1
memisahkan antara butir padi dengan tangkainya. Proses ini menghasilkan
limbah berupa tangkai padi yang biasa disebut jerami padi. Jerami padi
biasanya digunakan sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja. Kemudian
proses penggilingan padi dilakukan untuk memisahkan beras dengan kulit padi.
Kulit padi atau sekam padi ini merupakan sisa pengolahan yang biasanya hanya
digunakan sebagai pakan ternak atau dibuang. Padahal jika melihat kandungan
yang ada pada sekam padi dan jerami padi dapat digunakan untuk bahan
pembuatan kertas. Sekam padi mengandung selulosa sebesar 34,34-43,80% dan
Lignin 21,40-46,97% dan jerami padi mengandung 37,71% selulosa serta
16,62% lignin (dalam Novia, dkk, 2017:19-27).
SOLUSI
Kandungan dari sekam padi dan jerami padi yang telah dipaparkan diatas
berpotensi digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas, metode organosolv
merupakan metode yang dipilih dalam pembuatan kertas tersebut. Metode
organosolv merupakan metode pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti metanol. Penggunaan metanol sangat tepat dikarenakan
memiliki delignifikasi yang baik untuk mempertahankan selulosa, kemudahan
dalam pengoperasian, dapat dilakukan baik pada tekanan dan temperatur rendah
dan tinggi, bebas dari belerang dan klorin sehingga lebih ramah lingkungan,
dan dapat dilakukan dengan atau tanpa katalis (dalam Mardhiah & Jannah,
2016:32-40).
Proses pembuatan pulp yang dilakukan yaitu dengan melalui proses semi
kimia karena pada tahap awal pembuatan pulp digunakan bahan-bahan kimia
sebagai pelunak bahan baku. Pelunakan dimaksudkan untuk memutuskan
ikatan lignoselulosa dengan menghilangkan sebagian dari hemiselulosa dan
lignin. Kemudian diperlakukan secara mekanis untuk memisahkan serat-
seratnya. Disini pulp semi kimia masih mengandung lebih dari 25 % lignin
yang terdapat dalam kayu. Pulp yang diperoleh biasanya digunakan untuk
membuat kertas pembungkus, kertas cetak dan papan kertas kayu. Jika
konsentrasi bahan kimia semakin tinggi, maka penyerapan terhadap selulosa
2
semakin naik dibandingkan dengan penyerapan terhadap lignin, yang dapat
menghasilkan rendemen dan kekuatan rendah (dalam Bahri, 2015:36-50).
Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu delignifikasi.
Delignifikasi bertujuan untuk mengurangi kadar lignin di dalam bahan
berlignoselulosa. Delignifikasi akan membuka struktur lignoselulosa agar
selulosa menjadi lebih mudah diakses. Proses delignifikasi akan melarutkan
kandungan lignin di dalam bahan sehingga mempermudah proses pemisahan
lignin dengan serat. Delignifikasi perlu dilakukan dikarenakan lignin
merupakan penghambat utama pada proses hidrolisis selulosa. (dalam Diana
Sari, dkk, 2018:).
Penggunaan metode organosolv diharapkan dapat mengatasi permasalahan
lingkungan. Hal ini karena metode organosolv memberikan beberapa
keuntungan, antara lain : rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi
hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur
sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan hasil sampingan
berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. (dalam
Mardhiah dan Jannah, 2016:32-40)
Metode pendukung yang digunakan yaitu dengan ektraksi pektin. Ekstraksi
merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
bahan yang merupakan sumber komponen tersebut. Sedangkan pektin adalah
suatu senyawa heteropolisakarida yang secara umum terdapat pada dinding sel
primer tanaman. Senyawa pektin dapat berfungsi sebagai perekat antara
dinding sel yang satu dengan yang lainnya. Ekstraksi pektin berguna untuk
membantu mempermudah proses delignifikasi agar pemisahan kadar lignin
dapat terpisahkan secara maksimal (dalam Muslihah, dkk, 2018:).
3
lignin yang tertinggal didalam pulp. Penurunan bilangan kappa dapat
mempengaruhi berat pulp dan menyebabkan rendemen hasil pemasakan
berkurang. Penurunan rendemen juga dipengaruhi terlarutnya hemiselulosa,
pengujian ini bertujuan untuk menentukan besarnya tingkat delignifikasi pada
pulp. Dimana besarnya bilangan kappa berbanding lurus dengan besarnya kadar
lignin suatu pulp, yang kedua yaitu pengujian gramatur kertas merupakan
massa kertas dibagi dengan satuan luasanya yang berperan penting dalam
setiap uji kertas karena mempengaruhi semua sifat-sifat kertas, yang ketiga
yaitu pengujian ketahanan tarik yang merupakan gaya tarik maksimum per
satuan lebar yang dapat ditahan oleh kertas sesaat sebelum putus pada kondisi
yang telah ditetapkan dalam metode uji standar, yang keempat yaitu pengujian
bursting strenght tujuan dari pengukuran bursting strenght adalah untuk
mengetahui ketahanan retak atau jebol dari kertas dengan unit atau satuan yang
dipakai adalah kgf/cm2, dan yang terakhir yaitu pengujian ring crush pada
pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui ketahan tekan vertikal dari kertas
dengan satuan kgf (dalam Syamsu, dkk, 2014:14-21).
Uji kertas tersebut merupakan pengujian-pengujian kertas yang umumnya
dilakukan pada skala industri, dari sekian banyak uji kertas yang dapat
dilakukan pengujian yang dilakukan disesuaikan dengan jenis kertas yang akan
diproduksi.
LUARAN
4
pengganti seperti paper bag, sedotan kertas, piring kertas, dan lain-lain. Produk
kertas yang telah dipaparkan tersebut merupakan produk penyeimbang yang
seharusnya di perbanyak produksinya sebagai produk alternatif. Produk tersebut
ketika telah menjadi limbah, dapat digunakan kembali dengan menerapkan
recycle karena kertas bekas bisa diolah kembali menjadi bahan baku pembuatan
kertas baru (dalam Kompasina).
(Sumber: amazon.com/BagDream)
5
T403): min. 1.5 kgf/cm2, moisture (TAPPI T412): 7.0±1% yang memenuhi
standar SNI, memiliki kekuatan tarik, dan memiliki cobb test yang kuat.
Daftar Pustaka
Arfah, M. (2017). PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS MENJADI KERTAS DAUR
ULANG BERNILAI TAMBAH OLEH MAHASISWA. 13(1).
Asngad, A., & Siska, S. (2016). PEMANFAATAN KULIT KACANG DAN BULU
AYAM SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN KERTAS MELALUI
CHEMICAL PULPING DENGAN MENGGUNAKAN NaOH dan CaO. 2(1), 25–
34.
Bahri, S. (2015). Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal, 2(November), 36–50.
Diana Sari, P., Asrining Puri, W., & Hanum, D. (2018). Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian
“AGRIKA” , Volume 1 2, Nomor 2, November 2018. 1(November).
Mardhiah, A., & Jannah, M. (2016). Pembuatan Kertas Kraft dari Ampas Tebu
(Saccaharum oficinarum) Menggunakan Metode Organosolv. Jurnal Edukasi
Kimia, 1(1), 32–40.
Muslihah, K., Sumono, A., Warna, D., & Fatmawati, A. (2018). Uji Sitotoksisitas
Ekstrak Pektin Limbah Kulit Buah Kopi Robusta ( Coffea canephora ) pada
Kultur Sel Fibroblas Pulpa Gigi Manusia ( Cytotoxicity Effect of Pectin Extract
from Coffea Robusta ( Coffea canephora ) Fruit Peels on Human Dental Pulp
Fibroblast. 6(1).
Novia, Wijaya, D., & Yanti, P. (2017). PENGARUH WAKTU DELIGNIFKASI
TERHADAP LIGNIN DAN WAKTU SSF TERHADAP ETANOL PEMBUATAN
BIOETANOL DARI SEKAM PADI. 23(1), 19–27.
Pertanian, K. (2015). STATISTIK PRODUKSI HORTIKULTURA.
Syamsu, K., Haditjaroko, L., Pradikta, G. I., & Roliadi, H. (2014). Campuran Pulp
Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Selulosa Mikrobial Nata de Cassava dalam
Pembuatan Kertas ( The Mixture of Empty Oil Palm Fruit Bunch Pulp and
Microbial Cellulose from Nata de Cassava for Paper Manufacture ). 19 (April),
14–21.