Skripsi
Oleh:
Reny Rahayu
4411416023
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Semua yang kita inginkan belum tentu yang terbaik, tetapi apapun yang telah
diberikan ALLAH SWT kepada kita pastilah yang terbaik. ALLAH yang
menciptakan kita, ALLAH juga yang lebih tahu yang terbaik untuk kita ”.
PERSEMBAHAN
v
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakter Anatomi dan Kandungan Pigmen Daun Mangga Wirasangka
(Mangifera Indica L. var. Wirasangka)” sebagai syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan
Biologi Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
vi
9. Teknisi Laboratorium Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang (Mba
Ria dan Pak Sriyadi) yang telah mengarahkan penulis dalam menggunakan
alat laboratorium selama pelaksanaan penelitian.
10. Teman-teman yang membantu dalam pelaksanaan penelitian, memberikan
dukungan dan motivasi (Mba Aida, Mba Kidah, tim peneliti mangga
wirasangka, teman-teman di Lab. Kultur Jaringan Biologi Unnes, dll).
11. Ibunda tersayang Ismawati, Ayahanda tercinta Mursalin, kakak dan adik
tercinta Eri Juariyah dan Melani Azzahra, seluruh keluarga besar penulis,
terima kasih telah memberikan dukungan, dorongan doa, motivasi, nasihat
dan pengorbanan materilnya selama penulis menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
12. Seluruh saudara, sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu atas sumbangan baik moral maupun spiritual demi
terwujudntya tugas akhir ini.
Rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak atas segala dukungan dan
doanya kepada penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan saudara
semua. Aamiin. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Penulis
vii
ABSTRAK
Rahayu, R. 2022. Karakter Anatomi dan Kandungan Pigmen Daun Mangga
Wirasangka (Mangifera indica L. var. Wirasangka). Skripsi. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3 Kerangka Teoritis Penelitian .......................................................................... 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 21
3.2 Jenis Penelitian .............................................................................................. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................... 21
3.4 Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 22
3.4.1 Bahan Penelitian ................................................................................. 252
3.4.2 Alat-alat Penelitian ............................................................................. 252
3.5 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 263
3.5.1 Pembuatan Preparat Penampang Melintang Daun dengan Metode
Non Embedding .................................................................................. 254
3.5.2 Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining .............................................................................................. 205
3.5.3 Analisis Kandungan Pigmen Klorofil dan Karotenoid Daun Mangga
Wirasangka ........................................................................................ 258
3.5.4 Analisis Kandungan Pigmen Antosianin Daun Mangga Wirasangka .... 29
3.6 Analisis Data ................................................................................................. 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30
4.1 Karakter Anatomi Daun Mangga Wirasangka................................................. 30
4.1.1 Tipe Daun Mangga Wirasangka ............................................................ 30
4.1.2 Tebal Helai dan Tulang Daun Mangga Wirasangka .............................. 31
4.1.3 Rasio Palisade Daun Mangga Wirasangka ........................................... 33
4.1.4 Tipe Stomata Daun Mangga Wirasangka ............................................... 34
4.1.5 Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka ..... 35
4.1.6 Kerapatan Stomata Daun Mangga Wirasangka..................................... 36
4.2 Kandungan Pigmen Daun Mangga Wirasangka.............................................. 37
4.2.1 Kandungan Klorofil Daun Mangga Wirasangka .................................... 37
4.2.2 Kandungan Karotenoid Daun Mangga Wirasangka ............................... 38
4.2.3 Kandungan Antosianin Daun Mangga Wirasangka ............................... 39
x
BAB 5 PENUTUP................................................................................................... 42
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 44
xi
Daftar Gambar
xii
Daftar Tabel
xiii
Daftar Lampiran
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
mangga tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok (cluster) dengan tingkat
kemiripan ˃63,91%. Penelitian lain oleh Norfaizal & Latiff (2013) menunjukkan
bahwa persentase kemiripan pada hampir semua spesies dari genus Mangifera
berdasarkan karakter anatomi dapat mencapai 65%. Pada beberapa hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter anatomi sangat berguna dalam
menentukan hubungan kekerabatan di antara spesies yang dipelajari.
Salah satu karakter anatomi bagian tumbuhan yang perlu diteliti yaitu karakter
anatomi daun. Anatomi daun perlu diamati karena daun memiliki struktur jaringan
yang bervariasi (Berg & Cornet, 2005). Anatomi daun adalah struktur bagian dalam
dari daun, seperti bentuk, jenis, susunan sel, dan kandungan organela di dalam sel.
Struktur anatomi daun umumnya terdiri dari epidermis, mesofil (parenkim palisade
dan parenkim spons), serta sistem pembuluh angkut. Pada penelitian yang telah
dilakukan Muhlas et al. (2016) pada anatomi daun mangga sehat maupun daun
mangga yang terserang hama, kedua struktur anatomi daun mangga tersebut
mempunyai bentuk sel epidermis yang berbeda namun tetap memiliki kesamaan yaitu
terdiri atas jaringan epidermis, mesofil dan berkas pengangkut. Penelitian lain oleh
Ghazalli & Mohammad (2014) mengenai karakter anatomi daun dari genus Bouea,
Mangifera dan Spondias yang ketiganya tergolong ke dalam famili Anacardiaceae,
menyimpulkan bahwa ketiga genus tersebut memiliki tipe stomata dan anatomi
penampang melintang daun yang berbeda.
Selain memiliki variasi pada karakter anatominya, daun juga memiliki variasi
kandungan pigmen yang memengaruhi warna daun tersebut. Pigmen pada daun
tanaman merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan untuk menyerap
dan memantulkan cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan
daun memiliki suatu warna. Pigmen pada daun memiliki peran sangat penting dalam
proses metabolisme tanaman seperti proses fotosintesis yang menggunakan energi
foton untuk mengubah air dan karbondioksida menjadi makanan (karbohidrat).
Meskipun sebenarnya jenis pigmen pada tanaman sangat banyak (bervariasi), para
peneliti biasanya hanya menguji kandungan pigmen klorofil, karotenoid, dan
3
antosianin sebagai indikator kondisi tanaman karena perannya yang dominan dalam
proses fotosintesis (Rega et al., 2018).
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat di dalam kloroplas.
Klorofil dapat menyerap panjang gelombang merah (600-700 nm) sampai biru (400-
500 nm) (Santoso et al., 2020). Karotenoid adalah pigmen yang memberikan warna
merah, cokelat, oranye dan kuning pada organ suatu tumbuhan (Sumenda et al.,
2011). Antosianin adalah pigmen yang menyebabkan warna merah, ungu dan biru
pada berbagai tanaman seperti kelopak bunga rosella, daun pucuk merah, daun
caladium dan lain sebagainya. Kandungan pigmen klorofil, karotenoid, dan
antosianin pada daun dapat berbeda-beda tergantung variasi warna, corak maupun
tingkat perkembangan suatu daun.
Penelitian mengenai karakter anatomi dan kandungan pigmen daun mangga
wirasangka belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
tersebut untuk menambah pengetahuan mengenai ciri/ karakter anatomi dan
kandungan pigmen daun tanaman mangga wirasangka sebagai flora identitas
Kabupaten Tegal. Selain itu, penelitian tersebut perlu dilakukan untuk melengkapi
data karakter morfologi mangga wirasangka yang telah diteliti sebelumnya.
6
7
1 cm 1 cm
(a) (b)
1m
(c) (d)
Gambar 2.1. Morfologi Tanaman Mangga Wirasangka. (a)Buah mangga wirasangka,
(b)Daun mangga wirasangka, (c)Bunga mangga wirasangka, (d)Pohon
mangga wirasangka (Dokumen Pribadi, 2020).
Menurut hasil penelitian di lapangan oleh Rahayu et al. (2020), di seluruh area
Kabupaten Tegal jumlah pohon mangga wirasangka terdapat sekitar 130 pohon.
Pohon mangga wirasangka pertama kali berbuah pada umur 10 tahun dari awal biji
berkecambah. Waktu panen biasanya terjadi pada bulan Oktober – November. Daerah
di Kabupaten Tegal yang paling banyak terdapat pohon mangga wirasangka yaitu di
daerah Procot (Slawi), Pangkah, Kramat, Balapulang, Kedung Banteng dan Talang.
1 cm
Mangga wirasangka cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah dan kurang bagus
jika ditanam di dataran tinggi maupun daerah pesisir.
10
Secara anatomi, pada irisan melintang daun dapat terlihat beberapa sistem
jaringan yaitu jaringan epidermis, mesofil yang terdiri atas parenkim palisade dan
parenkim sponsgiosa, serta jaringan pembuluh angkut (xylem dan floem) (Fahn 1990
dalam A’yuningsih, 2017). Jaringan epidermis suatu daun umumnya terdiri atas
selapis sel. Jaringan epidermis ini terdiri dari epidermis atas (epidermis adaksial) dan
epidermis bawah (epidermis abaksial). Pada epidermis terdapat stomata yaitu celah
(mulut daun) yang dibatasi oleh sepasang sel penutup. Jaringan epidermis berfungsi
melindungi jaringan-jaringan yang ada di bawahnya. Pada tumbuhan dikotil, di
bawah jaringan epidermis terdapat sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim tersebut
membentuk jaringan parenkim palisade dan spons. Jaringan parenkim palisade
merupakan jaringan parenkim yang memiliki banyak kloroplas sehingga pada
jaringan ini terjadi proses fotosintesis. Sel-sel parenkim palisade tersusun sangat
rapat. Daun yang mempunyai parenkim palisade pada kedua sisinya (adaksial dan
abaksial) disebut isolateral atau isobilateral. Apabila parenkim palisade hanya
terdapat pada satu sisi disebut dorsiventral atau bifasial (Mulyani, 2006).
Jaringan spons pada tumbuhan dikotil merupakan jaringan yang di dalamnya
terdapat pembuluh angkut. Pada jaringan ini terdapat kloroplas, namun jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan yang terdapat di dalam parenkim palisade. Sistem
pembuluh angkut dari tumbuhan tingkat tinggi terdiri atas xylem yang berfungsi
mengangkut air dan zat hara dari tanah, serta floem yang berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis (Mulyani, 2006). Contoh struktur anatomi daun dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
11
Gambar 2.3. Struktur Stomata saat Terbuka pada Permukaan Abaksial Zebrina,
(Perbesaran=250X). (Sumber: Hopkins & Hunner 2008, dalam Buku
Plant Physiology)
Jumlah Stomata
Kerapatan stomata =
Luas Bidang Pandang
13
2.2.4 Klorofil
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros artinya hijau dan
Phyllos artinya daun. Klorofil adalah pigmen berwarna hijau pada tumbuhan yang
berperan penting dalam proses fotosintesis dengan menyerap dan mengubah energi
cahaya matahari menjadi energi kimia. Kadar klorofil yang terkandung dalam suatu
organ tumbuhan dapat diukur dengan menggunakan metode spektrofotometer.
Klorofil pada tumbuhan ditemukan di dalam kloroplas. Klorofil pada kloroplas
dapat ditemukan di dalam struktur yang memiliki bentuk seperti kantung pipih
yang disebut dengan tilakoid (Campbell et al, 2003). Tilakoid dapat ditemukan di
dalam membran dalam kloroplas dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi
terang fotosintesis, sedangkan tempat berlangsungnya reaksi gelap fotosintesis
terjadi di stroma (Sumadi & Marianti, 2007). Pada tumbuhan tingkat tinggi,
kloroplas dapat ditemukan pada jaringan parenkim palisade dan spons daun.
Kloroplas pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi umumnya berisi antara 50-200 buah.
Kloroplas dapat dilihat pada mikroskop cahaya dengan perbesaran yang paling kuat.
Struktur kloroplas berbentuk lonjong atau ellipsoid, panjangnya antara 5 – 10 µm
dan memiliki bagian-bagian antara lain, membran luar, ruang antar membran,
membran dalam, stroma, granum, tilakoid, lamella, dan lumen. Struktur kloroplas
dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya terdapat 2 jenis klorofil yaitu klorofil a
dan klorofil b (Ai & Banyo, 2011). Secara umum rumus kimia klorofil a:
C55H72O5N4Mg dan klorofil b: C55H70O6N4Mg. Perbedaan rumus kimia kedua
klorofil ini terletak pada jumlah atom H dan O. Klorofil a mengabsorbsi cahaya
gelombang panjang dan sedikit gelombang pendek. Klorofil b hanya mengabsorbsi
cahaya gelombang pendek saja (Yatim, 2012). Klorofil a mencerminkan warna biru-
kehijauan dan menyerap cahaya biru keunguan dan oranye-merah dari spektrum,
sedangkan klorofil b mencerminkan warna kuning-hijau dan menyerap cahaya
oranye-merah dari spektrum (Anonim, 2018). Klorofil a berperan menyerap cahaya,
menyediakan energi untuk fotosintesis oksigenik, sedangkan klorofil b berperan
mengumpulkan energi cahaya dan masuk ke klorofil a selama fotosintesis. Struktur
kimia klorofil a dan b dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Struktur Kimia Klorofil a dan b (Taiz & Zeiger, 2010)
15
Perbandingan klorofil a dan klorofil b lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan Klorofil a dan Klorofil b
Aspek Klorofil a Klorofil b
Rumus Kimia C55H72O5N4Mg C55H70O6N4Mg
Gugus Pengikat CH3 CHO
Cahaya yang Cahaya biru-violet dan Cahaya oranye-
diserap merah merah
Absorpsi
maksimum Pada λ 673 nm Pada λ 455 - 640 nm
(Sumber : Putri, 2019)
Sifat fisik klorofil yaitu menerima dan memantulkan cahaya dengan gelombang
yang berlainan. Klorofil banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang antara
400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak
larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar, seperti
kloroform, aseton dan etanol; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam
suasana asam, sehingga membentuk suatu senyawa yang disebut feofitin yang
berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994).
2.2.5 Karotenoid
(a)
(b)
kehidupan terutama sebagai sumber vitamin A yang bermanfaat bagi organ visual,
pewarna makanan, bahan aditif pada makanan, antioksidan, antibakteria, penambah
sel darah merah, meningkatkan imunitas, serta pengganti sel-sel yang rusak (Ndiha &
Limantara, 2009; Kusmiati et al, 2010).
2.2.6 Antosianin
Gambar 2.7. Struktur Kimia Dasar Antosianin (R3’dan R5’: Gugus Substitusi,
R: Gugus Gula) (Priska et al., 2018).
alami pada manusia. Semakin banyak gugus hidroksil fenolik dalam struktur
antosianin dapat meningkatkan fungsi antioksidannya. Beberapa senyawa antosianin
yang paling banyak ditemukan adalah pelagornidin, peonidin, sianidin, malvidin,
petunidin, dan delfinidin (Anonim, 2020). Perbedaan gugus substitusi beberapa jenis
antosianin dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Gugus Susbtitusi
Jenis Antosianin
R3' R5'
Pelagornidin H H
Sianidin OH H
Delfinidin OH OH
Peonidin OCH3 H
Petunidin OH OCH3
namun lebih kuat pada daerah tampak dari spektrum. Antosianin dapat terserap pada
panjang gelombang 250 – 700 nm, dengan 2 (dua) puncak sebagai gugus gula
(glikon) pada panjang gelombang sekitar 278 nm, dan puncak utama sebagai
antosianin (aglikon) pada panjang gelombang 490 – 535 nm.
20
21
22
dan tulang daun ditentukan pada preparat irisan melintang daun dengan metode non
embedding, sedangkan rasio palisade, tipe stomata, panjang dan lebar sel penutup
stomata, serta kerapatan stomata ditentukan melalui preparat whole mount daun yang
dibuat dengan metode clearing dan staining.
Pada uji kandungan pigmen daun mangga wirasangka, pigmen yang diteliti
yaitu kandungan klorofil, karotenoid, dan antosianin. Ekstraksi pigmen klorofil dan
karotenoid dilakukan dengan metode yang sama, sedangkan ektraksi pigmen
antosianinnya menggunakan metode yang berbeda. Kandungan pigmen klorofil,
karotenoid, dan antosianin daun mangga wirasangka dianalisis menggunakan alat
spektrofotometer.
menit. Spesimen dilakukan mounting dengan cara irisan daun diambil menggunakan
kuas dan diletakkan di atas gelas obyek bebas lemak. Preparat dengan cepat ditetesi
kanada balsam 1 tetes dan ditutup perlahan-lahan menggunakan gelas penutup
dengan bantuan jarum preparat. Preparat diberi label pada bagian yang berlawanan
dengan preparat.
Pengamatan Tipe Daun
Pengamatan tipe daun mangga wirasangka dilakukan dengan menggunakan
mikroskop binokuler yang telah terhubung dengan komputer. Tipe daun yang diamati
yaitu letak jaringan palisade, letak stomata, serta banyaknya lapisan sel pada jaringan
epidermis dan palisade.
Pengukuran Tebal Helai dan Tulang Daun
Pengukuran tebal helai dan tulang daun dilakukan dengan melihat skala
mikrometer pada aplikasi Motic Net di komputer. Pengukuran tebal helai dan tulang
daun diukur dari epidermis atas sampai epidermis bawah. Setiap sampel daun dari 3
tanaman mangga wirasangka dihitung tebal helai dan tulang daunnya pada 3 (tiga)
bagian daun yang berbeda (ujung, tengah, dan pangkal). Pengukuran tebal helai daun
dilakukan 3 kali pengulangan (pada 3 daerah helai daun), sedangkan pengukuran
tebal tulang daun diambil dari tulang daun yang paling tebal.
3.5.2 Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining
1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka ke-6 dari meristem apikal ujung batang diambil dari
3 (tiga) tanaman. Setiap tanaman masing-masing diambil 3 (tiga) helai daun sebagai
pengulangan. Daun kemudian dibersihkan dengan cara disemprot alkohol 70% dan
dilap menggunakan tissu sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik secara
terpisah sesuai ke-3 tanaman mangga wirasangka. Pengambilan sampel daun
dilakukan pada waktu siang hari (pukul 13.00 WIB) karena diperkirakan stomata
dalam keadaan membuka.
26
2. Prosedur Pembuatan Preparat Whole Mount Daun dengan Metode Clearing dan
Staining
Helai daun mangga wirasangka pada bagian ujung, tengah, tepi, dan pangkal
dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm. Hasil potongan/ spesimen diclearing dengan
kloralhidrat jenuh di dalam botol flakon sampai transparan. Spesimen dicuci aquades
sebanyak 3 kali, didehidrasi menggunakan alkohol 30%, 50%, dan 70% masing-
masing selama 2 menit. Spesimen kemudian diwarnai dengan zat warna safranin 1%
dalam alkohol 70% selama 2 hari. Spesimen dicuci dengan alkohol 70%, didehidrasi
dengan alkohol 80%, 90% dan absolut masing-masing selama 2 menit. Dilakukan
dealkoholisasi dengan larutan alkohol : xilol, 3 : 1, 1 : 1, dan 1 : 3, dilanjutkan dengan
xilol murni I dan II masing-masing selama 2 menit. Dilakukan mounting dengan cara
spesimen diambil menggunakan kuas dan diletakkan di atas gelas obyek bebas lemak.
Preparat dengan cepat ditetesi kanada balsam 1 tetes dan ditutup perlahan-lahan
menggunakan gelas penutup dengan bantuan jarum preparat. Diberi label pada bagian
yang berlawanan dengan preparat.
Pengamatan dan Perhitungan Rasio Palisade
Pengamatan rasio palisade dilakukan dengan mengamati preparat whole mount
daun mangga wirasangka menggunakan mikroskop binokuler yang telah tehubung
dengan komputer. Perhitungan rasio palisade dilakukan dengan cara menentukan sel
epidermis yang akan diamati jumlah sel palisade yang ada di bawahnya. Masing-
masing daerah helai daun (ujung, tepi, tengah, dan pangkal) dilakukan pengambilan
data rasio palisade dari 5 (lima) sel epidermis yang dipilih secara acak sebagai
pengulangan, kemudian diambil hasil reratanya.
Pengamatan Tipe Stomata
Tipe stomata pada daun mangga wirasangka dapat diketahui dengan mengamati
bentuk, ukuran, dan jumlah sel tetangga yang mengelilingi sel penutup stomata.
Pengukuran Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata
Pengukuran panjang dan lebar sel penutup stomata dilakukan dengan melihat
skala mikrometer pada aplikasi Motic Net pada komputer yang telah terhubung
dengan mikroskop. Pengukuran panjang sel penutup stomata yaitu pada sumbu
27
Keterangan :
A480 = Absorbansi pada panjang gelombang 480 nm.
A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm.
1. Persiapan Sampel
Daun mangga wirasangka dipetik dari tanaman sesuai tingkat perkembangan
daun (daun pucuk, daun muda yang telah berkembang sempurna, dan daun dewasa).
Tiap tingkat perkembangan daun diambil 3 (tiga) helai daun dan dari 3 (tiga) tanaman
sebagai pengulangan. Daun dimasukkan ke dalam kantong plastik secara terpisah
sesuai ke-3 tanaman mangga wirasangka untuk diuji kandungan antosianinnya di
laboratorium.
2. Prosedur Analisis Kandungan Pigmen Antosianin
Kandungan antosianin daun mangga wirasangka dianalisis menggunakan
metode spektrofotometer mengikuti prosedur Kurniasih (2010) yang dimodifikasi.
Daun mangga wirasangka dihaluskan menggunakan mortar kemudian ditimbang
sebanyak 0,25 gram. Sampel daun tersebut kemudian diekstraksi dengan merendam
bahan menggunakan larutan HCl 5% (1:10) di dalam botol kaca yang berwarna gelap.
Kemudian campuran disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu 40C selama 24
jam. Selanjutnya campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat sebanyak
1,5 ml hasil ekstraksi diencerkan menjadi 3 ml dengan larutan etanol 95% : HCl 1,5
N (85 : 15) lalu dihomogenkan. Filtrat kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 535 nm menggunakan spektrofotometer.
Perhitungan Kandungan Pigmen Antosianin
Antosianin total (mg/100g) dihitung menggunakan rumus Lees & Francis
(1972) :
Absorbansi x FP
Antosianin (mg/100g) = 98,2 x w sampel (g) 𝑥 100
Keterangan :
FP = Faktor Pengenceran
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
.
Gambar 4.1. Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka (Perbesaran= 400X)
Ket: (1)Epidermis Atas, (2)Parenkim Palisade, (3)Jaringan Pengangkut,
(4)Parenkim Spons, (5)Epidermis Bawah, (6)Stomata
30
31
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa helai daun dewasa mangga
wirasangka bagian pangkal memiliki helai daun lebih tebal dibandingkan helai daun
bagian ujung dan tengah. Menurut Juliarni et al. (2007), ketebalan helai daun dapat
dikarenakan adanya jaringan mesofil (jaringan palisade dan spons) yang tebal.
Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Salisbury & Ros (1995) bahwa
semakin tebal suatu daun berarti ketebalan mesofil dan jumlah kloroplas yang
terkandung oleh suatu daun meningkat. Hasil penelitian Dorly et al. (2016) juga
menunjukkan bahwa tumbuhan Sida rhombifolia mempunyai jaringan epidermis,
palisade, dan spons lebih tebal dari Sida glutinosa dan Urena lobata, sehingga
tumbuhan Sida rhombifolia memiliki helai daun lebih tebal dari 2 (dua) spesies
lainnya tersebut. Helai daun bagian pangkal pada daun dewasa mangga wirasangka
dapat dikatakan memiliki jaringan mesofil lebih tebal dari helai daun bagian ujung
32
dan tengah. Jaringan mesofil pada helai daun bagian pangkal tersebut lebih tebal
dikarenakan sudah terbentuk sempurna seiring dengan arah pendewasaan daun.
Selain pada helai daunnya, tulang daun mangga wirasangka bagian pangkal juga lebih
tebal dibandingkan tulang daun bagian ujung dan tengah (Tabel 4.2).
(a) (b)
Gambar 4.2. Penampang Melintang Daun Mangga Wirasangka, (a)Ukuran tebal helai
dan tulang daun bagian tengah, (b)Bentuk busur pada berkas
pengangkut tulang daun bagian pangkal (Perbesaran= 40X).
33
(1) (2)
Gambar 4.3. Penampang Preparat Whole Mount Daun Mangga Wirasangka
(Perbesaran= 400X). Ket: (a)Sel-sel epidermis atas, (b)Sel-sel palisade
di bawah sel epidermis. Tanda : (a) 5 (lima) sel epidermis yang
dipilih secara acak, (b) jumlah sel palisade pada tiap 1 sel epidermis
Setiap jenis tumbuhan memiliki jumlah sel palisade yang berbeda-beda pada
tiap 1 (satu) sel epidermisnya. Pada tumbuhan lain seperti Scoparia dulcis umumnya
terdapat 3-4 sel palisade tiap satu sel epidermis (Christi & Senthamarai, 2015).
Peningkatan jumlah sel palisade bertujuan untuk memaksimalkan dan mempercepat
transpor air menuju epidermis. Hal tersebut dikarenakan air dalam daun tidak hanya
dihantarkan oleh tulang daun dan perluasan seludang berkas, melainkan juga oleh sel-
palisade dan spons (Prasanti, 2008).
34
Gambar 4.4. Tipe Stomata Anomositik pada Daun Mangga Wirasangka (Perbesaran=
400X). Keterangan: (1)Sel tetangga, (2)Sel penutup, (3)Lapisan dalam
sel penutup, (4)Porus
yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan daun sirsak memiliki tipe
stomata parasitik, sedangkan daun mangga memiliki tipe stomata anomositik. Pada
beberapa kultivar mangga, juga ditemukan tipe stomata yang berbeda-beda. Hasil
penelitian Ganogpichayagrai et al. (2016) menunjukkan bahwa daun mangga kultivar
Thailand memiliki tipe stomata anomositik. Sementara hasil penelitian Cahyanto et
al. (2016) pada 10 (sepuluh) kultivar mangga dari Pamanukan Kab. Subang, hasilnya
menunjukkan semua kultivar mangga memiliki tipe stomata aktinositik.
4.1.5 Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar sel penutup stomata yang telah
dilakukan, daun mangga wirasangka memiliki rata-rata panjang sel penutup stomata
11,45 µm dan lebar sel penutup stomata 4,78 µm. Pada hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa sel penutup stomata daun mangga wirasangka termasuk ke dalam klasifikasi
ukuran kurang panjang karena memiliki ukuran panjang sel penutup <20 µm.
Menurut Juairiah (2014), ukuran panjang sel penutup stomata diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) yaitu ukuran kurang panjang (<20 µm), ukuran tergolong panjang
(20-25 µm), dan ukuran sangat panjang (>25µm). Berikut gambar stomata daun
mangga wirasangka beserta ukuran panjang dan lebar sel penutupnya (Gambar 4.5).
(1) (2)
Gambar 4.5 Stomata pada Daun Mangga Wirasangka. Keterangan:
(1)Ukuran panjang sel penutup, (2)Ukuran lebar sel penutup
36
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa daun mangga wirasangka
memiliki kandungan karotenoid yang berbeda-beda pada tiap tingkat perkembangan
daunnya. Semakin tua tingkat perkembangan daun mangga wirasangka, semakin
tinggi kandungan karotenoidnya. Hasil tersebut berbanding lurus dengan kandungan
klorofil pada daun mangga wirasangka yang semakin tinggi tingkat perkembangan
daunnya, semakin tinggi juga kandungan klorofilnya. Meskipun demikian,
39
kandungan klorofil pada daun mangga wirasangka lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan karotenoidnya. Kadar pigmen klorofil dan karotenoid cenderung
berbanding lurus dikarenakan kedua pigmen tersebut terletak dalam kloroplas dan
berperan dalam proses fotosintesis (Pebrianti et al., 2015).
Selain dipengaruhi oleh tingkat perkembangan daun, kandungan karotenoid
pada daun juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Cahaya berperan meningkatkan
aktivitas enzim fitoen sintase (PSY) dan karotenoid hidroksilase (CH) dalam
biosintesis karotenoid (Bramley 2002). Intensitas cahaya mampu meningkatkan level
mRNA karotenoid hidroksilase (CH) dan fitoen sintase (PSY) sehingga fitoen
penyusun karotenoid juga meningkat. Meningkatnya fitoen dapat meningkatkan
kandungan karotenoid pada tumbuhan (Steinbrenner & Linden, 2001 dalam
Pariawan, 2014). Pada daun dewasa mangga wirasangka, diketahui memiliki
kandungan karotenoid lebih tinggi daripada bagian daun lainnya. Hal tersebut
berkaitan dengan kloroplas pada daun dewasa mangga wirasangka yang sudah
terbentuk sempurna sehingga mampu menangkap sinar matahari lebih baik.
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, daun pucuk, daun muda, dan daun dewasa
mangga wirasangka memiliki kandungan antosianin yang berbeda-beda. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat perkembangan daun, semakin
rendah kandungan antosianinnya. Hal ini dapat dilihat dari daun mangga wirasangka
yang semakin ke bawah daunnya semakin berwarna hijau, menunjukkan bahwa
kandungan klorofilnya lebih dominan dibandingkan kandungan antosianinnya.
Sementara pada daun pucuk mangga wirasangka memiliki kandungan antosianin
lebih tinggi dibandingkan daun muda dan daun dewasanya dikarenakan peran
antosianin yang memberikan warna merah keunguan pada daun pucuk mangga
wirasangka tersebut.
Selain tingkat perkembangan daun, menurut Hasidah et al. (2017), kandungan
pigmen antosianin pada tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
cahaya matahari (intensitas cahaya), suhu penyimpanan dan pH. Hasil penelitian
Adam (2017), pada penentuan antosianin daun bayam merah menunjukkan ekstrak
antosianin stabil pada pH 1-3, dan pada penyimpanan suhu lemari es (± 4oC). Jika pH
semakin tinggi, maka warna pigmen antosianin akan berubah menjadi senyawa
kalkon yang tidak berwarna (Tensiska et al., 2007). Pada penyimpanan suhu ruang (±
30oC), antosianin akan mengalami degradasi warna menjadi merah-kecoklatan
dikarenakan adanya faktor cahaya yang dapat mempercepat terjadinya proses
degradasi antosianin (Adam, 2017). Hasil penelitian Kwartiningsih et al. (2016), pada
uji stabilitas antosianin kulit buah naga super merah juga menunjukkan adanya
perubahan zat warna yang disimpan pada suhu ruang ditandai dengan penurunan
absorbansi. Menurut Lydia et al., (2001), perubahan zat warna saat penyimpanan
pada suhu ruang dimungkinkan disebabkan karena reaksi kopigmentasi dan ekstrak
masih mengandung enzim polifenolase yang mengkatalis reaksi pencoklatan,
sedangkan pada penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya
reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan tersebut. Oleh karena itu, antosianin lebih
baik disimpan di dalam lemari es dibandingkan pada suhu ruang.
Ekstraksi senyawa golongan flavonoid termasuk antosianin dianjurkan
dilakukan menggunakan larutan asam. Penelitian Adam (2017), menunjukkan bahwa
41
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakter anatomi daun mangga wirasangka yaitu memiliki tipe daun
dorsiventral dan hypostomatous; memiliki epidermis atas dan bawah terdiri
dari selapis sel (uniseriate), dan terdiri atas selapis sel palisade. Rata-rata
tebal helai daun bagian ujung, tengah, dan pangkal berturut-turut sebesar
151,54 µm, 168,03 µm, dan 186,67 µm; rata-rata tebal tulang daun bagian
ujung, tengah, dan pangkal berturut-turut sebesar 679,63 µm, 939,36 µm,
dan 1.329,20 µm. Rasio palisade daun mangga wirasangka yaitu 4-5 sel;
memiliki tipe stomata anomositik; rata-rata panjang sel penutup 11,45 µm
dan lebar sel penutup 4,78 µm, serta memiliki kerapatan stomata 173,25
per mm2.
2. Kandungan klorofil dan karotenoid daun mangga wirasangka semakin
meningkat seiring meningkatnya perkembangan daun, sedangkan
kandungan antosianinnya semakin menurun. Kandungan klorofil daun
pucuk, daun muda dan daun dewasa mangga wirasangka berturut-turut
sebesar 9,10 mg/l, 12,28 mg/l, dan 47,89 mg/l. Kandungan karotenoid daun
pucuk, daun muda dan daun dewasanya berturut-turut sebesar 293,51
µmol/g, 371,76 µmol/g, dan 1.445,88 µmol/g serta kandungan antosianin
daun pucuk, daun muda, dan daun dewasanya berturut-turut sebesar 1,36
mg/100g, 0,75 mg/100g, dan 0,38 mg/100g.
42
43
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terkait pengukuran tebal setiap jaringan
daun mangga wirasangka seperti tebal jaringan epidermis, palisade, berkas
pengangkut, dan jaringan spons. Selain itu, perlu pengujian kandungan jenis-jenis
pigmen dari pigmen klorofil seperti klorofil a dan b, pigmen karotenoid seperti
karoten dan xantofil untuk memperkaya data terkait tanaman mangga wirasangka
sebagai flora identitas Kabupaten Tegal.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, DH. (2017). Penentuan Antosianin dari Daun Bayam Merah (Alternanthera
Amoena Voss.) serta Alikasinya sebagai Pewarna Minuman. Jurnal
Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 3(1): 10-16.
Ahmad, K., Khan, MA., Ahmad, M., Zafar, M., Arshad, M., & Ahmad, F. (2009).
Taxonomic Diversity of Stomata in Dicot Flora of a District Tank (N.W.F.P.)
in Pakistan. African Journal of Biotechnology, 8(6): 1052-1055.
Ai, N.S & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2): 166-171.
Berg CC, & Cornet EJH. (2005). Flora Malesiana. Netherland: National Herbarium.
BPTP Jateng. (2018). Mangga Wirasangka. URL: http://jateng.litbang.pertanian.go.id
/index.php/artikel/artikelinfoteknologi/item/396-mangga-wirasangka. Diakses
pada tanggal 21 November 2020.
Bramley, P. M. (2002). Regulation of Carotenoid Formation During Tomato Fruit
Ripening and Development. Journal of Experimental Botany, 377(53): 2107-
2113.
Cahyono, A.A. (2017). Identifikasi Keragaman dan Kekerabatan Genetik 66 Genotipe
Kedelai Berdasarkan Karakter Morfologi dan Marka Snap (Single Nucleotide-
Amplified Polymorphism). Thesis, Universitas Brawijaya
44
45
Campbell, N.A, J.B. Reece, L.G. Mitchell. (2003). Biologi Jilid 1 (Terjemahan)
Erlangga. Jakarta.
Choi, K. H., Kimmer W., Smith G, Ruiz G. M. dan Lion K. (2005). PostExchange
Zooplankton in Ballast Water of Ships Entering The San Francisco Estuary. J.
Plankton Res, 27: 707-714.
Dorly., Ningrum, R.K., Suryantari N.K., & Anindita, F.L.R. (2016). Studi Anatomi
Daun dari Tiga Anggota Suku Malvaceae di Kawasan Waduk Jatiluhur. In
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Environmental,
and Learning, 13(1): 611-618.
Ekeke CIO, Agbagwa, Ogazie AC. (2017). Comparative anatomy of stem, petiole and
flower stalks and its significance in the taxonomy of some members of
Cucurbits. Jordan Journal of Biological Sciences, 10(3): 185–191.
Erawati. (2006). Kendali Stabilitas Beta Karoten Selama Proses Produksi Tepung
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Tesis. IPB.
Ganogpichayagrai, A., Rungsihirunrat, K., Palanuvej, C., & Ruangrungsi, N. (2016).
Characterization of Mangifera indica Kultivars in Thailand Based on
Macroscopic, Microscopic, and Genetic Characters. Journal of Advanced
Pharmaceutical Technology & Research, 7(4): 127.
46
Hafiz, P., Dorly.,& Rahayu, S. (2013). Karakteristik Anatomi Daun dari Sepuluh
Spesies Hoya Sukulen serta Analisis Hubungan Kekerabatannya. Buletin
Kebun Raya, 16(1): 58-73.
Hakim, ML., Abdullah, M., Rahayu, ES., & Retnoningsih, A. (2021). Variasi
Morfologi Mangga Wirasangka (Mangifera indica var. Wirasangka) sebagai
Flora Identitas Kabupaten Tegal. Prosiding Semnas Biologi, 9: 29-34.
Haryanti, S. (2010). Jumlah dan distribusi stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi,18(2): 21-28.
Haryanti, S. (2010). Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Buletin Fisiologi dan
Anatomi. 18(1):41.
Hasidah, M., & Rousdy, D. W. (2017). Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid dan
Antosianin Daun Caladium. Jurnal Protobiont, 6(2): 29-37.
Hendry, GAF & Grime, JP. (1993). Methods in Comparative Plant Ecology. A
Laboratory Manual, London Chapman and Hall.
Hidayati, S.R. (2009). Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan Kandungan
Logam Berat pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kawasan Lumpur Porong
Sidoarjo. Skripsi. FST UIN Malang.
Hopkins, W.G.,& Huner, N.P.A. (2008). Introduction to Plant Physiology Fourth
Edition. United States of America: Willey
Jaya, A.B., Tambaru, E., Latunra, A.I., & Salam, M.A. (2014). Perbandingan
Karakteristik Stomata Daun Pohon Leguminose di Hutan Kota Universitas
Hasanuddin dan di Jalan Tamalate Makassar. Journal of Biological Diversity,
7(1):6.
Juairiah, L. (2014). Studi Karakteristik Stomata Beberapa Jenis Tanaman Revegetasi
di Lahan Pascapenambangan Timah di Bangka. Widyariset, 17(2): 213-218.
Juliarni., Dewanto, HA., & Ermayanti, TM. (2007). Karakter Anatomi Daun dari
Kultur Tunas Artemisia annua L. Bul. Agron, 35(3): 225-232.
Kuntorini, E.M., Fitriana, S., & Astuti M.D. (2013). Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura).
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 1(1): 291.
47
Kusmiati., Agustini NWS., Tamat SR., Irawati M. (2010). Ekstraksi dan Purifikasi
Senyawa Lutein dari Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Galur Lokal Ink.
Jurnal Kimia Indonesia, 5: 30-34.
Kwartiningsih, E., Prastika, A. & Triana, DL. (2016). Ekstraksi dan Uji Stabilitas
Antosianin dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis). In
Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (P. 6).
Muhlas., Sundari, S., Utami, W., Rohmawati, I., & Rohmawati, RI. (2016). Struktur
Anatomi Jaringan Daun Mangga Sehat dengan Daun Mangga Terserang
Hama. Prosiding Seminar Nasional Biologi. FMIPA UNESA.
Pebrianti C, Ainurrasyid R.B., Purnamaningsih, S.L. (2015). Uji kadar antosianin dan
hasil enam varietas tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss) pada
musim hujan. Jurnal Produksi Tanaman, 3(1): 27 – 33
Perveen A, Rubina A, Rrabab F. (2007). Stomatal Types of Some Dicots within Flora
of Karachi, Pakistan. Pak. J. Bot., 39(4): 1017-1023.
Prawoto, A.A. (2014). Dinamika pertunasan, layu pentil, dan ketepatan taksasi
produksi beberapa klon kakao. Pelita Perkebunan, 30(2): 100-114.
Priska, M., Peni, N., Carvallo,L., & Ngapa,Y.D. (2018). Review: Antosianin dan
Pemanfaatannya. Cakra Kimia (Indonesia E-Journal of Applied Chemistry).
6(2): 80.
Putri, O.N. (2019). Analisis Kandungan Klorofil dan Senyawa Antosianin Daun
Pucuk Merah (Syzygiumm oleana) Berdasarkan Tingkat Perkembangan Daun
yang Berbeda. Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
Putu, M.L.,Kriswiyanti, E., & Defiani, M.R. (2017). Analisis Kekerabatan Beberapa
Tanaman Mangga (Mangifera Spp.) Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan
Anatomi Daun. Jurnal Simbiosis, 5(1): 7-10.
Rahayu, E.S & Martin, F.P. (2018). Flora Identitas Kota/Kabupaten Di Jawa
Tengah: Karakteristik dan Kuantitas Populasinya. FMIPA UNNES.
49
Rahayu, E.S., Retnoningsih, A., Abdullah, M., & Susanti, P. (2020). Comparison of
Nutritional Content of Mangifera indica L. var. Wirasangka with Three Other
Varieties in Tegal Regency. Biosantifika: Journal of Biology & Biology
Education, 12(3): 408-413.
Rega, K., Christianto, I., & Setiawan H. (2018). Implementasi Convolutional Neural
Network untuk Sistem Prediksi Pigmen Fotosintesis pada Tanaman secara
Real Time. JuTISI (Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi), 4(2):
330-340.
Ridwan., Hasidu, L.O & Rumakefing, H. (2022). Identifikasi Tipe Stomata pada
Beberapa Jenis Tumbuhan Dikotil dan Monokotil. Jurnal Sains dan
Pendidikan Biologi, 1(1): 1-6.
Rudall, P.J. (2007). Anatomy of Flowering Plants. New York: Cambridge University
Press.
Salisburry, F.B & Ross, C. W. (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB Press.
Bandung.
Samsudin, A.M & Khoiruddin. (2009). Ekstraksi, Filtrasi Membran dan Uji
Stabilitas Zat Warna dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana). UNDIP.
Santoso, J., Suhardjono, H., & Wattimury, A. (2020). Kajian Nilai Curs Spektrum
Warna terhadap Warna Cahaya Matahari dan Cahaya Buatan untuk
Pertumbuhan Tanaman. Seminar Nasional Magister Agroteknologi Fakultas
Pertanian UIN “Veteran” Jawa Timur. NST Prosiding. p: 11-22.
Sarjani, T.M., Mawardi., Pandia, E.S & Wulandari, D. (2017). Identifikasi Morfologi
dan Anatomi Tipe Stomata Famili Piperaceae Di Kota Langsa. Jurnal IPA
dan Pembelajaran IPA, 1(2): 182-191.
Siahaan, L.O., Hutapea, E.R.F., & Tambun, R. (2014). Ekstraksi Pigmen Antosianin
dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum) dengan Pelarut Etanol. Jurnal
Teknik Kimia USU, 3(3).
Sumenda L, Rampe HL, Mantiri FR. (2011). Analisis Kandungan Klorofil Daun
Mangga (Mangifera indica L.) pada Tingkat Perkembangan Daun yang
Berbeda. Jurnal Bioslogos, 1(1).
Sunarti, S., Rugayah, R., & Tihurua, E.F. (2008). Studi Anatomi Daun Jenis-jenis
Averrhoa di Indonesia untuk Mempertegas Status Taksonominya. Berita
Biologi, 9(3): 253-257.
50
Taiz, L & Zeiger, E. (2010). Plant Physiology Fifth Edition. Sunderland: Sinauer
Associates. ISSN: 0878938667
Taulu, D. B., Z. Untu & A. Ilat. (1997). Pola kepadatan mulut daun dan kandungan
klorofil tajuk kelapa. Laporan Kegiatan Penelitian. Departemen Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain. Manado.
Tensiska., Sukarminah, E., & Natalia, D. (2007). Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah
Arben (Rubus idaeus (Linn.)) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan. Jurnal
Teknol. dan Industri Pangan, 18(1).
Wulansari, T.Y.I & Dewi, AP. (2021). Struktur Anatomi Daun Phyllanthaceae di
Kabupaten Banggai Kepulauan. Jurnal Biologi, 14(1): 29-41.
Yatim, W. (2012). Biologi Modern, Biologi sel. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.
Yulianti, H. N., & Wahab, A. W. (2016). Analisis Kadar β-Karoten dalam Ekstrak
Petroleum Eter Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dari Daerah Pesisir dan
Pegunungan serta Potensinya sebagai Antioksidan. Repositori. FMIPA
Universitas Hasanuddin.
51
NIM : 4411416023
Email : renyy.rahayu11@gmail.com
Motto Hidup : “Semua yang kita inginkan belum tentu yang terbaik,
tetapi apapun yang telah diberikan ALLAH SWT
kepada kita pastilah yang terbaik. ALLAH yang
menciptakan kita, ALLAH juga yang lebih tahu yang
terbaik untuk kita ”.
52
Lampiran 2. SK Pembimbing
53
Lampiran 3. SK Penguji
54
Keterangan :
P1 D1 : Pohon Ke-1 Daun Ke-1 P2 D3 : Pohon Ke-2 Daun Ke-3
P1 D2 : Pohon Ke-1 Daun Ke-2 P3 D1 : Pohon Ke-3 Daun Ke-1
P1 D3 : Pohon Ke-1 Daun Ke-3 P3 D2 : Pohon Ke-3 Daun Ke-2
P2 D1 : Pohon Ke-2 Daun Ke-1 P3 D3 : Pohon Ke-3 Daun Ke-3
P2 D2 : Pohon Ke-2 Daun Ke-2
56
Nama Bagian Ulangan Tebal Helai Daun (µm) Tebal Tulang Daun
Preparat Helai Daun Pengukuran Bagian Bagian (µm)
Kiri Kanan
1 104.2 110.4
2 128.8 174
Ujung 3 169 123.3 659.4
Jumlah 809.7
Rerata 134.95
1 118.5 291.8
2 131 190.6
P2D1 Tengah 3 198.9 226.9 1089.1
Jumlah 1157.7
Rerata 192.95
1 175.3 156.7
2 235.4 135.1
Pangkal 3 148.1 247.7 1374.5
Jumlah 1098.3
Rerata 183.05
1 186.3 242.8
2 251.3 119.7
Ujung 3 184.3 151.4 738.1
Jumlah 1135.8
Rerata 189.3
1 104.2 114.9
2 135.8 138.7
P2D2 3 226.9 210.8
Tengah 744.9
Jumlah 931.3
Rerata 155.27
1 113.9 251.5
2 125.8 156
Pangkal 3 200.2 130.7 1015.2
Jumlah 978.1
Rerata 163.02
1 118.4 174.8
2 135.8 141.1
Ujung 3 187.9 110.5 814.2
Jumlah 868.5
Rerata 144.75
1 147.4 210.4
2 224.3 126.4
P2D3 Tengah 3 162.8 139.7 1020.4
Jumlah 1011
Rerata 168.5
1 250.3 278
2 223.4 159
Pangkal 3 337.1 144.1 1398.7
Jumlah 1391.9
Rerata 231.98
58
Nama Bagian Helai Ulangan Tebal Helai Daun (µm) Tebal Tulang
Preparat Daun Pengukuran Bagian Bagian Daun (µm)
Kiri Kanan
1 124.6 187.7
2 154.1 132.5
Ujung 3 210.4 108.4 816
Jumlah 917.7
Rerata 152.95
1 133.2 138.3
2 146.7 250
P3D1 Tengah 3 217.2 156.7 934
Jumlah 1042.1
Rerata 173.68
1 111.6 134.2
2 133.6 139.9
Pangkal 3 234.7 246 1197
Jumlah 1000
Rerata 166.67
1 120.3 147.5
2 131.7 180.5
Ujung 3 193.2 106.7 747.8
Jumlah 879.9
Rerata 146.65
1 142.1 247.3
2 158.3 147.3
P3D2 Tengah 3 248.9 163 1066.3
Jumlah 1106.9
Rerata 184.48
1 224.1 353.1
2 219.9 284.6
Pangkal 3 292.7 236.7 1367.8
Jumlah 1611.1
Rerata 268.52
1 125.3 169
2 138.8 220.9
Ujung 3 186.6 150.6 797.1
Jumlah 991.2
Rerata 165.2
1 116.4 204.6
2 137.4 134
P3D3 Tengah 3 199.2 153.6 805.1
Jumlah 945.2
Rerata 157.53
1 161.4 279.4
2 177.2 154.5
Pangkal 3 241.5 189.6 1409.8
Jumlah 1203.6
Rerata 200.6
59
Lampiran 6. Panjang dan Lebar Sel Penutup Stomata Daun Mangga Wirasangka
Bagian
Nama Daun Stoma Panjang Sel Penutup Lebar Sel Penutup
Sampel Ke- Stomata (µm) Stomata (µm)
P1D1 Ujung 1 10.1 5.3
2 11.9 4.4
3 10.8 4.4
Tepi 1 11.3 5.3
2 10.1 4.3
3 11.1 4.8
Tengah 1 9.3 3.8
2 9.3 4.0
3 10.4 3.8
Pangkal 1 14.7 4.4
2 10.4 5.9
3 11.1 4.8
Rerata 10.88 4.6
P1D2 Ujung 1 12.1 5.9
2 13.2 4.4
3 11 4.8
Tepi 1 11.2 4.7
2 10.7 6.6
3 11.7 5.9
Tengah 1 11.3 4.8
2 9.7 5.1
3 11.3 5.0
Pangkal 1 11.9 4.5
2 12.6 4.8
3 12.8 4.8
Rerata 11.63 5.1
P1D3 Ujung 1 13.4 5.0
2 12.2 4.8
3 10.9 5.2
Tepi 1 9.5 5.0
2 11.6 4.6
3 11.4 4.8
Tengah 1 11.3 5.1
2 11.9 4.6
3 11.6 4.7
Pangkal 1 12.1 5.2
2 11.5 5.3
3 11.9 4.9
Rerata 11.61 4.9
60
2 11.6 4.8
3 11.7 6.0
Tengah 1 10.9 4.1
2 13 4.8
3 11.3 5.2
Pangkal 1 10 4.5
2 10.9 4.8
3 11.3 4.4
Rerata 11.79 4.9
P3D2 Ujung 1 11.8 4.2
2 11.4 4.1
3 10.8 4.7
Tepi 1 11.4 4.6
2 11.3 5.9
3 11.2 4.8
Tengah 1 10.5 5.0
2 10.4 4.9
3 11.6 4.2
Pangkal 1 11.6 4.7
2 12 4.2
3 13.6 5.1
Rerata 11.47 4.7
P3D3 Ujung 1 13.4 5.8
2 11.6 4.5
3 11.6 4.5
Tepi 1 11 5.2
2 10.9 3.8
3 10.4 5.0
Tengah 1 10.9 4.2
2 10.2 4.2
3 9.5 4.4
Pangkal 1 12.6 5.2
2 10.9 4.6
3 12 4.8
Rerata 11.25 4.7
62
Tepi 33 33 168.15
Tengah 38
Pangkal 30
P3 D2 Ujung 30
Tepi 30
Tengah 35 31 157.96
Pangkal 30
P3 D3 Ujung 36
Tepi 33
Tengah 35 34 173.25
Pangkal 30
64
= 51,737 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,622) + (20,2 x 1,616)
= 21,028 + 32,643
= 53,671 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,497) + (20,2 x 1,167)
= 20,026 + 23,573
= 43,599 mg/l
P2 DP → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,507) + (20,2 x 0,264)
= 4,066 + 5,333
= 9,399 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,596) + (20,2 x 0,351)
= 4,780 + 7,090
= 11,87 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,591) + (20,2 x 0,359)
= 4,740 + 7,252
= 11,992 mg/l
P2 DM → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,634) + (20,2 x 0,295)
= 5,085 + 5,959
= 11,044 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 1,006) + (20,2 x 0,425)
= 8,068 + 8,585
76
= 16,653 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,935) + (20,2 x 0,413)
= 7,499 + 8,343
= 15,842 mg/l
P2 DD → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,603) + (20,2 x 1,479)
= 20,876 + 29,876
= 50,752 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,617) + (20,2 x 1,579)
= 20,988 + 31,896
= 52,884 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,497) + (20,2 x 1,196)
= 20,026 + 24,160
= 44,186 mg/l
P3 DP → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,353) + (20,2 x 0,192)
= 2,831 + 3,878
= 6,709 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,472) + (20,2 x 0,292)
= 3,785 + 5,898
= 9,683 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,295) + (20,2 x 0,155)
= 2,366 + 3,131
77
= 5,497 mg/l
P3 DM → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,606) + (20,2 x 0,290)
= 4,860 + 5,858
= 10,718 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,869) + (20,2 x 0,386)
= 6,969 + 7,797
= 14,766 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 0,590) + (20,2 x 0,277)
= 4,732 + 5,595
= 10,327 mg/l
P3 DD → Klorofil (1) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,565) + (20,2 x 1,254)
= 20,571 + 25,331
= 45,902 mg/l
Klorofil (2) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,583) + (20,2 x 1,325)
= 20,716 + 26,765
= 47,481 mg/l
Klorofil (3) = (8,02 x A663) + (20,2 x A645)
= (8,02 x 2,408) + (20,2 x 1,063)
= 19,312 + 21,473
= 40,785 mg/l
78
3,5 x 103
= = 248,88 µmol/g
14,063
3,55 x 103
= = 252,79 µmol/g
14,063
3,575 x 103
= = 254,21 µmol/g
14,063
4,913 x 103
= = 349,36 µmol/g
14,063
4,688 x 103
= = 333,36 µmol/g
14,063
4,875 x 103
= = 346,65 µmol/g
14,063
21,638 x 103
= = 1.538,65 µmol/g
14,063
21,35 x 103
= = 1.518,17 µmol/g
14,063
18,625 x 103
= = 1.324,40 µmol/g
14,063
5,038 x 103
= = 358,25 µmol/g
14,063
5,963 x 103
= = 424,02 µmol/g
14,063
5,775 x 103
= = 410,65 µmol/g
14,063
4,988 x 103
= = 354,69 µmol/g
14,063
6,5 x 103
= = 462,21 µmol/g
14,063
6,225 x 103
= = 442,65 µmol/g
14,063
82
22,7 x 103
= = 1.614,16 µmol/g
14,063
20,163 x 103
= = 1.433,76 µmol/g
14,063
20,15 x 103
= = 1.432,84 µmol/g
14,063
3,188 x 103
= = 226,69 µmol/g
14,063
4 x 103
= 14,063 = 284,43 µmol/g
2,55 x 103
= = 181,68 µmol/g
14,063
4,425 x 103
= = 314,66 µmol/g
14,063
5,738 x 103
= = 408,02 µmol/g
14,063
4,7 x 103
= = 334,21 µmol/g
14,063
19,2 x 103
= = 1.365,28 µmol/g
14,063
21,125 x 103
= = 1.502,17 µmol/g
14,063
18,05 x 103
= = 1.283,51 µmol/g
14,063
86
(0,218 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
32,7
=24,55 = 1,33 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,197 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
29,55
= 24,55 = 1,20 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,222 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
33,3
=24,55 = 1,36 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P1 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,080 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
12
=24,55 = 0,49 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,085 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
12,75
= = 0,52 mg/100g
24,55
(0,087 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
13,05
= 24,55 = 0,53 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P1 DD → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,063 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
91
9,45
=24,55 = 0,38 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,058 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,7
=24,55 = 0,35 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DP → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,144 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21,6
= = 0,88 mg/100g
24,55
(0,143 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21,45
= 24,55 = 0,87 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,140 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21
=24,55 = 0,86 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,060 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
9
=24,55 = 0,37 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
92
8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,056 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,4
=24,55 = 0,34 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P2 DD → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,039 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
5,85
=24,55 = 0,24 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,009 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
1,35
= = 0,05 mg/100g
24,55
(0,009 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
1,35
=24,55 = 0,05 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P3 DP → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,326 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
48,9
=24,55 = 1,99 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,311 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
46,65
= = 1,90 mg/100g
24,55
(0,308 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
93
46,2
=24,55 = 1,88 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
P3 DM → Antosianin (1) = X 100
98,2 x W
(0,227 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,05
= 24,55 = 1,39 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,230 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,5
=24,55 = 1,41 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,230 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
34,5
= = 1,41 mg/100g
24,55
(0,140 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
21
=24,55 = 0,86 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (2) = X 100
98,2 x W
(0,128 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
19,2
=24,55 = 0,78 mg/100g
Absorbansi x Faktor Pengencer
Antosianin (3) = X 100
98,2 x W
(0,058 x 1,5)
= 𝑥 100
98,2 x 0,250
8,7
= 24,55 = 0,35 mg/100g
94
Proses clearing spesimen daun mangga Proses pewarnaan spesimen dengan zat
wirasangka menggunakan kloralhidrat warna safranin 1% dalam alkohol 70%
jenuh
Daun pucuk mangga wirasangka Daun muda dan daun dewasa mangga
wirasangka
Sampel daun pucuk, daun muda, dan daun dewasa mangga wirasangka
Penyaringan ekstrak
antosianin Ekstrak antosianin daun pucuk, daun muda, dan
daun dewasa mangga wirasangka