Anda di halaman 1dari 10

POTENSI SERAT TANAMAN MENDONG (Fimbrystylis

Globulosa) SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN DAN


KOMPOSIT YANG RAMAH LINGKUNGAN
Reny Rahayu

Program Studi S-1 Biologi FMIPA UNNES

renyy.rahayu11@gmail.com

ABSTRAK
Pembuangan serat sintetis sangat sulit terdegradasi dan menimbulkan masalah di
lingkungan. Bahan-bahan terbarukan memiliki potensi sebagai bahan alternatif
untuk mengganti bahan sintetis dalam pembuatan produk kerajinan dan
komposit. Tanaman Mendong (Fimbrystylis Globulosa) merupakan salah satu
jenis tanaman rumput yang seratnya memiliki potensi untuk dijadikan berbagai
produk kerajinan dan komposit yang ramah lingkungan. Oleh karena itu,
Pembudidayaan dan pemanfaatan tanaman mendong perlu diintensifkan agar
tanaman mendong tetap survive dan tetap memberikan manfaat yang lebih bagi
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui kekuatan serat mendong yaitu dengan mengekstraksi serat mendong
dari jerami, metode uji tarik serat, dan analisis morfologi uji tarik menggunakan
mikroskop elektron scanning. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa serat
mendong memiliki kekuatan geser 11 MPa dan menunjukkan panjang serat kritis
630 μm. Panjang serat kritis yang rendah dari mendong yang tertanam dalam
matriks menunjukkan sifat adhesi yang baik dari mendong dalam matriks epoksi.
Ini merekomendasikan bahwa serat mendong dapat diterapkan sebagai
penguatan dalam komposit serat pendek.

Kata Kunci : Kerajinan, Komposit, Mendong, Ramah lingkungan, Serat


BAB I PENDAHULUAN

Teknologi polimer untuk kelestarian lingkungan merupakan masalah


penting untuk menggunakan bahan dari sumber daya terbarukan untuk mengubah
bahan sintetis. Dalam berbagai cara, serat sintetis memiliki banyak keuntungan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, pembuangan serat sintetis sangat
tahan lama dan sulit terdegradasi. Hal ini akan menciptakan masalah di
lingkungan sekitarnya. Diperlukan cara alternatif untuk mengamankan lingkungan
yang berkelanjutan. Bahan terbarukan memiliki kemampuan untuk diterapkan
sebagai bahan alternatif untuk mengganti bahan sintetis dalam produk yang
diproduksi.
Dalam beberapa tahun terakhir, serat alami telah digunakan dalam banyak
aplikasi karena memiliki banyak keuntungan. Menurut Suryanto, et al (2016),
Keuntungan dari serat alami antara lain: ketersediaannya melimpah, mudah
dipisahkan, harga rendah, biodegradable, terbarukan, kepadatan rendah, dan tidak
ada bahaya untuk kesehatan.
Produk polimer dari stok pertanian kini bersaing dengan produk sintetis.
Perkiraan produk dari bahan baku berbasis bio akan meningkat dari 12% pada
tahun 2010 menjadi sekitar 25% pada tahun 2030. Produksi bahan kimia terbesar
yang diperoleh dari sumber daya terbarukan diperkirakan mencapai 113 juta ton
atau mewakili 38% produksi di semua bahan kimia organik pada tahun 2050
(Suryanto, 2018)

Potensi Serat Alami Mendong

Mendong (Fimbristylis globulosa) adalah sejenis rumput yang tumbuh di


lahan basah dan biasanya tumbuh hingga lebih dari 100 cm. Secara tradisional,
serat mendong telah digunakan untuk bahan dasar pembuatan tali, tikar, dan
berbagai produk kerajinan lainnya (Banowati, 2017). Rumput mendong memiliki
potensi sebagai sumber serat karena produksi mendong diperkirakan 14.000 ton
setiap tahun di Jawa, Indonesia. Salah satu daerah sebagai tempat pendistribusian
tanaman mendong yaitu daerah Minggir, Sleman, yang kini telah mendirikan
UKM (Usaha Kecil Menengah) Deriji Craft yakni usaha yang memanfaatkan
serat tanaman mendong untuk dijadikan berbagai produk kerajinan, seperti tas,
sandal, topi, souvenir, dan lain-lain (Purnomo, 2011). Sementara itu, di Desa
Wajak, Kecamatan Wajak, Malang adalah daerah yang selama ini dikenal sebagai
sentra penghasil mendong di Jawa Timur sampai dengan Bulan Desember 2015
telah memulai pelaksanaan teknologi sistem pertanian terintegrasi dengan
menggabungkan antara budidaya mendong dan budidaya ikan nila dengan metode
teras seperti terlihat pada Gambar 2. Jika tanaman mendong sudah siap dipanen
(berumur 5-6 bulan), tanaman mendong kemudian dijual dalam bentuk bahan
baku atau bahan mentah di berbagai wilayah terutama didistribusikan di
wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta yang kemudian akan diolah menjadi
berbagai produk kerajinan (Sulistyo, 2015).

Gambar 1. Penempatan bibit rumput mendong di areal demoplot sebagai sis

tem pertanian terintegrasi budidaya mendong – ikan nila di Desa Wajak,


Kecamatan Wajak

Gambar 2. Penebaran bibit ikan dalam budidaya mina mendong

Beberapa manfaat dari hasil pelaksanaan teknologi sistem pertanian


terintegrasi antara tanaman mendong dengan budidaya ikan tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Tanaman mendong mendapatkan nutrisi tambahan berupa kotoran ikan dan


peranan probiotik dapat mengurai menjadi mineral organik (N, P, K, Ca, Si dan
sebagainya). Dengan peran mikroba anaerob dan arerob tersebut unsur nitrogen
menjadi lebih banyak dan petani dapat megurangi pemberian pupuk nitrogen.
Umumnya untuk penanaman mendong 1 Ha membutuhkan pupuk NPK sekitar
400 kg, sedangkan dengan budidaya mina mendong ini dapat menekan
Penggunaan pupuk NPK menjadi 300 kg per Ha.

2. Ikan yang dibudidayakan bersama tanaman mendong mendapatkan


keuntungan, antara lain: (a) tanaman mendong yang melindungi cahaya matahari
langsung dan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, (b) bahan
organik (sersah daun) diuraikan oleh probiotik menaikkan nilai nutrisi pakan,
(c) probiotik yang diberikan juga bermanfaat untuk (1) menekan populasi
mikroba yang bersifat merugikan yang berada dalam saluran pencernaan
dengan cara berkompetisi untuk menempati ruang (tempat menempel) dan
kesempatan mendapatkan nutrisi, (2) Menghasilkan senyawa anti mikroba yang
secara langsung akan menekan pertumbuhan mikroba pathogen dan mencegah
terbentuknya kolonisasi mikroba merugikan dalam sistem pencernaan hewan
inang, (3) menghasilkan senyawa yang bersifat imunostimulan dan (4)
menghasilkan senyawa vitamin yang bermanfaat bagi ikan .

Selain berpotensi untuk dijadikan bahan baku kerajinan, beberapa peneliti


dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa tanaman mendong memiliki
kekuatan serat yang cukup baik jika digunakan sebagai bahan dasar komposit.
Dengan demikian, diharapkan masyarakat di seluruh Indonesia dapat
mengoptimalkan kebermanfaatan serat tanaman mendong bukan hanya dijadikan
sebagai produk tradisional saja melainkan juga sebagai bahan dasar komposit
serat alam yang tentunya ramah lingkungan.

BAB II GAMBARAN KHUSUS

Serat Mendong, Serat Alami yang Ramah Lingkungan

Peningkatan kesadaran terhadap lingkungan merupakan salah satu faktor


yang menyebabkan munculnya ide-ide baru untuk membuat berbagai produk yang
berbahan dasar ramah lingkungan. Salah satu sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku produk ramah lingkungan yaitu dari tanaman
yang mengandung serat atau yang biasa disebut dengan bahan serat alami.
Pengelompokan serat-serat alami dapat didasarkan pada asalnya yaitu
berasal dari tanaman, binatang atau mineral. Semua serat tanaman terdiri atas
selulosa sementara serat binatang terdiri atas protein-protein (rambut, sutera, dan
wol). Serat alami dikelompokkan menjadi 2 katagori, yaitu serat non kayu dan
serat kayu (Mohanty, Misra, dan Drzal, 2005). Serat non kayu dibagi menjadi: (1)
Jerami, contoh: jagung, gandum, dan padi; (2) Kulit pohon, contoh: kenaf
(Hibiscus cannabicus), flax (Linum usitatissimum), jute (Corchorus), ramie
(Boehmeira nivea), dan hemp (Cannabis sativa); (3) Buah, contoh: sisal (Agave
sisalana), daun nanas (Ananas comosus), dan serat henequen (Agave
fourcroydes); (4) Serat rumput/grass, contoh: serat bambu, rumput, rotan, switch
grass (Panicum virgatum), dan rumput gajah (Erianthus elephantinus) (Suryanto,
2015).
Serat alami berbasis selulosa telah digunakan sebagai penguat pada
komposit termoplastik maupun termoset dan mampu memperbaiki sifat mekanis
dibandingkan tanpa adanya serat. Serat alami seperti jute, rumput, daun nanas,
sisal, rami, kenaf, sabut, dan abaka telah digunakan untuk menggantikan serat
anorganik (gelas, aramid dan karbon) dalam komposit bertulang (Rout, et al
2016). Keunggulan dari komposit serat alami dibandingkan komposit dengan
penguat serat glass dan karbon adalah harga murah, densitas rendah, mudah
dipisahkan, kemampuan biodegradasi dan dapat diperbarui (Li, Tabil, &
Panigrahi, 2007).
Sekarang ini, serat sintetis seperti kaca (glass), karbon, dan aramid memang
telah banyak digunakan dalam komposit polimer karena kekakuan dan
kekuatannya yang tinggi. Namun, serat-serat sintetis memiliki kelemahan serius
dalam hal biodegradabilitas, biaya pengolahan awal yang tinggi, daur ulang,
konsumsi energi, abrasi mesin, dan bahaya bagi kesehatan (Pamungkas, et al
2017).
Dampak lingkungan yang merugikan tersebut yang telah mengubah
perhatian sebagian masyarakat dari yang menggunakan serat sintetis beralih ke
serat alami. Pengenalan biofiber seperti serat alami dari sumber daya terbarukan
telah menarik perhatian untuk digunakan sebagai penguat dalam komposit untuk
memberikan manfaat terhadap lingkungan sehubungan dengan biodegradabilitas
dan pemanfaatan bahan terbarukan.
Tanaman Mendong (Fimbristylis globulosa) merupakan salah jenis rumput
dari famili Cyperaceae yang seratnya sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
bahan baku kerajinan dan komposit yang ramah lingkungan. Adanya berbagai
manfaat serat tanaman mendong tersebut diharapkan masyarakat di Indonesia
dapat membudidayakan tanaman mendong lebih intensif serta diharapkan dapat
merubah pandangan masyarakat mengenai populasi tanaman mendong dari yang
semula dianggap sebagai gulma air menjadi tanaman yang memiliki
kebermanfaatan yang tinggi.

Pengertian Komposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua
atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen,
dimana sifat mekanik dari masing–masing material pembentuknya berbeda–beda.
Dari pencampuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang
mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material
pembentuknya.
Pada umumnya komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda
yaitu:

1. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas


yang lebih rendah.
2. Penguat (reinforcement), umumnya berbentuk serat yang mempunyai sifat
kurang ductile tetapi lebih rigid dan lebih kuat.

 Matriks

Material komposit terdiri dari matrik dan filler (pengisi). Matrik diartikan
sebagai material pengikat antara serat atau partikel namun tidak terjadi reaksi
kimia dengan bahan pengisi. Secara umum matrik berfungsi sebagai pengikat
bahan pengisi, sebagai penahan dan pelindung serat dari efek lingkungan dari
kerusakanbaik kerusakan secara mekanik maupun kerusakan akibat reaksi
kimia, serta untuk mentransfer beban dari luar ke bahan pengisi.

 Penguat (Reinforcement)

Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat)


yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Salah satu
tanaman yang memiliki serat yang dapat dijadikan sebagai komposit adalah
tanaman mendong.

Kandungan Senyawa Tanaman Mendong

Serat tanaman mendong terdiri atas selulosa dan non selulosa yang
diperoleh melalui penghilangan lapisan luar daun secara mekanik. Lapisan luar
daun berupa pelepah yang terdiri atas sel kambium, zat pewarna yaitu klorofil
xanthophyl dan carotene yang merupakan komponen kompleks dari jenis tanin,
serta lignin yang terdapat di bagian tengah daun. Serat yang diperoleh dari daun
tanaman mendong muda kekuatannya relatif rendah dan seratnya lebih pendek
dibanding serat dari daun yang sudah tua.
Berdasarkan hasil penelitian Suryanto, et al (2014), tanaman mendong baru
panen (berumur sekitar 5-6 bulan), diketahui memiliki kandungan senyawa kimia
dari batang mendong yaitu selulosa alfa 72,14%, Hemiselulosa 20.20%, 3.44%,
dan kadar ekstraktif 4.2%-5.2%.
Metode dalam Memperoleh dan Mengetahui Kekuatan Serat Mendong

Ekstraksi Serat Mendong

Berdasarkan hasil penelitian, serat mendong dapat diperoleh dengan cara


diekstraksi menggunakan proses mekanis. Jerami mendong basah dipotong 60 cm
dari pangkalnya. Jerami Mendong ditumbuk berulang-ulang dan kemudian
dibersihkan menggunakan air. Kemudian, serat direndam dalam air selama
seminggu. Serat mendong diambil, dibersihkan dan dibiarkan kering, dari
direndam dalam 5% NaOH selama 2 jam pada suhu kamar. Mendong dibilas
dengan aquades selama lima kali, dikeringkan dan disimpan dalam wadah kering.

Uji Tarik Serat

Tes tarik serat tunggal dilakukan untuk menentukan kekuatan geser


interfacial dari serat mendong di epoxy matriks, dari jurnal penelitian yang
didapat, telah dilakukan uji tarik serat dengan kekuatan maksimum 5 N, resolusi
1 mN dan kecepatan tegangan 3,5 mm / menit pada suhu kamar. Uji tarik dari
serat tunggal yang tertanam dalam komposit epoksi ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Serat tertanam dalam matriks (gambar optik)

Scanning Electron Microscope / SEM

Struktur morfologi matriks serat dapat diamati menggunakan Scanning


Electron Microscope. Spesimen terlebih dahulu dilapisi dengan emas dengan
ketebalan 10 nm, setelah itu diamati dalam SEM.
Gambar 4. Ekstraksi Serat Mendong (SEM 2000x)

Tabel 1. Perbandingan kekuatan geser dan panjang kritis serat pada composit
polimer

Serat Matriks Metode Kekuatan Geser Panjang Kritis


(MPa) (µm)
Mendong Epoxy Pull out 11 630
Piassava Polyes Pull out 1.9-2.8 15000
ter
Banana PF Pull out 44 -
resin
Hemp PP + SFFT 15,4 830
MAPP
Ramie Epoxy Pull out 16,5 302
Ramie PP SFFT 24,9 980
Flax Epoxy Micro- 22,7 -
bond
Flax PP+ 12 820
MAPP
Cotton PP Pull out 0.7 5000
Carbon PP Pull out 18.2 810
Glass PP Pull out 15.2 890

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa serat mendong memiliki kekuatan
geser 11 MPa dan menunjukkan panjang serat kritis 630 μm. Panjang serat kritis
yang rendah dari mendong yang tertanam dalam matriks menunjukkan sifat adhesi
yang baik dari mendong dalam matriks epoksi. Ini merekomendasikan bahwa
serat mendong dapat diterapkan sebagai penguatan dalam komposit serat pendek.
Daftar Pustaka
Banowati, Lies; Prasetyo, Wisnu A, & Gunara, Devi M. 2017. Analisis
Perbandingan Kekuatan Tarik Orientasi Unidirectorial 0° dan 90°
pada Struktur Komposit Serat Mendong dengan menggunakan Epoksi
Bakelite EPR. Jurnal Infomatek. Vol 19 No.2
Li. G, Tabil, and S. Panigrahi, 2007. Chemical Treatments of Natural Fiber for
Use in Natural Fiber-Reinforced Composites: A Review, J. Polym. Environ.,Vol
15,No.1,pp.25-33

Mohanty, A. K., Misra, M., and Drzal, L.T., 2005. Natural fibers, biopolymers,
and biocomposites.,. http://doi.wiley.com/10.1002/pl.2084.
Pamungkas, Dhony C; Jokosisworo, Sarjito; Santosa, Ari WB. 2017. Analisa
Teknis Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Tanaman
Mendong (Fimbrystylis globulosa) ditinjau dari kekuatan Bending dan
Impak. Jurnal Teknik Perkapalan.ISSN. Vol 5 No. 2. Halaman 397-398
Purnomo, Hari; & Ferdianto, Kesuma. 2011. Desain Sistem Kerja pada Pengrajin
Mendong dengan Pendekatan Ergonomi Makro. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Tekhnologi. ISBN. Halaman 14
Rout, Arun K; Kar, Jnanaranjan; Jesti, Dipak K; Sutar, AleKH K. 2016.The effect
of surface the pshcical, chemical, and mechanical properties of palm tree
leaf stalk fibers. treatment on tensile properties of sugar palm fibre
reinforced epoxy composites. Vol 11(2), Pages 4433

Sulistyo, Muhammad, AD & Taufikkurrahman. 2015. Pengembangan Sistem


Pertanian Terpadu Mina Mendong Metode Teras dalam di Desa Wajak,
Kecamatan Wajak. Jurnal Ilmu Teknik Sistem. Vol 11 No. 3. Halaman 36-
37
Suryanto, Heru. 2015. Critical Fiber Length of Mendong Fibers in Epoxy Matrix
Composite. In proceedings of mechanical engineering and engineering
education conference. Vol. 11, No. 4,pp. 333-351

Suryanto, Heru. 2015. Thermal Degradation Of Mendong Fiber. Proceeding


International Conference. pp 1-2

Suryanto, Heru; Irawan, Yudy S; Marsyahyo, Eko, & Soenoko, Rudy. 2014.
Karakteristik Serat Mendong (Fimbristylis globulosa) Upaya Menggali
Potensi sebagai Penguat Komposit Matriks Polimer. National Conference
Green Tehnology. halaman 1-17
Suryanto, Heru; Irawan, Yudy S; Soenoko, Rudy; Puspitasari, Poppy, &
Aminnudin. 2016. The effect of the electric fields on crystalline structure
and functional group of mendong fiber (Fimbrristylis globulosa).
American Institute of Physics https://doi.org/10.1063/1.4965741

Anda mungkin juga menyukai