Anda di halaman 1dari 3

4.

Morfologi (Struktur) Sekam Padi

Sekam padi merupakan bagian pembungkus tanaman padi yang ketika masa panen,
tanaman padi akan digiling sehingga akan melepaskan sekam padi dari buahnya. Tanaman
padi sendiri berperan aktif sebagai media pengangkut metana dari lahan sawah ke atmosfer.
Lebih dari 90% metana diemisikan melalui jaringan aerenkima dan ruang interseluler
tanaman padi, sedangkan kurang dari 10% sisanya dari gelembung air. Kemampuan tanaman
padi dalam mengemisi metana beragam, bergantung pada sifat fisiologis dan morfologis
suatu varietas. Selain itu, masing-masing varietas mempunyai umur dan aktivitas akar yang
berbeda yang erat kaitannya dengan volume emisi metana. Pemilihan varietas padi yang
ditanam di suatu daerah ditentukan oleh potensi hasil panen, kondisi ekosistem, serta
ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik serta kondisi ekstrim. Tingginya bobot
biomassa padi yang dihasilkan diduga berkaitan dengan giatnya tanaman menghasilkan
eksudat akar yang merupakan substrat organik bagi bakteri pembentuk metana di tanah sawah
tergenang, sehingga berpengaruh terhadap pelepasan CH4.(1)

Sebagai salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini, maka kajian terkait
morfologi sekam padi diperlukan untuk dijadikan sebagai landasan dalam mempersiapkan
alat dan metode pengumpulan data, serta sebagai alat menguji hipotesis dalam penelitian.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, morfologi sekam padi dapat ditinjau dari berbagai
sisi, diantaranya sebagai berikut:(3)

a. Menurut (Makarim,2009), Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis
yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Lemma
selalu lebih besar dari palea, dan menutup hampir 2/3 sisi beras. Sedangkan sisi palea tepat
bertemu dengan sisi lemma. Dalam jenis jenis japonika, sekam terdiri atas gulma
rudimeter dan sebagian dari tangkai gabah sedangkan pada jenis jenis indika sekam
dibentuk dengan palea, lemma mandul dan rakhilla. Sekam padi merupakan bahan
berlignoselulosa seperti biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi.
Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50 % selulosa, 25 – 30 % lignin, dan 15 – 20 %
silika. Silika amorphous yang dihasilkan dari abu sekam padi diduga sebagai sumber
penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan tepung nitrid silikon. Abu
sekam padi memiliki aktivitas pozzolanic yang sangat tinggi. Bobot sekam adalah 20%
dari berat gabah.(2)
b. Menurut (Chandra,2012) Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis
yang terdiri dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada
proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang mengandung
banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras. Pada keadaan normal,
sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan yang disebabkan oleh
serangan jamur secara tidak langsung, melindungi biji dan juga menjadi penghalang
terhadap penyusupan jamur. Struktur sekam padi dengan bulu halus pada bagian luar
dimana butiran dalam jumlah besar tersebar di seluruh epidermis. Setelah pembakaran,
sekam padi terlihat menyusut dan permukaannya menjadi lebih halus. Butiran kecil dan
bulu pada bagian luar epidermis juga terlihat mengecil ukurannya. Pada abu putih sekam
padi, walau sangat rapuh, tapi masih memiliki struktur aslinya. Untuk sekam padi hampir
menghilang sementara bulunya ditemukan retak. (2)
c. Sebagai salah satu bahan organik, sekam padi memiliki kandungan yang memungkinkan
untuk dikonversi menjadi biogas. Biogas sendiri terdiri dari campuran metana CH4 (55-
70%), CO2 (25-50%), H2O (1-5%), H2S (0-0,5%), N2 (0-5%) dan NH3(0-0,05%) (Deublein
dan Steinhauser, 2008), selain itu pembentukan biogas optimum terjadi pada substrat
dengan rasio C/N 20-30. Sedangkan, rasio C/N sekam padi berkisar antara 60-70, karena
kandungan rasio C/N sekam padi terlalu tinggi, maka proses fermentasi atau penguraian
akan berjalan lambat. Untuk menurunkan rasio C/N maka diperlukan perlakuan khusus,
misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik atau dengan menambahkan kotoran
hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.(3)
d. Sekam padi memiliki masa jenis yang rendah yaitu 70-110 kg/m3, 145kg/m3 ketika
bergetar atau 180 kg/m3 dalam bentuk briket atau pellet. Dengan demikian untuk
penyimpanan dan transportasi, sekam padi membutuhkan volume besar, yang membuat
transportasi jarak jauh menjadi tidak ekonomis. Ketika sekam padi dibakar, kadar abu
yang diperoleh adalah 17-26%, jauh lebih tinggi daripada bahan bakar lainnya (kayu 0,2%
- 2%, batubara 12,2%). Abu sekam padi memiliki komposisi silika yang sangat tinggi dan
memungkinkan untuk dijadikan bahan baku alternatif pembuatan beberapa senyawa
berbasis silika seperti silika gel dan natrium silikat. Sekam padi memiliki nilai kalori
tinggi rata-rata dari 3410 kkal/kg dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi
terbaru (Umeda & Kondoh, 2008). (3)
Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu
yang dikenal sebagai RHA (Rice Husk Ash). Abu Sekam Padi merupakan abu hasil
pembakaran sekam padi, yang ternyata merupakan sumber silika/karbon yang cukup tinggi.
RHA merupakan salah satu bahan baku untuk menghasilkan silika. Nano silika saat ini telah
diaplikasikan dalam berbagai macam bidang diantaranya bidang sains dan industri. Bahan
abu sekam padi (ASP) telah banyak digunakan sebagai pengisi. Silika telah dimanfaatkan
secara luas sebagai katalis, dan berbagai jenis bahan komposit organik-anorganik.(1)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Wahida. 2016. Peran Biocar Sekam Padi terhadap Emisi Metana di Lahan Rawa
Pasang Surut. Banjarbaru

Chandra,Andy. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi Silika Dari Sekam Padi. Bandung:
Universitas Katolik Prahayangan

Deublein, D. and Steinhauser, A, 2008. Biogas from Waste and Renewable Resource
Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA

Ginting, Eva Marlina., Bukit, Nurdin, dkk.2017. Struktur dan Morfologi Nano Komposit
Campuran Zeolit Abu Sekam Padi. Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 07,
No. 01 (2017) 18 – 23

Makarim, Karim. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Jakarta. Penelitian dan
Pengembangan Pertanian

Umeda.J., Kondoh.K., 2008. High-Purity Amorphous Silica Originated in Rice Husks via
Carboxylic Acid Leaching Process. Journal of Materials Science 22, 7084-7090

Keterangan:

(1) Fadil Wicaksono


(2) Kartika Pertiwi
(3) Nadia Samiyah

Anda mungkin juga menyukai