Anda di halaman 1dari 34

i

SKRIPSI

PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE BERBASIS PATI


DALUGA (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) DAN PATI UBI
KAYU (Manihot esculenta Crantz)
MANUFACTURE OF BIODEGRADABLE PLASTIC BASED ON
DALUGA STARCH (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) AND
CASSAVA STARCH (Manihot esculenta Crantz)

Muhammad Afnan
05061281924058

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023

i Universitas Sriwijaya
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Hal tersebut
dikarenakan saat ini kemasan plastik sudah mendominasi industri makanan di
Indonesia dan kemasan luwes (fleksibel) sudah mencapai 80%. Adapun jumlah
plastik yang dipergunakan untuk mengemas, menyimpan dan membungkus
makanan telah mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan pada
minuman sudah beralih pada kemasan kaku. Alasan kemasan plastik menjadi
pilihan utama pada industri makanan di Indonesia karena memiliki beberapa
keunggulan diantaranya sifatnya yang kuat, ringan, inert, tak mudah karatan, bisa
diberi warna dan bersifat termoplastik (heat seal) (Nasution, 2016).
Plastik adalah produk non biodegradable yang memiliki potensi pada
kerusakan lingkungan. Plastik pada umumnya dapat terurai lebih kurang 500-1000
tahun. Selama pembuatan plastik ini banyak bahan kimia beracun yang dipancarkan
sehingga dapat mengakibatkan penyakit terhadap mahluk hidup yang bersentuhan
langsung (Oktaviani, 2017).
Penanggulangan permasalahan sampah plastik telah dilakukan menggunakan
berbagai cara, salah satunya dengan pembuatan plastik biodegradable. Menurut
Yuniarti (2014), pada pembuatan plastik biodegrabdable bahan yang digunakan
adalah polimer alami misalnya pati dan selulosa. Penggunaan plastik biodegradable
mempunyai beberapa keuntungan salah satunya adalah dapat terurai dengan cepat
karena memakai bahan polimer alami.

1.2. Kerangka Pemikiran


Penggunaan plastik yang cukup tinggi berdampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan, karena sulit terdegradasi sehingga terjadi penumpukan sampah plastik
yang dapat mencemari lingkungan. Menurut data dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016, jumlah timbulan sampah plastik di
Indonesia mencapai 66 juta ton/tahun. Selain Tiongkok, Indonesia adalah negara
pembuang sampah plastik terbesar ke laut. Sampah plastik yang dibuang

1 Universitas Sriwijaya
2

sembarangan menyumbat saluran air bahkan menumpuk di pintu-pintu sungai


mengakibatkan banjir. Plastik yang ditimbun di dalam tanah juga akan sulit untuk
terdegradasi. Polimer sintetis yang merupakan bagian utama dari plastik akan
terdegradasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Jika dibakar, plastik akan
menghasilkan emisi karbon yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan berpotensi
mencemari lingkungan (Gironi and Piemonte, 2011).
Oleh karena itu, para peneliti dan ilmuwan terus berupaya menghasilkan bahan
kemasan plastik yang ramah lingkungan. Beberapa penelitian telah menghasilkan
teknologi pembuatan plastik dari bahan alami yang dapat terdegradasi dalam waktu
singkat yang disebut sebagai plastik biodegradable atau bioplastik.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi penghasil pati adalah tanaman
berjenis umbi-umbian. Pembuatan plastik biodegradable juga juga telah dilakukan
oleh Aripin (2017) dengan menggunakan bahan berupa pati yang berasal dari ubi
jalar dengan penambahan gliserol dimana metode yang digunakan adalah yaitu melt
intercalation yaitu teknik inverse fasa dengan penguapan pelarut setelah proses
pencetakan yang dilakukan pada plat kaca. Selain itu Zulnazri et al. (2019) juga
telah membuat plastik biodegradable berbahan dasar pati ubi kayu.
Salah satu tumbuhan perairan yang mengandung pati tinggi yaitu daluga. Pada
penelitian Lintang et al. (2016) dikatakan bahwa pada umbi daluga mengandung
pati sebesar 49,89%. Pati daluga memiliki potensi sebagai bahan baku plastik
biodegradable ditinjau dari ketersediaan dan karakteristiknya. Oleh karena itu,
penulis melakukan penelitian yang berjudul pembuatan plastik biodegradable
berbasis pati daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) dan pati ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) untuk membuat plastik yang mudah terdegradasi.

1.3. Tujuan dan Kegunaan


Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik dan daya biodegradabilitas
dari plastik biodegradable berbasis pati daluga dan pati ubi kayu. Sehingga nantinya
diharapkan medapatkan hasil terbaik dari perbedaan formulasi yang
dilakukanuntuk memperoleh plastic biodegradable yang bersifat mudah
terdegradasi

2 Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pati Daluga


Klasifikasi Daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk). Schott) menurut United
States Departement Of Agriculture adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub class : Arecidae
Ordo : Arales
Familia : Araceae
Genus : Cyrtosperma
Species : Cyrtosperma merkusii

Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.1. Daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk). Schott)

Talas rawa raksasa secara ilmiah dikenal dengan nama Cyrtosperma merkusii
(Hassk.) Schott. Nama-nama ilmiah yang merupakan sinonim dari tanaman ini
diantaranya adalah C. lasoides Griffith, C. edule Schott, dan C. chamissonis
(Schott) Merrill. (Flach and Rumawas, 1996). Tanaman ini termasuk famili Araceae
dan genus Cyrtosperma. Dalam genus ini terdapat 12 jenis (Jackson, 2008) dan jenis
talas raksasa adalah satu-satunya jenis yang dapat dimakan , baik umbinya maupun
daunnya (Hetterscheid, 2004).

3 Universitas Sriwijaya
4

Cyrtosperma merkusii merupakan tumbuhan herba yang memiliki tinggi dapat


mencapai 2 meter. Bentuk daunnya berupa anak panah (sagittatus) berwarna hijau.
Tepi daun rata (integer), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun
berlekuk (emarginatus). Daunnya memiliki panjang berkisar antara 27-67 cm dan
lebar berkisar antara 19-37 cm. C. merkusii memiliki modifikasi batang berupa
umbi dan duri, duri tersebar pada pertulangan daun dan tangkai daun. Warna
tangkai daun hijau kemerahan. Tipe perbungaannya biseksual (Suci et al, 2017).

2.2. Pati Daluga


Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari
bijibijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara
lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,
amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih sangat
terbatas karena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara luas.
Oleh karena itu, pati akan meningkat nilai ekonominya jika dimodifikasi sifat-
sifatnya melalui perlakuan fisik, kimia, atau kombinasi keduanya (Li et al. 2005).
Berdasarkan dari hasil penelitian dari Lintang et al. (2016), kandungan pati
tepung Daluga, Kolerea, Longki dan Wongkai saling berbeda nyata dengan kisaran
jumlah kandungan pati, amilosa dan amilopektin berturut turut adalah 42.7-49,51%,
15-27.47%, dan 16-27%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3.1. Kandungan Pati dan Komponen pada Umbi Lokal


Jenis Umbi Kadar Pati Kadar Amilosa Kadar
Amilopektin
Longki 42,70+0,10 15,09+0,10 27,55+0,02
Daluga 48,89+0,07 23,28+0,02 25,61+0,07
Kolerea 49,51+0,13 25,74+0,07 23,80+0,06
Wongkai 43,63+0,07 27,47+0,06 16,18+0,05
(Sumber: E-Jurnal Litbang Pertanian Vol.13, No 2 tahun 2016 )

4 Universitas Sriwijaya
5

2.3. Ubi Kayu


Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz atau Maniot utilissima
phol) merupakan makanan pokok bagi pendududuk di dunia, selain sebagai
makanan pokok singkong juga digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan
ternak. Singkong termasuk dalam famili Euphorbiaceae atau suku jarak – jarakan.
Singkong banyak mempunyai nama daerah, diantaranya ketela pohon, ubi kayu,
pohung, kasbi, sepe, boled, budin (Jawa), sampeu (Sunda), kaspe (Papua) dan
sebagainya. Singkong (Manihot utilisima atau Manihot esculenta) merupakan salah
satu tanaman yang tersebar luas di Indonesia (Gardjito et al., 2013).
Menurut Rukmana (2002) dalam Kurniani (2009), batang tanaman singkong
berbentuk bulat dengan diameter 2,5 - 4 cm, berkayu beruas – ruas dan panjang.
Ketinggiannya dapat mencapai 1 - 4 meter. Warna batang bervariasi tergantung dari
kulit luar, tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan pada
saat tua berubah kelabu, hijau kelabu atau coklat kelabu. Empulur batang berwarna
putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus. sedang permukaan beralur dan
bercabangan dan tidak bercabang (Restiani et al., 2014).
Pemanfaatan ubi kayu telah dikenal secara luas baik sebagai bahan pangan
yang dikonsumsi melalui pengolahan tradisional atau pengolahan industri juga
digunakan untuk pakan dan industri non pangan. Saat ini sebagian besar hasil ubi
kayu dalam negeri dimanfaatkan untuk pangan yakni sekitar 75%, selebihnya untuk
pakan 2%, industri nonpangan 14% dan hilang karena tercecer sebesar 9% (Hafsah,
2003).

2.4. Pati Ubi Kayu


Pati ubi kayu adalah pati yang didapatkan dari umbi ubi kayu (Manihot
esculenta). Sampai saat ini, pati singkong telah banyak dieksploitasi secara
komersial dan masih merupakan sumber utama kebutahan pati. Pati yang diperoleh
dari ekstraksi umbi singkong ini akan memberikan warna putih jika diekstraksi
secara benar. Pati singkong memiliki granula dengan ukuran 5-35 μm dengan rata-
rata ukurannya di atas 17 μm (Samsuri, 2008).
Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
edible film. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable

5 Universitas Sriwijaya
6

film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat


diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik (Bourtoom, 2007).
Ubi - ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang
paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi
jalar, kentang, dan singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati singkong
sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri
yang berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Niba, 2006
dalam Hui, 2006). Berikut kandungan pati pada beberapa bahan pangan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5.1. Kandungan Pati Pada Beberapa Bahan Pangan


Bahan Pangan Kadar Pati Basis Kering
Biji Gandum 67
Bera Beras 89
Jagung 57
Biji Shorgum 72
Kentang 75
Ubi Jalar 90
Ubi Kayu 90

Pati singkong mengandung 83% amilopektin yang mengakibatkan pasta yang


terbentuk menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi
(Friedman, 1950; Gliksman, 1969 dikutip Odigboh, 1983 dalam Chan, 1983).
Menurut Murphy (2000) dalam Phillips dan Williams (2000), ukuran granula pati
singkong 4-35 µm, berbentuk oval, kerucut dengan bagian atas terpotong, dan
seperti kettle drum. Suhu gelatinisasi pada 62-73OC, sedangkan suhu pembentukan
pasta pada 63C. Menurut Santoso et al. (2004), pati singkong relatif mudah didapat
dan harganya yang murah. Melihat kandungan pati pada singkong sebesar 90% dan
produksi tanaman ubi kayu yang tinggi di Indonesia, maka singkong sangat
potensial dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bioplastik.

6 Universitas Sriwijaya
7

2.5. Bioplastik
Bioplastik atau sering juga disebut sebagai plastik biodegradable merupakan
produk yang hampir sama degan plastik konvensional lainya, seperti sifatnya yang
fleksibel, dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Pembuatan bioplastik
memiliki peluang yang sangat tinggi seiring tingginya tuntutan kelesatarian
lingkungan. Terdapat karakteristik umum pada pembuatan bioplastik yang
berbahan dasar pati baik itu plastik dengan bahan dasar low density polietilen
(LDPE), high density polietilen (HDPE) maupun polypropilen (PP) (Aripin, 2017).
Umumnya masalah yang sering muncul pada jenis plastik biodegradable ialah
harganya yang mahal dan sifat fisik dan mekanik yang rendah dibanding plastik
sintetis, oleh karena itu pemakaian plastik sintetis (PE, PP, PS, PVS dan lain-lain)
sering dipakai. Pengembangan polimer yang berasal dari monomer yang dapat
terdegradasi, seperti polylactic acid (PLA), polyhydroxyalkanater (PHaS) dan
tryglicerides dan polimer dari alam, seperti cotton, wood, silk dan karet. Dari hasil
degradasi plastik biodegradable menghasilkan gas CO2, H2O, CH dan produk
lainnya, hasil ini diperoleh dari besarnya surface erotion pada polimer nano
komposit dibandingkan polimer sintetis berbentuk komposit (Pudjiastuti, 2015).
Pembuatan bioplastik dilakukan dengan beberapa campuran utama seperti pati,
selulosa, NaOH, aguades dan gliserol. Pada pembuatan bioplastik dari limbah
mangga dengan penambahan selulosa dan gliserol yang dilakukan, pati yang
diperoleh dari biji mangga dan selulosa yang dicampur berasal dari serbuk kayu
gergajian jenis kayu jati. Hasil dari proses pembuatan bioplastik tersebut dimana
pada pencampuran pati dengan aquades dibuat dengan perbandingan 1 : 20 dan
diaduk dengan hot plate pada suhu 90C selama 20 menit diikuti dengan
penambahan gliserol, setelah itu dilakukan pembutan bioplastik dengan
penambahan selulosa pada perbandingan pati : selulosa 6 : 4, 7 : 3, 8 : 2, 9 : 1. Hasil
penelitian tersebut disimpulkan pati yang diperoleh dari biji mangga dapat
digunakan sebagai bahan pembuat bioplastik dengan penambahan selulosa dari
hasil plastik tersebut (Septiosari, 2014). penelitian tersebut disimpulkan pati yang
diperoleh dari biji mangga dapat digunakan sebagai bahan pembuat bioplastik
dengan penambahan selulosa dari hasil plastik tersebut (Septiosari, 2014).

7 Universitas Sriwijaya
8

2.6. Asam Asetat


Asam asetat merupakan sejenis senyawa asam karboksilat yang paling
sederhana. Asam asetat ini memiliki sifat korosif. Selain korosif, asam ini juga
bersifat hidrofilik, dimana senyawa ini mampu menjadi pelarut yang baik untuk
senyawa polar. Untuk memproduksi asam asetat secara sintesis harus menggunakan
reaksi penambahan rhodium kompleks pada suhu 180C. Secara alami asam asetat
bisa diperoleh melalui proses fermentasi bakteri aerobic. Dalam kajian bioplastik
asam asetat menjadi katalis dalam perekasian polisakarida dan gliserol karena
mampu memecah rantai polisakarida menjadi gugus asam laktat. Penambahan asam
asetat sendiri dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik dalam pembutan
bioplastic (Yuniarti et al., 2014).

2.7. Gliserol
Bahan pemlastis atau yang dikenal dengan plasticizer adalah bahan organik
dengan berat molekul rendah yang ditambahkan dengan maksud memperlemah
kekakuan dari polimer, meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer.
Bahan pemlastis larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah
gerakan molekul polimer dan bekerja menurunkan suhu transisi gelas, suhu
kristalisasi atau suhu pelelehan dari polimer. Penggunaan plasticizer yang
berlebihan maka akan meningkatkan kelarutan (Wypych, 2004).
Plastisizer berfungsi untuk meningkatkan elastisitas dengan mengurangi
derajat ikatan hidrogen dan meningkatkan jarak antar molekul dari polimer. Syarat
plastisizer yang digunakan sebagai zat pelembut adalah stabil (inert), yaitu tidak
terdegradasi oleh panas dan cahaya, tidak merubah warna polimer dan tidak
menyebabkan korosi. Salah satu jenis plasticizer yang banyak digunakan selama ini
adalah gliserol. Gliserol cukup efektif digunakan untuk meningkatkan sifat plastis
film karena memiliki berat molekul yang kecil (Huri dan Fitri, 2014).
Pemanfaatan gliserol sebagai plasticizer telah banyak di gunakan oleh para
peneliti. Menurut Coniwanti (2014) penambahan gliserol pada edible film sangat
berpengaruh terhadap bahan baku yang digunakan seperti pati. Dibandingkan dari
pelarut seperti sorbitol, gliserol lebih menguntungkan karena mudah tercampur
dalam larutan film dan terlarut dalam air (hidrofilik). Sedangkan sorbitol sulit

8 Universitas Sriwijaya
9

bercampur dan mudah mengkristal pada suhu ruang. Kelebihan lainnya pada
gliserol adalah bahan organik dengan berat molekul rendah sehingga pada
penambahan bahan baku dapat menurunkan kekakuan dari polimer sekaligus
meningkatkan fleksibilitas pada edible film. Gliserol adalah alkohol terhidrik.
Nama lain gliserol adalah gliserin atau 1,2,3-propanetriol. Sifat fisik gliserol tidak
berwarna, tidak berbau, rasanya manis, bentuknya liquid sirup, meleleh pada suhu
17,8C, mendidih pada suhu 290C dan larut dalam air dan etanol. Gliserol bersifat
higroskopis, seperti menyerap air dari udara, sifat ini yang membuat gliserol
digunakan pelembab pada kosmetik. Gliserol terdapat dalam bentuk ester
(gliserida) pada semua hewan, lemak nabati dan minyak . Gliserol termasuk jenis
plasticizer yang bersifat hidrofilik, menambah sifat polar dan mudah larut dalam air
(Ningsih, 2015).

9 Universitas Sriwijaya
10

BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Teknologi Hasil
Perikanan Universitas Sriwijaya, Labortaorium Pendidikan Kimia Universitas
Sriwijaya dan Laboratorium Rekayasa Material Institut Teknologi Sumatera pada
bulan November – Maret tahun 2023.

3.2. Bahan dan Metode


3.2.1. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian mengenai pembuatan plastik
biodegradable berbasis pati daluga dan ubi kayu disajikan pada Tabel 3.1. dan Tabel
3.2. sebagai berikut:

Tabel 3.1. Bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian


No Bahan Spesifikasi Kegunaan
1. Daluga Pati pada umbinya Bahan utama
2. Ubi Kayu Pati pada umbinya Bahan utama
3. Gliserol Plasticizer
4. Aquades Pelarut
5. Asam Asetat 25%
6. Air - Membersihkan bahan
7. Plastik klip
8. Kertas label - Menandai sampel
Tabel 3.2. Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian
No Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Blender - Menghaluskan bahan
2. Pisau - Memotong bahan
3. Baskom Diameter 15 cm Wadah pengendapan pati
4. Cetakan Ukuran 22x 18 cm Cetakan plastik
alumunium
5. Gunting - Menggunting plastik
6. Timbangan Ketelitian 1 g Menimbang bahan
7. Beaker glass Volume 500 ml Wadah untuk larutan
8. Gelas ukur Volume 25 ml Untuk menakar bahan
9. Magnetic stirrer - Mengaduk larutan
10. Hotplate - Memanaskan larutan
11. Texture analyzer - Mengukur ketebalan
12. Universal Testing - Menguji kuat tarik
Machine

10 Universitas Sriwijaya
11

3.2.2. Metode
3.2.2.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan
yaitu perlakuan perbedaan konsentrasi pati umbi daluga (UD) dan umbi ubi kayu
(UK) yang terdiri atas:
K1= UD 100% : UK 0%
K2= UD 75% : UK 25%
K3= UD 50% : UK 50%
K4= UD 25% : UK 75%
K5= UD 0% : UK 100%

3.2.2.2. Cara Kerja


3.2.2.2.1. Ekstraksi Pati Umbi Daluga
Bahan baku yang digunakan untuk membuat plastic biodegradable
adalah pati umbi daluga dan ubi kayu. Pertama, umbi daluga dikupas menggunakan
pisau. Sebelum digunakan, umbi daluga dibersihkan dahulu menggunakan air yang
mengalir. Lalu umbi daluga yang sudah bersih dihaluskan menggunakan blender.
Umbi daluga yang sudah halus, kemudian diperas. Hasil perasan umbi daluga tadi
disaring menggunakan kain saring dan ditampung di dalam baskom. Hasil
penyaringan tadi itulah yang disebut dengan filtrat atau pati terlarut. Filtrat
diendapkan selama 3 jam untuk mendapatkan pati basah. Pati basah kemudian
dicuci dengan air yang mengalir, kemudian diendapkan lagi selama 3 jam. Hasil
dari pengendapan pati basah tadi didapatlah pati. Kemudian, pati dikeringkan
selama 2 hari pada suhu 50 C, dan didapatlah pati kering yang akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable (Ridwansyah, 2006).

3.2.2.2.2. Ekstraksi Pati Ubi Kayu


Selain pati umbi daluga, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan
plastik bidogerdable ini juga menggunakan pati ubi kayu. Adapun untuk proses
untuk mendapatkan pati ubi kayu sama halnya dengan proses untuk mendapatkan
pati umbi daluga. Pertama, ubi kayu dikupas menggunakan pisau. Sebelum

11 Universitas Sriwijaya
12

digunakan, ubi kayu dibersihkan dahulu menggunakan air yang mengalir. Lalu ubi
kayu yang sudah bersih dihaluskan menggunakan blender. Ubi kayu yang sudah
halus, kemudian diperas. Hasil perasan ubi kayu tadi disaring menggunakan kain
saring dan ditampung di dalam baskom. Hasil penyaringan tadi itulah yang disebut
dengan filtrat atau pati terlarut. Filtrat diendapkan selama 3 jam untuk mendapatkan
pati basah. Pati basah kemudian dicuci dengan air yang mengalir, kemudian
diendapkan lagi selama 3 jam. Hasil dari pengendapan pati basah tadi didapatlah
pati. Kemudian pati dikeringkan selama 2 hari pada suhu 50 C, dan didapatlah pati
kering yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable
(Ridwansyah, 2006).

3.2.2.2.3. Pembuatan Plastik Biodegradable


Pembuatan plastik biodegrable berbasis pati daluga dan ubi kayu ini
menggunakan beberapa bahan diantaranya pati umbi daluga, pati ubi kayu,
aquadest, asam asetat dan gliserol. Pertama, sebanyak 10 gram pati umbi daluga
dan ubi kayu dicampur sesuai perbandingan yang ada pada perlakuan. Selanjutnya
dimasukkan aquadest sebanyak 200 ml, asam asetat sebanyak 5 ml dan gliserol
sebanyak 20% dari massa pati yang digunakan. Kemudian larutan diaduk selama
20 menit pada suhu 70 C . Adapun untuk mengaduk larutan tersebut menggunakan
magnetic stirrer. Kemudian larutan dituangkan ke dalam cetakan alumunium
dengan diameter 22 x 15 cm. Selanjutnya, adonan dikeringkan pada suhu 60 C
dalam waktu 2 jam. Plastik biodegradable yang sudah jadi dikondisikan pada suhu
kamar selama 2 hari.

3.2.2.3. Parameter
3.2.2.3.1. Ketebalan
Ketebalan merupakan salah satu parameter yang berpengaruh terhadap
penggunaan kemasan,. Menurut Sumarto (2000), semakin tebal plastik
biodegradable yang dihasilkan maka akan semakin baik kemampuan mengemas
suatu bahan untuk melindungi produk. Adapun untuk standar ketebalan plastik
biodegradable ini dalam SNI 71888.7:2016 tentang kriteria plastik biodegradable
yaitu ≤ 0,25 mm.

12 Universitas Sriwijaya
13

3.2.2.3.2. Kuat Tarik


Kuat tarik merupakan karakteristik yang penting diuji untuk menentukan
kualitas plastik biodegradable. Uji kuat tarik ini untuk menunjukkan tegangan
maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bahan sebelum mengalami putus atau
patah. Kuat tarik ini bisa dikatakan sebagai uji daya tahan plastik biodegradable
terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung plastik sebelum plastik terputus.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan standar American Society for Testing
and Material (ASTM) sesuai yang tertera dalam SNI plastik biodegradable.
Menurut Rusli (2017), nilai dari kuat tarik dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝐹
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘 (𝑀𝑝𝑎) =
𝐴
Keterangan:
F = Gaya maksimum
A = Luas penampang

3.2.2.3.3. Daya Serap Air


Daya serap air adalah parameter yang menunjukkan besar kecilnya
kemampuan suatu bahan menarik air disekelilingnya. Pengujian ini dilakukan untuk
memastikan adanya ikatan pada polimer dan ditentukan dengan menambahkan
derajat ikatan polimer atau massa polimer setelah pemuaian teratur. Dengan cara
mengisi tabung reaksi dengan aquadest. Lalu memotong bioplastik dengan ukuran
5 × 5 cm. Menimbang berat awal bioplastik. Masukkan plastik biodegradable ke
tabung reaksi berisi aquadest selama 5 menit. Setelah 5 menit bioplastik diangkat
dari dalam tabung reaksi dan permukaannya di lap dengan tisu. Timbang berat
sampel (w) yang telah direndam tabung reaksi (Safitri et al., 2016).
𝑚 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑚 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 (%) = 𝑥 100%
𝑚 𝑎𝑤𝑎𝑙

3.2.2.3.4. Biodegradabilitas
Salah satu sifat plastik biodegradable yang paling penting adalah
kemampuannya untuk diuraikan secara alami di lingkungan dalam waktu yang
singkat. Biodegradabilitas merupakan salah satu parameter yang dapat

13 Universitas Sriwijaya
14

menunjukkan bahwa plastik biodegradable yang kita buat ramah lingkungan atau
tidak. Untuk mengetahuinya yaitu dengan dilakukan soil burial test yaitu uji yang
dilakukan dengan mengubur sampel di dalam tanah dalam waktu tertentu.
Kehilangan massa ditentukan dengan mengukur massa polimer sebelum dan
sesudah biodegradasi selama periode waktu tertentu. Untuk analisis
biodegradabilitas, masing-masing sampel bioplastik yang digunakan dalam
penelitian ini berukuran 5 x 5 cm. Menurut SNI untuk memenuhi kriteria plastik
biodegradable harus dapat terurai sebanyak > 60% massa dalam jangka waktu 7
hari.
𝑚 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑚 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑥100
𝑚 𝑎𝑤𝑎𝑙

3.3. Analisis Data


Data yang didapatkan diperoleh dari nilai ketebalan, nilai kuat tarik,
persentase daya serap air dan persentase biodegradabilitas . Data tersebut dianalisis
menggunakan statistik parametrik yang dilakukan dengan menggunakan analisis
sidik ragam (ANOVA). Apabila menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan selang kepercayaan 95%.

14 Universitas Sriwijaya
15

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Ketebalan
Rerata nilai ketebalan plastik biodegradable berbasis pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) disajikan pada Tabel 4.1.1.
Tabel 4.1.1. Hasil uji lanjut BNJ pembuatan plastik biodegradable pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot
esculenta Crantz) terhadap ketebalan plastik biodegradable
Perlakuan Rerata BNJ
K1 0,21 a
K2 0,26 ab
K3 0,3 bc
K4 0,34 cd
K5 0,42 e
Berdasarkan hasil uji BNJ di atas menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan K2 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K3, K4
dan K5. Perlakuan K2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan K1 dan K3 tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan K4 dan K5. Perlakuan K3 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan K2 dan K4 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K5.
Perlakuan K5 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K4.
0,5 0.42
0.34
Ketebalan (mm)

0,4 0.3
0.26
0,3 0.21
0,2

0,1

0
K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan

Gambar 1. Nilai rata-rata uji ketebalan plastik


Nilai grafik pada Gambar 1 menunjukkan adanya kenaikan dari nilai rata-
rata ketebalan plastik biodegradable. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai
ketebalan tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu dengan nilai rata-rata sebesar

15 Universitas Sriwijaya
16

0,42 mm, sedangkan nilai ketebalan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu
dengan 0,21 mm. Untuk perlakuan K2, K3, dan K4 memiliki nilai rata-rata masing-
masing 0,26 mm, 0,3 mm dan 0,34 mm.

4.1.2. Kuat Tarik


Rerata nilai kuat tarik plastik biodegradable berbasis pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) disajikan pada Tabel 4.1.2.
Tabel 4.1.2. Hasil uji lanjut BNJ pembuatan plastik biodegradable pati umbi
daluga (Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) terhadap kuat tarik plastik biodegradable
Perlakuan Rerata BNJ
K1 24,97 a
K2 26.94 b
K3 31.28 c
K4 37.17 d
K5 42.21 e
Berdasarkan hasil uji BNJ di atas menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda
nyata dengan perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda nyata dengan
perlakuan K1, K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda nyata dengan perlakuan K1,
K2, K4 dan K5. Perlakuan K4 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K5.
Perlakuan K5 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K4.
74 72.34
Daya Serap Air (%)

73 71.42
72 70.50
71 70.06
69.15
70
69
68
67
66
K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan

Gambar 2. Nilai rata-rata uji kuat tarik


Nilai grafik pada Gambar 2 menunjukkan adanya kenaikan dari nilai rata-
rata kuat tarik plastik biodegradable. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai kuat tarik
tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 42,21 MPa,
sedangkan nilai kuat tarik terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu dengan nilai

16 Universitas Sriwijaya
17

rata-rata 24,97 MPa. Sedangkan pada perlakuan K2, K3, dan K4 memiliki nilai rata-
rata masing-masing sebesar 26,94 MPa, 31,28 MPa dan 37,17 MPa.

4.1.3. Daya Serap Air


Rerata nilai daya serap air plastik biodegradable berbasis pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil uji lanjut BNJ pembuatan plastik biodegradable pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) terhadap daya serap air plastik biodegradable
Perlakuan Rerata BNJ
K1 72,34 e
K2 71,42 d
K3 70,50 bc
K4 70,06 b
K5 69,15 a
Berdasarkan hasil uji BNJ di atas menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda
nyata dengan perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda nyata dengan
perlakuan K1, K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan
K4 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2 dan K5. Perlakuan K4 berbeda
tidak nyata dengan K3 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, dan K5.
Perlakuan K5 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K4.
74 72.34
Daya Serap Air (%)

73 71.42
72 70.50
71 70.06
69.15
70
69
68
67
66
K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan

Gambar 3. Nilai rata-rata daya serap air


Nilai grafik pada Gambar 2 menunjukkan adanya kenaikan dari nilai rata-rata
kuat tarik plastik biodegradable. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
daya serap air terbesar terdapat pada perlakuan K5 dengan nilai 72,34%, sedangkan
nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K1 dengan nilai 69,15%. Nilai rata-

17 Universitas Sriwijaya
18

rata pada perlakuan K2, K3 dan K4 masing-masing adalah 70,06%, 70,50% dan
71,34%.

4.1.4. Biodegradabilitas
Rerata nilai biodegradabilitas plastik biodegradable berbasis pati umbi
daluga (Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil uji lanjut BNJ pembuatan plastik biodegradable pati umbi daluga
(Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) terhadap biodegradabilitas plastik biodegradable
Perlakuan Rerata BNJ
K1 72,34 e
K2 71,42 d
K3 70,50 bc
K4 70,06 b
K5 69,15 a
Berdasarkan hasil uji BNJ di atas menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda
nyata dengan perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda nyata dengan
perlakuan K1, K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda nyata dengan perlakuan K1,
K2, K4 dan K5. Perlakuan K4 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K5.
Perlakuan K5 berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K4.
80 72.61 69.17 67.35
Biodegradabilitas (%)

70 64.80 61,34
60
50
40
30
20
10
0
K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan

Gambar 4. Nilai rata-rata biodegradabilitas


Nilai grafik pada Gambar 4 menunjukkan adanya penurunan dari nilai rata-
rata biodegradabilitas plastik biodegradable. Pada grafik tersebut dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata biodegradabilitas terbesar terdapat pada perlakuan K1 dengan
nilai 72,61%, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan K5 dengan nilai

18 Universitas Sriwijaya
19

61,34%. Nilai rata-rata pada perlakuan K2,K3 dan K4 masing-masing adalah


69,17%, 67,35% dan 64,80%.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Ketebalan
Tabel 4.1.1. menunjukkan bahwa nilai ketebalan plastik biodegradable
terbesar terdapat pada perlakuan K5 yaitu dengan formula pati ubi kayu 100%,
sedangkan nilai rata-rata terkecil terdapat pada perlakuan K1 dengan formula pati
daluga sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar persentase pati
daluga yang ditambahkan maka akan membuat plastik biodegradable semakin tipis
dan mendekati dengan pati ubi kayu berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya.
Plastik biodegradable pada penelitian ini mendapatkan ketebalan terbaik
pada perlakuan K1 dengan nilai ketebalan 0,21 mm. Nilai ketebalan plastik
biodegradable yang didapatkan sudah lebih baik dibandingkan penelitian penelitian
Rozi et al. (2020), yang memiliki ketebalan terbaik yaitu 0,27 mm. Berdasarkan
standar SNI 71888.7:2016 karakteristik plastik biodegradable standar ketebalannya
yaitu ≤ 0,25 mm. Parameter ketebalan ini dapat mempengaruhi parameter lain
seperti kuat tarik dan daya serap air. Pada penelitian ini nilai ketebalan plastik
biodegradable berbanding lurus dengan nilai kuat tarik dan daya serap air , dimana
semakin tebal plastik biodegradable yang dihasilkan maka nilai kuat tarik dan daya
serap airnya akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusli et al.
(2017), bahwa bioplastik yang semakin tebal akan meningkatkan kuat tarik, namun
elongasinya menurun. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Wahyuningtyas et al.
(2019), bahwa semakin tebal dan rapat matrik bioplastik yang terbentuk akan
meningkatkan ketahanan terhadap air.

4.2.2. Kuat Tarik


Tabel 4.1.2. menunjukkan bahwa nilai kuat tarik plastik biodegradable
terbesar terdapat pada perlakuan K5 yaitu dengan formula pati ubi kayu 100%,
sedangkan nilai rata-rata terkecil terdapat pada perlakuan K1 dengan formula pati
daluga sebanyak 100%. Semua perlakuan pada penelitian ini sudah memenuhi nilai

19 Universitas Sriwijaya
20

kuat tarik menurut SNI. Adapun perlakuan yang mendapatkan nilai kuat tarik
terbaik dan memenuhi standar SNI yaitu pada perlakuan K5 dengan nilai 42,21
MPa. Untuk perlakuan K1, K2, K3 dan K4 mendapatkan nilai kuat tarik masing-
masing sebesar 24,97 MPa, 26,94 MPa, 31,28 MPa dan 37,17 MPa.
Pada penelitian Rahmadani (2019), nilai kuat tarik terbaik yang didapat yaitu
274,6 MPa. Adapun nilai kuat tariknya lebih tinggi dikarenakan penggunaan
konsentrasi gliserol yang digunakan lebih rendah. Nilai kuat tarik dipengaruhi oleh
berat molekul jenis plasticizer yang digunakan, karena dapat mempengaruhi
interaksi antar plasticizer dan polimer. Hasil penelitian dari Nandika et al. (2021)
dan Wisnawa & Harsojuwono, (2021) juga menyatakan bahwa berat molekul dari
bahan plasticizer mempengaruhi interaksi antara bahan plasticizer dan polimer
sehingga dapat mempengaruhi nilai kuat tarik yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai
pendapat dari Febrianto et al. (2014), semakin banyak gliserol yang digunakan
maka sifat kekuatan tariknya akan semakin rendah. Nilai kuat tarik plastik
biodegradable yang didapatkan sudah lebih baik dibandingkan penelitian serupa
sebelumnya yaitu penelitian Rozi et al. (2020), yang memiliki kuat tarik terbaik
yaitu 7,17 MPa.

4.2.3. Daya Serap Air


Tabel 4.1.3. menunjukkan bahwa nilai daya serap air plastik biodegradable
terbesar terdapat pada perlakuan K1 yaitu dengan formula pati umbi daluga 100%,
sedangkan nilai rata-rata terkecil terdapat pada perlakuan K1 dengan formula pati
ubi kayu sebanyak 100%. Rata-rata nilai daya serap air pada penelitian ini berkisar
diantara 69,15%-72,34%. Pada penelitian Eko et al. (2017), nilai daya serap air
yang didapat berkisar antara 44,44% - 88,88%. Nilai daya serap air plastik
biodegradable yang didapatkan sudah lebih baik dibandingkan penelitian Muharam
et al. (2022), yang memiliki nilai daya serap air sebesar 73,47%.
Adapun nilai daya serap air terbaik pada penelitian ini yaitu 69,15% masih
tergolong tinggi untuk sebuah standar kemasan plastik. Hal yang menyebabkan
tingginya daya serap air pada plastik biodegradable ini dikarenakan terbuat dari
pati. Pada pati tersebut mengandung amilosa yang cukup tinggi. Amilosa ini
bersifat hidrofilik sehingga mempunyai kemampuan untuk menyerap air. Beberapa

20 Universitas Sriwijaya
21

hasil penelitian juga menyatakan dengan adanya penambahan jenis plasticizer


gliserol pada pembuatan film bioplastik maka persentase penyerapan air akan
meningkat dikarenakan gliserol memiliki senyawa hidroksil. Senyawa hidroksil ini
mampu berikatan dengan air sehingga gliserol bersifat hidrofilik (Nandika et al.,
2021).

4.2.4. Biodegradabilitas
Tabel 4.1.4. menunjukkan bahwa nilai biodegradabilitas plastik
biodegradable terbesar terdapat pada perlakuan K1 yaitu dengan formula pati umbi
daluga 100%, sedangkan nilai rata-rata terkecil terdapat pada perlakuan K1 dengan
formula pati ubi kayu sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
persentase pati daluga dimasukkan maka akan lebih mudah plastik biodegradable
terdegradasi. Sehinnga dengan penggunaan umbi daluga plastik biodegradable yang
dibuat akan lebih ramah lingkungan.
Semua perlakuan plastik biodegradable pada penelitian ini sudah memenuhi
standar nilai biodegradabilitas menurut SNI 71888.7:2016 karena menurut standar
SNI besarnya bahan terdegradasi untuk plastik biodegradable yaitu > 60% dalam
waktu 7 hari. Adapun perlakuan yang mendapatkan nilai biodegradabilitas terbaik
pada perlakuan K1 dengan 72,61% bahan terdegradasi. Untuk perlakuan K2, K3,
K4, dan K5 mendapatkan nilai biodegradabilitas masing-masing yaitu 69,17%,
67,35%, 64,80% dan 61,34% bahan terdegradasi dalam jangka waktu 7 hari. Pada
penelitian Eko et al. (2017), nilai biodegradabilitas yang didapat pada bioplastik
dalam waktu 6 hari berkisar diantara 37,5% - 81,25%. Nilai daya serap air plastik
biodegradable yang didapatkan sudah lebih baik dibandingkan penelitian Muharam
et al. (2022), yang memiliki nilai daya serap air sebesar 73,03%.

21 Universitas Sriwijaya
22

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai pembuatan plastik biodegradable berbasis pati
daluga (Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) dapat disimpulkan bahwa formulasi penggunaan pati daluga 100%
menghasilkan plastik biodegradable yang lebih baik dibandingkan dengan
formulasi lain untuk nilai ketebalan dan biodegradabilitas. Sedangkan untuk
formulasi penggunaan pati ubi kayu 100% mendapatkan nilai kuat tarik dan daya
serap air yang terbaik dibandingkan formulasi lainnya. Untuk secara keseluruhan
formulasi penggunaan pati daluga 100% menjadi perlakuan terbaik pada penelitian
ini dikarenakan ada tiga parameter yang sudah memenuhi standar SNI plastik
biodegradable yaitu nilai ketebalan, kuat tarik dan biodegradabilitas.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian pembuatan plastik biodegradable
berbasis pati daluga (Cyrtosperma merkusii (Hask.) Schott) dan pati ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) adalah adanya penelitian lebih lanjut dengan
penambahan bahan lainnya untuk mendapatkan hasil plastik biodegradable yang
lebih baik, khususnya untuk memperbaiki nilai daya serap air plastik.

22 Universitas Sriwijaya
23

DAFTAR PUSTAKA

Aripin S. 2017. Studi Pembuatan Bahan Alternatif Plastik Biodegradable dari Pati
Ubi Jalar dengan Plasticizer Gliserol dengan Metode Melt Intercalation.
Jurnal Teknik Mesin Mercu Buana, 6(2), 79-84.
Atifa, N. R., N. Nazir., dan G. Taib. Karakteristik Bioplastik dari Pati Biji Durian
dan Pati Singkong yang Menggunakan Bahan Pengisi MCC
(Microcrystalline cellulose) dari Kulit Kakao. Jurnal Gema Agro 25 (1): 01-
10.
Bourtoom, T. 2007. Efect of Some Process Parameters on the Properties of Edible
Film Prepared from Strach. Songkhla: Departement of Material Product
Technology. Challenges and Opportunities. Food Technology 51 (2): 61-73.
Coniwanti P. 2014. Pembuatan Film Plastik Biodegredabel dari Pati Jagung dengan
Penambahan Kitosan dan Pemplastis Gliserol. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Jurnal Teknik Kimia, Vol .20.
Cronquist, A. 1981. An Integral System of Classification of flowering plants. New
York. Columbia University.
Flach, M. dan F. Rumawas, 1996 (eds.). Plants yielding non-seed carbohydrates.
Plant Research of South East Asia (PROSEA) No. 9. Bogor. Cronquist, A.
1981. An Integral System of Classification of flowering plants. New York.
Columbia University
French, B.R. 2010. Food plants of Solomon Islands: a compendium. Food Plants
International Inc. Devonport. p. 160.
Gardjito, M., Djuwardi, A. dan Harmayanti, E. 2013. Pangan Nusantara,
Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Kencana.
Jakarta.
Gironi, F dan V. Piemonte. 2011. Bioplastics and Petroleum-based Plastics:
Strenghs and Weaknesses. Energy Source, Part A 33-1949-1959.
Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
263p.
Hay A. 1990. Aroids of Papua New Guinea. Christensen Research Institute, Papua
New Guinea.
Hetterscheid W. 2004. Genera List (Cyrtosperma). International Aroid Society.
United States.
Huri, D. dan F.C. Nisa. 2014. Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Ekstrak Ampas
Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible Film. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Universitas Brawijaya, 2(4), 29-40.
Jackson, G.V. H. 2008. Regeneration guidelines for major aroids. In: M.E. Dulloo,
I.

23 Universitas Sriwijaya
24

Jacobs, H., dan Delcour, J.A. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch
with retention of the granular structure: A review. Journal of Agricultural and
Food Chemistry, 46:2895-2905.
Li Chen Wu, Hsiu-Wen Hsu, Yun-Chen Chen, ChihChung Chiu,Yu-In Lin dan
Annie Ho. 2005. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red Pitaya.
Department of Applied Chemistry, National Chi-Nan University, University
Road, Puli, Nantou, 545 Taiwan.
Lintang M., P. Layuk dan G.H. Joseph. 2016. Karakteristik Tepung Umbi Daluga
(Cyrtosperma merkusii), Wongkai (Dioscorea sp), Kolerea (Colocasia sp),
dan Longki (Xanthosoma sp) asal Sulawesi Utara, Substitusi Terigu untuk
Pangan Pokok. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 13(2), 83-90.
Liu, Z., L. Peng and J.F. Kennedy. 2005. The Technology of Molecular
Manipulation and Modification Assisted by Microwaves as Apllied to Starch
Granules. Carbohydrate Polymers 61: 374-378.
Maretni, S. dan Murkalina, M.T. 2017. Jenis-Jenis Tumbuhan Talas (Araceae) di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Protobiont, 6(1), 42-
52.
Murphy P. 2000. Handbook of Hydrocolloids. Woodhead Pulishing Ltd and CRC
Press LLC, New York.
Nasution. 2016. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Prodi Kimia UIN
Ar-Raniry.
Nandika, A., Harsojuwono, B. A., dan Arnata, I. W. (2021). Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Bahan Pemlastis terhadap Bioplastik Glukomanan. Jurnal
Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 9(1), 75–84.
Niba, L.L. Carbohydrates: Strach. Di dalam Hui, Y.H. (editor). 2006. Handbook
of Food Science , Technology, and Engineering. Taylor and Francis Group .
New York.
Ningsih, S., H. 2015. Pengaruh Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Edible
Film Campuran Whey Dan Agar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Oktaviani N. 2017. Analisis Pengelolaan dan Dampak Sampah Terhadap Konsumsi
Warga Sekitar Tempat Pembuangan Akhir. Journal of Economic Syaria Law,
1(1), 83-105.
Pudjiastuti W. 2015. Polimer Nano Komposit Sebagai Batch Polimer
Biodegradable untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri, 6(1), 51- 60.

Restiani, R., D.I. Roslim dan Herman. 2014. Karakter Morfologi Ubi Kayu (
Manihot esculenta Crantz) Hijau dari Kabupaten Pelalawan. JOM FMIPA 1
(2): 619-623.
Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Ubi Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Rusli, A., Metusalach, Salengke, dan Tahir, M. M. (2017). Karakterisasi edible
film karagenan dengan pemlastis gliserol. Jurnal Pengolahan Hasil

24 Universitas Sriwijaya
25

Perikanan Indonesia, 20(2), 219-229.


Safitri, I., Riza, M., dan Syaubari, S. (2016). Uji Mekanik Plastik Biodegradable
dari Pati Sagu dan Grafting Poly (Nipam) -Kitosan dengan Penambahan
Minyak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sebagai Antioksidan. Jurnal
Litbang Industri, 6(2). 107-116.
Samsuri, B. 2008. Penggunaan Pragelatinisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Santoso, B., D. Saputra, dan Pambayun, R. 2004. Kajian Teknologi Edible Coating
dari Pati dan Aplikasinya Untuk Pengemas Primer Lempok Durian. Jurnal
Teknol dan Industri Pangan 15 (3).
Septiosari, 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik Limbah Biji Mangga
dengan Penambahan Selulosa dan Gliserol. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Sinaga, A.S. 2020. Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati Serat Batang
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Sinaga, R.F., G.M. Ginting., M.H.S Ginting., dan R. Hasibuan. Pengaruh
Penambahan Gliserol Terhadap Sifat Kekuatan Tarik dan Pemanjangan Saat
Putus Bioplastik dari Pati Umbi Talas. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(2), 19-
24.
Thirathumthavorn, D. dan S. Charoenrein. 2007. Aging effect on-and
noncrystallizing sorbitol-plasticized tapioca starch films. Starch 59:493-497.
Thomann, M.A. Jorge, dan J. Hanson (eds.). Crop relative regeneration guidelines.
CGIAR System – Wide Genetic Resources Programme, Rome, Italy.
Utomo, J.S. dan S.S. Antarlina. 1997. Kajian sifat fisiko-kimia pati umbi-umbian
selain ubi kayu. p.241-248. Dalam: S. Budijanto, F. Zakaria, R. Dewanti
Hariyadi, dan B. Satiawiharja (eds.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pangan. Denpasar 16- 17 Juli 1997. Perhimpunan Ahli Teknologi PI-
Menpangan RI.
Wypych, G., 2004. Effect of Plasticizer on Properties Plasticized Materials in
Handbook of Plasticizers, Eds., ChemTec Publishing, Toronto, Canada.
Yuniarti, L.I., G.S. Hutomo., dan A. Rahim. 2014. Sintesis dan Karakterisasi
Bioplastik Berbasis Pati Sagu (Metroxylon sp). e-Journal Agrotekbis 2 (1) :
38-46. ISSN : 2338-3011.
Zulnazri, S. Rahmadani., dan R. Dewi. 2019. Pemanfaatan Pati Batang Ubi Kayu
dan Pati Ubi Kayu untuk Bahan Baku Alternatif Pembuatan Plastik
Biodegradable. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 8 (1), 26-35.

25 Universitas Sriwijaya
26

LAMPIRAN

26 Universitas Sriwijaya
27

Lampiran 1. Perhitungan nilai ketebalan, kuat tarik, daya serap air dan
biodegradabilitas.

a. ketebalan

Analisis ragam

Perlakuan Jumlah
Ulangan
K1 k2 k3 k4 k5
U1 0,21 0,24 0,29 0,31 0,46 1,51
U2 0,24 0,26 0,33 0,35 0,42 1,6
U3 0,18 0,29 0,28 0,37 0,38 1,5
Jumlah 0,63 0,79 0,9 1,03 1,26 4,61
Rerata 0,21 0,263333333 0,3 0,343333 0,42
Sd 0,03 0,025166115 0,02645751 0,030551 0,04

FK= (∑Yij)2 = (4,612 = 21,2521 = 1,416807


txr 5x3 15
JKT = ∑Yij2 - FK = (0,212+0,242+0,292+….+0,382) - 1,416807 = 0,085893
JKP = ∑Yi2 - FK = (0,632+0,792+092+1,032+1,262) - 1,416807= 0,7636
r 3
JKG = JKT - JKP = 0,085893- 0,7636 = 0,00832

Sk Db Jk KT Fhit 0,05
Perlakuan 4 0,07636 0,01909 22,94471 0,167662
Galat 10 0,00832 0,000832
Total 14 0,085893333

Keterangan* = Berpengaruh nyata

Uji lanjut BNJ


2 x 0,000832
SD = √ = 0,023551
3

BNJ = 2,22 x 0,023551 = 0,05

Perlakuan Rerata BNJ


K1 0,21 a
K2 0,26 ab
K3 0,3 bc
K4 0,34 cd
K5 0,42 e

27 Universitas Sriwijaya
28

b. kuat tarik

Analisis ragam

Ulangan Perlakuan Jumlah


K1 k2 k3 k4 k5
U1 25,39 26,86 32,09 36,15 42,54 163,03
U2 24,91 27,42 31,66 37,47 42,2 163,66
U3 24,63 26,56 30,11 37,91 41,89 161,1
Jumlah 74,93 80,84 93,86 111,53 126,63 487,79
Rerata 24,9766666 26,9466666 31,286666 37,1766 42,21
7 7 7 7
Sd 0,38436094 0,43650124 1,0414573 0,91593 0,32511
1 1 1 3 5

FK = (∑Yij)2 = (487,79)2 = 237.939,084 = 15.862,61


txr 5x3 15
JKT = ∑Yij2 - FK = (25,392+26,862+32,092+….+41,892) – 15.862,61 = 619,9321
JKP = ∑Yi2 - FK = (74,932+80,842+93,862+111,532+126,632) – 15.862,61
r 3
=615,197

JKG = JKT - JKP = 619,9321-615,197 = 4,023373

Sk Db Jk KT Fhit 0,05
Perlakuan 4 615,1970267 153,799257 382,2644 0,167662
Galat 10 4,023373333 0,40233733
Total 14 619,9320933

Keterangan* = Berpengaruh nyata

Uji lanjut BNJ


2 x 0,40233733
SD = √ = 0,517904
3

BNJ = 0,517904 x 2,22 = 1,15

28 Universitas Sriwijaya
29

Perlakuan Rerata BNJ


K1 24,97 a
K2 26.94 b
K3 31.28 c
K4 37.17 d
K5 42.21 e

c. daya serap air

Analisis ragam

Ulangan Perlakuan Jumlah


K1 k2 k3 k4 k5
U1 68,55 69,89 70,27 71,91 72,94 353,56
U2 69,53 69,56 70,6 71,21 71,98 352,88
U3 69,39 70,75 70,65 71,16 72,11 354,06
Jumlah 207,47 210,2 211,52 214,28 217,03 1060,5
Rerata 69,1566666 70,0666666 70,506666 71,4266 72,3433
7 7 7 7 3
Sd 0,53003144 0,61435603 0,2064784 0,41932 0,52080
6 1 1 5 1

FK= (∑Yij)2 = (1060,5)2 = 1.124.660,25 = 74.977,35


txr 5x3 15
JKT = ∑Yij2 - FK = (72,942+71,912+70,272+….+69,392) –74977,35= 20,443
JKP = ∑Yi2 - FK = (217,032+214,282+211,522+210,22+207,472) –74977,35
r 3
=18,14687
JKG = JKT- JKP = 20,443-18,14687 = 2,15

Sk Db Jk KT Fhit 0,05
Perlakuan 4 18,14686667 4,53671667 21,04411 0,167662
Galat 10 2,155813333 0,21558133
Total 14 20,443

Keterangan* = Berpengaruh nyata

Uji lanjut BNJ


2 x 0,21558133
SD = √ = 0,379185
3

BNJ = 0,379185 x 2,22 = 0,84

29 Universitas Sriwijaya
30

Perlakuan Rerata BNJ


K1 72,34 e
K2 71,42 d
K3 70,50 bc
K4 70,06 b
K5 69,15 a

d. biodegradabilitas

Analisis ragam

Perlakuan Jumlah
Ulangan
K1 k2 k3 k4 k5
U1 73,97 69,12 67,27 65,28 61,9 337,54
U2 73,51 68,92 67,6 64,86 61,01 335,9
U3 72,85 69,49 67,19 64,28 61,11 334,92
1008,3
Jumlah 220,33 207,53 202,06 194,42 184,02 6
73,4433333 69,1766666 67,353333 64,8066
Rerata 3 7 3 7 61,34
0,56296832 0,28919428 0,2173323 0,50212 0,48754
Sd 4 3 1 9 5

FK= (∑Yij)2 = (1.008,36)2 = 1.016.789,89 = 67.785,99


txr 5x3 15
JKT = ∑Yij2 - FK = (73,972+69,122+67,272+….+61,112) – 67.785,99 = 250,7794
JKP = ∑Yi2 - FK = (220,332+207,532+202,062+194,422) – 67.785,99 = 248,9241
r 3
JKG = JKT - JKP = 250,7794-248,9241 = 1,174307

Sk Db Jk KT Fhit 0,05
Perlakuan 4 248,9240933 62,2310233 529,9384 0,167662
Galat 10 1,174306667 0,11743067
Total 14 250,79936

Keterangan* = berpengaruh nyata

Uji lanjut BNJ


2 x 0,11743067
SD = √ = 0,279798
3

BNJ = 0,279798 x 2,22 = 0,62

Perlakuan Rerata BNJ

30 Universitas Sriwijaya
31

K1 72,61 e
K2 69,17 d
K3 67,35 c
K4 64,80 b
K5 61,34 a

31 Universitas Sriwijaya
34

Lampiran 2. Dokumentasi selama penelitian

Mengupas bahan Penghalusan bahan Pengendapan

Pati daluga Pati ubi kayu Penimbangan bahan

Pencampuran Pemanasan larutan Pencetakan

34 Universitas Sriwijaya
35

Lampiran 2. (Lanjutan)

Pengovenan Plastik biodegradable Plastik yang sudah


digunting menjadi 5x5 cm

Uji daya serap air Uji biodegradabilitas

35 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai