Anda di halaman 1dari 131

Halaman Judul

KARAKTER ANATOMI DAN KANDUNGAN PIGMEN DAUN


MANGGA WIRASANGKA (Mangifera indica L. var. Wirasangka)

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Biologi

Oleh:
Reny Rahayu
4411416023

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Semua yang kita inginkan belum tentu yang terbaik, tetapi apapun yang telah
diberikan ALLAH SWT kepada kita pastilah yang terbaik. ALLAH yang
menciptakan kita, ALLAH juga yang lebih tahu yang terbaik untuk kita ”.

PERSEMBAHAN

1. Skripsi ini saya persembahkan untuk


orang tua yang senantiasa
memberikan doa, dukungan dan
limpahan kasih sayang yang tiada
hentinya.
2. Almamater UNNES.

v
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakter Anatomi dan Kandungan Pigmen Daun Mangga Wirasangka
(Mangifera Indica L. var. Wirasangka)” sebagai syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan
Biologi Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan


kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UNNES.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang yang membantu
kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi.
4. Kepala Laboratorium Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan izin dalam penelitian skripsi.
5. Prof. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. selaku dosen pembimbing sekaligus
dosen penelitian payung penulis yang selalu membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. selaku dosen penguji yang selalu memberikan
saran dan masukan atas skripsi yang penulis susun.
7. Talitha Widiatningrum, P.hD. selaku dosen penguji yang selalu
memberikan saran dan masukan atas skripsi yang penulis susun.
8. Muhammad Abdullah, M.Sc. selaku dosen wali penulis yang telah
memberikan dorongan dan membantu kelancaran penyelesaian skripsi.

vi
9. Teknisi Laboratorium Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang (Mba
Ria dan Pak Sriyadi) yang telah mengarahkan penulis dalam menggunakan
alat laboratorium selama pelaksanaan penelitian.
10. Teman-teman yang membantu dalam pelaksanaan penelitian, memberikan
dukungan dan motivasi (Mba Aida, Mba Kidah, tim peneliti mangga
wirasangka, teman-teman di Lab. Kultur Jaringan Biologi Unnes, dll).
11. Ibunda tersayang Ismawati, Ayahanda tercinta Mursalin, kakak dan adik
tercinta Eri Juariyah dan Melani Azzahra, seluruh keluarga besar penulis,
terima kasih telah memberikan dukungan, dorongan doa, motivasi, nasihat
dan pengorbanan materilnya selama penulis menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
12. Seluruh saudara, sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu atas sumbangan baik moral maupun spiritual demi
terwujudntya tugas akhir ini.
Rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak atas segala dukungan dan
doanya kepada penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan saudara
semua. Aamiin. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Semarang, 11 Mei 2022

Penulis

vii
ABSTRAK
Rahayu, R. 2022. Karakter Anatomi dan Kandungan Pigmen Daun Mangga
Wirasangka (Mangifera indica L. var. Wirasangka). Skripsi. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si.

Kata kunci : karakter anatomi daun, mangga wirasangka, pigmen daun


Mangga wirasangka merupakan flora identitas Kabupaten Tegal yang
karakteristiknya perlu dikenali dan keberadaannya perlu dilestarikan. Karakter
morfologi mangga wirasangka sudah pernah diteliti, namun perlu dilengkapi
dengan karakter anatomi. Salah satu karakter anatomi bagian tumbuhan yang
perlu diteliti adalah daun. Daun memiliki struktur jaringan dan kandungan pigmen
yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakter anatomi dan
menganalisis kandungan pigmen daun mangga wirasangka. Sampel daun yang
digunakan untuk pengamatan karakter anatomi daun mangga wirasangka yaitu
daun dewasa (daun ke-6 dari meristem apikal ujung batang), sedangkan untuk
analisis kandungan pigmen menggunakan daun pucuk, daun muda yang telah
berkembang sempurna, dan daun dewasa. Setiap sampel daun diambil dari tiga
pohon dan masing-masing pohon diambil tiga helai daun sebagai ulangan.
Penelitian karakter anatomi daun mangga wirasangka ditentukan melalui preparat
irisan melintang daun dengan metode non embedding dan preparat whole mount
daun yang dibuat dengan metode clearing & staining, sedangkan kandungan
pigmen daun dianalisis menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian karakter
anatomi menunjukkan daun mangga wirasangka memiliki tipe daun dorsiventral
dan hypostomatous. Memiliki stomata bertipe anomositik dengan jumlah sel
tetangga 3-5 sel. Rerata panjang sel penutup stomata 11,45 µm, lebar sel penutup
stomata 4,78 µm; serta kerapatan stomatanya 173,25/mm2. Daun mangga
wirasangka memiliki rasio palisade 4-5 sel. Tebal helai daun bagian ujung,
tengah, dan pangkalnya berturut-turut yaitu 151,54 µm, 168,03 µm, dan 186,67
µm; serta rerata tebal tulang daun bagian ujung, tengah, dan pangkalnya berturut-
turut yaitu 679,63 µm, 939,36 µm, dan 1.329,20 µm. Rata-rata kandungan klorofil
daun pucuk, daun muda dan daun dewasa mangga wirasangka berturut-turut
sebesar 9,10 mg/l, 12,28 mg/l, dan 47,89 mg/l. Rata-rata kandungan karotenoid
daun pucuk, daun muda dan daun dewasanya berturut-turut sebesar 293,51
µmol/g, 371,76 µmol/g, dan 1.445,88 µmol/g; serta rata-rata kandungan
antosianin daun pucuk, daun muda, dan daun dewasanya berturut-turut sebesar
1,36 mg/100g, 0,75 mg/100g, dan 0,38 mg/100g. Berdasarkan hasil penelitian,
disarankan dilakukan penambahan pengukuran terkait tebal setiap jaringan daun
dan mengukur kandungan pada setiap jenis pigmen klorofil seperti klorofil a dan
klorofil b, pada pigmen karotenoid seperti β-karoten dan xantofil. Penambahan
data-data tersebut diharapkan dapat memperkaya data karakter anatomi dan
kandungan pigmen daun mangga wirasangka yang telah diperoleh.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................................ii
PENGESAHAN PENGUJI.......................................................................................iii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PRAKATA .............................................................................................................. vi
ABSTRAK............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4 Batasan Penelitian ............................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS ............................ .. 6
2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 6
2.1.1 Karakter Anatomi Daun ......................................................................... 6
2.1.2 Kandungan Pigmen Daun ...................................................................... 7
2.2 Landasan Teoritis ............................................................................................. 8
2.2.1 Botani Tanaman Mangga Wirasangka ................................................... 8
2.2.2 Anatomi Daun ...................................................................................... 10
2.2.3 Struktur dan Kerapatan Stomata .......................................................... 11
2.2.4 Klorofil................................................................................................ 13
2.2.5 Karotenoid ........................................................................................... 15
2.2.6 Antosianin ........................................................................................... 17

ix
2.3 Kerangka Teoritis Penelitian .......................................................................... 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 21
3.2 Jenis Penelitian .............................................................................................. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................... 21
3.4 Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 22
3.4.1 Bahan Penelitian ................................................................................. 252
3.4.2 Alat-alat Penelitian ............................................................................. 252
3.5 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 263
3.5.1 Pembuatan Preparat Penampang Melintang Daun dengan Metode
Non Embedding .................................................................................. 254
3.5.2 Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining .............................................................................................. 205
3.5.3 Analisis Kandungan Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Mangga
Wirasangka ........................................................................................ 258
3.5.4 Analisis Kandungan Pigmen Antosianin Daun Mangga Wirasangka .... 29
3.6 Analisis Data ................................................................................................. 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30
4.1 Karakter Anatomi Daun Mangga Wirasangka................................................. 30
4.1.1 Tipe Daun Mangga Wirasangka ............................................................ 30
4.1.2 Tebal Helai dan Tulang Daun Mangga Wirasangka .............................. 31
4.1.3 Rasio Palisade Daun Mangga Wirasangka ........................................... 33
4.1.4 Tipe Stomata Daun Mangga Wirasangka ............................................... 34
4.1.5 Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka ..... 35
4.1.6 Kerapatan Stomata Daun Mangga Wirasangka..................................... 36
4.2 Kandungan Pigmen Daun Mangga Wirasangka.............................................. 37
4.2.1 Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka .................................... 37
4.2.2 Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka ............................... 38
4.2.3 Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka ............................... 39

x
BAB 5 PENUTUP................................................................................................... 42
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 44

xi
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Mangga Wirasangka ........................................... 9


Gambar 2.2 Penampang Melintang Daun Karet (Ficus sp) ..................................... 11
Gambar 2.3 Struktur Stomata saat Terbuka pada Permukaan Abaksial Zebrina ...... 12
Gambar 2.4 Struktur Kloroplas beserta Bagian-bagiannya .................................... 13
Gambar 2.5 Struktur Kimia Klorofil a dan b........................................................... 14
Gambar 2.6 Contoh Struktur Molekul Karotenoid .................................................. 16
Gambar 2.7 Struktur Kimia Dasar Antosianin ........................................................ 17
Gambar 2.8 Kerangka Teoritis Penelitian ............................................................... 20
Gambar 4.1 Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka .............................. 30
Gambar 4.2 Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka .............................. 32
Gambar 4.3 Penampang Preparat Whole Mount Daun Mangga Wirasangka .................. 33
Gambar 4.4 Tipe Stomata Anomositik pada Daun Mangga Wirasangka ................. 34
Gambar 4.5 Stomata pada Daun Mangga Wirasangka ............................................ 35

xii
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Perbandingan Klorofil a dan Klorofil b ................................................... 15


Tabel 2.2 Jenis Antosianin dan Gugus Substitusinya .............................................. 18
Tabel 3.1 Bahan-bahan Penelitian .......................................................................... 22
Tabel 3.2 Alat-alat Penelitian ................................................................................. 22
Tabel 4.1 Tebal Helai Daun Dewasa Mangga Wirasangka ..................................... 31
Tabel 4.2 Tebal Tulang Daun Dewasa Mangga Wirasangka ................................... 32
Tabel 4.3 Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka ..................................... 37
Tabel 4.4 Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka................................. 38
Tabel 4.5 Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka ................................. 39

xiii
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Biodata Penulis .................................................................................. 51


Lampiran 2. SK Pembimbing ................................................................................. 52
Lampiran 3. SK Penguji ......................................................................................... 53
Lampiran 4. Rasio Palisade Daun Mangga Wirasangka .......................................... 54
Lampiran 5. Tebal Helai dan Tulang Daun Mangga Wirasangka ............................ 56
Lampiran 6. Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka .. 59
Lampiran 7. Kerapatan Stomata Daun Mangga Wirasangka ................................... 62
Lampiran 8. Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun
Mangga Wirasangka .......................................................................... 64
Lampiran 9. Tabel Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun
Mangga Wirasangka .......................................................................... 73
Lampiran 10. Perhitungan Kandungan Pigmen Klorofil Daun Mangga
Wirasangka ....................................................................................... 74
Lampiran 11. Perhitungan Kandungan Pigmen Karotenoid Daun Mangga
Wirasangka ....................................................................................... 78
Lampiran 12. Hasil Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Mangga Wirasangka ..... 86
Lampiran 13. Tabel Hasil Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Mangga
Wirasangka ...................................................................................... 89
Lampiran 14. Perhitungan Kandungan Pigmen Antosianin Daun Mangga
Wirasangka ...................................................................................... 90
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 94

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Mangga wirasangka telah terdaftar pada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman
dan Perizinan Pertanian (PVTPP) Kementerian Pertanian dengan No.337/PVL/2017
sebagai varietas lokal di Kabupaten Tegal. Pendaftaran tersebut telah didahului
dengan identifikasi karakter morfologi. Namun, identifikasi karakter morfologi yang
telah dilakukan dijumpai adanya ciri-ciri yang tidak tepat. Karakterisasi morfologi
yang telah dilakukan menyebutkan bahwa tumbuhan mangga wirasangka memiliki
ciri-ciri antara lain, tinggi pohon lebih kurang 10 meter, batang berwarna kecoklatan
dan berdiameter 13,7 cm, percabangan batang monopodial, memiliki daun tunggal,
panjang daun 35 cm dan lebar daun 7,5 cm, bentuk daun bulat memanjang, warna
daun pucuk kekuning-kuningan, tata letak daun berhadapan-berseling, serta memiliki
berat buah 0,36-0,40 kg (BPTP Jateng, 2018). Ciri-ciri morfologi di atas yang tidak
tepat diantaranya percabangan monopodial, warna daun pucuk kekuning-kuningan
dan memiliki berat buah 0,36-0,40 kg. Berdasarkan penelitian Rahayu et al. (2018) di
lapangan, pohon mangga wirasangka memiliki percabangan simpodial, daun pucuk
ada yang memiliki warna merah keunguan dan berat buah dapat mencapai 1 kg.
Karakter morfologi diketahui memiliki beberapa kekurangan diantaranya
tingkat heritabilitas dan polimorfisme yang rendah, serta cenderung tidak stabil
karena termodifikasi oleh pengaruh lingkungan (Cahyono, 2017). Oleh karena itu,
karakter morfologi perlu dilengkapi karakter anatomi karena lebih stabil. Karakter
anatomi diperlukan karena struktur anatomi pada suatu tanaman dapat memengaruhi
bentuk morfologi tanaman tersebut. Selain itu, studi anatomi dapat dijadikan untuk
mendukung identifikasi tumbuhan secara morfologi (Dorly et al. 2016). Hasil
penelitian Putu et al. (2017), menunjukkan bahwa karakter anatomi dapat digunakan
untuk menganalisis hubungan kekerabatan antar 10 varietas buah mangga (Mangifera
sp.) yang tumbuh di daerah Bali. Hasil analisis kekerabatan antar 10 varietas buah

1
2

mangga tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok (cluster) dengan tingkat
kemiripan ˃63,91%. Penelitian lain oleh Norfaizal & Latiff (2013) menunjukkan
bahwa persentase kemiripan pada hampir semua spesies dari genus Mangifera
berdasarkan karakter anatomi dapat mencapai 65%. Pada beberapa hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter anatomi sangat berguna dalam
menentukan hubungan kekerabatan di antara spesies yang dipelajari.
Salah satu karakter anatomi bagian tumbuhan yang perlu diteliti yaitu karakter
anatomi daun. Anatomi daun perlu diamati karena daun memiliki struktur jaringan
yang bervariasi (Berg & Cornet, 2005). Anatomi daun adalah struktur bagian dalam
dari daun, seperti bentuk, jenis, susunan sel, dan kandungan organela di dalam sel.
Struktur anatomi daun umumnya terdiri dari epidermis, mesofil (parenkim palisade
dan parenkim spons), serta sistem pembuluh angkut. Pada penelitian yang telah
dilakukan Muhlas et al. (2016) pada anatomi daun mangga sehat maupun daun
mangga yang terserang hama, kedua struktur anatomi daun mangga tersebut
mempunyai bentuk sel epidermis yang berbeda namun tetap memiliki kesamaan yaitu
terdiri atas jaringan epidermis, mesofil dan berkas pengangkut. Penelitian lain oleh
Ghazalli & Mohammad (2014) mengenai karakter anatomi daun dari genus Bouea,
Mangifera dan Spondias yang ketiganya tergolong ke dalam famili Anacardiaceae,
menyimpulkan bahwa ketiga genus tersebut memiliki tipe stomata dan anatomi
penampang melintang daun yang berbeda.
Selain memiliki variasi pada karakter anatominya, daun juga memiliki variasi
kandungan pigmen yang memengaruhi warna daun tersebut. Pigmen pada daun
tanaman merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan untuk menyerap
dan memantulkan cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan
daun memiliki suatu warna. Pigmen pada daun memiliki peran sangat penting dalam
proses metabolisme tanaman seperti proses fotosintesis yang menggunakan energi
foton untuk mengubah air dan karbondioksida menjadi makanan (karbohidrat).
Meskipun sebenarnya jenis pigmen pada tanaman sangat banyak (bervariasi), para
peneliti biasanya hanya menguji kandungan pigmen klorofil, karotenoid, dan
3

antosianin sebagai indikator kondisi tanaman karena perannya yang dominan dalam
proses fotosintesis (Rega et al., 2018).
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat di dalam kloroplas.
Klorofil dapat menyerap panjang gelombang merah (600-700 nm) sampai biru (400-
500 nm) (Santoso et al., 2020). Karotenoid adalah pigmen yang memberikan warna
merah, cokelat, oranye dan kuning pada organ suatu tumbuhan (Sumenda et al.,
2011). Antosianin adalah pigmen yang menyebabkan warna merah, ungu dan biru
pada berbagai tanaman seperti kelopak bunga rosella, daun pucuk merah, daun
caladium dan lain sebagainya. Kandungan pigmen klorofil, karotenoid, dan
antosianin pada daun dapat berbeda-beda tergantung variasi warna, corak maupun
tingkat perkembangan suatu daun.
Penelitian mengenai karakter anatomi dan kandungan pigmen daun mangga
wirasangka belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
tersebut untuk menambah pengetahuan mengenai ciri/ karakter anatomi dan
kandungan pigmen daun tanaman mangga wirasangka sebagai flora identitas
Kabupaten Tegal. Selain itu, penelitian tersebut perlu dilakukan untuk melengkapi
data karakter morfologi mangga wirasangka yang telah diteliti sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yang perlu diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakter anatomi daun mangga wirasangka?
2. Bagaimana kandungan pigmen daun mangga wirasangka?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan karakter anatomi daun mangga wirasangka.
2. Menganalisis kandungan pigmen daun mangga wirasangka.
4

1.4 Batasan Penelitian


1. Karakter Anatomi Daun
Karakter anatomi daun adalah ciri-ciri yang menggambarkan bagian dalam atau
struktur jaringan suatu daun. Karakter anatomi daun yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu tipe daun, tebal helai dan tulang daun, rasio palisade,
panjang dan lebar sel penutup stomata, serta kerapatan stomata. Sampel daun
yang digunakan untuk penelitian karakter anatomi daun mangga wirasangka
yaitu daun dewasa (daun ke-6 dari meristem apikal ujung batang). Daun pada
nodus ke-6 dipilih karena cenderung memiliki jaringan yang sudah terbentuk
sempurna (representatif) dan belum mengalami penuaan (senescence) yang
mengakibatkan struktur anatomi daun menjadi berubah.
2. Klorofil
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat di dalam kloroplas.
Klorofil dapat menyerap panjang gelombang merah (600-700 nm) sampai biru
(400-500 nm) (Santoso et al., 2020). Sampel daun mangga wirasangka yang
diuji kandungan klorofilnya yaitu daun pucuk, daun muda yang sudah
berkembang sempurna dan daun dewasa (daun ke-6 dari meristem apikal ujung
batang).
3. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen yang memberikan warna merah, cokelat, oranye dan
kuning (Sumenda et al., 2011). Pada penelitian ini, sampel daun mangga
wirasangka yang diuji kandungan karotenoidnya yaitu daun pucuk, daun muda,
dan daun dewasa (daun ke-6 dari meristem apikal ujung batang).
4. Antosianin
Antosianin adalah pigmen yang menyebabkan warna merah sampai ungu pada
bunga, buah maupun daun (Siahaan et al., 2014). Sampel daun mangga
wirasangka yang diuji kandungan antosianinnya yaitu daun pucuk, daun muda
yang sudah berkembang sempurna dan daun dewasa (daun ke-6 dari meristem
apikal ujung batang).
5

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat meningkatkan
pengetahuan mengenai ciri/ karakter anatomi dan kandungan pigmen daun tanaman
mangga wirasangka sebagai flora identitas Kabupaten Tegal. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat mendukung data karakter morfologi mangga
wirasangka yang telah diteliti sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu


2.1.1 Karakter Anatomi Daun
Karakter anatomi daun telah banyak digunakan untuk melihat kekerabatan di
antara berbagai jenis tumbuhan (Hafiz et al., 2013). Hasil penelitian Norfaizal &
Latiff (2013) menunjukkan persentase kemiripan pada hampir semua spesies dari
genus Mangifera berdasarkan karakter anatomi mencapai 65%. Selain itu, Putu et al.
(2017), menyebutkan analisis kekerabatan antar 10 varietas buah mangga (Mangifera
sp.) di daerah Bali berdasarkan karakter anatomi memiliki tingkat kemiripan
˃63,91%. Hasil penelitian Cahyanto et al. (2016) pada 10 (sepuluh) kultivar mangga
dari Pamanukan Kab. Subang menunjukkan kemiripan karakter anatomi yang tinggi
dari semua sampel. Semua kultivar mangga tersebut memiliki tipe stomata aktinositik
dan tipe daun hipostomatik. Hasil penelitian anatomi daun mangga oleh Mutaqin et
al. (2016) di daerah cagar alam dan salah satu ruas jalan Kabupaten Pangandaran,
menunjukkan bahwa daun mangga memiliki tipe stomata anomositik.
Selain pada tumbuhan mangga, tumbuhan tingkat tinggi yang lain juga
memiliki karakter anatomi berbeda-beda. Struktur anatomi daun kersen muda dan tua
terdiri atas epidermis atas, epidermis bawah, trikoma, mesofil, berkas pengangkut tipe
kolateral dan memiliki kristal tipe drus (Kuntorini et al., 2013). Penelitian Sunarti et
al. (2008), pada empat jenis daun Averrhoa menunjukkan bahwa ke-4 jenis daun
Averrhoa tersebut memiliki ketebalan lamina dan sel epidermis yang berbeda. Hasil
penelitian Tuasamu (2018) pada karakter anatomi 4 (empat) spesies tanaman jeruk
menunjukkan bahwa ke-4 spesies tanaman jeruk memiliki kesamaan tipe stomata
anomositik, namun memiliki kerapatan stomata yang berbeda. Hasil penelitian
Ghazalli & Mohammad (2014) pada karakter anatomi daun dari genus Bouea,
Mangifera dan Spondias yang ketiganya tergolong ke dalam famili Anacardiaceae,
menunjukkan bahwa ketiga genus tersebut memiliki tipe stomata dan anatomi
penampang melintang daun yang berbeda.

6
7

2.1.2 Kandungan Pigmen Daun


Kandungan pigmen daun dapat berbeda-beda tergantung pada variasi warna,
corak maupun tingkat perkembangan daun. Hasil penelitian Hasidah et al. (2017),
mengenai kandungan klorofil, karotenoid, dan antosianin daun caladium,
menunjukkan klorofil tertinggi ditemukan pada daun Caladium schomburgkii yaitu
sebesar 28,508 mg/l. Kandungan karotenoid tertinggi terdapat pada daun C. bicolor 1
yaitu 35,780 µmol/g, dan kandungan antosianin tertinggi terdapat pada C. bicolor
cultivar Blaze sebesar 0.057 mg/g. Pada penelitian kandungan pigmen klorofil daun
mangga oleh Sumenda et al. (2011), menunjukkan rata-rata kandungan klorofil daun
mangga bagian pucuk 14,8 mg/L, daun hijau muda 27,55 mg/L, dan daun berwarna
hijau tua 47,44 mg/L. Hasil penelitian Maulid & Laily (2015) menunjukkan
perbedaan kandungan pigmen klorofil dan antosianin pada daun kastuba (Euphorbia
pulcherrima). Daun kastuba bagian atas yang berwarna merah memiliki kandungan
klorofil lebih sedikit namun memiliki kandungan antosianin lebih besar dibandingkan
daun kastuba dewasa. Penelitian Putri (2019) pada kandungan klorofil dan antosianin
daun pucuk merah (Syzygium oleana), menunjukkan bahwa jumlah rata-rata
kandungan klorofil total tertinggi terdapat pada bagian daun dewasa yaitu 126,94
mg/l, sedangkan rata-rata kandungan antosianin tertinggi daun pucuk merah terdapat
pada bagian pucuk yaitu 257,83 mg/l.
Selain pigmen klorofil dan antosianin, kandungan pigmen karotenoid pada daun
juga berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan daun. Didukung hasil penelitian
Yulianti & Wahab (2016), yang menyatakan bahwa kandungan β-karoten pada daun
kelor tua lebih tinggi dibandingkan pada daun kelor muda. Prawoto (2014), juga
melaporkan bahwa kandungan karotenoid pada daun kakao dewasa lebih besar
dibandingkan dengan daun kakao muda yaitu (51.05 ± 12.86 dan 45.14 ± 12.37)
mg/g.
8

2.2 Landasan Teoritis


2.2.1 Botani Tanaman Mangga Wirasangka
Tanaman mangga wirasangka termasuk ke dalam tumbuhan berbiji
(spermatophyta) dengan biji tertutup dan berkeping dua. Kedudukan tanaman mangga
wirasangka dalam sistematik (taksonomi) menurut Rahayu & Martin (2018)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica L. var. Wirasangka

Menurut Hakim et al., (2021), tanaman mangga wirasangka memiliki habitus


berupa pohon dengan tajuk berbentuk tidak beraturan, setengah lingkaran, dan
sebagian besar berbentuk piramida. Tinggi batangnya dapat mencapai 13,6 meter,
berwarna kecoklatan, dan memiliki diameter dapat mencapai 216 cm. Percabangan
batang pohon mangga wirasangka menyebar dan tegak dengan kerapatan daun sedang
dan rapat. Daun mangga wirasangka memiliki tipe tunggal, tepi daun rata, tekstur
daun chartaceous, bentuk daun memanjang, panjang bilah daun 13-40 cm, susunan
tulang daunnya menyirip, dan tata letak daunnya berselang-seling. Hasil penelitian
Rahayu & Martin (2018) menyebutkan tanaman mangga wirasangka memiliki
perbungaan terminal, berbentuk malai, hermafrodit, memiliki braktea, bertipe
pentamerous, serta berwarna kuning-hijau. Buah mangga wirasangka memiliki
panjang 15-25 cm, dengan berat dapat mencapai 1 kg/buah. Hasil penelitian Rahayu
et al., (2020) menyebutkan buah mangga wirasangka ketika matang berwarna
kuning-oranye dengan serat lembut, manis, memiliki aroma khas, banyak
9

mengandung air dan vitamin C. Berikut morfologi tanaman mangga wirasangka


(Gambar 2.1).

1 cm 1 cm

(a) (b)

1m

(c) (d)
Gambar 2.1. Morfologi Tanaman Mangga Wirasangka. (a)Buah mangga wirasangka,
(b)Daun mangga wirasangka, (c)Bunga mangga wirasangka, (d)Pohon
mangga wirasangka (Dokumen Pribadi, 2020).

Menurut hasil penelitian di lapangan oleh Rahayu et al. (2020), di seluruh area
Kabupaten Tegal jumlah pohon mangga wirasangka terdapat sekitar 130 pohon.
Pohon mangga wirasangka pertama kali berbuah pada umur 10 tahun dari awal biji
berkecambah. Waktu panen biasanya terjadi pada bulan Oktober – November. Daerah
di Kabupaten Tegal yang paling banyak terdapat pohon mangga wirasangka yaitu di
daerah Procot (Slawi), Pangkah, Kramat, Balapulang, Kedung Banteng dan Talang.
1 cm

Mangga wirasangka cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah dan kurang bagus
jika ditanam di dataran tinggi maupun daerah pesisir.
10

2.2.2 Anatomi Daun

Secara anatomi, pada irisan melintang daun dapat terlihat beberapa sistem
jaringan yaitu jaringan epidermis, mesofil yang terdiri atas parenkim palisade dan
parenkim sponsgiosa, serta jaringan pembuluh angkut (xylem dan floem) (Fahn 1990
dalam A’yuningsih, 2017). Jaringan epidermis suatu daun umumnya terdiri atas
selapis sel. Jaringan epidermis ini terdiri dari epidermis atas (epidermis adaksial) dan
epidermis bawah (epidermis abaksial). Pada epidermis terdapat stomata yaitu celah
(mulut daun) yang dibatasi oleh sepasang sel penutup. Jaringan epidermis berfungsi
melindungi jaringan-jaringan yang ada di bawahnya. Pada tumbuhan dikotil, di
bawah jaringan epidermis terdapat sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim tersebut
membentuk jaringan parenkim palisade dan spons. Jaringan parenkim palisade
merupakan jaringan parenkim yang memiliki banyak kloroplas sehingga pada
jaringan ini terjadi proses fotosintesis. Sel-sel parenkim palisade tersusun sangat
rapat. Daun yang mempunyai parenkim palisade pada kedua sisinya (adaksial dan
abaksial) disebut isolateral atau isobilateral. Apabila parenkim palisade hanya
terdapat pada satu sisi disebut dorsiventral atau bifasial (Mulyani, 2006).
Jaringan spons pada tumbuhan dikotil merupakan jaringan yang di dalamnya
terdapat pembuluh angkut. Pada jaringan ini terdapat kloroplas, namun jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan yang terdapat di dalam parenkim palisade. Sistem
pembuluh angkut dari tumbuhan tingkat tinggi terdiri atas xylem yang berfungsi
mengangkut air dan zat hara dari tanah, serta floem yang berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis (Mulyani, 2006). Contoh struktur anatomi daun dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
11

Gambar 2.2. Penampang Melintang Daun Karet (Ficus sp) (Sumber :


Crang et al, 2018 dalam Buku Plant Anatomy).

2.2.3 Struktur dan Kerapatan Stomata


Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu “stoma” yang berarti lubang atau
porus. Stomata berperan dalam proses fotosintesis yang penting untuk penyerapan
CO2 dari atmosfer. Camargo & Marenco (2011) menyatakan stomata pada daun dapat
berada di kedua sisinya (daun amphistomatous), hanya terdapat di epidermis bagian
atas (daun epystomatous), atau pada epidermis bawah saja (daun hypostomatous).
Daun amphistomatous sering ditemukan pada tumbuhan yang hidup di habitat kering,
sedangkan daun yang memiliki stomata di permukaan bawah saja umumnya
ditemukan pada tumbuhan yang berhabitat mesofitik. Pada sebagian besar tumbuhan,
stomata ditemukan di permukaan bawah daun (abaksial). Stomata pada permukaan
atas (adaksial) hanya dapat ditemukan pada tumbuhan air (hidrofit) seperti Nimphaea
dan lily air (Rudal, 2007).
Stomata dibatasi oleh sepasang sel yang unik yang disebut dengan sel penutup/
sel penjaga (guard cells). Sel penjaga dikelilingi oleh sel epidermis khusus yang
disebut sel tetangga. Stoma (porus) bersama sel penjaga dan sel tetangga disebut
sebagai komplek stomata atau stomatal apparatus (Hopkins & Huner, 2008). Struktur
stomata dapat dilihat pada Gambar 2.3.
12

Gambar 2.3. Struktur Stomata saat Terbuka pada Permukaan Abaksial Zebrina,
(Perbesaran=250X). (Sumber: Hopkins & Hunner 2008, dalam Buku
Plant Physiology)

Jumlah stomata berbeda-beda pada setiap jenis tumbuhan. Keadaan lingkungan


dapat memengaruhi jumlah dan kerapatan stomata. Tumbuhan yang tumbuh pada
lingkungan kering di bawah cahaya matahari dengan intensitas tinggi cenderung
mempunyai stomata banyak dan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
tumbuhan yang hidup di lingkungan basah dan ternaung. Jumlah stomata dapat
dikelompokkan menjadi : sedikit (1-50), cukup banyak (51-100), cukup banyak (101-
200), sangat banyak (201-300), dan tak terhingga (301-700). Kerapatan stomata
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu kerapatan rendah (<300/mm2), kerapatan
sedang (300-500/mm2) dan kerapatan yang tinggi (>500/mm2) (Haryanti, 2010).
Kerapatan stomata dapat dihitung menggunakan rumus Hidayati (2009) sebagai
berikut :

Jumlah Stomata
Kerapatan stomata =
Luas Bidang Pandang
13

2.2.4 Klorofil

Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros artinya hijau dan
Phyllos artinya daun. Klorofil adalah pigmen berwarna hijau pada tumbuhan yang
berperan penting dalam proses fotosintesis dengan menyerap dan mengubah energi
cahaya matahari menjadi energi kimia. Kadar klorofil yang terkandung dalam suatu
organ tumbuhan dapat diukur dengan menggunakan metode spektrofotometer.
Klorofil pada tumbuhan ditemukan di dalam kloroplas. Klorofil pada kloroplas
dapat ditemukan di dalam struktur yang memiliki bentuk seperti kantung pipih
yang disebut dengan tilakoid (Campbell et al, 2003). Tilakoid dapat ditemukan di
dalam membran dalam kloroplas dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi
terang fotosintesis, sedangkan tempat berlangsungnya reaksi gelap fotosintesis
terjadi di stroma (Sumadi & Marianti, 2007). Pada tumbuhan tingkat tinggi,
kloroplas dapat ditemukan pada jaringan parenkim palisade dan spons daun.
Kloroplas pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi umumnya berisi antara 50-200 buah.
Kloroplas dapat dilihat pada mikroskop cahaya dengan perbesaran yang paling kuat.
Struktur kloroplas berbentuk lonjong atau ellipsoid, panjangnya antara 5 – 10 µm
dan memiliki bagian-bagian antara lain, membran luar, ruang antar membran,
membran dalam, stroma, granum, tilakoid, lamella, dan lumen. Struktur kloroplas
dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Struktur Kloroplas beserta Bagian-bagiannya


(Sumber : Putri, 2019)
14

Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya terdapat 2 jenis klorofil yaitu klorofil a
dan klorofil b (Ai & Banyo, 2011). Secara umum rumus kimia klorofil a:
C55H72O5N4Mg dan klorofil b: C55H70O6N4Mg. Perbedaan rumus kimia kedua
klorofil ini terletak pada jumlah atom H dan O. Klorofil a mengabsorbsi cahaya
gelombang panjang dan sedikit gelombang pendek. Klorofil b hanya mengabsorbsi
cahaya gelombang pendek saja (Yatim, 2012). Klorofil a mencerminkan warna biru-
kehijauan dan menyerap cahaya biru keunguan dan oranye-merah dari spektrum,
sedangkan klorofil b mencerminkan warna kuning-hijau dan menyerap cahaya
oranye-merah dari spektrum (Anonim, 2018). Klorofil a berperan menyerap cahaya,
menyediakan energi untuk fotosintesis oksigenik, sedangkan klorofil b berperan
mengumpulkan energi cahaya dan masuk ke klorofil a selama fotosintesis. Struktur
kimia klorofil a dan b dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Struktur Kimia Klorofil a dan b (Taiz & Zeiger, 2010)
15

Perbandingan klorofil a dan klorofil b lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan Klorofil a dan Klorofil b
Aspek Klorofil a Klorofil b
Rumus Kimia C55H72O5N4Mg C55H70O6N4Mg
Gugus Pengikat CH3 CHO
Cahaya yang Cahaya biru-violet dan Cahaya oranye-
diserap merah merah
Absorpsi
maksimum Pada λ 673 nm Pada λ 455 - 640 nm
(Sumber : Putri, 2019)

Sifat fisik klorofil yaitu menerima dan memantulkan cahaya dengan gelombang
yang berlainan. Klorofil banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang antara
400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak
larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar, seperti
kloroform, aseton dan etanol; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam
suasana asam, sehingga membentuk suatu senyawa yang disebut feofitin yang
berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994).

2.2.5 Karotenoid

Karotenoid adalah pigmen organik yang ditemukan di dalam kloroplas dan


kromoplas tumbuhan, alga, sejumlah bakteri, dan beberapa fungi (non-fotosintetik)
(Anonim, 2020). Karotenoid memberikan warna merah, cokelat, oranye dan kuning
pada daun, bunga, maupun buah (Sumenda et al., 2011). Karotenoid dapat ditemukan
dalam buah pepaya, tomat, kulit pisang, wortel dan pada beberapa bunga yang
berwarna kuning dan merah.
Karotenoid berasal dari kelas terpenoid, berupa rantai poliena dengan 40 karbon
yang dibentuk dari 8 (delapan) unit isoprena C5 yang memberikan struktur molekul
karotenoid yang khas (Del Campo et al, 2007). Secara kimia, karotenoid dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu : (a) Karoten, merupakan hidrokarbon atau turunannya
yang terdiri dari beberapa unit isoprena (suatu diena). Beberapa senyawa karotenoid
yaitu α, β, γ karoten, likopen. (b) Xantofil merupakan karotenoid yang mengandung
16

gugus hidroksil. Xantofil umum biasanya berupa monohidroksikarotena (misalnya


lutein, rubixantin), dihidroksikarotena (zeaxantin), atau dihidroksiepoksikarotena
(violaxantin). Perbedaan struktur antara berbagai karoten terletak pada letak dan
jumlah ikatan rangkap, serta jenis gugus pada cincin yang mempengaruhi aktivitas
biologisnya sebagai provitamin A. Berikut contoh struktur molekul karoten dan
xantofil ditunjukkan pada Gambar 2.6.

(a)

(b)

Gambar 2.6. Contoh Struktur Molekul Karotenoid (a)Karoten (β-Caroten) dan


(b)Xantofil (Lutein). (Sumber: Packer & Cadenas, 2004).

Menurut Association of Vitamin Chemistry London dalam Erawati (2006)


secara umum karotenoid mempunyai sifat fisik dan kimia antara lain: Larut dalam
lemak, aseton, alkohol, heksan, toluen, kloroform, petroleum eter, metanol, etanol,
dan tidak larut dalam air dan sensitif terhadap oksidasi. Karotenoid tidak stabil
terhadap cahaya, stabil pada pH netral dan alkali namun tidak stabil pada kondisi
asam (Legowo, 2005). Karotenoid dapat mengalami isomerisasi bila terkena panas,
cahaya dan asam (Mortensen, 2006). Choi et al. (2005), mengatakan bahwa pigmen
karotenoid memiliki puncak serapan pada panjang gelombang 400-600 nm (pada
daerah cahaya tampak).
Karotenoid memiliki peran bagi tumbuhan dan alga dalam proses fotosintesis
bersama klorofil. Selain berperan pada tumbuhan dan alga, karotenoid juga berperan
bagi kehidupan manusia. Karotenoid memberikan kontribusi di berbagai sektor
17

kehidupan terutama sebagai sumber vitamin A yang bermanfaat bagi organ visual,
pewarna makanan, bahan aditif pada makanan, antioksidan, antibakteria, penambah
sel darah merah, meningkatkan imunitas, serta pengganti sel-sel yang rusak (Ndiha &
Limantara, 2009; Kusmiati et al, 2010).

2.2.6 Antosianin

Antosianin (Bahasa Inggris : anthocyanin, dari gabungan kata Yunani yaitu


anthos = bunga, dan cyanos = biru) merupakan pigmen yang larut dalam pelarut polar
dan terdapat di dalam vakuola berbagai jenis tumbuhan. Antosianin adalah pigmen
yang menyebabkan warna merah, biru, ungu hingga hitam pada bunga, buah, sayuran,
biji-bijian, maupun umbi-umbian (Priska et al, 2018). Antosianin merupakan zat
warna alami dari golongan flavonoid dengan kerangka karbon (C6C3C6). Secara
kimia, antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin,
dimana semua jenis antosianin memiliki perbedaan yang didasarkan pada ikatan
antara gugus R3’dan R5’ dengan cincin aromatik antosianin. Struktur kimia dasar
antosianin dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Struktur Kimia Dasar Antosianin (R3’dan R5’: Gugus Substitusi,
R: Gugus Gula) (Priska et al., 2018).

Adanya susunan ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur antosianin


menjadikan antosianin tidak hanya berperan meningkatkan respon antioksidan pada
tanaman itu sendiri melainkan juga mampu berperan sebagai senyawa antioksidan
18

alami pada manusia. Semakin banyak gugus hidroksil fenolik dalam struktur
antosianin dapat meningkatkan fungsi antioksidannya. Beberapa senyawa antosianin
yang paling banyak ditemukan adalah pelagornidin, peonidin, sianidin, malvidin,
petunidin, dan delfinidin (Anonim, 2020). Perbedaan gugus substitusi beberapa jenis
antosianin dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis Antosianin dan Gugus Substitusinya

Gugus Susbtitusi
Jenis Antosianin
R3' R5'
Pelagornidin H H
Sianidin OH H
Delfinidin OH OH
Peonidin OCH3 H

Petunidin OH OCH3

Malvidin OCH3 OCH3

(Sumber : Priska et al., 2018)

Selain berperan sebagai senyawa antioksidan, pigmen antosianin juga memiliki


peranan yaitu menambah daya tarik serangga maupun hewan lainnya guna membantu
proses penyerbukan dan penyebaran biji bagi tumbuhan, melindungi tanaman dari
cekaman biotik dan abiotik, serta dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan
dan minuman (Priska et al, 2018). JEFCA (Joint FAO/WHO Expert Committee on
Food Additives) menyatakan bahwa ekstrak yang mengandung antosianin mempunyai
efek toksisitas yang rendah, dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner, risiko
stroke, aktivitas antikarsinogen, efek antiinflamasi, memperbaiki ketajaman mata dan
memperbaiki perilaku kognitif (Ariviani, 2010).
Struktur antosianin yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi pada gugus
kromofor menyebabkan dapat menyerap cahaya pada daerah sinar tampak, sehingga
memungkinkan analisis pigmen tersebut secara spektroskopi. Antosianin secara
spesifik dapat menyerap cahaya pada daerah serapan ultraviolet (UV) sampai violet,
19

namun lebih kuat pada daerah tampak dari spektrum. Antosianin dapat terserap pada
panjang gelombang 250 – 700 nm, dengan 2 (dua) puncak sebagai gugus gula
(glikon) pada panjang gelombang sekitar 278 nm, dan puncak utama sebagai
antosianin (aglikon) pada panjang gelombang 490 – 535 nm.
20

2.3 Kerangka Teoritis Penelitian

Gambar 2.8. Kerangka Teoritis Penelitian


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Multimedia,
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang dan Indekos. Penelitian ini
dilaksanakan selama ± 8 bulan (April – November 2021).

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Deskriptif eksploratif adalah
suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
suatu hal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter anatomi dan
kandungan pigmen pada daun mangga wirasangka.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi yang diamati pada penelitian ini adalah daun-daun dari tanaman
mangga wirasangka. Sampel tanaman berumur ± 2 tahun yang ditanam dari biji buah
mangga wirasangka yang diambil langsung dari Kabupaten Tegal. Tanaman mangga
wirasangka ditanam dan diletakkan di dalam rumah teduh. Sampel daun yang
digunakan untuk pengamatan karakter anatomi diambil secara purposif, yaitu daun
ke-6 dari meristem apikal ujung batang dan dalam keadaan sehat (tidak terserang
penyakit). Daun pada nodus ke-6 dipilih sebagai sampel pengamatan karakter
anatomi karena telah memiliki jaringan yang lengkap dan representatif serta belum
mengalami penuaan (senescence) yang mengakibatkan struktur anatomi daun menjadi
berubah. Sampel daun yang digunakan untuk uji kandungan pigmen yaitu daun
pucuk, daun muda yang telah berkembang sempurna, dan daun dewasa (daun ke-6
dari meristem apikal ujung batang).

21
22

3.4 Bahan dan Alat Penelitian

3.4.1 Bahan Penelitian

Tabel 3.1 Bahan-bahan penelitian


No Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan
1 Daun mangga Daun pucuk, daun Sampel penelitian
wirasangka muda yang telah
berkembang
sempurna, dan
daun dewasa (daun
ke-6 )
2 Safranin 1% - Zat pewarna preparat
3 FAA - Sebagai larutan fiksatif
4 Kloralhidrat - Mengclearing sampel daun
5 Alkohol bertingkat - Untuk proses dehidrasi
30%, 50%, 70%,
80%, 90% dan
absolut
6 Xilol murni I & II - Untuk proses dealkoholisasi
7 Xilol : Alkohol 1:3, 1:1, dan 3:1 Untuk proses dealkoholisasi
8 Kanada balsam - Perekat preparat
9 Akuades - Larutan blanko
10 Aseton 80% - Pelarut ekstraksi klorofil
dan karotenoid
11 Kertas saring Whatman no.1 Untuk menyaring larutan
12 HCl 5% dan 1,5N - Larutan ekstraksi antosianin

3.4.2 Alat-alat Penelitian

Tabel 3.2 Alat-alat penelitian


No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Mikroskop Camlab Untuk pengamatan anatomi
daun
2 Gelas benda - Untuk meletakkan preparat
yang akan diamati
3 Gelas penutup - Untuk menutup preparat
4 Silet Lord Untuk menyayat sampel
daun
5 Botol flakon Ukuran 10 ml Tempat fiksatif preparat
6 Pipet tetes Pyrex 12 cm Untuk mengambil larutan
23

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan


7 Gabus Balok ukuran Memudahkan proses
1x 0,5cm penyayatan sampel daun
8 Kuas - Memudahkan proses
mounting
9 Jarum preparat - Memudahkan proses
mounting
10 Label - Untuk memberi identitas
preparat
11 Spektrofotome Hach DR 5000 Untuk mengukur absorbansi
ter UV-Vis pigmen daun
12 Alu+mortar Diameter 10 cm Untuk menghaluskan
sampel daun
13 Gelas beaker Pyrex 50 ml Untuk menampung larutan
pigmen daun
14 Gunting - Untuk memotong sampel
daun
15 Neraca digital Kern & Sohn Untuk menimbang sampel
GmbH, Type ABJ daun
220-4m
16 Gelas ukur Pyrex 50 ml Untuk mengukur volume
cairan
17 Kuvet Standart cuvet 1 Tempat larutan pigmen
cm path daun yang akan diukur
absorbansinya
18 Corong Pyrex 75 mm Alat bantu untuk
memindahkan larutan ke
dalam gelas beaker
19 Lemari - Untuk menyimpan larutan
pendingin ekstraksi antosianin
Tempat merendam sampel
20 Botol kaca Ukuran 10 ml daun dengan HCl 5% pada
berwarna gelap uji antosianin

21 Alat tulis Pensil dan buku Untuk mencatat data

3.5 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini dilakukan dengan membuat preparat anatomi daun dan
menguji kandungan pigmen daun mangga wirasangka. Data karakter anatomi daun
difokuskan pada tipe daun, tebal helai dan tulang daun, rasio palisade, tipe stomata,
panjang dan lebar sel penutup stomata, serta kerapatan stomata. Tipe daun, tebal helai
24

dan tulang daun ditentukan pada preparat irisan melintang daun dengan metode non
embedding, sedangkan rasio palisade, tipe stomata, panjang dan lebar sel penutup
stomata, serta kerapatan stomata ditentukan melalui preparat whole mount daun yang
dibuat dengan metode clearing dan staining.
Pada uji kandungan pigmen daun mangga wirasangka, pigmen yang diteliti
yaitu kandungan klorofil, karotenoid, dan antosianin. Ekstraksi pigmen klorofil dan
karotenoid dilakukan dengan metode yang sama, sedangkan ektraksi pigmen
antosianinnya menggunakan metode yang berbeda. Kandungan pigmen klorofil,
karotenoid, dan antosianin daun mangga wirasangka dianalisis menggunakan alat
spektrofotometer.

3.5.1 Pembuatan Preparat Penampang Melintang Daun dengan Metode Non


Embedding
1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka ke-6 dari meristem apikal ujung batang diambil dari
3 (tiga) tanaman. Setiap tanaman masing-masing diambil 3 (tiga) helai daun sebagai
pengulangan. Daun kemudian dibersihkan dengan cara disemprot alkohol 70% dan
dilap menggunakan tissu sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik secara
terpisah sesuai ke-3 tanaman mangga wirasangka.
2. Prosedur Pembuatan Preparat Penampang Melintang Daun dengan Metode Non
Embedding
Helai daun mangga wirasangka pada bagian ujung, tengah, dan pangkal
dipotong ukuran 1 x 1 cm diiris secara melintang menggunakan silet setipis mungkin
dengan bantuan gabus. Hasil irisan daun/ spesimen yang representatif difiksasi
dengan FAA di dalam flakon selama 24 jam. Spesimen dicuci dengan alkohol 70%
sebanyak 3 kali sehingga bersih. Spesimen diwarnai dengan zat warna safranin 1%
dalam alkohol 70% selama 24 jam. Spesimen dicuci dengan alkohol 70%. Kemudian
didehidrasi dengan alkohol bertingkat dari alkohol 80%, 90% dan absolut masing-
masing selama 2 menit. Spesimen didealkoholisasi dengan larutan alkohol xilol 3 : 1,
1 : 1, dan 1 : 3 dilanjutkan dengan xilol murni I dan II masing-masing selama 2
25

menit. Spesimen dilakukan mounting dengan cara irisan daun diambil menggunakan
kuas dan diletakkan di atas gelas obyek bebas lemak. Preparat dengan cepat ditetesi
kanada balsam 1 tetes dan ditutup perlahan-lahan menggunakan gelas penutup
dengan bantuan jarum preparat. Preparat diberi label pada bagian yang berlawanan
dengan preparat.
Pengamatan Tipe Daun
Pengamatan tipe daun mangga wirasangka dilakukan dengan menggunakan
mikroskop binokuler yang telah terhubung dengan komputer. Tipe daun yang diamati
yaitu letak jaringan palisade, letak stomata, serta banyaknya lapisan sel pada jaringan
epidermis dan palisade.
Pengukuran Tebal Helai dan Tulang Daun
Pengukuran tebal helai dan tulang daun dilakukan dengan melihat skala
mikrometer pada aplikasi Motic Net di komputer. Pengukuran tebal helai dan tulang
daun diukur dari epidermis atas sampai epidermis bawah. Setiap sampel daun dari 3
tanaman mangga wirasangka dihitung tebal helai dan tulang daunnya pada 3 (tiga)
bagian daun yang berbeda (ujung, tengah, dan pangkal). Pengukuran tebal helai daun
dilakukan 3 kali pengulangan (pada 3 daerah helai daun), sedangkan pengukuran
tebal tulang daun diambil dari tulang daun yang paling tebal.

3.5.2 Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining
1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka ke-6 dari meristem apikal ujung batang diambil dari
3 (tiga) tanaman. Setiap tanaman masing-masing diambil 3 (tiga) helai daun sebagai
pengulangan. Daun kemudian dibersihkan dengan cara disemprot alkohol 70% dan
dilap menggunakan tissu sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik secara
terpisah sesuai ke-3 tanaman mangga wirasangka. Pengambilan sampel daun
dilakukan pada waktu siang hari (pukul 13.00 WIB) karena diperkirakan stomata
dalam keadaan membuka.
26

2. Prosedur Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining
Helai daun mangga wirasangka pada bagian ujung, tengah, tepi, dan pangkal
dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm. Hasil potongan/ spesimen diclearing dengan
kloralhidrat jenuh di dalam botol flakon sampai transparan. Spesimen dicuci aquades
sebanyak 3 kali, didehidrasi menggunakan alkohol 30%, 50%, dan 70% masing-
masing selama 2 menit. Spesimen kemudian diwarnai dengan zat warna safranin 1%
dalam alkohol 70% selama 2 hari. Spesimen dicuci dengan alkohol 70%, didehidrasi
dengan alkohol 80%, 90% dan absolut masing-masing selama 2 menit. Dilakukan
dealkoholisasi dengan larutan alkohol : xilol, 3 : 1, 1 : 1, dan 1 : 3, dilanjutkan dengan
xilol murni I dan II masing-masing selama 2 menit. Dilakukan mounting dengan cara
spesimen diambil menggunakan kuas dan diletakkan di atas gelas obyek bebas lemak.
Preparat dengan cepat ditetesi kanada balsam 1 tetes dan ditutup perlahan-lahan
menggunakan gelas penutup dengan bantuan jarum preparat. Diberi label pada bagian
yang berlawanan dengan preparat.
Pengamatan dan Perhitungan Rasio Palisade
Pengamatan rasio palisade dilakukan dengan mengamati preparat whole mount
daun mangga wirasangka menggunakan mikroskop binokuler yang telah tehubung
dengan komputer. Perhitungan rasio palisade dilakukan dengan cara menentukan sel
epidermis yang akan diamati jumlah sel palisade yang ada di bawahnya. Masing-
masing daerah helai daun (ujung, tepi, tengah, dan pangkal) dilakukan pengambilan
data rasio palisade dari 5 (lima) sel epidermis yang dipilih secara acak sebagai
pengulangan, kemudian diambil hasil reratanya.
Pengamatan Tipe Stomata
Tipe stomata pada daun mangga wirasangka dapat diketahui dengan mengamati
bentuk, ukuran, dan jumlah sel tetangga yang mengelilingi sel penutup stomata.
Pengukuran Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata
Pengukuran panjang dan lebar sel penutup stomata dilakukan dengan melihat
skala mikrometer pada aplikasi Motic Net pada komputer yang telah terhubung
dengan mikroskop. Pengukuran panjang sel penutup stomata yaitu pada sumbu
27

panjang stomata/ bagian membujurnya, sedangkan pengukuran lebar sel penutup


stomata dimulai dari sisi luar ke-1 sampai sisi luar ke-2 sel penutup stomata. Tiap
sampel daun dilakukan pengukuran panjang dan lebar sel penutup stomata pada 4
(empat) daerah helai daun yang berbeda (ujung, tengah, tepi dan pangkal). Setiap
daerah helai daun diukur panjang dan lebar sel penutup dari 3 (tiga) stomata sebagai
pengulangan. Kemudian didapatkan hasil rata-rata ukuran panjang dan lebar sel
penutup stomata dari 3 (tiga) stomata dan pada ke-4 daerah helai daun. Ukuran
panjang sel penutup stomata menurut Juairiah (2014) diklasifikasikan menjadi:
a) Ukuran kurang panjang ( < 20 µm)
b) Ukuran panjang (20 - 25 µm)
c) Ukuran sangat panjang ( >25 µm)
Perhitungan Kerapatan Stomata
Pengamatan kerapatan stomata dilakukan dengan menggunakan mikroskop
binokuler yang telah terhubung dengan komputer. Masing-masing tiga sampel daun
dari 3 (tiga) tanaman mangga wirasangka dilakukan perhitungan kerapatan stomata
pada 4 (empat) daerah helai daun (ujung, tepi, tengah, dan pangkal), kemudian
diambil hasil reratanya. Perhitungan kerapatan stomata dilakukan menggunakan
rumus menurut Hidayati (2009):

Jumlah Stomata (Sa1+Sa2+Sa3+Sa4)


Kerapatan stomata =
LBP

Keterangan : Sa1 : Jumlah stomata bidang pandang ke-1 (Ujung)


Sa2 : Jumlah stomata bidang pandang ke-2 (Tepi)
Sa3 : Jumlah stomata bidang pandang ke-3 (Tengah)
Sa4 : Jumlah stomata bidang pandang ke-4 (Pangkal)
LBP : Luas Bidang Pandang (mm2)
Luas bidang pandang untuk perbesaran 400X = 1⁄4 𝜋𝑑2 = 1⁄4 x 3,14 x (0,5)2
= 0,19625/mm2 dimana diameter mikrometer objektifnya adalah 0,5 mm.
28

3.5.3 Analisis Kandungan Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Mangga


Wirasangka
1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka dipetik dari tanaman sesuai tingkat perkembangan
daun yaitu daun pucuk, daun muda yang telah berkembang sempurna, dan daun
dewasa (daun ke-6 dari meristem apikal ujung batang). Tiap tingkat perkembangan
daun diambil 3 helai daun dan dari 3 (tiga) tanaman sebagai pengulangan. Daun
dimasukkan ke dalam kantong plastik secara terpisah sesuai ke-3 tanaman mangga
wirasangka untuk diuji kandungan klorofil dan karotenoidnya di laboratorium.
2. Prosedur Analisis Kandungan Pigmen Klorofil dan Karotenoid
Kandungan klorofil dan karotenoid daun mangga wirasangka dianalisis
menggunakan metode spektrofotometri mengikuti prosedur Kurniawan et al. (2010).
Daun mangga wirasangka dihaluskan menggunakan mortar kemudian ditimbang
0,125 gram. Sampel daun kemudian diekstraksi dengan 12,5 ml aseton 80% (1:100),
diaduk hingga warna terlepas dari jaringan. Ekstrak lalu disaring menggunakan kertas
saring. Filtrat dituang ke dalam kuvet lalu diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm, 645 nm dan 663 nm.
Perhitungan Kandungan Pigmen Klorofil dan Karotenoid
Kandungan klorofil dan karotenoid dihitung menggunakan rumus Hendry &
Grime (1993) sebagai berikut:
Klorofil (mg/l) = 8,02 x A663 +20,2 x A645

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (µmol/g) = 112,5 x W

Keterangan :
A480 = Absorbansi pada panjang gelombang 480 nm.
A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm.

A645 = Absorbansi pada panjang gelombang 645 nm.


V = Volume ekstrak (mL)

W = berat sampel (g)


29

3.5.4 Analisis Kandungan Pigmen Antosianin Daun Mangga Wirasangka

1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka dipetik dari tanaman sesuai tingkat perkembangan
daun (daun pucuk, daun muda yang telah berkembang sempurna, dan daun dewasa).
Tiap tingkat perkembangan daun diambil 3 (tiga) helai daun dan dari 3 (tiga) tanaman
sebagai pengulangan. Daun dimasukkan ke dalam kantong plastik secara terpisah
sesuai ke-3 tanaman mangga wirasangka untuk diuji kandungan antosianinnya di
laboratorium.
2. Prosedur Analisis Kandungan Pigmen Antosianin
Kandungan antosianin daun mangga wirasangka dianalisis menggunakan
metode spektrofotometer mengikuti prosedur Kurniasih (2010) yang dimodifikasi.
Daun mangga wirasangka dihaluskan menggunakan mortar kemudian ditimbang
sebanyak 0,25 gram. Sampel daun tersebut kemudian diekstraksi dengan merendam
bahan menggunakan larutan HCl 5% (1:10) di dalam botol kaca yang berwarna gelap.
Kemudian campuran disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu 40C selama 24
jam. Selanjutnya campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat sebanyak
1,5 ml hasil ekstraksi diencerkan menjadi 3 ml dengan larutan etanol 95% : HCl 1,5
N (85 : 15) lalu dihomogenkan. Filtrat kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 535 nm menggunakan spektrofotometer.
Perhitungan Kandungan Pigmen Antosianin
Antosianin total (mg/100g) dihitung menggunakan rumus Lees & Francis
(1972) :
Absorbansi x FP
Antosianin (mg/100g) = 98,2 x w sampel (g) 𝑥 100

Keterangan :
FP = Faktor Pengenceran

3.6 Analisis Data


Data karakter anatomi dan kandungan pigmen daun mangga wirasangka yang
telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif.
33

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakter Anatomi Daun Mangga Wirasangka


4.1.1 Tipe Daun Mangga Wirasangka
Berdasarkan hasil analisis pada preparat irisan melintang, daun mangga
wirasangka memiliki tipe daun dorsiventral atau bifasial yaitu memiliki jaringan
palisade di salah satu sisi bagian atas; memiliki stomata hanya pada epidermis bawah
(abaksial) disebut daun hypostomatous; memiliki jaringan epidermis atas dan bawah
masing-masing terdiri selapis sel (uniseriate); serta memiliki selapis jaringan palisade
dengan bentuk silindris memanjang (Gambar 4.1). Jaringan palisade umumnya
terdapat pada permukaan atas (adaksial) daun. Hasil penelitian Pineda (2015) juga
menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman dari genus Schinus yang tergolong
famili Anacardiaceae memiliki tipe mesofil bifasial dengan jaringan palisade di satu
sisi bagian atas. Selain itu, hasil penelitian Wulansari & Dewi (2021) pada 11 spesies
dari famili phyllanthaceae, ke-11 spesies tersebut memiliki tipe daun dorsiventral
dengan jaringan tiang di bagian atas dan jaringan spons di bagian bawah.

.
Gambar 4.1. Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka (Perbesaran= 400X)
Ket: (1)Epidermis Atas, (2)Parenkim Palisade, (3)Jaringan Pengangkut,
(4)Parenkim Spons, (5)Epidermis Bawah, (6)Stomata

30
31

Pada sebagian besar tumbuhan, stomata ditemukan di permukaan bawah


(abaksial) daun. Menurut Rudal (2007), tipe daun epystomatic (daun yang memiliki
stomata hanya terdapat pada permukaan atas/ adaksial daun) dapat ditemukan pada
tumbuhan air (hidrofit) seperti Nimphaea dan lily air. Sementara tipe daun
amphistomatous (daun yang terdapat stomata pada permukaan atas dan bawah daun)
dapat ditemukan pada tanaman jagung, gandum, rumput dan lain-lain.

4.1.2 Tebal Helai dan Tulang Daun Mangga Wirasangka


Berdasarkan pengukuran menggunakan mikrometer, daun mangga wirasangka
memiliki helai daun bagian pangkal lebih tebal dibandingkan helai daun bagian ujung
dan tengah. Data disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tebal Helai Daun Dewasa Mangga Wirasangka


Rerata Tebal Helai Daun Dewasa
Bagian Helai Daun
Mangga Wirasangka (µm)
Ujung 151,54
Tengah 168,03
Pangkal 186,67

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa helai daun dewasa mangga
wirasangka bagian pangkal memiliki helai daun lebih tebal dibandingkan helai daun
bagian ujung dan tengah. Menurut Juliarni et al. (2007), ketebalan helai daun dapat
dikarenakan adanya jaringan mesofil (jaringan palisade dan spons) yang tebal.
Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Salisbury & Ros (1995) bahwa
semakin tebal suatu daun berarti ketebalan mesofil dan jumlah kloroplas yang
terkandung oleh suatu daun meningkat. Hasil penelitian Dorly et al. (2016) juga
menunjukkan bahwa tumbuhan Sida rhombifolia mempunyai jaringan epidermis,
palisade, dan spons lebih tebal dari Sida glutinosa dan Urena lobata, sehingga
tumbuhan Sida rhombifolia memiliki helai daun lebih tebal dari 2 (dua) spesies
lainnya tersebut. Helai daun bagian pangkal pada daun dewasa mangga wirasangka
dapat dikatakan memiliki jaringan mesofil lebih tebal dari helai daun bagian ujung
32

dan tengah. Jaringan mesofil pada helai daun bagian pangkal tersebut lebih tebal
dikarenakan sudah terbentuk sempurna seiring dengan arah pendewasaan daun.
Selain pada helai daunnya, tulang daun mangga wirasangka bagian pangkal juga lebih
tebal dibandingkan tulang daun bagian ujung dan tengah (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Tebal Tulang Daun Dewasa Mangga Wirasangka


Rerata Tebal Tulang Daun Mangga
Bagian Tulang Daun
Wirasangka (µm)
Ujung 679,63
Tengah 939,36
Pangkal 1329,20

Tulang daun mangga wirasangka bagian pangkal cenderung lebih tebal


dibandingkan tulang daun bagian ujung dan tengah dikarenakan telah memiliki
jaringan yang terbentuk sempurna seiring arah pendewasaan daun. Hal tersebut dapat
dilihat dari berkas pengangkut tulang daun mangga wirasangka bagian pangkal yang
sudah terbentuk sempurna sehingga mengakibatkan ketebalan tulang daunnya
menjadi bertambah. Tulang daun pada suatu tumbuhan memiliki peranan sebagai
jalan pengangkutan air, asimilasi serta nutrisi dari tanah (Tjitrosoepomo, 2007).
Tulang daun juga dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi dari bentuk dan jumlah
berkas pengangkutnya (Ekeke et al., 2017). Berkas pengangkut pada tulang daun
mangga wirasangka berdasarkan pengamatan adalah berbentuk busur (Gambar 4.2b).

(a) (b)
Gambar 4.2. Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka, (a)Ukuran tebal helai
dan tulang daun bagian tengah, (b)Bentuk busur pada berkas
pengangkut tulang daun bagian pangkal (Perbesaran= 40X).
33

4.1.3 Rasio Palisade Daun Mangga Wirasangka


Pada Gambar 4.3a dan 4.3b, menunjukkan bahwa melalui pengamatan dari
permukaan atas daun terlihat jumlah sel palisade yang menopang satu sel epidermis.
Berdasarkan hasil analisis pada preparat whole mount, diketahui bahwa daun mangga
wirasangka memiliki rata-rata rasio palisade 4-5 sel pada tiap satu sel epidermisnya.
Bentuk sel palisade daun mangga wirasangka yang tampak dari permukaan atas daun
adalah sel bulat (Gambar 4.3b), sedangkan sel epidermis daun mangga wirasangka
memiliki bentuk tidak beraturan dengan dinding antiklinal yang berlekuk-lekuk
(Gambar 4.3a).

(1) (2)
Gambar 4.3. Penampang Preparat Whole Mount Daun Mangga Wirasangka
(Perbesaran= 400X). Ket: (a)Sel-sel epidermis atas, (b)Sel-sel palisade
di bawah sel epidermis. Tanda : (a) 5 (lima) sel epidermis yang
dipilih secara acak, (b) jumlah sel palisade pada tiap 1 sel epidermis

Setiap jenis tumbuhan memiliki jumlah sel palisade yang berbeda-beda pada
tiap 1 (satu) sel epidermisnya. Pada tumbuhan lain seperti Scoparia dulcis umumnya
terdapat 3-4 sel palisade tiap satu sel epidermis (Christi & Senthamarai, 2015).
Peningkatan jumlah sel palisade bertujuan untuk memaksimalkan dan mempercepat
transpor air menuju epidermis. Hal tersebut dikarenakan air dalam daun tidak hanya
dihantarkan oleh tulang daun dan perluasan seludang berkas, melainkan juga oleh sel-
palisade dan spons (Prasanti, 2008).
34

4.1.4 Tipe Stomata Daun Mangga Wirasangka


Tipe stomata pada daun mangga wirasangka adalah anomositik (Gambar 4.4).
Pada tipe stomata anomositik sel penutup dikelilingi sejumlah sel tetangga yang tidak
dapat dibedakan dengan sel epidermis lainnya (Mulyani, 2006). Jumlah sel tetangga
yang mengelilingi sel penutup stomata pada daun mangga wirasangka diketahui
berjumlah 3-5 sel. Sel penutup stomata daun mangga wirasangka memiliki bentuk
menyerupai ginjal. Sel penutup pada stomata memiliki fungsi membantu membuka
dan menutupnya celah stomata sesuai dengan kebutuhan tumbuhan selama proses
transpirasi, sedangkan sel tetangga memiliki fungsi dalam perubahan tekanan osmotik
yang berhubungan dengan pergerakan sel-sel penutup (Sarjani et al. 2017).

Gambar 4.4. Tipe Stomata Anomositik pada Daun Mangga Wirasangka (Perbesaran=
400X). Keterangan: (1)Sel tetangga, (2)Sel penutup, (3)Lapisan dalam
sel penutup, (4)Porus

Pada dasarnya, tumbuhan memiliki tipe stomata yang bervariasi tergantung


jenis/ spesiesnya. Bahkan pada famili yang sama biasanya juga memiliki tipe stomata
yang berbeda antara spesies satu dengan spesies lainnya (Sarjani et al. 2017). Hal
tersebut didukung hasil penelitian Hafiz et al., (2013) pada sepuluh jenis Hoya spp.
yang menunjukkan bahwa stomata Hoya umumnya bertipe siklositik, sedangkan pada
Hoya bilobata memiliki stomata dengan tipe berbeda yaitu anisositik. Penelitian lain
oleh Ridwan et al. (2022) pada tumbuhan sirsak dan mangga yang tergolong ke
dalam 1 (satu) famili anacardiaceae, ke-2 tumbuhan tersebut memiliki tipe stomata
35

yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan daun sirsak memiliki tipe
stomata parasitik, sedangkan daun mangga memiliki tipe stomata anomositik. Pada
beberapa kultivar mangga, juga ditemukan tipe stomata yang berbeda-beda. Hasil
penelitian Ganogpichayagrai et al. (2016) menunjukkan bahwa daun mangga kultivar
Thailand memiliki tipe stomata anomositik. Sementara hasil penelitian Cahyanto et
al. (2016) pada 10 (sepuluh) kultivar mangga dari Pamanukan Kab. Subang, hasilnya
menunjukkan semua kultivar mangga memiliki tipe stomata aktinositik.

4.1.5 Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar sel penutup stomata yang telah
dilakukan, daun mangga wirasangka memiliki rata-rata panjang sel penutup stomata
11,45 µm dan lebar sel penutup stomata 4,78 µm. Pada hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa sel penutup stomata daun mangga wirasangka termasuk ke dalam klasifikasi
ukuran kurang panjang karena memiliki ukuran panjang sel penutup <20 µm.
Menurut Juairiah (2014), ukuran panjang sel penutup stomata diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) yaitu ukuran kurang panjang (<20 µm), ukuran tergolong panjang
(20-25 µm), dan ukuran sangat panjang (>25µm). Berikut gambar stomata daun
mangga wirasangka beserta ukuran panjang dan lebar sel penutupnya (Gambar 4.5).

(1) (2)
Gambar 4.5 Stomata pada Daun Mangga Wirasangka. Keterangan:
(1)Ukuran panjang sel penutup, (2)Ukuran lebar sel penutup
36

Umumnya ukuran stomata cenderung berbeda antar spesies tanaman. Ukuran


sel penutup yang memengaruhi ukuran stomata dipengaruhi oleh faktor internal
(faktor genetik) dan eksternal (lingkungan tempat tumbuh tumbuhan tersebut)
(Juairiah, 2014). Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Jaya (2015) yang
menyatakan bahwa ukuran dan jumlah stomata dapat dipengaruhi oleh jenis
tumbuhan dan lokasi tempat tumbuhnya. Namun dalam penelitian ini sampel yang
digunakan berasal dari lingkungan/ habitat yang sama. Tipe stomata perlu dianalisis
salah satunya ukuran panjang dan lebar sel penutup stomata sebagai karakter anatomi
tumbuhan yang penting untuk menentukan tingkatan taksonomi, hubungan
kekerabatan, dan proses identifikasi suatu tumbuhan (Perveen et al., 2007; Ahmad et
al., 2009).

4.1.6 Kerapatan Stomata Daun Mangga Wirasangka (Mangifera indica L.


var. Wirasangka)
Berdasarkan pengamatan pada preparat whole mount daun, hasilnya
menunjukkan bahwa daun mangga wirasangka memiliki rerata jumlah stomata per
satuan luas bidang pandang (mm2) yaitu 34 buah. Pengamatan kerapatan stomata
daun mangga wirasangka menggunakan perbesaran 400X, sehingga luas bidang
pandangnya yaitu 0,19625/mm2. Hasil kerapatan stomata pada daun mangga
wirasangka diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus yaitu jumlah stomata per
luas bidang pandang sehingga didapatkan hasil kerapatan stomata 173.25 per mm2.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kerapatan stomata daun mangga wirasangka
dikategorikan rendah karena kurang dari 300/mm2. Menurut Haryanti (2010),
kerapatan stomata diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu kerapatan rendah
(<300/mm2), kerapatan sedang (300-500/mm2) dan kerapatan tinggi (>500/mm2).
Kerapatan stomata dapat dijadikan sebagai salah satu karakter khas anatomi
daun karena jumlah stomata cenderung berbeda antar spesies maupun varietas
tanaman. Hal tersebut didukung penelitian Hafiz et al., (2013) pada beberapa spesies
Hoya spp. yang menunjukkan bahwa kerapatan stomata terendah terdapat pada Hoya
lacunosa dan kerapatan stomata tertinggi terdapat pada Hoya bilobata. Selain itu,
37

hasil penelitian Taulu et al. (1997) menunjukkan bahwa kultivar kelapa KB


mempunyai kepadatan stomata lebih tinggi dari kultivar kelapa Khina-1 dan PB-121.

4.2 Kandungan Pigmen Daun Mangga Wirasangka


4.2.1 Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka (Mangifera indica L.
var. Wirasangka)
Kandungan klorofil daun mangga wirasangka cenderung meningkat seiring
meningkatnya perkembangan daun. Kandungan klorofil daun pucuk, daun muda dan
daun dewasa mangga wirasangka dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka


Tingkat Perkembangan Rerata Kandungan Klorofil Daun Mangga
Daun Wirasangka (mg/l)
Pucuk 9,10
Muda 12,28
Dewasa 47,89

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, kandungan klorofil daun mangga wirasangka


pada daun pucuk, daun muda dan daun dewasa mangga wirasangka memiliki
kandungan klorofil yang berbeda-beda. Semakin tua tingkat perkembangan daun,
semakin tinggi kandungan klorofilnya. Pada semua jenis tanaman, kadar klorofil pada
suatu daun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya umur
daun. Hal ini terlihat pada tumbuhan mangga wirasangka semakin dewasa daunnya
semakin berwarna hijau, sehingga menunjukkan bahwa kandungan klorofilnya
meningkat.
Selain umur daun, intensitas cahaya merupakan faktor lingkungan paling utama
yang memengaruhi kandungan klorofil pada suatu daun (Putri, 2019). Semakin tinggi
intensitas cahaya yang diterima oleh suatu tanaman, maka kandungan klorofil pun
akan semakin meningkat. Pada daun dewasa mangga wirasangka memiliki
kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan bagian daun yang lain. Hal tersebut
berkaitan dengan kemampuan daun dalam menangkap sinar matahari, sehingga dapat
38

disimpulkan bahwa daun dewasa mangga wirasangka mampu menangkap sinar


matahari lebih tinggi dibandingkan bagian daun lainnya.
Pigmen klorofil terdapat di dalam kloroplas. Kloroplas dapat memperbanyak
diri dengan cara pembelahan melalui pertumbuhan dan pembelahan plastid pada
daerah meristem. Pada awal perkembangan daun, aktivitas meristem daun
menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi
akibat aktivitas meristem interkalar. Hal ini yang menyebabkan daun bagian pangkal
lebih tua dibandingkan daun bagian ujung sehingga berakibat juga terhadap klorofil
yang dikandungnya. Pada suatu daun, kloroplas sudah terbentuk sempurna seiring
dengan arah pendewasaan daun (Pratama & Laily, 2015).

4.2.2 Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka (Mangifera indica L.


var. Wirasangka)
Kandungan karotenoid daun mangga wirasangka cenderung meningkat seiring
meningkatnya perkembangan daun. Kandungan karotenoid daun pucuk, daun muda
dan daun dewasa mangga wirasangka dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka


Tingkat Perkembangan Rerata Kandungan Karotenoid Daun
Daun Mangga Wirasangkan (µmol/g)
Pucuk 293,51
Muda 371,76
Dewasa 1.445,88

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa daun mangga wirasangka
memiliki kandungan karotenoid yang berbeda-beda pada tiap tingkat perkembangan
daunnya. Semakin tua tingkat perkembangan daun mangga wirasangka, semakin
tinggi kandungan karotenoidnya. Hasil tersebut berbanding lurus dengan kandungan
klorofil pada daun mangga wirasangka yang semakin tinggi tingkat perkembangan
daunnya, semakin tinggi juga kandungan klorofilnya. Meskipun demikian,
39

kandungan klorofil pada daun mangga wirasangka lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan karotenoidnya. Kadar pigmen klorofil dan karotenoid cenderung
berbanding lurus dikarenakan kedua pigmen tersebut terletak dalam kloroplas dan
berperan dalam proses fotosintesis (Pebrianti et al., 2015).
Selain dipengaruhi oleh tingkat perkembangan daun, kandungan karotenoid
pada daun juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Cahaya berperan meningkatkan
aktivitas enzim fitoen sintase (PSY) dan karotenoid hidroksilase (CH) dalam
biosintesis karotenoid (Bramley 2002). Intensitas cahaya mampu meningkatkan level
mRNA karotenoid hidroksilase (CH) dan fitoen sintase (PSY) sehingga fitoen
penyusun karotenoid juga meningkat. Meningkatnya fitoen dapat meningkatkan
kandungan karotenoid pada tumbuhan (Steinbrenner & Linden, 2001 dalam
Pariawan, 2014). Pada daun dewasa mangga wirasangka, diketahui memiliki
kandungan karotenoid lebih tinggi daripada bagian daun lainnya. Hal tersebut
berkaitan dengan kloroplas pada daun dewasa mangga wirasangka yang sudah
terbentuk sempurna sehingga mampu menangkap sinar matahari lebih baik.

4.2.3 Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka (Mangifera indica L.


var. wirasangka)
Kandungan antosianin daun mangga wirasangka cenderung menurun seiring
meningkatnya perkembangan daun. Hasil tersebut berbanding terbalik dengan
kandungan klorofil dan karotenoidnya. Kandungan antosianin daun pucuk, daun
muda dan daun dewasa mangga wirasangka dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka


Tingkat Perkembangan Rerata Kandungan Antosianin Daun
Daun Mangga Wirasangka (mg/100g)
Pucuk 1,36
Muda 0,75
Dewasa 0,38
40

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, daun pucuk, daun muda, dan daun dewasa
mangga wirasangka memiliki kandungan antosianin yang berbeda-beda. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat perkembangan daun, semakin
rendah kandungan antosianinnya. Hal ini dapat dilihat dari daun mangga wirasangka
yang semakin ke bawah daunnya semakin berwarna hijau, menunjukkan bahwa
kandungan klorofilnya lebih dominan dibandingkan kandungan antosianinnya.
Sementara pada daun pucuk mangga wirasangka memiliki kandungan antosianin
lebih tinggi dibandingkan daun muda dan daun dewasanya dikarenakan peran
antosianin yang memberikan warna merah keunguan pada daun pucuk mangga
wirasangka tersebut.
Selain tingkat perkembangan daun, menurut Hasidah et al. (2017), kandungan
pigmen antosianin pada tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
cahaya matahari (intensitas cahaya), suhu penyimpanan dan pH. Hasil penelitian
Adam (2017), pada penentuan antosianin daun bayam merah menunjukkan ekstrak
antosianin stabil pada pH 1-3, dan pada penyimpanan suhu lemari es (± 4oC). Jika pH
semakin tinggi, maka warna pigmen antosianin akan berubah menjadi senyawa
kalkon yang tidak berwarna (Tensiska et al., 2007). Pada penyimpanan suhu ruang (±
30oC), antosianin akan mengalami degradasi warna menjadi merah-kecoklatan
dikarenakan adanya faktor cahaya yang dapat mempercepat terjadinya proses
degradasi antosianin (Adam, 2017). Hasil penelitian Kwartiningsih et al. (2016), pada
uji stabilitas antosianin kulit buah naga super merah juga menunjukkan adanya
perubahan zat warna yang disimpan pada suhu ruang ditandai dengan penurunan
absorbansi. Menurut Lydia et al., (2001), perubahan zat warna saat penyimpanan
pada suhu ruang dimungkinkan disebabkan karena reaksi kopigmentasi dan ekstrak
masih mengandung enzim polifenolase yang mengkatalis reaksi pencoklatan,
sedangkan pada penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya
reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan tersebut. Oleh karena itu, antosianin lebih
baik disimpan di dalam lemari es dibandingkan pada suhu ruang.
Ekstraksi senyawa golongan flavonoid termasuk antosianin dianjurkan
dilakukan menggunakan larutan asam. Penelitian Adam (2017), menunjukkan bahwa
41

penggunaan asam klorida (HCl) menghasilkan konsentrasi monomer antosianin dan


total antosianin tertinggi dibandingkan dengan asam asetat dan tanpa menggunakan
asam. Francis (1982) dalam Samsudin & Khoiruddin, (2009) menyatakan bahwa
semakin asam larutan yang digunakan untuk mengektraksi senyawa antosianin
menyebabkan semakin banyak pigmen antosianin berada dalam bentuk kation
flavilium yang berwarna. Hal tersebut dikarenakan larutan asam kuat seperti HCl
lebih optimal dalam mendenaturasi membran sel tanaman, kemudian melarutkan
pigmen antosianin sehingga dapat keluar dari sel.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakter anatomi daun mangga wirasangka yaitu memiliki tipe daun
dorsiventral dan hypostomatous; memiliki epidermis atas dan bawah terdiri
dari selapis sel (uniseriate), dan terdiri atas selapis sel palisade. Rata-rata
tebal helai daun bagian ujung, tengah, dan pangkal berturut-turut sebesar
151,54 µm, 168,03 µm, dan 186,67 µm; rata-rata tebal tulang daun bagian
ujung, tengah, dan pangkal berturut-turut sebesar 679,63 µm, 939,36 µm,
dan 1.329,20 µm. Rasio palisade daun mangga wirasangka yaitu 4-5 sel;
memiliki tipe stomata anomositik; rata-rata panjang sel penutup 11,45 µm
dan lebar sel penutup 4,78 µm, serta memiliki kerapatan stomata 173,25
per mm2.
2. Kandungan klorofil dan karotenoid daun mangga wirasangka semakin
meningkat seiring meningkatnya perkembangan daun, sedangkan
kandungan antosianinnya semakin menurun. Kandungan klorofil daun
pucuk, daun muda dan daun dewasa mangga wirasangka berturut-turut
sebesar 9,10 mg/l, 12,28 mg/l, dan 47,89 mg/l. Kandungan karotenoid daun
pucuk, daun muda dan daun dewasanya berturut-turut sebesar 293,51
µmol/g, 371,76 µmol/g, dan 1.445,88 µmol/g serta kandungan antosianin
daun pucuk, daun muda, dan daun dewasanya berturut-turut sebesar 1,36
mg/100g, 0,75 mg/100g, dan 0,38 mg/100g.

42
43

5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terkait pengukuran tebal setiap jaringan
daun mangga wirasangka seperti tebal jaringan epidermis, palisade, berkas
pengangkut, dan jaringan spons. Selain itu, perlu pengujian kandungan jenis-jenis
pigmen dari pigmen klorofil seperti klorofil a dan b, pigmen karotenoid seperti
karoten dan xantofil untuk memperkaya data terkait tanaman mangga wirasangka
sebagai flora identitas Kabupaten Tegal.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, DH. (2017). Penentuan Antosianin dari Daun Bayam Merah (Alternanthera
Amoena Voss.) serta Alikasinya sebagai Pewarna Minuman. Jurnal
Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 3(1): 10-16.

Ahmad, K., Khan, MA., Ahmad, M., Zafar, M., Arshad, M., & Ahmad, F. (2009).
Taxonomic Diversity of Stomata in Dicot Flora of a District Tank (N.W.F.P.)
in Pakistan. African Journal of Biotechnology, 8(6): 1052-1055.

Ai, N.S & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2): 166-171.

Anonim. (2018). Perbedaan Klorofil A dan Klorofil B. URL:


perbedaan.budisma.net/perbedaan-klorofil-a-dan-klorofil-b.html.Diakses pada
tanggal 16 Desember 2020.sx
Anonim. (2020). Antosianin. URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Antosianin. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2020.
Anonim. (2020). Karotenoid. URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Karotenoid.
Diakses pada tanggal 14 Juni 2021.
Ariviani, S. (2010). Kapasitas Anti Radikal Ekstrak Antosianin Buah Salam
(Syzygium Polyanthum) Segar dengan Variasi Proporsi Pelarut. Journal of
Sustainable Agriculture. 25(1): 43-49.

A’yuningsih, D. (2017). Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Perubahan Struktur


Anatomi Daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi.
FMIPA UNY.

Berg CC, & Cornet EJH. (2005). Flora Malesiana. Netherland: National Herbarium.
BPTP Jateng. (2018). Mangga Wirasangka. URL: http://jateng.litbang.pertanian.go.id
/index.php/artikel/artikelinfoteknologi/item/396-mangga-wirasangka. Diakses
pada tanggal 21 November 2020.
Bramley, P. M. (2002). Regulation of Carotenoid Formation During Tomato Fruit
Ripening and Development. Journal of Experimental Botany, 377(53): 2107-
2113.
Cahyono, A.A. (2017). Identifikasi Keragaman dan Kekerabatan Genetik 66 Genotipe
Kedelai Berdasarkan Karakter Morfologi dan Marka Snap (Single Nucleotide-
Amplified Polymorphism). Thesis, Universitas Brawijaya

44
45

Cahyanto, T., Sopian, A & Efendi, M. (2016). Pengelompokan Sepuluh Kultivar


Mangga Asal Pamanukan Berdasarkan Karakter Anatomi Tangkai dan
Helaian Daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi.
FMIPA UNY.

Camargo, M.A.B.,& Marenco, R.A. (2011). Density, Size and Distribution of


Stomata in 35 Rainforest Tree Species in Central Amazonia. Acta Amaz. 4(2):
205-212.

Campbell, N.A, J.B. Reece, L.G. Mitchell. (2003). Biologi Jilid 1 (Terjemahan)
Erlangga. Jakarta.

Choi, K. H., Kimmer W., Smith G, Ruiz G. M. dan Lion K. (2005). PostExchange
Zooplankton in Ballast Water of Ships Entering The San Francisco Estuary. J.
Plankton Res, 27: 707-714.

Crang, R.,Sobaski, SL.,& Wise, R. (2018). Plant Anatomy. Spinger.

Christi I.V.E & Senthamarai, R. (2015). Qualitative and Quantitative


Pharmacognostical Studies on Scoparia dulcis Linn Leaf, IJPPR,3(1): 57-74.

Del Campo AJ, Garcia-Gonzalez M, Guerrero MG. (2007). Outdoor Cultivation of


Microalgae for Carotenoid Production: Current State and Perspectives. Appl
Microb Biotechnol, 74: 1163-1174.

Dorly., Ningrum, R.K., Suryantari N.K., & Anindita, F.L.R. (2016). Studi Anatomi
Daun dari Tiga Anggota Suku Malvaceae di Kawasan Waduk Jatiluhur. In
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Environmental,
and Learning, 13(1): 611-618.

Dwidjoseputro, D. (1994). Pigmen Klorofil. Jakarta: Erlangga.

Ekeke CIO, Agbagwa, Ogazie AC. (2017). Comparative anatomy of stem, petiole and
flower stalks and its significance in the taxonomy of some members of
Cucurbits. Jordan Journal of Biological Sciences, 10(3): 185–191.

Erawati. (2006). Kendali Stabilitas Beta Karoten Selama Proses Produksi Tepung
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Tesis. IPB.
Ganogpichayagrai, A., Rungsihirunrat, K., Palanuvej, C., & Ruangrungsi, N. (2016).
Characterization of Mangifera indica Kultivars in Thailand Based on
Macroscopic, Microscopic, and Genetic Characters. Journal of Advanced
Pharmaceutical Technology & Research, 7(4): 127.
46

Ghazalli, MN.,& Mohammad, AL. (2014). Comparative Leaves Anatomical Studies


of Bouea, Mangifera and Spondias (Anacardiaceae) in Malaysia. Journal of
Life Sciences, 8(9): 758-767.

Hafiz, P., Dorly.,& Rahayu, S. (2013). Karakteristik Anatomi Daun dari Sepuluh
Spesies Hoya Sukulen serta Analisis Hubungan Kekerabatannya. Buletin
Kebun Raya, 16(1): 58-73.

Hakim, ML., Abdullah, M., Rahayu, ES., & Retnoningsih, A. (2021). Variasi
Morfologi Mangga Wirasangka (Mangifera indica var. Wirasangka) sebagai
Flora Identitas Kabupaten Tegal. Prosiding Semnas Biologi, 9: 29-34.

Haryanti, S. (2010). Jumlah dan distribusi stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi,18(2): 21-28.

Haryanti, S. (2010). Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Buletin Fisiologi dan
Anatomi. 18(1):41.
Hasidah, M., & Rousdy, D. W. (2017). Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid dan
Antosianin Daun Caladium. Jurnal Protobiont, 6(2): 29-37.
Hendry, GAF & Grime, JP. (1993). Methods in Comparative Plant Ecology. A
Laboratory Manual, London Chapman and Hall.

Hidayati, S.R. (2009). Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan Kandungan
Logam Berat pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kawasan Lumpur Porong
Sidoarjo. Skripsi. FST UIN Malang.
Hopkins, W.G.,& Huner, N.P.A. (2008). Introduction to Plant Physiology Fourth
Edition. United States of America: Willey

Jaya, A.B., Tambaru, E., Latunra, A.I., & Salam, M.A. (2014). Perbandingan
Karakteristik Stomata Daun Pohon Leguminose di Hutan Kota Universitas
Hasanuddin dan di Jalan Tamalate Makassar. Journal of Biological Diversity,
7(1):6.
Juairiah, L. (2014). Studi Karakteristik Stomata Beberapa Jenis Tanaman Revegetasi
di Lahan Pascapenambangan Timah di Bangka. Widyariset, 17(2): 213-218.

Juliarni., Dewanto, HA., & Ermayanti, TM. (2007). Karakter Anatomi Daun dari
Kultur Tunas Artemisia annua L. Bul. Agron, 35(3): 225-232.

Kuntorini, E.M., Fitriana, S., & Astuti M.D. (2013). Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura).
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 1(1): 291.
47

Kurniasih, D. (2010). Kajian Kandungan Senyawa Karotenoid, Antosianin dan Asam


Askorbat pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Kurniawan, M, Izzati, M & Nurchayati, Y, (2010). Kandungan Klorofil, Karotenoid,
dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi
dan Fisiologi, 18(1): 28-40.

Kusmiati., Agustini NWS., Tamat SR., Irawati M. (2010). Ekstraksi dan Purifikasi
Senyawa Lutein dari Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Galur Lokal Ink.
Jurnal Kimia Indonesia, 5: 30-34.
Kwartiningsih, E., Prastika, A. & Triana, DL. (2016). Ekstraksi dan Uji Stabilitas
Antosianin dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis). In
Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (P. 6).

Lees, D.H & Francis, F.J. (1972). Standardization of Pigment Analyses in


Cranberries. HortScience, 7: 83-84.

Legowo, A. (2005). Pengaruh Blanching terhadap Sifat Sensoris dan Kadar


Provitamin Tepung Labu Kuning. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
Lydia., Widjanarko, SB. & Susanto, T. (2001). Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen
dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai. Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi, 2(1): 1-16.
Maulid, RR & Laily, AN. (2015). Kadar Total Pigmen Klorofil dan Senyawa
Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia pulcherrima) Berdasarkan Umur
Daun. Prosiding KPSDA, 1(1).

Mortensen, A. (2006). Carotenoids and Other Pigment as Natural Colorant. Pure


Appl. Chem., 78(8): 1477-1491.

Muhlas., Sundari, S., Utami, W., Rohmawati, I., & Rohmawati, RI. (2016). Struktur
Anatomi Jaringan Daun Mangga Sehat dengan Daun Mangga Terserang
Hama. Prosiding Seminar Nasional Biologi. FMIPA UNESA.

Mulyani, S. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.


Mutaqin, A. Z., Budiono, R., Setiawati, T., Nurzaman, M., & Fauzia, R. S. (2016).
Studi Anatomi Stomata Daun Mangga (Mangifera indica) Berdasarkan
Perbedaan Lingkungan. Jurnal Biodjati, 1(1): 13-18.
Ndiha BBA, & Limantara, L. (2009). Karotenoid pada Bahan Makanan. Prosiding
Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya. Jurnal
Pendidikan Biologi. FMIPA UNY: 75-84.
48

Norfaizal, G.M & Latiff, A. (2013). Leaf Anatomical Characteristics of Bouea,


Mangifera and Spondias (Anacardiaceae) in Malaysia. In AIP Conference
Proceedings, 1571(1): 394-403.
Packer, L & Cadenas. E. (2004). Caretonoids In Health and Diasease. University of
Southern California School of Pharmacy, Los Angeles, California.

Pariawan, A. (2014). Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Kandungan Karotenoid


Chlorella sp. Skripsi. Universitas Airlangga.

Pebrianti C, Ainurrasyid R.B., Purnamaningsih, S.L. (2015). Uji kadar antosianin dan
hasil enam varietas tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss) pada
musim hujan. Jurnal Produksi Tanaman, 3(1): 27 – 33

Perveen A, Rubina A, Rrabab F. (2007). Stomatal Types of Some Dicots within Flora
of Karachi, Pakistan. Pak. J. Bot., 39(4): 1017-1023.

Pineda, L.Y.C. (2015). Anatomía Foliar del Género Schinus L. (Anacardiaceae).


Thesis. Benemérita Universidad Autónoma de Puebla.

Prasanti, NS. (2008). Perangkat Fotosintetik Tanaman Kimpul (Xanthosoma


sagittifolium (L.) Schott.) pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air.
Skripsi. FMIPA UNS.

Pratama, AJ & Laily, AN. (2015). Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli


(Hedychium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah
Perkembangan Daun yang Berbeda. Prosiding KPSDA, 1(1) FKIP UNS.

Prawoto, A.A. (2014). Dinamika pertunasan, layu pentil, dan ketepatan taksasi
produksi beberapa klon kakao. Pelita Perkebunan, 30(2): 100-114.
Priska, M., Peni, N., Carvallo,L., & Ngapa,Y.D. (2018). Review: Antosianin dan
Pemanfaatannya. Cakra Kimia (Indonesia E-Journal of Applied Chemistry).
6(2): 80.

Putri, O.N. (2019). Analisis Kandungan Klorofil dan Senyawa Antosianin Daun
Pucuk Merah (Syzygiumm oleana) Berdasarkan Tingkat Perkembangan Daun
yang Berbeda. Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.

Putu, M.L.,Kriswiyanti, E., & Defiani, M.R. (2017). Analisis Kekerabatan Beberapa
Tanaman Mangga (Mangifera Spp.) Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan
Anatomi Daun. Jurnal Simbiosis, 5(1): 7-10.

Rahayu, E.S & Martin, F.P. (2018). Flora Identitas Kota/Kabupaten Di Jawa
Tengah: Karakteristik dan Kuantitas Populasinya. FMIPA UNNES.
49

Rahayu, E.S., Retnoningsih, A., Abdullah, M., & Susanti, P. (2020). Comparison of
Nutritional Content of Mangifera indica L. var. Wirasangka with Three Other
Varieties in Tegal Regency. Biosantifika: Journal of Biology & Biology
Education, 12(3): 408-413.

Rega, K., Christianto, I., & Setiawan H. (2018). Implementasi Convolutional Neural
Network untuk Sistem Prediksi Pigmen Fotosintesis pada Tanaman secara
Real Time. JuTISI (Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi), 4(2):
330-340.

Ridwan., Hasidu, L.O & Rumakefing, H. (2022). Identifikasi Tipe Stomata pada
Beberapa Jenis Tumbuhan Dikotil dan Monokotil. Jurnal Sains dan
Pendidikan Biologi, 1(1): 1-6.

Rudall, P.J. (2007). Anatomy of Flowering Plants. New York: Cambridge University
Press.
Salisburry, F.B & Ross, C. W. (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB Press.
Bandung.

Samsudin, A.M & Khoiruddin. (2009). Ekstraksi, Filtrasi Membran dan Uji
Stabilitas Zat Warna dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana). UNDIP.

Santoso, J., Suhardjono, H., & Wattimury, A. (2020). Kajian Nilai Curs Spektrum
Warna terhadap Warna Cahaya Matahari dan Cahaya Buatan untuk
Pertumbuhan Tanaman. Seminar Nasional Magister Agroteknologi Fakultas
Pertanian UIN “Veteran” Jawa Timur. NST Prosiding. p: 11-22.

Sarjani, T.M., Mawardi., Pandia, E.S & Wulandari, D. (2017). Identifikasi Morfologi
dan Anatomi Tipe Stomata Famili Piperaceae Di Kota Langsa. Jurnal IPA
dan Pembelajaran IPA, 1(2): 182-191.

Siahaan, L.O., Hutapea, E.R.F., & Tambun, R. (2014). Ekstraksi Pigmen Antosianin
dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum) dengan Pelarut Etanol. Jurnal
Teknik Kimia USU, 3(3).

Sumadi & Marianti, A. (2007). Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumenda L, Rampe HL, Mantiri FR. (2011). Analisis Kandungan Klorofil Daun
Mangga (Mangifera indica L.) pada Tingkat Perkembangan Daun yang
Berbeda. Jurnal Bioslogos, 1(1).

Sunarti, S., Rugayah, R., & Tihurua, E.F. (2008). Studi Anatomi Daun Jenis-jenis
Averrhoa di Indonesia untuk Mempertegas Status Taksonominya. Berita
Biologi, 9(3): 253-257.
50

Taiz, L & Zeiger, E. (2010). Plant Physiology Fifth Edition. Sunderland: Sinauer
Associates. ISSN: 0878938667

Taulu, D. B., Z. Untu & A. Ilat. (1997). Pola kepadatan mulut daun dan kandungan
klorofil tajuk kelapa. Laporan Kegiatan Penelitian. Departemen Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain. Manado.

Tensiska., Sukarminah, E., & Natalia, D. (2007). Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah
Arben (Rubus idaeus (Linn.)) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan. Jurnal
Teknol. dan Industri Pangan, 18(1).

Tjitrosoepomo, G. (2007). Morfologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta.

Tuasamu, Y. (2018). Karakterisasi Morfologi Daun dan Anatomi Stomata pada


Beberapa Spesies Tanaman Jeruk (Citrus sp). Jurnal Agrikan, 11(2): 85-95.

Wulansari, T.Y.I & Dewi, AP. (2021). Struktur Anatomi Daun Phyllanthaceae di
Kabupaten Banggai Kepulauan. Jurnal Biologi, 14(1): 29-41.

Yatim, W. (2012). Biologi Modern, Biologi sel. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.

Yulianti, H. N., & Wahab, A. W. (2016). Analisis Kadar β-Karoten dalam Ekstrak
Petroleum Eter Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dari Daerah Pesisir dan
Pegunungan serta Potensinya sebagai Antioksidan. Repositori. FMIPA
Universitas Hasanuddin.
51

Lampiran 1. Biodata Penulis

Nama : Reny Rahayu

NIM : 4411416023

TTL : Jepara, 11 Agustus 1997

Alamat :Desa Daren, Rt.02, Rw.06, Kec. Nalumsari, Kab. Jepara

Email : renyy.rahayu11@gmail.com

Hobi : Menggambar, menanam, bermain badminton, mendengarkan


musik dan murottal

Riwayat Pendidikan : -SDN 2 Daren (2004-2010)

-SMPN 2 Gebog Kudus (2010-2013)

-SMAN 1 Gebog Kudus (2013-2016)

-Universitas Negeri Semarang (2016-2022)

Motto Hidup : “Semua yang kita inginkan belum tentu yang terbaik,
tetapi apapun yang telah diberikan ALLAH SWT
kepada kita pastilah yang terbaik. ALLAH yang
menciptakan kita, ALLAH juga yang lebih tahu yang
terbaik untuk kita ”.
52

Lampiran 2. SK Pembimbing
53

Lampiran 3. SK Penguji
54

Lampiran 4. Rasio Palisade Daun Mangga Wirasangka

Sel Σ Palisade (Bagian Daun)


Nama Sampel
Epidermis Ujung Tepi Tengah Pangkal
P1D1 1 5 4 6 6
2 5 4 5 4
3 4 5 4 5
4 3 4 5 6
5 3 3 5 4
Rerata 4 4 5 5
Rerata Total Rasio Palisade 4.5
P1D2 1 6 4 7 5
2 5 4 8 5
3 4 5 7 5
4 4 4 5 4
5 4 4 5 4
Rerata 4.6 4.2 6.4 4.6
Rerata Total Rasio Palisade 4.95
P1D3 1 5 4 5 4
2 5 6 5 3
3 3 5 4 5
4 4 5 5 4
5 3 3 4 3
Rerata 4 4.6 4.6 3.8
Rerata Total Rasio Palisade 4.25
P2D1 1 5 4 5 3
2 4 4 6 4
3 4 3 4 4
4 3 4 5 4
5 4 3 6 5
Rerata 4 3.6 5.2 4
Rerata Total Rasio Palisade 4.2
P2D2 1 4 4 3 4
2 3 4 3 4
3 3 4 4 4
4 4 5 4 5
5 5 3 3 4
Rerata 4 4 3 4
Rerata Total Rasio Palisade 3.75
55

Σ Palisade (pada Bagian Daun)


Nama Sampel Sel Epidermis
Ujung Tepi Tengah Pangkal
P2D3 1 5 5 4 4
2 4 4 3 5
3 6 3 4 4
4 5 5 3 4
5 5 5 5 3
Rerata 5 4.4 3.8 4
Rerata Total Rasio Palisade 4.3
P3D1 1 4 4 5 3
2 5 5 6 4
3 6 4 5 3
4 6 4 7 4
5 3 4 5 4
Rerata 4.8 4.2 5.6 3.6
Rerata Total Rasio Palisade 4.55
P3D2 1 5 4 4 3
2 5 3 5 4
3 4 3 5 5
4 3 3 5 3
5 4 5 3 4
Rerata 4.2 3.6 4.4 3.8
Rerata Total Rasio Palisade 4
P3D3 1 4 4 4 5
2 4 6 5 5
3 5 4 6 3
4 3 4 3 4
5 5 5 3 5
Rerata 4.2 4.6 4.2 4.4
Rerata Total Rasio Palisade 4.35

Keterangan :
P1 D1 : Pohon Ke-1 Daun Ke-1 P2 D3 : Pohon Ke-2 Daun Ke-3
P1 D2 : Pohon Ke-1 Daun Ke-2 P3 D1 : Pohon Ke-3 Daun Ke-1
P1 D3 : Pohon Ke-1 Daun Ke-3 P3 D2 : Pohon Ke-3 Daun Ke-2
P2 D1 : Pohon Ke-2 Daun Ke-1 P3 D3 : Pohon Ke-3 Daun Ke-3
P2 D2 : Pohon Ke-2 Daun Ke-2
56

Lampiran 5. Tebal Helai dan Tulang Daun Mangga Wirasangka


Bagian Tebal Helai Daun (µm)
Nama Ulangan Tebal Tulang
Helai Bagian
Preparat Pengukuran Daun (µm)
Daun Bagian Kiri Kanan
1 119,8 113.1
2 119.8 137.8
Ujung 3 184.1 172.7 675.8
Jumlah 862.5
Rerata 143.75
1 149.8 144.3
2 206.6 257.7
P1D1 Tengah 3 130.2 187.3 1156.5
Jumlah 1075.9
Rerata 179.32
1 125.7 141.1
2 172.5 196.4
Pangkal 3 119.2 171.8 1408
Jumlah 926.7
Rerata 154.45
1 116.6 171.7
2 107.8 139.9
Ujung 3 162.6 125.3 720.8
Jumlah 823.9
Rerata 137.32
1 119.8 116.8
2 156.7 147.5
P1D2 Tengah 3 215.1 215.1 820.3
Jumlah 971.0
Rerata 161.83
1 129.2 119.4
2 154.9 131.8
Pangkal 3 196.2 177.2 1245.8
Jumlah 908.7
Rerata 151.45
1 100.3 136.2
2 124.1 122.7
Ujung 3 189.2 221.4 642.3
Jumlah 893.9
Rerata 148.98
1 101.2 116.9
2 177.5 178.1
P1D3 Tengah 3 123.3 135.5 817.6
Jumlah 832.5
Rerata 138.75
1 127.7 119.6
2 165 192
Pangkal 3 225.5 131.9 1333.8
Jumlah 961.7
Rerata 160.28
57

Nama Bagian Ulangan Tebal Helai Daun (µm) Tebal Tulang Daun
Preparat Helai Daun Pengukuran Bagian Bagian (µm)
Kiri Kanan
1 104.2 110.4
2 128.8 174
Ujung 3 169 123.3 659.4
Jumlah 809.7
Rerata 134.95
1 118.5 291.8
2 131 190.6
P2D1 Tengah 3 198.9 226.9 1089.1
Jumlah 1157.7
Rerata 192.95
1 175.3 156.7
2 235.4 135.1
Pangkal 3 148.1 247.7 1374.5
Jumlah 1098.3
Rerata 183.05
1 186.3 242.8
2 251.3 119.7
Ujung 3 184.3 151.4 738.1
Jumlah 1135.8
Rerata 189.3
1 104.2 114.9
2 135.8 138.7
P2D2 3 226.9 210.8
Tengah 744.9
Jumlah 931.3
Rerata 155.27
1 113.9 251.5
2 125.8 156
Pangkal 3 200.2 130.7 1015.2
Jumlah 978.1
Rerata 163.02
1 118.4 174.8
2 135.8 141.1
Ujung 3 187.9 110.5 814.2
Jumlah 868.5
Rerata 144.75
1 147.4 210.4
2 224.3 126.4
P2D3 Tengah 3 162.8 139.7 1020.4
Jumlah 1011
Rerata 168.5
1 250.3 278
2 223.4 159
Pangkal 3 337.1 144.1 1398.7
Jumlah 1391.9
Rerata 231.98
58

Nama Bagian Helai Ulangan Tebal Helai Daun (µm) Tebal Tulang
Preparat Daun Pengukuran Bagian Bagian Daun (µm)
Kiri Kanan
1 124.6 187.7
2 154.1 132.5
Ujung 3 210.4 108.4 816
Jumlah 917.7
Rerata 152.95
1 133.2 138.3
2 146.7 250
P3D1 Tengah 3 217.2 156.7 934
Jumlah 1042.1
Rerata 173.68
1 111.6 134.2
2 133.6 139.9
Pangkal 3 234.7 246 1197
Jumlah 1000
Rerata 166.67
1 120.3 147.5
2 131.7 180.5
Ujung 3 193.2 106.7 747.8
Jumlah 879.9
Rerata 146.65
1 142.1 247.3
2 158.3 147.3
P3D2 Tengah 3 248.9 163 1066.3
Jumlah 1106.9
Rerata 184.48
1 224.1 353.1
2 219.9 284.6
Pangkal 3 292.7 236.7 1367.8
Jumlah 1611.1
Rerata 268.52
1 125.3 169
2 138.8 220.9
Ujung 3 186.6 150.6 797.1
Jumlah 991.2
Rerata 165.2
1 116.4 204.6
2 137.4 134
P3D3 Tengah 3 199.2 153.6 805.1
Jumlah 945.2
Rerata 157.53
1 161.4 279.4
2 177.2 154.5
Pangkal 3 241.5 189.6 1409.8
Jumlah 1203.6
Rerata 200.6
59

Lampiran 6. Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka
Bagian
Nama Daun Stoma Panjang Sel Penutup Lebar Sel Penutup
Sampel Ke- Stomata (µm) Stomata (µm)
P1D1 Ujung 1 10.1 5.3
2 11.9 4.4
3 10.8 4.4
Tepi 1 11.3 5.3
2 10.1 4.3
3 11.1 4.8
Tengah 1 9.3 3.8
2 9.3 4.0
3 10.4 3.8
Pangkal 1 14.7 4.4
2 10.4 5.9
3 11.1 4.8
Rerata 10.88 4.6
P1D2 Ujung 1 12.1 5.9
2 13.2 4.4
3 11 4.8
Tepi 1 11.2 4.7
2 10.7 6.6
3 11.7 5.9
Tengah 1 11.3 4.8
2 9.7 5.1
3 11.3 5.0
Pangkal 1 11.9 4.5
2 12.6 4.8
3 12.8 4.8
Rerata 11.63 5.1
P1D3 Ujung 1 13.4 5.0
2 12.2 4.8
3 10.9 5.2
Tepi 1 9.5 5.0
2 11.6 4.6
3 11.4 4.8
Tengah 1 11.3 5.1
2 11.9 4.6
3 11.6 4.7
Pangkal 1 12.1 5.2
2 11.5 5.3
3 11.9 4.9
Rerata 11.61 4.9
60

P2D1 Ujung 1 12.6 4.1


2 10.2 4.7
3 11.6 4.9
Tepi 1 10.7 4.5
2 10.7 4.4
3 10.3 4.8
Tengah 1 12.8 5.9
2 10.4 3.7
3 12.4 4.6
Pangkal 1 14.1 5.8
2 12 3.7
3 11.8 4.8
Rerata 11.63 4.7
P2D2 Ujung 1 10.8 5.7
2 11.4 4.6
3 10.9 4.1
Tepi 1 11 5.2
2 11 4.7
3 10.6 4.7
Tengah 1 12.3 3.7
2 10.2 4.8
3 10.2 3.9
Pangkal 1 11.5 4.9
2 14.7 5.1
3 12.5 4.2
Rerata 11.43 4.6
P2D3 Ujung 1 13.6 4.8
2 12.9 4.8
3 10.1 4.8
Tepi 1 9.7 5.8
2 9.5 5.0
3 11.2 4.5
Tengah 1 12.4 4.2
2 9.5 4.2
3 11.2 4.2
Pangkal 1 13.2 5.2
2 10.1 4.8
3 12.6 4.7
Rerata 11.33 4.8
P3D1 Ujung 1 12.8 5.8
2 12.1 5.1
3 12.8 4.3
Tepi 1 13.1 5.2
61

2 11.6 4.8
3 11.7 6.0
Tengah 1 10.9 4.1
2 13 4.8
3 11.3 5.2
Pangkal 1 10 4.5
2 10.9 4.8
3 11.3 4.4
Rerata 11.79 4.9
P3D2 Ujung 1 11.8 4.2
2 11.4 4.1
3 10.8 4.7
Tepi 1 11.4 4.6
2 11.3 5.9
3 11.2 4.8
Tengah 1 10.5 5.0
2 10.4 4.9
3 11.6 4.2
Pangkal 1 11.6 4.7
2 12 4.2
3 13.6 5.1
Rerata 11.47 4.7
P3D3 Ujung 1 13.4 5.8
2 11.6 4.5
3 11.6 4.5
Tepi 1 11 5.2
2 10.9 3.8
3 10.4 5.0
Tengah 1 10.9 4.2
2 10.2 4.2
3 9.5 4.4
Pangkal 1 12.6 5.2
2 10.9 4.6
3 12 4.8
Rerata 11.25 4.7
62

Lampiran 7. Kerapatan Stomata Daun Mangga Wirasangka

Nama Sampel Bagian Daun Jumlah Stomata Rerata Jumlah Kerapatan


Stomata Stomata (/mm2)
P1 D1 Ujung 34
Tepi 36
Tengah 35 34 173.25
Pangkal 32
P1 D2 Ujung 34
Tepi 34
Tengah 35 33 168.15
Pangkal 30
P1 D3 Ujung 30
Tepi 38
Tengah 33 34 173.25
Pangkal 34
P2 D1 Ujung 37
Tepi 36
Tengah 36 35 178.34
Pangkal 30
P2 D2 Ujung 35
Tepi 37
Tengah 35 35 178.34
Pangkal 34
P2 D3 Ujung 33
Tepi 34
Tengah 34 33 168.15
Pangkal 31
P3 D1 Ujung 30
63

Nama Sampel Bagian Daun Jumlah Stomata Rerata Jumlah Kerapatan


Stomata Stomata (/mm2)

Tepi 33 33 168.15
Tengah 38
Pangkal 30
P3 D2 Ujung 30
Tepi 30
Tengah 35 31 157.96
Pangkal 30
P3 D3 Ujung 36
Tepi 33
Tengah 35 34 173.25
Pangkal 30
64

Lampiran 8. Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Mangga


Wirasangka

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Pucuk Mangga


Wirasangka (Pohon ke-1) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
65

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Muda Mangga


Wirasangka (Pohon ke-1) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
66

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Dewasa Mangga


Wirasangka (Pohon ke-1) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
67

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Pucuk Mangga


Wirasangka (Pohon ke-2) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
68

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Muda Mangga


Wirasangka (Pohon ke-2) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
69

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Dewasa Mangga


Wirasangka (Pohon ke-2) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
70

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Pucuk Mangga


Wirasangka (Pohon ke-3) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
71

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Muda Mangga


Wirasangka (Pohon ke-3) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
72

Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Dewasa Mangga


Wirasangka (Pohon ke-3) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 480
nm, λ 645 nm, dan λ 663 nm.
73

Lampiran 9. Tabel Hasil Absorbansi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun


Mangga Wirasangka

Nama Sampel Ulangan


No. Ke- Panjang Gelombang (λ)
480 nm 645 nm 663 nm
1 P1 DP 1 0,386 0,251 0,478
2 0,390 0,251 0,477
3 0,392 0,252 0,479
2 P1 DM 1 0,496 0,270 0,607
2 0,479 0,271 0,609
3 0,493 0,272 0,622
3 P1 DD 1 2,405 1,523 2,615
2 2,440 1,616 2,622
3 1,950 1,167 2,497
4 P2 DP 1 0,513 0,264 0,507
2 0,633 0,351 0,596
3 0,624 0,359 0,591
5 P2 DM 1 0,515 0,295 0,634
2 0,676 0,425 1,006
3 0,654 0,413 0,935
6 P2 DD 1 2,463 1,479 2,603
2 2,322 1,579 2,617
3 2,090 1,196 2,497
7 P3 DP 1 0,337 0,192 0,353
2 0,452 0,292 0,472
3 0,269 0,155 0,295
8 P3 DM 1 0,470 0,290 0,606
2 0,606 0,386 0,869
3 0,486 0,277 0,590
9 P3 DD 1 2,044 1,254 2,565
2 2,241 1,325 2,583
3 1,847 1,063 2,408
74

Lampiran 10. Perhitungan Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka


P1 DP → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,478) + (20,2 x 0,251)
= 3,834 + 5,070
= 8,904 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,477) + (20,2 x 0,251)
= 3,826 + 5,070
= 8,896 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,479) + (20,2 x 0,252)
= 3,842 + 5,090
= 8,932 mg/l
P1 DM → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,607) + (20,2 x 0,270)
= 4,868 + 5,454
= 10,322 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,609) + (20,2 x 0,271)
= 4,884 + 5,474
=10,358 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,622) + (20,2 x 0,272)
= 4,988 + 5,494
= 10,482 mg/l
P1 DD → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,615) + (20,2 x 1,523)
= 20,972 + 30,765
75

= 51,737 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,622) + (20,2 x 1,616)
= 21,028 + 32,643
= 53,671 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,497) + (20,2 x 1,167)
= 20,026 + 23,573
= 43,599 mg/l
P2 DP → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,507) + (20,2 x 0,264)
= 4,066 + 5,333
= 9,399 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,596) + (20,2 x 0,351)
= 4,780 + 7,090
= 11,87 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,591) + (20,2 x 0,359)
= 4,740 + 7,252
= 11,992 mg/l
P2 DM → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,634) + (20,2 x 0,295)
= 5,085 + 5,959
= 11,044 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 1,006) + (20,2 x 0,425)
= 8,068 + 8,585
76

= 16,653 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,935) + (20,2 x 0,413)
= 7,499 + 8,343
= 15,842 mg/l
P2 DD → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,603) + (20,2 x 1,479)
= 20,876 + 29,876
= 50,752 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,617) + (20,2 x 1,579)
= 20,988 + 31,896
= 52,884 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,497) + (20,2 x 1,196)
= 20,026 + 24,160
= 44,186 mg/l
P3 DP → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,353) + (20,2 x 0,192)
= 2,831 + 3,878
= 6,709 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,472) + (20,2 x 0,292)
= 3,785 + 5,898
= 9,683 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,295) + (20,2 x 0,155)
= 2,366 + 3,131
77

= 5,497 mg/l
P3 DM → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,606) + (20,2 x 0,290)
= 4,860 + 5,858
= 10,718 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,869) + (20,2 x 0,386)
= 6,969 + 7,797
= 14,766 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,590) + (20,2 x 0,277)
= 4,732 + 5,595
= 10,327 mg/l
P3 DD → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,565) + (20,2 x 1,254)
= 20,571 + 25,331
= 45,902 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,583) + (20,2 x 1,325)
= 20,716 + 26,765
= 47,481 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,408) + (20,2 x 1,063)
= 19,312 + 21,473
= 40,785 mg/l
78

Lampiran 11. Perhitungan Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka


(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103
P1 DP → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,386+0,114 x 0,478−0,638 x 0,251) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,386+0,054−0,160) x 12,5 x 103


= 14,063

0,28 x 12,5 x 103


= 14,063

3,5 x 103
= = 248,88 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) =
112,5 x W

(0,390+0,114 x 0,477−0,638 x 0,251) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,390+0,054−0,160) x 12,5 x 103


= 14,063

0,284 x 12,5 x 103


= 14,063

3,55 x 103
= = 252,79 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(0,392+0,114 x 0,479−0,638 x 0,252) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,392+0,055−0,161) x 12,5 x 103


= 14,063

0,286 x 12,5 x 103


= 14,063

3,575 x 103
= = 254,21 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P1 DM → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,496+0,114 x 0,607−0,638 x 0,270) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,496+0,069−0,172) x 12,5 x 103


= 14,063
79

0,393 x 12,5 x 103


= 14,063

4,913 x 103
= = 349,36 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(0,479+0,114 x 0,609−0,638 x 0,271) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,479+0,069−0,173) x 12,5 x 103


= 14,063

0,375 x 12,5 x 103


= 14,063

4,688 x 103
= = 333,36 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(0,493+0,114 x 0,622−0,638 x 0,272) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,493+0,071−0,174) x 12,5 x 103


= 14,063

0,39 x 12,5 x 103


= 14,063

4,875 x 103
= = 346,65 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P1 DD → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(2,405+0,114 x 2,615−0,638 x 1,523) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,405+0,298−0,972) x 12,5 x 103


= 14,063

1,731 x 12,5 x 103


= 14,063

21,638 x 103
= = 1.538,65 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(2,440+0,114 x 2,622−0,638 x 1,616) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125
80

(2,440+0,299−1,031) x 12,5 x 103


= 14,063

1,708 x 12,5 x 103


= 14,063

21,35 x 103
= = 1.518,17 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(1,950+0,114 x 2,497−0,638 x 1,167) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(1,950+0,285−0,745) x 12,5 x 103


= 14,063

1,49 x 12,5 x 103


= 14,063

18,625 x 103
= = 1.324,40 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P2 DP → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,513+0,114 x 0,507−0,638 x 0,264) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,513+0,058−0,168) x 12,5 x 103


= 14,063

0,403 x 12,5 x 103


= 14,063

5,038 x 103
= = 358,25 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(0,633+0,114 x 0,596−0,638 x 0,351) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,633+0,068−0,224) x 12,5 x 103


= 14,063

0,477 x 12,5 x 103


=
14,063

5,963 x 103
= = 424,02 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W
81

(0,624+0,114 x 0,591−0,638 x 0,359) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,624+0,067−0,229) x 12,5 x 103


= 14,063

0,462 x 12,5 x 103


= 14,063

5,775 x 103
= = 410,65 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P2 DM → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,515+0,114 x 0,634−0,638 x 0,295) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,515+0,072−0,188) x 12,5 x 103


= 14,063

0,399 x 12,5 x 103


= 14,063

4,988 x 103
= = 354,69 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(0,676+0,114 x 1,006−0,638 x 0,425) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,676+0,115−0,271) x 12,5 x 103


= 14,063

0,52 x 12,5 x 103


= 14,063

6,5 x 103
= = 462,21 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(0,654+0,114 x 0,935−0,638 x 0,413) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,654+0,107−0,263) x 12,5 x 103


=
14,063

0,498 x 12,5 x 103


= 14,063

6,225 x 103
= = 442,65 µmol/g
14,063
82

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P2 DD → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(2,463+0,114 x 2,603−0,638 x 1,479) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,463+0,297−0,944) x 12,5 x 103


= 14,063

1,816 x 12,5 x 103


= 14,063

22,7 x 103
= = 1.614,16 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(2,322+0,114 x 2,617−0,638 x 1,579) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,322+0,298−1,007) x 12,5 x 103


= 14,063

1,613 x 12,5 x 103


= 14,063

20,163 x 103
= = 1.433,76 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(2,090+0,114 x 2,497−0,638 x 1,196) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,090+0,285−0,763) x 12,5 x 103


= 14,063

1,612 x 12,5 x 103


= 14,063

20,15 x 103
= = 1.432,84 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P3 DP → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,337+0,114 x 0,353−0,638 x 0,192) x 12,5 x 103


=
112,5 x 0,125

(0,337+0,040−0,122) x 12,5 x 103


= 14,063

0,255 x 12,5 x 103


= 14,063
83

3,188 x 103
= = 226,69 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(0,452+0,114 x 0,472−0,638 x 0,292) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,452+0,054−0,186) x 12,5 x 103


= 14,063

0,32 x 12,5 x 103


= 14,063

4 x 103
= 14,063 = 284,43 µmol/g

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(0,269+0,114 x 0,295−0,638 x 0,,155) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,269+0,034−0,099) x 12,5 x 103


= 14,063

0,204 x 12,5 x 103


= 14,063

2,55 x 103
= = 181,68 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P3 DM → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(0,470+0,114 x 0,606−0,638 x 0,290) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,470+0,069−0,185) x 12,5 x 103


= 14,063

0,354 x 12,5 x 103


= 14,063

4,425 x 103
= = 314,66 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) =
112,5 x W

(0,606+0,114 x 0,869−0,638 x 0,386) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,606+0,099−0,246) x 12,5 x 103


= 14,063
84

0,459 x 12,5 x 103


= 14,063

5,738 x 103
= = 408,02 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(0,486+0,114 x 0,590−0,638 x 0,277) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(0,486+0,067−0,177) x 12,5 x 103


= 14,063

0,376 x 12,5 x 103


= 14,063

4,7 x 103
= = 334,21 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


P3 DD → Karotenoid (1) = 112,5 x W

(2,044+0,114 x 2,565−0,638 x 1,254) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,044+0,292−0,800) x 12,5 x 103


= 14,063

1,536 x 12,5 x 103


= 14,063

19,2 x 103
= = 1.365,28 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (2) = 112,5 x W

(2,241+0,114 x 2,583−0,638 x 1,325) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125

(2,241+0,294−0,845) x 12,5 x 103


= 14,063

1,69 x 12,5 x 103


= 14,063

21,125 x 103
= = 1.502,17 µmol/g
14,063

(A480+0,114 x A663−0,638 x A645) x V x 103


Karotenoid (3) = 112,5 x W

(1,847+0,114 x 2,408−0,638 x 1,063) x 12,5 x 103


= 112,5 x 0,125
85

(1,847+0,275−0,678) x 12,5 x 103


= 14,063

1,444 x 12,5 x 103


= 14,063

18,05 x 103
= = 1.283,51 µmol/g
14,063
86

Lampiran 12. Hasil Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Mangga Wirasangka

Hasil Pengukuran Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Pucuk Mangga


Wirasangka (Pohon Ke-1, 2, dan 3) Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis
λ 535 nm.
87

Hasil Pengukuran Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Muda Mangga


Wirasangka (Pohon Ke-1, 2, dan 3) Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis
λ 535 nm.
88

Hasil Pengukuran Absorbansi Pigmen Antosianin Daun Dewasa Mangga


Wirasangka (Pohon Ke-1, 2, dan 3) Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis
λ 535 nm.
89

Lampiran 13. Tabel Hasil Absorbansi Antosianin Daun Mangga Wirasangka

No. Nama Sampel Ulangan Ke- Panjang Gelombang (λ) 535 nm


1 P1 DP 1 0,218
2 0,197
3 0,222
2 P1 DM 1 0,080
2 0,085
3 0,087
3 P1 DD 1 0,063
2 0,056
3 0,058
4 P2 DP 1 0,144
2 0,143
3 0,140
5 P2 DM 1 0,060
2 0,056
3 0,056
6 P2 DD 1 0,039
2 0,009
3 0,009
7 P3 DP 1 0,326
2 0,311
3 0,308
8 P3 DM 1 0,227
2 0,230
3 0,230
9 P3 DD 1 0,140
2 0,128
3 0,058
90

Lampiran 14. Perhitungan Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka


Absorbansi x Faktor Pengencer
P1 DP → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,218 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
32,7
=24,55 = 1,33 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,197 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
29,55
= 24,55 = 1,20 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,222 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
33,3
=24,55 = 1,36 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P1 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,080 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
12
=24,55 = 0,49 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,085 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
12,75
= = 0,52 mg/100g
24,55

Absorbansi x Faktor Pengencer


Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,087 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250

13,05
= 24,55 = 0,53 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P1 DD → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,063 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
91

9,45
=24,55 = 0,38 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,058 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,7
=24,55 = 0,35 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DP → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,144 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21,6
= = 0,88 mg/100g
24,55

Absorbansi x Faktor Pengencer


Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,143 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21,45
= 24,55 = 0,87 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,140 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21
=24,55 = 0,86 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,060 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
9
=24,55 = 0,37 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
92

8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DD → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,039 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
5,85
=24,55 = 0,24 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,009 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
1,35
= = 0,05 mg/100g
24,55

Absorbansi x Faktor Pengencer


Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,009 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250

1,35
=24,55 = 0,05 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P3 DP → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,326 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
48,9
=24,55 = 1,99 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,311 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
46,65
= = 1,90 mg/100g
24,55

Absorbansi x Faktor Pengencer


Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,308 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
93

46,2
=24,55 = 1,88 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P3 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,227 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,05
= 24,55 = 1,39 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,230 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,5
=24,55 = 1,41 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,230 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,5
= = 1,41 mg/100g
24,55

Absorbansi x Faktor Pengencer


P3 DD → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W

(0,140 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21
=24,55 = 0,86 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W

(0,128 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
19,2
=24,55 = 0,78 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W

(0,058 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,7
= 24,55 = 0,35 mg/100g
94

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian

Proses clearing spesimen daun mangga Proses pewarnaan spesimen dengan zat
wirasangka menggunakan kloralhidrat warna safranin 1% dalam alkohol 70%
jenuh

Proses dehidrasi spesimen dengan Pengamatan preparat daun mangga


alkohol bertingkat wirasangka menggunakan mikroskop
binokuler yang telah terhubung dengan
komputer
95

Daun pucuk mangga wirasangka Daun muda dan daun dewasa mangga
wirasangka

Sampel daun pucuk, daun muda, dan daun dewasa mangga wirasangka

Penimbangan sampel daun mangga


Penghalusan sampel daun mangga
wirasangka
wirasangka
96

Penyaringan ekstrak klorofil- Ekstrak klorofil-karotenoid pada daun


karotenoid pucuk mangga wirasangka

Ekstrak klorofil-karotenoid pada Ekstrak klorofil-karotenoid pada daun


daun muda mangga wirasangka dewasa mangga wirasangka

Penuangan larutan ekstrak klorofil-karotenoid ke dalam kuvet untuk diuji


kandungannya menggunakan spektrofotometer
97

Penyaringan ekstrak
antosianin Ekstrak antosianin daun pucuk, daun muda, dan
daun dewasa mangga wirasangka

Penyimpanan sampel daun


mangga wirasangka yang Penuangan larutan ekstrak klorofil-karotenoid ke
telah diekstraksi dengan dalam kuvet untuk diuji kandungannya
HCL 5% ke dalam lemari menggunakan spektrofotometer
pendingin

Anda mungkin juga menyukai