Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM FISIKA LINGKUNGAN

ANALISIS KEBISINGAN

“PASAR JATINGALEH”

Disusun Oleh:

IVANI DAYINTA A (21080117130074)


FAIZATIN NIKMAH N.I (21080117140072)
DWI NUR ‘AINI (21080117130088)
RAHMAH NUR.I (21080117140058)
ANNISA DWI S (21080117140081)
ILHAM PUTRA P (21080117130066)
FARHAN RIFQI K (21080117140082)
AKBAR GUNAWAN (21080117140079)
ANJAR DWI A (21080117140078)
ANDRANANDINI N.A (21080117140066)
RIZAL ADI W (21080117140062)
MAHAYUTAN BAYU N (21080117130078)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Kebisingan Pasar
Jatingaleh ini dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini disusun sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Fisika Lingkungan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Selanjutnya terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Eng. Agus Setyawan, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika
Lingkungan atas penjelasan materi yang diberikan.
2. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.
3. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
laporan ini.
Semoga dengan adanya laporan ini, dapat memberikan manfaat untuk
penulis dan pembaca. Meskipun begitu, penulis menyadari bahwa pada
penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga laporan ini
dapat menjadi sempurna dan bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 16 Maret 2018

Penyusun
2.4 Pernyataan Tingkat Kebisingan

2.4.1 Tingkat Kebisingan Statistik


Model yang dipergunakan untuk menyatakan distribusi kebisingan selama
interval tertentu secara lebih mendalam.
o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
o L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
o L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
o L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
o L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
o L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
2.4.2 Tingkat Kebisingan Ekivalen
Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan rerata
dalam interval waktu tertentu. Salah satu perhitungan tingkat tekanan
bunyi adalah tingkat tekanan bunyi ekuivalen dimana nilai tertentu bunyi
yang fluktuatif selama waktu tertentu setara dengan tingkat bunyi yang
steady state pada selang waktu yang sama. Tingkat tekanan bunyi rata-rata
terhadap waktu ( Leq ) dapat ditentukan melalui persamaan :
Li
1
Leq = 10 log ( Σ t i 10 10 ) dBA
T
Li
10
atau Leq = 10 log (Σ Pi 10 )

Deviasi standar dari Tingkat kebisingan ekuivalen adalah :

[∑ ]
N 1
2 2
σ= Pi L2i − ( Σ P i Li )
i =1
ti = Lamanya waktu dengan Tingkat Kebisingan Li
T = ∑ ti = t1 + t2 + t3 + ……….
Pi = ti/T = fraksi waktu
2.4.3 Tingkat Kebisingan Siang Malam
Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan
lingkungan.
 Interval Siang : 16 jam (06.00 – 22.00)
 Interval Malam : 8 jam (22.00 – 06.00

Persamaannya adalah sebagai berikut :


1
LSM = 10 log [ ¿¿
24

2.5 Pengukuran Kebisingan

2.5.1 Cara Pengukuran Tingkat Kebisingan

Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya


jika kita berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga
teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih
jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala
desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat
desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh,
jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali
lipat.

Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya.


Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara
berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan,
maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat:

 Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan)


 Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan
dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.
 Sound Level Meter (SLM)

Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran


kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan
amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM.
Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam
pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara
bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga
kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas
yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut
berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia. Octave
Band Analyzer (OBA)

Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang
berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di
SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif.
Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat
yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu
oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat
digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 –
75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 H

Analisis kebisingan Menurut Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996,

Maka pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:


2.6 Sound Level Meter

Sound Level Meter (SLM) mengukur tingkat tekanan suara dan biasanya
digunakan dalam pengukuran polusi suara untuk kuantifikasi hampir semua
kebisingan, tetapi khusus untuk perindustrian, lingkungan dan kebisingan
pesawat terbang. Namun pembacaan oleh sound level meter tidak berkorelasi
secara baik dengan kenyaringan yang dirasakan oleh manusia, sehingga
memerlukan alat untuk mengukur kenyaringan. Standar internasional untuk
kinerja sound level meter adalah IEC 61672:2003.
Sound level meter standar yang lebih tepat disebut sebagai sound level
meter perataan eksponensial seperti sinyal AC dari microphone yang
dikonversikan ke DC melalui rangkaian akar - rata-rata – kuadrat (RMS) dan
memiliki integrasi waktu konstan. Output dari rangkaian RMS linier menurut
tegangan dan melalui rangkaian logaritma yang menghasilkan pembacaan
linier dalam decibel (dB). Proses ini 20 kali 10 basis logaritma dari rasio
tekanan suara RMS yang diketahui dengan tekanan suara referensi. Tekanan
referensi telah diatur berdasarkan persetujuan Internasional menjadi 20
mikropaskal untuk suara pada medium udara. Hal ini menyatakan bahwa
decibel adalah nilai yang bukan satuan, secara sederhana menyatakan ratio
dimensional – dalam hal ini rasio dari dua tekanan.(http://wikipedia.org)
Metoda Pengukuran, Perhitungan dan Evaluasi Tingkat Kebisingan
Lingkungan

2.6.1 Metoda Pengukuran


Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:
2.6.1.1 Cara Sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diukur
tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap
pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2.6.1.2 Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5
detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara
pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada
selang waktu 06.00 - 22.00 dan aktivitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada
selang 22.00 - 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada
malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh:
 L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
 L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
 L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 - 22.00
 L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
 L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
 L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
Keterangan:
Leq = Equivalent Continous Noise Level atau Tingkat Kebisingan
Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-
ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan
dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya
adalah dB(A).
LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
Ls = Leq selama siang hari
Lm = Leq selama malam hari
Lsm = Leq selama siang dan malam hari

2.6.2 Metode Perhitungan


LS dihitung sebagai berikut:
LS = 10 log 1/16 {T1.100,1 L1 + ... + T4.100,1 L4} dB(A)
LM dihitung sebagai berikut:
LM = 10 log 1/8 {T5.100,1 L5 + ... + T7.100,1 L7} dB(A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat
kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dari rumus:
LSM = 10 log 1/24 {16.100,1 LS + 8.100,1 (LM+5)} dB(A)

2.6.3 Metode Evaluasi


Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 db(A)

Tabel Lampiran SK Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996

2.7 UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

2.7 Pengendalian Kebisingan

Anda mungkin juga menyukai