Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, serta menghabiskan
670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2%
hingga 3.5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan
dari lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun. Di Indonesia industri
kertas memberikan kontribusi yang sangat besar dalam eksport non migas, tetapi
dibalik itu juga menyumbang kerusakan lingkungan terbesar lingkungan bagi
ekosistem di perairan. Karena industri pulp dan kertas memerlukan pasokan air dalam
jumlah yang besar dalam setiap kegiatannya. Keperluan air untuk memproduksi satu
ton pulp adalah sebesar 35 – 220 m3 dengan muatan bahan pencemar sebesar 30 m3.
lndonesia telah memiliki lebih dan 40 pabrik industri kertas dengan kapasitas total
produksi 1,436,900 ton/tahun. Sebagian besar industri ini terletak di pulau Jawa (53%
berada di Jawa Barat dan 35% berada di Jawa timur), sedangkan sebagian lainnya
berada di pulau Sumatra dan Sulawesi. Adapun jenis kertas yang diproduksi meliputi
kertas koran, kertas kraft, karton, kertas rokok, kertas tissue dsb.
Limbah Industri pulp dan kertas terdiri dari tiga fase yaitu fase cair, padat dan
gas. Limbah cair adalah air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan pulp dan
kertas yang menggunakan air sebagai pelarut bahan kimia atau untuk proses
pencucian. Sementara limbah padat berasal dari sisa atau residu pengolahan limbah
cair serta sisa kayu (chips) dari proses pengolahan kayu. Limbah gas berupa fly ash
dihasilkan pada proses boiler. Setiap fase limbah tersebut diolah diminimalisasi
konsentrasinya dengan berbagai metode pengolahan limbah. Pasokan air yang cukup
besar dalam industri pulp tentunya akan mempengaruhi kualitas badan air disekitar
industri pulp tersebut. Hampir semua kegiatan industri dan teknologi selalu
menghasilkan limbah yangmenimbulkan masalah bagi lingkungannya. Berbagai
macam pencemar dalam limbah tersebut selalu bercampur dengan air, baik dalam
kondisi terlarut, tersuspensi, koloid ataupun sebagai endapan partikel yang tidak
terlarut.
Adanya pencemar ini harus diminimalkan, sehingga tidak mengganggu
lingkungan, apabila air tersebut digunakan untuk irigasi pertanian. Industri pulp dan
kertas merupakan salah satu industri penghasil limbah padat yang jumlahnya cukup
besar. Kontribusi terbesar dari limbah padat adalah serat limbah (sludge) industri
pulp dan kertas. Serat limbah industri pulp dan kertas yang berasal dari sistem
pengolahan limbah cair. Limbah lumpur yang mempunyai kadar padatan sekitar 20 –
30%, yang selama ini penanganannya ditumpuk di lokasi pabrik pada lahan tertentu,
dan sewaktuwaktu dibuang sebagai landfill. Pemasalahan yang ada di industri pulp
dan kertas adalah lahan untuk pembuangan serat limbah industri pulp yang sangat
terbatas dan pada lokasi tersebut dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan.
Pembuangan limbah padat dengan cara ini dapat menimbulkan suatu permasalahan,
sehingga membutuhkan penanganan yang lebih baik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui proses
pengolahan air dan limbah pada pada pabrik pulp dan paper dimana akan dibahas
pada PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (PT. IKPP), limbah yang dihasilkan dan
dampaknya terhadap lingkungan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Proses Produksi Kertas
Proses produksi PT. IKPP Tangerang terdiri dari Stock Preparation, Paper
Machine & Finishing Converting, Tahapan proses produksi di industri ini adalah:

1. Stock Preparation
Pulp secara mekanis diolah menjadi bubur pulp kemudian di bentuk menjadi
lembaran melalui paper machine. Tahap ini menggunakan dua bahan baku, yaitu:
LBKP (Laubholz Bleached Kraft Pulp), NBKP (Nedelholz Bleached Kraft Pulp).
Proses ini memiliki tiga tahap, yaitu:
 Proses Pembuburan (Pulping).
Proses penghancuran bahan baku lembaran pulp (pulp sheet) menjadi bubur kertas
atau pulp dalam suatu alat pulper. Bahan baku yang dibutuhkan :
1) LBKP (Laubholz Bleached Kraft Pulp). Adalah pulp serat pendek, berasal dari
pohon yang berdaun lebar tumbuhan tropis. LBKP ini diperoleh dari PT. IKPP
Perawang, Riau.
2) NBKP (Nadelholz Bleached Kraft Pulp). Adalah jenis pulp serat panjang, berasal
dari pohon berdaun jarum. NBKP ini impor dari New Zealand, Argentina dan
Amerika.
 Proses Penggilingan (Refining).
Refining adalah proses penggilingan serat dalam suatu alat yang disebut refiner
sampai didapatkan tingkat kehalusan tertentu untuk menghasilkan kekuatan ikatan
serat yang optimum. Sebelum masuk ke refiner, pulp dilewatkan pada HDC (High
Density Cleaner) sehingga kotoran berat seperti pasir, logam, gumpalan pulp dan
lainnya akan terpisah. Kemudian dikontrol konsistensi bubur pulp dengan alat CRC
(Consistency Recording Controller).
 Proses Pencampuran (Mixing).
Merupakan proses pencampuran pulp berserat panjang dan pendek dalam sebuah
alat yaitu mixing chest. Tujuan pencampuran ini agar tensile strength (daya tahan
kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas) dapat ditingkatkan.

2. Paper Machine
Merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap pembuatan kertas. Di
bagian ini bubur pulp yang berasal dari Stock Preparation diolah sehingga dihasilkan
lembaran-lembaran kertas dalam bentuk jumbo-jumbo roll. Di bagian Paper Machine
ini terbagi dalam beberapa tahap, yaitu :
 Pembersihan.
Dimulai saat pulp dari machine chest dialirkan ke stuff box yang berfungsi untuk
mengatur jumlah aliran bahan, kemudian diencerkan dengan white water dari silo pit
dan dipompakan ke centricleanner.
 Penyaringan.
Pulp dialirkan ke horizontal screen agar bubur pulp terpisah dari gumpalan serat
dan kotoran yang tertinggal. Gumpalan serat ini dibuang ke Pack Pulper.
 Penyebaran.
Bubur pulp dialirkan ke head box yang berfungsi untuk menyebarkan bubur secara
merata pada wire part, disini terdapat dandy roll yang berfungsi untuk mengurangi
air.
 Pengurangan Air.
Air dari wire part diloloskan ke bawah sehingga terbentuk lembaran kertas yang
masih basah di atas permukaan wire. Kadar air tahap ini 90-99%.
Penekanan. Lembaran kertas digerakkan oleh felt yang berputar menuju press part,
lembaran kertas dilewatkan pada dua buah roll silinder yang berputar berlawanan.
Dalam proses ini kadar air turun menjadi 70-80%.
 Pengeringan.
Lembaran kertas dilewatkan di dryer part menggunakan pemanasan pada suhu 80-
1300C. Dryer part ini terdiri dari lima kelompok.
 Surface Sizing.
Pada lembaran kertas dilakukan external sizing dengan menambahkan surface
sizing solution (larutan kanji) secara merata. Lembaran kertas akan menjadi basah
sehingga perlu dilakukan pengeringan kembali. Penggulungan. Merupakan proses
akhir di Paper Machine, lembaran kertas dilewatkan paper roll yang berfungsi untuk
menggulung kertas menjadi rol-rol besar (jumbo roll).

3. Finishing Converting
Di bagian Finishing Converting ini kertas siap dikirim ke konsumen dengan
berbagai ukuran jenis yaitu dalam bentuk roll dan bentuk sheet. Pada seksi ini terdiri
dari beberapa tahap yaitu pemotongan, penyortiran dan packing. Setelah pemotongan
di mesin rewinder, roll di-packing. Dengan menggunakan wrapping paper.
Kemudian dililit dengan plastik (stretch film) di mesin cyclop. Setelah itu dilakukan
building yaitu penyusunan dari produksi kertas yang sudah jadi di atas pallet kayu
dan diikat agar saat pengangkutan tetap dalam kondisi baik. Selain memproduksi
kertas putih PT. IKPP Tangerang juga memproduksi kertas warna.

2.3 Limbah Industri Kertas


Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari
lingkungan. Menurut Rini, 2002 (dalam Himawan, Aditia), limbah proses pembuatan
kertas yang berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu :
1. Limbah cair, yang terdiri dari :
a. Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
b. Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin,
terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD
(Biological Oxygen Demand) tinggi,
c. Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas,
d. Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
e. Limbah panas
f. Mikroba seperti golongan bakteri koliform.
2. Partikulat yang terdiri dari :
a. Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
b. Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
3. Gas yang terdiri dari :
a. Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia
b. Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
kiln (tanur kapur)
c. Uap yang mengganggu jarak pandangan
4. Limbah padat yang terdiri dari :
a. Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
b. Limbah dari potongan kayu

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri penghasil limbah padat
yang jumlahnya cukup besar. Kontribusi terbesar dari limbah padat adalah serat
limbah (sludge) industri pulp dan kertas. Serat limbah industri pulp dan kertas yang
berasal dari sistem pengolahan limbah cair. Limbah Lumpur yang mempunyai yang
mempunyai kadar padatan sekitar 20 – 30%, yang selama ini penanganannya di
tumpuk di lokasi pabrik pada lahan tertentu, dan sewaktu-waktu dibuang sebagai
landfill. Pemasalahan yang ada di industri pulp dan kertas adalah lahan untuk
pembuangan serat limbah industri pulp yang sangat terbatas dan pada lokasi tersebut
dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan. Pembuangan limbah padat dengan
cara ini dapat menimbulkan suatu permasalahan, sehingga membutuhkan penanganan
yang lebih baik.
Pasokan air yang cukup besar dalam industri pulp tentunya akan
mempengaruhi kualitas badan air disekitar industri pulp tersebut. Hampir semua
kegiatan industri dan teknologi selalu menghasilkan limbah yang menimbulkan
masalah bagi lingkungannya. Berbagai macam pencemar dalam limbah tersebut
selalu bercampur dengan air, baik dalam kondisi terlarut, tersuspensi, koloid ataupun
sebagai endapan partikel yang tidak terlarut. Adanya pencemar ini harus
diminimalkan, sehingga tidak mengganggu lingkungan, apabila air tersebut
digunakan untuk irigasi pertanian. Badan air pada umumnya memiliki kemampuan
memperbaiki kualitasnya sendiri secara alami (self purification). Dengan
bertambahnya beban pencemaran yang masuk ke dalam badan air, akan
mengakibatkan kemampuan self purification dari badan air tersebut berkurang dengan
ditandai adanya perubahan fisik, kimia dan biologi pada badan air. Pada umumnya
badan air yang telah tercemar kandungan oksigennya akan sangat rendah, karena
oksigen yang terlarut di dalam air digunakan untuk mendegradasi bahan buangan
organik yang terkandung dalam badan air menjadi bahan yang mudah menguap.
Semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam badan air, maka semakin
sedikit oksigen yang terlarut. Buangan limbah cair industri kertas pada umumnya
berwarna putih susu kecoklatan dengan busa yang memenuhi permukaan air sungai.
Hal ini disebabkan karena limbah mengandung selulosa (bahan dasar pulp), bila
tertimbun di dasar sungai atau lahan terbuka akan menimbulkan bau busuk.
Proses pembuatan kertas berasal dari pulp dengan proses kimia menggunakan
sodium sulfat, yang dikenal sebagai proses Kraft (Kraft Process). Senyawa sulfur ini
menyebabkan timbulnya bau telur busuk pada kebanyakan industri kertas. Kraft
pulping menghasilkan pulp kurang dari 50% dari bahan baku kayu, sisanya menjadi
limbah padat (sludge) yang pada akhirnya dapat dibakar, disebar ke dalam tanah atau
dibuang di lapangan terbuka (sistem landfill). Kelebihan dari kraft pulping adalah
bahan kimia yang digunakan dapat didaur ulang kembali (recycle) dan dimanfaatkan
kembali dalam proses berikutnya. Kelebihan lainnya adalah dihasilkannya serat yang
kuat. Kertas majalah, kertas grafis dan percetakan, kantong belanja dan pembungkus
(packaging) pada umumnya terbuat dari kraft pulp ini. Kraft pulp biasanya berwarna
gelap dan umumnya diputihkan kembali dengan senyawa klorin.
Limbah cair industri kertas tersebar ke seluruh ekosistem di sekitarnya. Dalam
percobaan laboratorium, efluen industri kertas menyebabkan penyimpangan
reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang merupakan makanan dari ikan
serta kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada ikan. Hal ini
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati sungai dan berkurangnya sumber
pangan hewani masyarakat disekitar sungai. Disamping itu sebagian besar industri
kertas menggunakan pemutih yang mengandung klorin. Klorin akan bereaksi dengan
senyawa organik dalam kayu membentuksenyawa toksik seperti dioksin. Dioksin
ditemukan dalam proses pembuatan kertas, air limbah (efluen), bahkan di dalam
produk kertas yang dihasilkan.
Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk
membilas zat kimia dan senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Oleh karenanya air
limbah yang telah digunakan pada umumnya mempunyai nilai BOD, COD dan TSS
yang relatif tinggi, jauh di atas batas ambang yang diijinkan. Disamping itu juga
mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya termasuk dioksin. Meskipun
konsentrasi dioksin sangat kecil di dalam air limbah, tetapi pabrik terus beroperasi
dan terus menghasilkan dioksin sehingga konsentrasinya dalam air akan terus
bertambah. Dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan
konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena
adanya proses biomagnifikasi.

2.4 Pengolahan Limbah Industri Kertas


1. Pengolahan Berdasarkan Wujudnya
a. Pengolahan limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem pengolahan limbah cair berdasarkan
unit operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Fisik
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening
(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan
kayu yang masih berukuran besar sehabis diolah pada proses chipper. Setelah
dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran besar akan
dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan ukuran kayu
yang dikehendaki. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak
pengendapan atau bak penjernih. Bak pengendap yang hanya berfungsi atas dasar
gaya berat, tidak memberi keluwesan operasional. Karena itu memerlukan waktu
tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini
adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah
hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa
cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandungmata kayu dan serat-serat yang
tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan
menggunakan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen. Larutan
hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor yang
disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
2) Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat
organik beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan
kimia yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi
tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi gumpalan (flok) yang dapat
diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi. Cairan sisa dari hasil proses
pemutihan yang menggunakan bahan kimia Chlorine Dioksida, Ekstraksi Caustic
Soda, Hidrogen Peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap akhir satu langkah
dilakukan pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses pemutihan. Sebelum
bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke unit pengering, sisa Klorin Dioksida akan
dinetralkan dengan injeksi larutan Sulfur Dioksida. Pemasakan menggunakan bahan
larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida) dan NaS (sodium sulfida) yang
berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik. Cairan yang
dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan kimia, dengan daur
ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah cair. Proses pemutihan menggunakan
zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang masih tertinggal berubah menjadi
limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang umumnya
beracun.
3) Biologi
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah
menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organic terlarut yang
biodegradable dengan memanfaatkan aktivitasmikroorganisme. Pengolahan secara
biologis mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau,
warna, potensi yang menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai,
laguna fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi
80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal 10 hari.
Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses
pertumbuhan mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan
energi berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah
diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga senyawa organic tersebut
terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu limbah yang menggunakan pengolahan unit
ini ialah hasil perasan sludge yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan.
Larutan ini didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank
air activated sludge untuk mengurangi kandungan organik secara biologi dengan
memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari
pupuk fosfor dan nitrogen.
Standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan
Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH
dikisaran 6,0-9,0, BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.

b. Pengolahan limbah padat


Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari
kapur dan mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan dengan aman dan
nyaman. Limbah padat itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure
land fill (aman). Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark
Boiler dan Lime Klin. Bark Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu.
Sedangkan Lime Klin digunakan untuk pengolahan lumpur kapur.

c. Pengolahan limbah emisi udara


Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp,
biasanya pabrik pulp menggunakan alat-alat berupa blow gastreatment di unit
pulping, Electro Static Dust Precipitator pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di
Recausticizing Unit. Beberapa limbah atau proses yang menghasilkan emisi udara ini,
beserta penanganannya ialah : Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester
dikumpulkan dan dialirkan ke unit penanganan kondensat di evaporator plant.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime kiln (tanur
kapur). Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik
digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan
menengah untuk pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower
dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini
digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida
(reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator)
sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas Klorin Dioksida. Limbah yang
mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel boiler, recovery
boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat
electrostatic precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery
boiler dilengkapi dengan scrubber yang dialiri weak wash dari recaust plant.

2. Penanganan dari pada limbah dapat dikategorikan berdasarkan proses


nya :
a. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan – bahan padatan yang
mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap –
tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan membiarkan padatan
tersebut mengendap atau memisahkan bagian – bagian padatan yang mengapung.
Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi
serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya
belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan –
bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan
sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada 2 proses pada pengolahan
sekunder yaitu :
1) Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair
dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang berkembang
pada batu dan kerikil akan mengkonsumsi sebagian besar bahan – bahan organik.
2) Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara
dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak
mengalami kontak dengan limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan
primer. Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi senyawa – senyawa yang
lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur aktif.
b. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air
dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat
menghilangkan komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu
dilengkapi dengan pengolahan tersier. Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan
kertas terdiri atas tahap netralisasi, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan
tahap pengembangan. Sebelum masuk ke tempat pengendapan primer, air limbah
masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan
untuk menghilangkan benda – benda besar yang masuk ke air limbah. Pengendapan
primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya memerlukan waktu
tinggal sampai 24 jam. Untukmeningkatkan proses pengendapan dapat digunakan
bahan flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang membutuhkan
oksigen.
Pengolahan secara biologis dapat mengurangi kadar racun dan meningkatkan
kualitas air buangan (bau, warna, dan potensi yang mengganggu badan air). Apabila
terdapat lahan yang memadai dapat digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi.
Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu tinggal 10 hari. Apabila
tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit oksidasi dan
trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi membutuhkan
biaya operasional yang tinggi. Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas
yang lebih besar, melalui pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air
penerima (Devi, 2004). Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari
proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu
(2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau
tidak. Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat
dibedakan menjadi :
1) Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak
lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode
yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah yang mengoksidasi
lumpur organic pada suhu dan tekanan tinggi.
2) Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga
dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir
berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu
biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini menimbulkan bau karena pembusukan dan
menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan. Sekaranglumpur dihilangkan
airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).

2.5 Pengolahan Limbah PT. Indah Kiat Pulp & Paper


Limbah merupakan sisa hasil produksi yang pengolahannya tidak memenuhi
standar akan merusak lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh PT. Indah Kiat Pulp
& Paper dibedakan menjadi 2 yaitu, limbah cair dan limbah padat.
a. Limbah berwujud cair
Limbah yang berupa cairan ini termasuk golongan limbah B3. Sebelum dibuang
ke lingkungan, limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi standar
yang diizinkan dari segi pH, COD, BOD dan suspended lainnya yang dapat merusak
lingkungan. Contoh dari limbah B3 adalah Oli bekas, aki bekas dan bahan-bahan
kimia hasil pengujian atau kadaluarsa. Tabel 2 Standar Kualitas Air Limbah Industri
Menurut PemerintahTabel 2 Standar Kualitas Air Limbah Industri Menurut
Pemerintah
Parameter Standar Kualitas Air Limbah
Ph 6-9
COD ≤ 100 ppm
BOD ≤ 50 ppm
Suspended Solid ≤ 150 ppm
Proses pengolahan limbah dalam WWT I PT. IKPP Serang Mill terdiri dari
3 proses, antara lain :
1. Proses Fisika
2. Proses Kimia
3. Proses Biologi
Untuk proses yang pertama yaitu proses fisika, air limbah yang dihasilkan dari
SP/PM masuk ke dalam Buffer Tank yang ada pada WWT II. Sebelum masuk ke
dalam Buffer Tank terjadi proses screening yaitu pemisahan antara air limbah dengan
kotoran atau partikel-partikel berukuran besar seperti kayu, plastik dan lain-lain.
Fungsinya agar kotoran tersebut tidak masuk ke dalam proses selanjutnya, proses
screening tersebut dengan menggunakan Rotary Screen. Di dalam Buffer Tank
tenjadi proses equalizing, hal ini dimaksudkanagar air limbah yang berasal dari SP
dan PM bersifat homogen baik pH,temperatur dan konsentrasinya.
Kemudian dari Buffer Tank pada WWT II air limbah ditransfer masuk ke dalam
reaktor pada WWT I. Tahap ini merupakan proses pengolahan limbah secara kimia.
Di dalam reaktor ini terjadi proses koagulan dan dan flokulant dengan menambahkan
zat kimia ke dalamnya. Zat kimia yang dipakai pada proses ini adalah Alum Sulfat
sebagai koagulan dan ANP (Anionic Polymer) sebagai fiokulant. Fungsi dari
koagulan adalah sebagai penetralisir dan untuk menyatukan partikel-partikel yang
kecil. Sedangkan proses flokulasi berfungsi untuk menyatukan partikel-partikel yang
sudah terkumpul tadi menjadi dalam bentuk flok (gumpalan yang lebih besar),
gunanya agar pada proses sedimentasi akan mudah terjadi endapan.
Kemudian dari reaktor masuk ke dalam Primary Clarifier. Di sini terjadi proses
sedimentasi. Air yang dihasilkan dari proses sedimentasi kemudian masuk ke dalam
Pumpping Pit. Fungsi dari Pumping Pit adalah sebagai penampungan sementara yang
berasal dari Primary Clarifier, kemudian air dipompa masuk ke dalam Cooling Tower
melalui atas. Sedangkan fungsi dari
Cooling Tower sendiri adalah untuk menurunkan suhu agar sesuai untuk proses
Biotreatment, yaitu berkisar antara 35-40oC. Dari Cooling Tower kemudian air
limbah yang sudah sesuai temperaturnya untuk proses Biotreatment dimasukkan ke
dalam anoxic tank. Di sini terjadi proses pencampuran air limbah dengan Return
Sludge yang berasal dari Recycle Storage Tank. Di sini juga terjadi penambahan
nutrisi untuk bakteri yaitu Urca (yang diambil unsur N nya) dan H3PO4 (yang
diambil
unsur P nya), karena N dan P makronutrien untuk bakteri. Kemudian dari anoxic tank
masuk ke dalam oxic tank. Di sini terdapat aerator, fungsinya untuk memberikan O2
pada bakteri untuk membantu proses penguraian senyawa organik.
Kemudian dari oxic tank masuk ke dalam Secondary Clarifier yang sebelumnya
melewati Gate Level. Fungsi dari Gate Level tersebut adalah untuk mengatur kadar
DO (Disolved oxyger) dalam proses oxic reaktor. Apabila DOnya tinggi pada oxic
reaktor maka gate level diturunkan. Ini berarti tinggi permukaan air pada oxic reaktor
semakin surut, sehingga kontak antara impelar aerator dengan air limbah sedikit
berkurang sehingga kontak antara air limbah dengan O2 berkurang. Begitu juga
sebaliknya apabila DO nya rendah maka gate level akan dinaikkan. Ini berarti
permukaan air pada oxic reaktor akan semakin tinggi sehingga kontak antara impelar
aerator dengan air akan semakin besar.
Kemudian pada Secondary clarifier terjadi proses sedimentasi. Di sini akan
terjadi pemisahan antara air dengan lumpur aktif menggunakan bantuan gaya
grafitasi. Air yang dihasilkan dari Secondary Clarifier ini sebagian akan dibuang ke
sungai karena sudah memenuhi standar baku mutu air effluent, dan sebagian lagi ada
yang direcycle masuk ke dalam proses Dehydrator, fungsinya untuk membersihkan
Belt Press sedangkan sludge yang dihasilkan dari Secondary clarifier yang berupa
lumpur aktif masuk ke dalam Tangki Lumpur Daur Ulang (Recycle storage Tank).
Kemudian sludge yang terdapat di sini sebagian ada yang diumpankan ke dalam
anoxic tank dan sebagian ada yang dimasukkan ke dalam Sludge Thickener. Di sini
terjadi proses pemekatan tujuannya adalah agar dapat dipress dengan mudah.
Sedangkan air yang didapat dari proses Thickener ini direcycle kembali masuk ke
dalam Pumping Pit setelah dipekatkan, sludge dimasukkan ke dalam sludge Storage
Tank. Di sini teradi proses pencampuran antara sludge yang berasal dari Sludge
Thickener dan Sludge yang berasal dari Primary clarifier.
Kemudian sludge yang berada dalam Sludge Storage Tank (Tangki
Penyimpanan Lumpur) dimasukkan ke dalam Dehydrator (Dewanering). Di sini
dengan menggunakan bantuan senyawa kimia yaitu CNP (Cafionice Polymer).
Fungsinya sebagai flokulant yaitu untuk menyatukan partikel-partikel agar menjadi
flok sehingga sludge mudah di press. Dari proses Dewatering ini air yang dihasilkan
dari proses pengepresan direcycle masuk ke dalam Primary Clarifier, sedangkan
sludge yang sudah sedikit kandungan airnya dimasukkan ke penampungan sementara
sebelum dibawa ke proses pembakaran (Incenerator).
b. Limbah Berwujud Padat
Limbah padat seperti pengikat kawat pulp, dirijen, pelat kayu, seng, potongan
wire, plastik dan sisa kertas yang tercampur warnanya. Kertas yang tercampur
warnanya dikumpulkan menjadi satu yang akan dibuang ke tempat penampungan
untuk dijual kembali. Limbah hasil pengolahan limbah cair yang berupa sludge akan
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman padi, singkong dan lain-lain. Sedangkan
limbah kawat besi, plastic akan dikirim ke bagian General Affairs untuk disortir dan
dijual. Dari pengolahan limbah hasil produksi yang baik dalam memperhatikan
lingkungan sekitarnya, maka PT. Indah Kiat Pulp & Paper,Tbk Tangerang Mill
memperoleh sertifikasi ISO 14001 dalam hal sistem manajemen lingkungan. Untuk
permasalahan sampah ditangani oleh seksi general affairs.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penyusunan makalah mengenai pengolahan limbah dan air pada PT. Indah Kiat
Pulp & Paper ini dapat disimpulkan :
1. Air merupakan kebutuhan utama dari PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk Tangerang
Mill dikarenakan seluruh proses produksi menggunakan air sungai Cisadane yang
terlebih dahulu melalui treatment. Ada dua jenis air yakni fresh water (air bersih) dan
proccess water (air proses). Pengolahan fresh water ini menggunakan tangki
sedemintasi berbentuk kerucut dengan bantuan bahan kimia antara lain : Alum,
Flokulan, NaOCl, dan NaOH.
2. Limbah yang dihasilkan oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper dibedakan menjadi 2
yaitu, limbah cair dan limbah padat. . Contoh dari limbah B3 adalah Oli bekas, aki
bekas dan bahan-bahan kimia hasil pengujian atau kadaluarsa. Limbah padat seperti
pengikat kawat pulp, dirijen, pelat kayu, seng, potongan wire, plastik dan sisa kertas
yang tercampur warnanya.
3. Pengolahan limbah pabrik kertas terdiri dari pengolahan limbah cair, limbahpadat,
dan limbah gas. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan
menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).Sistem pengelolaan limbah
cair berdasarkan unit operasinya dibedakanmenjadi tiga yaitu fisik, kimia, dan
biologi. Penanganan dari pada limbah dapat dikategorikan berdasarkan proses nya
yakni proses primer, proses sekunder, dan proses tersier.

Anda mungkin juga menyukai