaraan bermotor, pembuatan
bahan bakar minyak juga menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi
lingkungan.
Adapun dijelaskan bahwa pada limbah padat terdapat limbah-limbah yang
mengandung selulosa , diantaranya Jenis limbah tanaman pangan adalah dalam bentuk
jerami padi sawah, jagung, padi ladang, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi
jalar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa hasil limbah
pertanian atau limbah pakan berserat (jerami) dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai
pakan ternak dan juga sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas (Pratiwi, Rahayu &
Barliana, 2016)
Limbah jerami padi diubah menjadi oksida mangan yang didukung karbon aktif
(MnOx / RSAC) yang pertama kali digunakan sebagai katalis untuk meningkatkan
kinerja ozonasi air limbah pembuatan kertas nyata. Hasil menunjukkan bahwa ozonasi
katalitik dengan katalis yang disiapkan menunjukkan kinerja yang sangat efisien dalam
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

pengolahan lanjutan air limbah pembuatan kertas, dan warna yang sesuai dan efisiensi
penghilangan COD masing-masing adalah 58,5 dan 77,5%. Dan air limbah yang diolah
lebih mudah terurai secara hayati dan kurang beracun dibandingkan dengan yang ada di
ozon saja (Zhuang et al., 2017).

2. Sekam Padi dan Jerami


Sekam padi merupakan salah satu residu dari pengolahan padi yang perlu di
manfaatkan kembali, Volume sekam padi yang dihasilkan adalah 17% dari gabah kering
yang digiling. Sekam padi terdiri dari 50%selulosa, 18,47% hemiselulosa, dan 25-30%
lignin. sekam padi (RH) adalah residu pertanian yang banyak tersedia di negara-negara
penghasil beras. Sebagian besar kulitnya dihasilkan dari pengolahan beras dapat dibakar
atau dibuang sebagai limbah. Meskipun beberapa dari sekam ini diubah menjadi ujung
produk seperti bahan dan adsorben (Mohamed et al., 2015)
Jerami padi adalah bagian batang dan tangkai tanaman padi setelah dipanen
butirbutir buahnya.3 Jerami padi mengandung 37,71% selulosa; 21,99% hemiselulosa;
dan 16,62% lignin. Massa jerami kurang lebih setara dengan massa biji-bijian yang
dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai bahan bakar, pakan ternak,
alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap,
dinding, lantai), mulsa, dan kerajinan tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam
bentuk gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk jerami menjadi
gulungan maupun kotak (Pratiwi et al., 2016)
Di bidang pertanian itu sendiri (hulu), jerami bisa dieksploitasi sebagai kompos,
media pertumbuhan tanaman, pakan ternak dan tempat tidur hewan di area ternak.
Sedotan juga dapat digunakan dalam menciptakan rantai industri (hilir) dengan sektor
manufaktur termasuk produksi kertas, kemasan makanan dan bahan karbon aktif, sektor
konstruksi termasuk bahan konstruksi dan kontrol erosi dan sumber energi terbarukan
yang menghasilkan biofuel (etanol), listrik, dan biogas (Rosmiza et al., 2014)
.
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

3. Kertas Bekas
Kertas adalah salah satu limbah yang paling banyak dihasilkan oleh manusia, baik
yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun sekolah dan perkantoran. Limbah kertas
menjadi salah satu masalah yang serius bagi bumi ini. Pada umumnya kertas berbahan
dasar dari alam dan biasanya dari pepohonan. Maka semakin kita banyak
mempergunakan kertas maka semakin cepat pula bumi ini penuh dengan rusak karena
keseimbangan alamnya terganggu . Dengan mendaur ulang limbah kertas maka kita
membantu menjaga keseimbangan alam dan mencegah pemanasan global (Arfah, 2017).
Pada umumnya sebuah akademik akan menghasilkan limbah kertas yang cukup
besar karena segala kegiatan akademik berhubungan langsung dengan kertas. Memang
limbah kertas tampak tidak berbahaya karena kertas termasuk limbah organik kering dan
kertas merupakan bahan yang dapat terurai oleh tanah, namun apabila jumlah limbah
kertas tersebut sangat banyak maka akan memakan ruang yang banyak juga untuk
menampungnya, dan hal itu merupakan masalah yang harus ditemukan solusinya.
Dengan mengolah limbah kertas dari hasil proses akademik maka masalah tersebut bisa
diselesaikan. Limbah kertas akademik bisa didapatkan dari kegiatan di kantor maupun
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, dan bisa menjadi bahan baku pembuatan daur
ulang kertas tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak, namun membuatnya menjadi
produk yang bernilai tambah (Arfah, 2017).

4. Metode Pulping
Pulping adalah proses pemisahan lignin dari kayu dengan senyawa kimia untuk
menghasilkan fragmen lignin dari bahan berserat. Cara penghilangan lignin yaitu dengan
membebaskan serat individu dari matriks kayu dan diberi sedikit perlakuan mekanis
ringan. (Santos, Gomide and Hart, 2015)
Hampir semua tumbuhan yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan bubur kertas (pulp). Agar kualitas kertas yang dihasilkan tidak
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

berubah warna selama pemakaian maka selulosa harus bersih dari lignin.(Bahri et al.,
2015)

Proses pulping dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu : (Bahri et al., 2015)

 Proses mekanis :
Proses ini dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia yaitu dengan cara
menguraikan serat di dalam kayu secara paksa dan menggunakan aksi mekanis.
Pertama bahan baku digiling dalam keadaan basah, hingga serat-serat kayu
terlepas, lalu kemudian disaring sampai memperoleh bubur kertas (pulp). Dalam
proses mekanis ini tidak dilakukan pemisahan komponen-komponen yang
terdapat di dalam kayu sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai kandungan
bahan seperti semula..
 Proses semi kimia :
Proses ini dikatakan proses semi kimia karena pada tahap awal pembuatan
pulp digunakan bahan-bahan kimia sebagai pelunak bahan baku. Pelunakan
dimaksudkan untuk memutuskan ikatan lignoselulosa dengan menghilangkan
sebagian dari hemiselulosa dan lignin. Kemudian diperlakukan secara mekanis
untuk memisahkan serat-seratnya. Disini pulp semi kimia masih mengandung
lebih dari 25 % lignin yang terdapat dalam kayu. Pulp yang diperoleh biasanya
digunakan untuk membuat kertas pembungkus, kertas cetak dan papan kertas
kayu. Jika konsentrasi bahan kimia semakin tinggi, maka penyerapan terhadap
selulosa semakin naik dibandingkan dengan penyerapan terhadap lignin, yang
dapat menghasilkan rendemen dan kekuatan rendah.
 Proses kimia. :
Proses pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian
kayu yang tidak diinginkan. Rendemen pulp yang diperoleh dalam proses ini
relatif rendah dibandingkan dengan proses mekanis dan semi kimia, yaitu antara
40 – 60 %, sehingga diperoleh produk selulosa yang lebih murni.
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

Ada tiga macam proses pembuatan proses pembuatan pulp secara kimia yaitu
proses soda, proses sulfat atau kraft, dan proses sulfit, masing-masing menggunakan
larutan pemasak yang berbeda.(Bahri et al., 2015)

Keuntungan-keuntungan memakai proses kimia pada pembuatan pulp antara lain:


(Bahri et al., 2015)

a. Dapat dilakukan pada semua jenis bahan baku.


b. Kekuatan pulp tinggi.
c. Pulp yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembuatan rayon.
d. Kualitas kertas yang dihasilkan lebih tinggi.

5. Bleaching

Bleaching adalah proses penghilangan warna dari serat akibat masih tersisanya
lignin pada pulp menggunakan bahan kimia. Dalam proses pulping tidak dapat
melarutkan 100% lignin sehingga pada pulp yang dihasilkan masih terdapat sisa
lignin.Proses bleaching pada pulp bertujuan untuk menaikkan derajat putih, yaitu dengan
menghilangkan komponen kromofor yang menyerap sinar di dalam pulp yang belum
diputihkan terutama gugus fungsional lignin yang terdegradasi dan sisa lignin yang telah
diubah. Disamping lignin, senyawa-senyawa lainnya seperti ekstraktif dan komponen-
komponen abu, poliosa serta partikel-partikel yang terdelignifikasi secara tidak sempurna
dapat pula dihilangkan di dalam proses bleaching. (Coniwanti, 2015)

Proses bleaching harus menggunakan bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan
kandungan lignin yang ada di dalam serat agar diperoleh derajat kecerahan yang tinggi.
Namun tetap harus dikontrol agar penggunaan bahan kimia tersebut tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan. (Coniwanti, 2015)

Reaksi dalam proses bleaching dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (Muladi, 2018)

a) Reaksi Elektrofilik
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

Reaksi elektrofilik adalah reaksi tahap awal di dalam proses bleaching untuk
mendegradasi sisa lignin yang ada di dalam pulp.
b) Reaksi Nukleofilik adalah pelengkap proses degradasi sisa lignin, untuk
menghilangkan warna pulp tanpa merusak lignin di dalam proses bleaching yang
menahan lignin..
Faktor-Faktor Proses Pemutihan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses bleaching
antara lain: (Wildan, 2010)
1) Konsentrasi Reaksi
Konsentrasi reaksi dapat ditingkatkan dengan memperbesar konsentrasi bahan pemutih.
Penggunaan bahan kimia pemutih yang berlebih tidak akan meningkatkan derajat
kecerahan karena derajat kecerahan yang dicapai telah maksimal.
2) Waktu Reaksi
Umumnya, perlakuan bahan kimia pemutih terhadap serat akan menjadi lebih reaktif dengan
memperpanjang waktu reaksi. Namun, waktu reaksi yang terlalu lama akan merusak
rantai selulosa dan hemiselulosa pada serat tersebut.
3) Suhu
Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi pada reaksi pemutihan.
Pemilihan suhu ditentukan pada penggunaan bahan kimia pemutih. Suhu pemutihan
biasanya diatur berkisar antara 40-100°C
4) pH
pH memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap proses bleaching secara keseluruhan. Nilai
pH bergantung pada jenis penggunaan bahan pemutih (bleaching agent). Misalnya, pada
proses bleaching dengan hidrogen peroksida diperlukan suasana basa antara pH 8 hingga
pH 12.
5) Rasio Bahan dan Zat Pemutih
Perbandingan bahan yang akan akan diputihkan dengan bahan pemutih akan mempengaruhi hasil
yang didapat. Semakin kecil perbandingan rasio bahan yang akan diputihkan dengan
bahan pemutih akan meningkatkan reaksi pemutihan. Tetapi dengan rasio yang semakin
kecil akan mengurangi efisiensi penggunaan zat pemutih. Pada proses bleaching
umumnya dipakai rasio bahan dengan zat bleaching antara 8 : 1 hingga 20 : 1.
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

Kelima faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas produk serat yang dihasilkan seperti
kecerahan (brightness), kuat tarik (tensile strenght), kelunakan (softness) maupun daya
mulur (elongation). Proses bleaching digunakan untuk menghilangkan komponen
berwarna atau mengubahnya menjadi zat yang tidak berwarna. Ikatan rangkap dua
terkonjugasi (dalam gugus kromofor) menyebabkan penyerapan sinar pada panjang
gelombang cahaya, sehingga menimbulkan warna. Komponen lignin pada serat selulosa
berperan dalam menghasilkan warna.(Wildan, 2010)

1. Bilangan Kappa

Bilangan kappa adalah bilangan yang menunjukkan besarnya kadar lignin yang tertinggal
didalam pulp. Penurunan bilangan Kappa dapat mempengaruhi berat pulp dan
menyebabkan rendemen hasil pemasakan berkurang. Penurunan rendemen juga
dipengaruhi terlarutnya hemiselulosa. (Yoon, 2014)

Bilangan kappa bertujuan untuk menentukan besarnya tingkat delignifikasi pada pulp. Dimana
besarnya bilangan kappa berbanding lurus dengan besarnya kadar lignin suatu pulp.
(Lestari and Sari, 2016).

2. Uji Kertas
Berikut ini merupadakan beberapa uji kertas yang dapat di lakukan (Syamsu,2014) :
1. Gramatur kertas
Gramatur merupakan massa kertas dibagi dengan satuan luasanya. Gramatur kertas ini berperan
penting dalam setiap uji kertas karena mempengaruhi semua sifat-sifat kertas.
2. Ketahanan Sobek
Ketahanan sobek adalah gaya dalam milinewton (mN) yang diperlukan untuk menyobek kertas
pada kondisi standar. Sedangkan indeks sobek adalah ketahanan sobek kertas dalam
milinewton dibagi gramatur kertas dalam gram per meter persegi (SNI 0436-2009).
3. Ketahanan tarik
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

Ketahanan tarik adalah gaya tarik maksimum per satuan lebar yang dapat ditahan oleh kertas
sesaat sebelum putus pada kondisi yang telah ditetapkan dalam metode uji standar.
Sedangkan indeks tarik merupakan ketahanan tarik (dinyatakan dalam kN/m) dibagi
dengan gramatur kertas (SNI ISO 1924-2-2010).
4. Ketahanan Lipat
Pada penelitian ini, beban seberat 1 kg diberikan pada bahan uji kertas untuk dilihat ketahanan
lipatnya. (SNI 0491-2009). Ketahanan lipat yang lebih tinggi dari kertas bond yang
mensyaratkan nilai minimal 30 lipatan ganda (SNI 2185-2010).
5. Daya serap air
Daya serap air merupakan jumlah gram air yang diserap oleh 1 m2 lembaran kertas dalam waktu
penyerapan selama beberapa waktu (detik), dan diukur pada kondisi standar (SNI 0499-
2008).
6. Derajat Keputihan
Derajat putih merupakan salah satu karakteristik optik yang diuji pada penelitian ini. Derajat
putih dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerahan kertas dengan cara melihat
perbandingan cahaya biru yang dapat dipantulkan oleh kertas dengan cahaya biru yang
dapat dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida.
7. Opasitas cetak
Opasitas cetak merupakan perbandingan antara faktor pantul pencahayaan (Ro) dengan faktor
pantul pencahayaan intrinsik yang dinyatakan dalam persen (%). Opasitas cetak
merupakan karakter optik yang cukup penting karena tingginya nilai opasitas dapat
membentuk bayangan hasil cetakan pada permukaan sebelahnya.

3. Manfaat Kertas
Indonesia merupakan negara dengan produksi kertas terbesar ke-9 di dunia. CEPI
(Confederation of European Paper Indutries) menunjukkan konsumsi dunia akan pulp
yaitu pada tahun 2015 sebesar 233 juta/ton dan kertas 458 juta/ton pertahunnya dengan
perkiraan pertumbuhan pulp 1,8% dan 2,9% pertahun. menunjukkan bahwa kebutuhan
pulp dan kertas dunia masih cukup besar dan Indonesia berpeluang untuk ikut bermain
dalam pasar pulp dan kertas dunia (Sinuhaji,2017).
Usulan Penelitian
Analisis Kadar Selulosa Pada Pembuatan Pulp, dari Jerami, Kertas HVS bekas, dan
Sekam Padi.

Manfaat dari kertas sendiri sangat banyak dapat di lihat dari jenis kertas yang ada saat ini, mulai
dari meggambar, sebagai bungkus makana dan minuman, sebagai media menulis,
kerajinan tangan,alat transaksi jual beli (uang), dan masih banyak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai