Anda di halaman 1dari 7

REVIEW ARTIKEL

Oleh: Reny Rahayu


(Prodi Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang)

Judul Artikel : Perbanyakan In Vitro Tanaman Kentang (Solanum


Tuberosum [L.] Cv. Granola) Dengan Penambahan Meta-
Topolin pada Media Modifikasi MS (Murashige & Skoog)

Penulis artikel : Tia Setiawati, Auliya Zahra, Rully Budiono, Mohamad


Nurzaman

Penerbit : Jurnal Metamorfosa Journal of Biological Sciences

Website : http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa
Jumlah hlm : 7 halaman

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

Tanaman kentang (Solanum tuberosum Linn.) adalah salah satu tanaman

holtikultura potensial karena pada umbi kentang terdapat sumber protein, lemak,

karbohidrat, besi, dan vitamin, serta memiliki banyak manfaat baik untuk dikonsumsi

sehari-hari maupun untuk tujuan industri (Hoque, 2010). Kentang mampu memproduksi

protein lebih banyak dibandingkan gandum dan beras (Thurton, 2001). Tanaman

Kentang merupakan salah satu tanaman penting d i dunia, karena merupakan sumber

makanan terbesar keempat di dunia setelah padi, gandum dan jagung (Wattimena,

2000), bernilai ekonomi tinggi (Gunarto, 2007; Rusiman, 2008).

Kentang dapat diperbanyak secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif

dengan umbi. Namun metode perbanyakan ini memiliki kelemahan seperti tingkat

multiplikasi yang rendah dan beresiko tinggi adanya berbagai penyakit (Mohapatra

dan Batra, 2017). Teknik kultur jaringan dapat menjadi metode alternatif untuk
perbanyakan vegetatif tanaman dengan kelebihan memiliki tingkat multiplikasi yang

sangat cepat dalam waktu yang relatif singkat (Mohapatra dan Batra, 2017).

Pengembangan teknik kultur jaringan telah menjadi dasar dalam tanaman berkualitas

tinggi, bebas penyakit pada skala masal, terutama pada tanaman yang diperbanyak

secara vegetatif (Kaur et al., 2015).

Teknik kultur jaringan diakui sebagai metode dalam perbanyakan tanaman yang

pelaksanaannya meliputi persiapan media, eksplan/ bahan tanaman, penanaman,

penumbuhan serta aklimatisasi. Keberhasilan kultur jaringan tanaman dalam

perbanyakan tanaman mikro tanaman kentang tergantung pada media yang digunakan.

Pada umumnya media yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman adalah media MS.

Media Murashige dan Skoog (MS) merupakan media yang sangat luas pemakaiannya

karena medium MS ini memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Wetter dan Constabel, 1991).

Media kultur jaringan mengandung unsur-unsur penting berupa garam-garam

mineral, sukrosa, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Bahan-bahan tersebut

merupakan bahan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Karjadi &

Buchory, 2008). Hasil penelitian Purwanto dkk. (2007), menunjukkan bahwa media

½ MS dengan penambahan ekstrak kentang dan air kelapa merupakan media

yang terbaik untuk induksi akar eksplan tanaman kentang. Media MS penuh dan ¼ MS

masih cukup baik untuk menumbuhkan eksplan tanaman kentang dilihat dari tinggi

tanaman, jumlah akar dan jumlah tunas.

Faktor lain yang menentukan keberhasilan dalam kultur jaringan adalah jenis dan

konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT), yang penggunaannya tergantung pada

tujuan dan tahap pengkulturan. Konsentrasi ZPT pada medium sangat berperan dalam
morfogenesis (Ali et al., 2007). Sitokinin merupakan ZPT yang berperan dalam

mendorong pembelahan sel atau jaringan dan merangsang perkembangan tunas

(Wareing dan Phillips, 1970). Menurut Pierik (1987), sitokinin dalam konsentrasi

rendah dan sedang dapat menginisiasi pertumbuhan tunas lateral sedangkan konsentrasi

tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tunas aksilar. Meta-Topolin (mT) merupakan

sitokinin aromatik yang diketahui dapat meningkatkan pembelahan sel, inisiasi tunas

dan pertumbuhan, dominansi apikal, penuaan dan perkembangan fotomorfogenetik

(Serap dan Narçin, 2003).

B. Analisis

Berdasarkan hasil bacaan Saya terhadap artikel ini, bahwa ada beberapa hal

yang perlu penulis tambahkan dalam artikel tersebut, diantaranya: pertama, sebaiknya

penulis perlu menambahkan data yang akan diukur yaitu waktu muncul tunas kentang

secara in vitro, sehingga dapat diketahui pula perbandingan waktu muncul tunas kentang

dalam berbagai media yang akan dijadikan taraf perlakuan. Waktu muncul tunas ini

dapat diamati setiap tiga hari sekali setelah hari tanam. Kedua, dalam proses sterilisasi

alat penulis menuliskan sterilisasi alat selama 20 menit. Sebaiknya sterilisasi alat

dilakukan selama 1 jam karena pada umumnya sterilisasi alat lebih baik jika dilakukan

selama waktu tersebut dan hal ini ditujukan agar alat-alat yang akan digunakan untuk

proses kultur suatu tanaman benar-benar steril dan terbebas dari kontaminasi.

Ketiga, didalam artikel ini penulis membahas mengenai perlakuan media yaitu

bahwa pada kultur Dendrocalamus menggunakan media MS yang dimodifikasi ½ MS

memberikan hasil yang lebih baik pada pucuk dibandingkan dengan media MS penuh.

Dalam hal ini sebaiknya penulis menggunakan referensi yang dapat membedakan
pengaruh perbedaan media dalam pertumbuhan tunas tanaman kentang dengan

tanaman lain yang masih tergolong kedalam satu family dengan tanaman kentang

tersebut. Dendrocalamus adalah tanaman dari family poaceae, sehingga jika dijadikan

perbandingan terhadap tanaman kentang kurang tepat. Keempat, perlu adanya sumber

yang lebih kuat yang melatarbelakangi penulis meneliti kadar meta-topolin yang efektif

dalam pertumbuhan tunas kentang sebagai ZPT yang digunakan dalam penelitian

kultur in vitro kentang.

C. Simpulan

Kentang merupakan salah satu tanaman penting d i dunia, karena merupakan

sumber makanan terbesar keempat di dunia setelah padi, gandum, dan jagung. Oleh

karena itu, tanaman kentang perlu diperbanyak atau dibudidayakan. Salah satu teknik

perbanyakan tanaman yang dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dan

dalam waktu yang singkat adalah menggunakan teknik kultur jaringan. Faktor yang

dapat memengaruhi keberhasilan kultur jaringan tanaman dalam perbanyakan tanaman

mikro tanaman kentang tergantung pada media dan ZPT yang digunakan. Pada hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, perlakuan kombinasi media modifikasi

MS dengan ZPT meta-Topolin pada berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap semua

parameter pertumbuhan kentang secara in vitro. Perlakuan ½ MS + 2 ppm meta-

Topolin merupakan kombinasi terbaik yang menghasilkan rata-rata tinggi tanaman

tertinggi sebesar 5,07 cm, menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi sebesar 7

tunas, menghasilkan rata-rata panjang tunas tertinggi sebesar 3,37 cm, menghasilkan

rata-rata jumlah daun tertinggi sebesar 29,67, menghasilkan rata-rata jumlah akar

tertinggi sebesar 5,67, dan menghasilkan panjang akar tertinggi sebesar 5,91 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, G., F. Hadi, Z. Ali, M. Tariq, and M. A. Khan. 2007. Callus Induction And In Vitro
Complete Plant Regeneration Of Different Cultivars Of Tobacco (Nicotiana
tabacum L.) On Media Of Different Hormonal Concentration. Biotechnology.
6(4): 561-566.

Gunarto A. 2007. Prospek Agribisnis Kentang G4 Sertifikat di Kabupaten


Sukabumi. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknik
Budidaya Pertanian.

Kaur C.S, N. Kaur and A. Kaur.2015. Effect of growth regulators on micropropagation


of potato cultivars Manpreet Kaur, Rabinder. African Journal of Crop Science.
3 (5): 162-16

Mohapatra P.P. and V.K. Batra. 2017. Tissue Culture of Potato (Solanum tuberosum
L.): A Review. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci. 6(4): 489-4

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands: Martinus Nijhoff
Publisher Dordrecht

Purwanto, A.S. Purwantono dan S. Mardin.2007. Modifikasi Media MS Dan


Perlakuan Penambahan Air Kelapa Untuk Menumbuhkan Eksplan Tanaman
Kentang. Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”. 11(1): 1-7.

Serap, C. and P. Narçin. 2003. The Effect Of Meta-Topolin On Protein Profile In


Radish Cotyledons. Journal of Cell and Molecular Biology. 2(3): 31-34.

Rusiman.2008.PotatoPlant(Tanaman
Kentang).http://www.rusiman.bpdaspemalijratun.net/index.php?option=com:tana
mankentang. Diakses 24 April 2019.

Thurton, H.D. 2001. Origin, history and importance of the potato in Stevenson,W.R.
(eds). Compendium of Potato Disease. 2th ed. The American Phytopathological
Soc. NewYork.

Wareing, P. F. and I. D. J. Phillips. 1970. The Control Of Growth And Differentiation


In Plants. England : Pergamon Press Ltd.

Wattimena GA. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dari Kultivar


Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia.
Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai