Website : http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa
Jumlah hlm : 7 halaman
holtikultura potensial karena pada umbi kentang terdapat sumber protein, lemak,
karbohidrat, besi, dan vitamin, serta memiliki banyak manfaat baik untuk dikonsumsi
sehari-hari maupun untuk tujuan industri (Hoque, 2010). Kentang mampu memproduksi
protein lebih banyak dibandingkan gandum dan beras (Thurton, 2001). Tanaman
Kentang merupakan salah satu tanaman penting d i dunia, karena merupakan sumber
makanan terbesar keempat di dunia setelah padi, gandum dan jagung (Wattimena,
Kentang dapat diperbanyak secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif
dengan umbi. Namun metode perbanyakan ini memiliki kelemahan seperti tingkat
multiplikasi yang rendah dan beresiko tinggi adanya berbagai penyakit (Mohapatra
dan Batra, 2017). Teknik kultur jaringan dapat menjadi metode alternatif untuk
perbanyakan vegetatif tanaman dengan kelebihan memiliki tingkat multiplikasi yang
sangat cepat dalam waktu yang relatif singkat (Mohapatra dan Batra, 2017).
Pengembangan teknik kultur jaringan telah menjadi dasar dalam tanaman berkualitas
tinggi, bebas penyakit pada skala masal, terutama pada tanaman yang diperbanyak
Teknik kultur jaringan diakui sebagai metode dalam perbanyakan tanaman yang
perbanyakan tanaman mikro tanaman kentang tergantung pada media yang digunakan.
Pada umumnya media yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman adalah media MS.
Media Murashige dan Skoog (MS) merupakan media yang sangat luas pemakaiannya
karena medium MS ini memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi
mineral, sukrosa, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Bahan-bahan tersebut
merupakan bahan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Karjadi &
Buchory, 2008). Hasil penelitian Purwanto dkk. (2007), menunjukkan bahwa media
yang terbaik untuk induksi akar eksplan tanaman kentang. Media MS penuh dan ¼ MS
masih cukup baik untuk menumbuhkan eksplan tanaman kentang dilihat dari tinggi
Faktor lain yang menentukan keberhasilan dalam kultur jaringan adalah jenis dan
tujuan dan tahap pengkulturan. Konsentrasi ZPT pada medium sangat berperan dalam
morfogenesis (Ali et al., 2007). Sitokinin merupakan ZPT yang berperan dalam
(Wareing dan Phillips, 1970). Menurut Pierik (1987), sitokinin dalam konsentrasi
rendah dan sedang dapat menginisiasi pertumbuhan tunas lateral sedangkan konsentrasi
sitokinin aromatik yang diketahui dapat meningkatkan pembelahan sel, inisiasi tunas
B. Analisis
Berdasarkan hasil bacaan Saya terhadap artikel ini, bahwa ada beberapa hal
yang perlu penulis tambahkan dalam artikel tersebut, diantaranya: pertama, sebaiknya
penulis perlu menambahkan data yang akan diukur yaitu waktu muncul tunas kentang
secara in vitro, sehingga dapat diketahui pula perbandingan waktu muncul tunas kentang
dalam berbagai media yang akan dijadikan taraf perlakuan. Waktu muncul tunas ini
dapat diamati setiap tiga hari sekali setelah hari tanam. Kedua, dalam proses sterilisasi
alat penulis menuliskan sterilisasi alat selama 20 menit. Sebaiknya sterilisasi alat
dilakukan selama 1 jam karena pada umumnya sterilisasi alat lebih baik jika dilakukan
selama waktu tersebut dan hal ini ditujukan agar alat-alat yang akan digunakan untuk
proses kultur suatu tanaman benar-benar steril dan terbebas dari kontaminasi.
Ketiga, didalam artikel ini penulis membahas mengenai perlakuan media yaitu
memberikan hasil yang lebih baik pada pucuk dibandingkan dengan media MS penuh.
Dalam hal ini sebaiknya penulis menggunakan referensi yang dapat membedakan
pengaruh perbedaan media dalam pertumbuhan tunas tanaman kentang dengan
tanaman lain yang masih tergolong kedalam satu family dengan tanaman kentang
tersebut. Dendrocalamus adalah tanaman dari family poaceae, sehingga jika dijadikan
perbandingan terhadap tanaman kentang kurang tepat. Keempat, perlu adanya sumber
yang lebih kuat yang melatarbelakangi penulis meneliti kadar meta-topolin yang efektif
dalam pertumbuhan tunas kentang sebagai ZPT yang digunakan dalam penelitian
C. Simpulan
sumber makanan terbesar keempat di dunia setelah padi, gandum, dan jagung. Oleh
karena itu, tanaman kentang perlu diperbanyak atau dibudidayakan. Salah satu teknik
perbanyakan tanaman yang dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang singkat adalah menggunakan teknik kultur jaringan. Faktor yang
mikro tanaman kentang tergantung pada media dan ZPT yang digunakan. Pada hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, perlakuan kombinasi media modifikasi
tertinggi sebesar 5,07 cm, menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi sebesar 7
tunas, menghasilkan rata-rata panjang tunas tertinggi sebesar 3,37 cm, menghasilkan
rata-rata jumlah daun tertinggi sebesar 29,67, menghasilkan rata-rata jumlah akar
tertinggi sebesar 5,67, dan menghasilkan panjang akar tertinggi sebesar 5,91 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, G., F. Hadi, Z. Ali, M. Tariq, and M. A. Khan. 2007. Callus Induction And In Vitro
Complete Plant Regeneration Of Different Cultivars Of Tobacco (Nicotiana
tabacum L.) On Media Of Different Hormonal Concentration. Biotechnology.
6(4): 561-566.
Mohapatra P.P. and V.K. Batra. 2017. Tissue Culture of Potato (Solanum tuberosum
L.): A Review. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci. 6(4): 489-4
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands: Martinus Nijhoff
Publisher Dordrecht
Rusiman.2008.PotatoPlant(Tanaman
Kentang).http://www.rusiman.bpdaspemalijratun.net/index.php?option=com:tana
mankentang. Diakses 24 April 2019.
Thurton, H.D. 2001. Origin, history and importance of the potato in Stevenson,W.R.
(eds). Compendium of Potato Disease. 2th ed. The American Phytopathological
Soc. NewYork.