Kelompok 4
1. Sherlyna Fatasya (13320002)
2. Prabu Asshidiq (13320024)
3. Athaya Tuzzahra H (13320058)
4. Priananda Farizka A (13320082)
TF3030
LABORATORIUM FISIKA BANGUNAN
TEKNIK FISIKA ITB
1. Pendahuluan
1.1. Tujuan Praktikum
1. Mampu memahami konsep pengukuran kebisingan lingkungan
2. Mampu menerapkan konsep deskriptor kebisingan lingkungan
3. Memahami berbagai rating pengukuran kebisingan latar belakang
4. Mampu mengidentifikasi nilai rating kebisingan berdasarkan hasil pengukuran
kebisingan
Setiap gelombang suara terdiri atas banyak kandungan frekuensi. Telinga manusia
memiliki respons yang sangat luas dan berbeda-beda terhadap setiap frekuensi suara, mulai
dari 20 Hz sampai 20 kHz. Tingkat tekanan suara dan frekuensi yang berbeda-beda dapat
mempengaruhi suara yang dirasakan oleh telinga. Untuk menyamakan hasil tingkat
tekanan suara yang terukur oleh alat dengan tingkat tekanan suara yang dirasakan telinga
manusia, digunakanlah pembobotan (weighting) pada setiap frekuensi. Terdapat empat
jenis tingkat pembobotan, yaitu A, B, C, dan D, yang masing-masing berbeda tujuan
penggunaannya, bergantung pada jenis sumber suara.
Selain itu, terdapat pula deskriptor yang disebut tingkat bising kontinu ekuivalen (Leq),
yakni nilai tingkat kebisingan ekuivalen dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif)
selama selang waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan yang tetap (steady)
pada selang waktu yang sama. Leq didasarkan pada hipotesis bahwa akibat dari tingkat
bising yang bervariasi ialah sama dengan tingkat bising yang tetap, selama energi totalnya
sama. Persamaan Leq ialah sebagai berikut:
1 𝑇 𝐿𝑝
𝐿𝑒𝑞 = 10 log[ ∫ 10 ⁄10 ]
𝑇 0
dengan:
Leq : tingkat tekanan suara ekuivalen [dBA]
T : lama pengukuran [detik]
Lp : tingkat tekanan suara [dBA]
Pada kasus perhitungan dengan data yang berupa nilai cacah, persamaan (3) dapat diubah
menjadi,
𝑁
1 𝐿𝑛
𝐿𝑒𝑞 = 10 log[ ∑ 10 ⁄10 ]
𝑁
𝑛=1
dengan,
Leq : tingkat tekanan suara ekuivalen (dBA)
N : jumlah data
Ln : tingkat tekanan suara yang dicuplik (dBA)
Dengan menggunakan data L10, L50, L90, dan dengan asumsi data yang ada memiliki
distribusi normal, nilai Leq dapat diestimasi sebagai berikut:
(𝐿10 − 𝐿90)2
𝐿𝑒𝑞 = 𝐿50 +
60
Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai descriptor kesingan 𝐿10, 𝐿50, 𝑑𝑎𝑛 𝐿10
adalah dengan menggunakan pendekatan statistik dengan
a. Dengan grafik persentil kumulatif
Figure 1 Ilustrasi grafik persentil kumulatif yang menunjukkan nilai L10, L50, dan L90
Nilai 𝐿10 adalah nilai persentil data ke 90% dari persentil kumulatif, 𝐿50 adalah
nilai persentil data ke 50% dari persentil kumulatif, dan 𝐿90 adalah nilai persentil
data ke 10% dari persentil kumulatif.
Berdasarkan data tersebut, nilai 𝐿10, 𝐿50, 𝑑𝑎𝑛 𝐿10, dapat diperkirakan sebagai
berikut. 𝐿90 ialah nilai tingkat tekanan suara yang terlampaui selama lebih dari 90%
waktu paparan atau bersesuaian dengan waktu kemunculan kumulatif sebesar (100
– 90)% = 10%, , 𝐿50 tercapai pada waktu kemunculan kumulatif 50%, dan 𝐿10
tercapai pada waktu kemunculan kumulatif 90%.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 48 tahun 1996 mengatur baku mutu
kebisingan lingkungan dan prosedur pengukuran kebisingan. Nilai tersebut merupakan
nilai baku mutu kebisingan lingkungan dengan metode pengukuran tingkat tekanan suara
siang malam (LSM) dengan toleransi maksimum sebesar 3 dBA. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil pengukuran kebisingan yang diperbolehkan untuk lebih tinggi 3 dBA daripada
baku mutu yang diizinkan.
Terdapat dua metode yang direkomendasikan oleh aturan ini, yaitu dengan cara sederhana
dan cara langsung. Cara sederhana ialah dengan membaca hasil pengukuran dari Sound
Level Meter (SLM) selama 10 menit yang dibaca datanya setiap 5 detik. Cara langsung
ialah dengan menggunakan SLM yang memiliki fungsi integrasi.
Pada aturan ini juga dijelaskan metode pengukuran kebisingan 24 jam yang mengambil
data kebisingan di siang hari pada empat waktu pengukuran dan malam hari pada tiga
waktu pengukuran. Pengukuran pada malam hari diberikan penalti sebesar 5 dB karena
kebergangguan pada bising yang berbeda pada siang dan malam hari.
Secara mendetail, pengukuran kebisingan lingkungan selama 24 jam dilakukan pada tujuh
periode yang mewakili data pengukuran siang hari (06.00-22.00) dan malam hari (22.00-
06.00). Tingkat bising siang hari (LS ) dan tingkat bising malam hari (LM) dapat dihitung
dengan persamaan berikut,
1 𝐿1 𝐿2 𝐿3 𝐿4
𝐿𝑠 = 10𝑙𝑜𝑔 (𝑇1 1010 + 𝑇2 1010 + 𝑇3 1010 + 𝑇4 1010 )
16
1 𝐿5 𝐿6 𝐿7
𝐿𝑚 = 10𝑙𝑜𝑔 (𝑇5 1010 + 𝑇6 1010 + 𝑇7 1010 )
8
Dari kedua persamaan tersebut kemudian dapat dihitung nilai tingkat bising siang-malam
(LSM). Perhatikan bahwa terdapat pinalti 5 dB pada hasil pengukuran tingkat bising malam
hari (LM).
1 𝐿𝑠 𝐿𝑚+5
𝐿𝑠𝑚 = 10𝑙𝑜𝑔 (16 1010 + 18 10 10 )
24
Penalti tersebut diberikan karena manusia lebih mudah terganggu di malam hari
dibandingkan dengan siang hari. Hal itu terkait aktivitas manusia di malam hari untuk
beristirahat sehingga membutuhkan kondisi yang lebih tenang.
Bising latar belakang diukur dengan parameter tingkat tekanan suara ekuivalen (Leq)
karena kondisi kebisingan yang cenderung berubah-ubah. Data pada umumnya diambil
pada beberapa frekuensi untuk kemudian direpresentasikan dengan nilai tunggal. Secara
umum pada kondisi kebisingan yang relatif konstan, pengukuran dapat dilakukan selama
20 detik. Pada kondisi yang berfluktuasi (misalnya kondisi ruangan di sebelah jalan raya)
pengukuran dapat dilakukan lebih lama antara 1-3 menit.
Nilai kebisingan dengan pembobotan A (dBA) merupakan salah satu cara paling sederhana
dalam menggambarkan bising latar belakang. Parameter ini dapat diukur secara langsung
dan sudah menjadi acuan dalam pengukuran kebisingan secara umum. SNI 6386
mengadopsi parameter ini sebagai acuan nilai baku mutu untuk berbagai jenis ruangan.
Rating kebisingan dikembangkan dengan asumsi bahwa suara percakapan atau suara lain
(misalnya musik) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat beberapa rating yang
dikembangkan seperti Noise Criteria (NC), Noise Rating (NR), Prefered Noise Criteria
(PNC), Room Criteria (RC), dan masih ada rating-rating lagi yang terus berkembang.
Rating-rating tersebut mencoba mengevaluasi kondisi kebisingan pada range frekuensi
yang berbeda. Kesamaan dari semua rating tersebut ialah adanya kompensasi kebisingan
yang lebih besar pada frekuensi rendah dibandingkan dengan frekuensi tinggi. Pada buku
ini, akan dibahas beberapa jenis rating yang populer digunakan.
Secara umum rating ini diperoleh dari pengukuran bising latar belakang pada berbagai
frekuensi untuk kemudian diplot pada kurva standar dengan nilai yang berbeda-beda.
Setelah itu ditentukan nilai tunggal berdasarkan nilai kurva yang paling representatif
terhadap data kebisingan.
Noise Criteria (NC) adalah rating kebisingan yang dikembangkan pada akhir 1950-an
sebagai metode untuk mengevaluasi kondisi kebisingan akibat sistem AC. Rating ini ialah
salah satu rating yang paling populer digunakan sampai saat ini. Terdapat beberapa
pengembangan dari kurva NC, tetapi versi lama ini masih populer digunakan. Pada
pengukuran NC, data pengukuran diambil pada frekuensi 63 Hz-8000 Hz dalam satu oktaf.
Figure 4 Kurva NC
Noise Rating (NR) ialah rating yang dikembangkan berdasarkan ISO 1996. Rating ini biasa
digunakan di Eropa dan juga diadopsi dalam SNI 6386 untuk ruangan besar. Pada
pengukuran NR, data pengukuran diambil pada frekuensi 31,5 Hz-8000 Hz dalam 1 oktaf.
Figure 5 Kurva NR
Preferred Noise Criteria (PNC) adalah rating untuk merepresentasikan kebisingan dalam
ruangan yang dikembangkan oleh Leo Beranek. PNC dikembangkan sebagai modifikasi
dari NC karena ada kondisi bising frekuensi rendah yang dipersepsi negatif oleh manusia.
Pada PNC, toleransi terhadap frekuensi rendah lebih berat dibandingkan dengan NC. Pada
pengukuran PNC, data pengukuran diambil pada 31,5 Hz-8000 Hz dalam 1 oktaf.
Figure 6 Kurva PNC
Room Criterion (RC) adalah rating yang dikembangkan untuk dapat mengevaluasi kondisi
kebisingan di frekuensi yang lebih rendah dari NC. Rating ini dikembangkan sekitar 1980-
an oleh ASHRAE. Pada rating RC, pengukuran dilakukan pada frekuensi 16 Hz dan 31,5
Hz yang membedakan dengan NC. Pada RC juga terdapat evaluasi terhadap kemungkinan
terjadi vibrasi pada area A dan area B.
Figure 7 Kurva RC
Apabila saat pengukuran terdapat nilai kebisingan yang masuk area A, kemungkinan besar
bising yang dihasilkan dari getaran pada dinding ringan dan struktur langit-langit akan
dapat dirasakan. Kemungkinan terjadinya getaran pada dudukan lampu, pintu, dan jendela
juga harus diantisipasi. Apabila kebisingan tersebut muncul pada area B, kemungkinannya
sedang akan muncul bising akibat getaran pada dudukan lampu, pintu, dan jendela.
2. Prosedur Percobaan
2.1. Langkah Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 tipe Sound Level Meter (SLM) dengan SLM pertama
sebagai sumber data pengukuran dan SLM kedua sebagai pembanding hasil SLM pertama.
Sebelum digunakan, SLM terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan digital SLM calibrator. Proses
kalibrasi dilakukan sebagai berikut
Dengan adanya tabel waktu kemunculan sesuai kelompok dBA tersebut, dapat
diperoleh histogram agar memperjelas tabel tersebut.
Histogram
50%
Persentasi Waktu Kemunculan
40%
30%
20%
10%
0%
50-55 55-60
60-65 65-70
70-75 75-80 80-85 85-90
dBA
Kemudian akan dicari deskriptor kebisingan berupa L10, L50, dan L90. Terdapat 3
cara untuk mendapatkan nilai tersebut. Cara yang pertama ialah menggunakan
persamaan yang ditunjukan pada modul yaitu persamaan 6-8. Berikut adalah
persamaan-persamaannya:
10% − 𝑥
𝐿90 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
50% − 𝑥
𝐿50 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
90% − 𝑥
𝐿10 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
Dimana:
Cara kedua adalah dengan menggambar grafik persentil kumulatif terlebih dahulu,
kemudian dari grafik itu akan ditaksir nilai-nilai dari L10, L50, dan L90. Grafik ini
mengambil data waktu kemunculan kumulatif dari tabel waktu kemunculan sesuai
kelompok dBA.
Grafik diatas adalah persentase waktu kemunculan kumulatif. Akan ditarik garis
dari persentase 10% untuk L90, persentase 50% untuk L50, dan persentase 90%
untuk L10. Sehingga dapat ditaksir menjadi:
Perhitungan dengan Grafik
L90 54,9 dBA
L50 62,3 dBA
L10 68,7 dBA
Kemudian cara terakhir dari pencarian nilai deskriptor kebisingan adalah dengan
menggunakan fungsi persentil pada excel dengan cara:
Rumus persentil excel
L90 =PERCENTILE.INC(F4:F123;0,1)
L50 =PERCENTILE.INC(F4:F123;0,5)
L10 =PERCENTILE.INC(F4:F123;0,9)
Lalu akan dibandingkan error dari perhitungan sesuai persamaan 6-8 modul dengan
grafik dan excel.
Error
Rumus dengan Rumus dengan
Excel Grafik
L90 2,321% L90 4,303%
L50 0,172% L50 1,749%
L10 0,647% L10 4,417%
Untuk mencari standarisasi hasil perhitungan dengan baku mutu kebisingan perlu
dicari tingkat tekanan suara ekuivalen. Akan dicari tingkat tekanan suara ekuivalen
(Leq) tersebut dengan persamaan
𝑁
1 𝐿𝑛
𝐿𝑒𝑞 = 10 log[ ∑ 10 ⁄10 ]
𝑁
𝑛=1
Terdapat pengukuran dengan alat lain yaitu LSM yang memiliki harga yang
berbeda sebagai referensi pengolahan data ini.
Data LSM
Leq 70,1 dBA
L90 61,1 dBA
L50 65,8 dBA
L10 71 dBA
Terlihar dari data tersebut Leq logaritmik memiliki nilai yang paling dekat, hal ini
dapat terjadi karena pada LSM terpakai persamaan yang sama dengan Leq
logaritmik. Namun saat tingkat tekanan suara lainnya, perhitungan dengan excel
lebih mendekati dari pada perhitungan dengan persamaan 6-8 karena perhitungan
dengan excel menghitung data secara detail, sedangkan perhitungan dengan
persamaan 6-8 menghitung data secara berkelompok.
Sedangkan Leq grafik memiliki nilai yang terjauh. Tidak hanya Leq, semua tingkat
tekanan suara grafik memiliki nilai yang paling tidak sesuai karena cara dari
penentuan nilai tersebut hanya perkira-kiraan sehingga hasilnya tidak menentu.
Sekarang akan dibandingkan data Leq dengan baku mutu kebisingan KepMenLH48
dan SNI.
KepMenLH48
Ruang Terbuka
Hijau 55 dBA Error terhadap KepMenLH48
Leq logaritmik 70,824 dBA 28,772%
Leq LSM 70,1 dBA 27,455%
Tabel tersebut membuktikan bahwa kebisingan yang terjadi di ruang terbuka hijau
masih belum memenuhi standar. Hal ini disebabkan pengambilan data kebisingan
yang mendekati banyak kendaraan berlalu-lalang. Tempat pengambilan data
tersebut juga tidak dapat dibilang ruang terbuka karena lebih tepat disebut di
sebelah jalan. Jika ingin mengambil data ruang terbuka hijau, maka titik
pengambilan data perlu berada di tengah-tengah ruang tersebut.
Diatas merupakan baku mutu kebisingan menurut SNI. Pengambilan pada
perpustakaan ini disebabkan terdapat perpustakaan yang berada dekat titik
pengambilan data.
SNI
Perpustakaan 50 dBA Error terhadap SNI
Leq logaritmik 70,777 dBA 41,555%
Leq LSM 70,1 dBA 40,200%
Tabel tersebut menunjukan bahwa kebisingan diantara 70 dBA tidak cocok jika
berada pada perpustakaan. Error tersebut sangatlah besar dan memerlukan tindakan
agar mereduksi kebisingan tersebut.
Dengan adanya tabel waktu kemunculan sesuai kelompok dBA tersebut, dapat
diperoleh histogram agar memperjelas tabel tersebut.
Histogram
50%
Waktu Kemunculan
40%
30%
20%
10%
0%
44 - 5050 - 55
55 - 60 60 - 65
65 - 70 70 - 75
75 - 80 80 - 85
dBA
Kemudian akan dicari deskriptor kebisingan berupa L10, L50, dan L90. Terdapat 3
cara untuk mendapatkan nilai tersebut. Cara yang pertama ialah menggunakan
persamaan yang ditunjukan pada modul yaitu persamaan 6-8. Berikut adalah
persamaan-persamaannya:
10% − 𝑥
𝐿90 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
50% − 𝑥
𝐿50 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
90% − 𝑥
𝐿10 = 𝐿𝑝 (5 𝑑𝐵𝐴)
𝑦−𝑥
Dimana:
Cara kedua adalah dengan menggambar grafik persentil kumulatif terlebih dahulu,
kemudian dari grafik itu akan ditaksir nilai-nilai dari L10, L50, dan L90. Grafik ini
mengambil data waktu kemunculan kumulatif dari tabel waktu kemunculan sesuai
kelompok dBA.
Grafik diatas adalah persentase waktu kemunculan kumulatif. Akan ditarik garis
dari persentase 10% untuk L90, persentase 50% untuk L50, dan persentase 90%
untuk L10. Sehingga dapat ditaksir menjadi:
Perhitungan dengan Grafik
L90 54,9 dBA
L50 62,3 dBA
L10 68,7 dBA
Kemudian cara terakhir dari pencarian nilai deskriptor kebisingan adalah dengan
menggunakan fungsi persentil pada excel dengan cara:
Rumus persentil excel
L90 =PERCENTILE.INC(H3:H122;0,1)
L50 =PERCENTILE.INC(H3:H122;0,5)
L10 =PERCENTILE.INC(H3:H122;0,9)
Untuk mencari standarisasi hasil perhitungan dengan baku mutu kebisingan perlu
dicari tingkat tekanan suara ekuivalen. Akan dicari tingkat tekanan suara ekuivalen
(Leq) tersebut dengan persamaan
𝑁
1 𝐿𝑛
𝐿𝑒𝑞 = 10 log[ ∑ 10 ⁄10 ]
𝑁
𝑛=1
Terdapat pengukuran dengan alat lain yaitu LSM yang memiliki harga yang
berbeda sebagai referensi pengolahan data ini.
Data LSM
Leq 56,3 dBA
L90 47,5 dBA
L50 50,8 dBA
L10 58,1 dBA
Terlihar dari data tersebut Leq logaritmik memiliki nilai yang paling jauh dibanding
yang lain, sedangkan Leq excel memiliki nilai paling dekat hal ini dapat terjadi
karena mungkin terdapat kesalah pada perhitungan menggunakan rumus logaritmik
dibanding dengan excel, dan juga ada kemungkinan bahwa LSM yang berbeda
harganya tersebut menggunakan rumus yang sama dengan excel. untuk tingkat
tekanan suara lainnya, perhitungan dengan persamaan 6-8 menghitung data secara
berkelompok.
Sedangkan Leq grafik memiliki nilai yang cukup dekat. Namun hal ini kurang dapat
dibilang akurat karena data tersebut diambil menggunakan perkiraan.
Sekarang akan dibandingkan data Leq dengan baku mutu kebisingan KepMenLH48
dan SNI.
Tabel tersebut membuktikan bahwa kebisingan yang terjadi di Lobi dan Koridor
masih belum memenuhi standar. Hal ini dapat disebabkan karena tempat
pengambilan data berada dillar oktagon dan berada di ruang terbuka, walaupun
memang tempat tersebut merupakan jalur untuk melalui oktagon. Tempat
pengambilan data tersebut juga tidak dapat dibilang Lobi dan Koridor karena
berada di ruang terbuka.
Kemudian setelah didapat nilai Leq dari setiap waktu pengambilan, dihitung nilai Ls, Lm,
dan Lsm. Tingkat bising siang hari (LS ) dan tingkat bising malam hari (LM) dapat dihitung
dengan persamaan berikut,
1 𝐿1 𝐿2 𝐿3 𝐿4
𝐿𝑠 = 10𝑙𝑜𝑔 (𝑇1 1010 + 𝑇2 1010 + 𝑇3 1010 + 𝑇4 1010 )
16
1 𝐿5 𝐿6 𝐿7
𝐿𝑚 = 10𝑙𝑜𝑔 (𝑇5 1010 + 𝑇6 1010 + 𝑇7 1010 )
8
Dari kedua persamaan tersebut kemudian dapat dihitung nilai tingkat bising siang-malam
(LSM). Perhatikan bahwa terdapat pinalti 5 dB pada hasil pengukuran tingkat bising malam
hari (LM).
1 𝐿𝑠 𝐿𝑚+5
𝐿𝑠𝑚 = 10𝑙𝑜𝑔 (16 1010 + 18 10 10 )
24
Penalti tersebut diberikan karena manusia lebih mudah terganggu di malam hari
dibandingkan dengan siang hari. Hal itu terkait aktivitas manusia di malam hari untuk
beristirahat sehingga membutuhkan kondisi yang lebih tenang.
Secara mendetail, pengukuran kebisingan lingkungan selama 24 jam dilakukan pada tujuh
periode yang mewakili data pengukuran siang hari (06.00-22.00) dan malam hari (22.00-
06.00). Ketujuh periode tersebut adalah:
L1 diambil pada pukul 07.00 mewakili pukul 06.00 – 09.00 (siang) (T1 = 3 jam)
L2 diambil pada pukul 10.00 mewakili pukul 09.00 – 14.00 (siang) (T2 = 5 jam)
L3 diambil pada pukul 15.00 mewakili pukul 14.00 – 17.00 (siang) (T3 = 3 jam)
L4 diambil pada pukul 20.00 mewakili pukul 17.00 – 22.00 (siang) (T4 = 5 jam)
L5 diambil pada pukul 23.00 mewakili pukul 22.00 – 24.00 (malam) (T5 = 2 jam)
L6 diambil pada pukul 01.00 mewakili pukul 24.00 – 03.00 (malam) (T6 = 3 jam)
L7 diambil pada pukul 04.00 mewakili pukul 03.00 – 06.00 (malam) (T7 = 3 jam)
dBA
Ls 72,48557
Lm 72,63578
Lsm 74,9354
Nilai Lsm tersebut kemudian dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan sesuai standar
KepMen LH. Digunakan standar tersebut karena perhitungan yang dilakukan (Lsm) sudah
sesuai dengan ketentuan dari KepMen LH dan pengukuran dilakukan di luar ruangan
(standar lingkungan).
Dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan untuk kawasan perumaham dan pemukiman berada
dalam rentang 55-58 dBA. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan yang didapatkan
sebelumnya, yaitu 74.9354 dBA, nilai perhitungan sangat jauh daripada nilai rentang
tingkat kebisingan untuk kawasan perumahan dan pemukiman yang berarti Kawasan
tersebut tidak nyaman dijadikan sebagai kawasan perumahan dan pemukiman. Namun nilai
Lsm ini juga dapat terpengaruh oleh beberapa hal seperti angin, suara jalanan, dan lain
sebagainya yang menyebabkan nilai kebisingannya cukup tinggi. Pengukuran ini dilakukan
di luar ruangan sedangkan penghuni rumah berada didalam ruangan yang berarti terdapat
dinding yang bisa menghalangi atau mereduksi suara yang masuk dari luar.
3.3. Percobaan untuk Mengetahui Tingkat Bising Latar Belakang
Beradasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut
f(Hz) 31.5 62.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000
PNC 43.7 45.6 47.7 44.1 42.2 34.3 30.7 27.3 22
f(Hz) 31.5 62.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000
NR 43.7 45.6 47.7 44.1 42.2 34.3 30.7 27.3 22
45 30 40
20 35 40
25 40 40
40 35
30 35
20 35 35
35 25 30
30 30
30 20 25 30
25
25 20 25 25
20
20 20 20
15
10
5
0
62.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000
Hz
Figure 10 Kurva NC
Berdasarkan grafik di atas dengan range frekuensi diantara 62.5-8000 Hz terlihat bahwa titik
maksimum berada di antara nilai 35-40 dB. Berdasarkan titik tersebut dapat diketahui bahwa
nilai NR berada diantara 35-40 dB. Dan dengan menggunakan web diperoleh nilai NR sebesar
37 dB.
Preffered Noise Criteria
90
85
65
80 60 65
55 60 65
75
50 55 60 65
70 45 50 55 60 65
40 45 60 65
65 35
30 50 55 65
25
20 40 55 60
45 50 65 65
60 60
35 40 45 50 55
30 60 60
55 55
25 35 40 45 50
55 55
50 20 30 50
35 40 45
25 50 50
dB
45 30 45
20 35 40
25 45 45
40
30 35 40
20 40 40
35 25 30 35
35 35
30 20 25 30
30 30
25
20 25
25 25
20
20
20 20
15
10
5
0
31.5 62.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000
Hz
Berdasarkan grafik di atas dengan range frekuensi diantara 31.5-8000 Hz diperoleh nilai PNC
sebesar 35-40 dB.
Room Criteria
90
85 50
80 45 50
75 40 45 50
70 35 40 45 50
65 30 35 40 45 50
60 25 30 35 40 45 50
55 25 30 35 40 45 50
50 25 30 35 40 45 50
dB
45 25 30 35 40 45 50
40 25 30 35 40 45
35 25 30 35 40
30 25 30 35
25 25 30
20 25
15
10
5
0
16 31.5 62.5 125 250 500 1000 2000 4000
Hz
Figure 12 Kurva RC
Berdasarkan grafik di atas dengan range frekuensi diantara 16-4000 Hz diperoleh nilai RC
sebesar 30-35 dB.
Noise Rating
150 130
145 130
120 130
140 130
135 110 120 130 130
120 130 130 130
130 100 120
110 120 120
125 110 120
90 100 120 120
120 110
80 110 110
115 100 110
90 100 110 110
110 70
90 100 100
105 80 100
100 60 90 100 100
70 80 90
95 50 90 90
90 80 90 90
40 60 70 80
85 80 80
30 50 70 80
80 60 70 80
70
dB
75 20 60 70
40 50 70
70 60 70
10 60
65 30 50
40 60 60
60 50 60
55 20 40 50
30 50
50 10 40 50 50
45 20 30 40
40 40
40 30 40
35 10 20 30
30 30
30 20 30
25 10 20
10 20
20 20 20
15 10
10
10 10 10
5
0
31.5 62.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000
Hz
Figure 13 Kurva NR
Berdasarkan grafik di atas dengan range frekuensi diantara 31.5-8000 Hz diperoleh nilai NR
sebesar 30-40 dB.
4. Kesimpulan
• Dari percobaan ini, telah dipelajari konsep pengukuran kebisingan lingkungan yang sangat
memengaruhi kenyamanan sekitar, khususnya pada ruang-ruang pembelajaran. Banyak
orang yang masih tidak begitu paham tentang pentingnya kebisingan yang dapat
memberikan dampak seperti mengganggu fokus mahasiswa saat adanya kebisingan
eksternal pada ruang kelas
• Deskriptor kebisingan lingkungan meliputi banyak nilai kebisingan. Setiap deskriptor
tersebut dapat diolah menjadi sebuah standarisasi untuk membandingkan apakah nilai
kebisingan tersebut sudah cukup baik untuk berada di sekitar daerah atau ruangan tersebut.
• Rating pegukuran terdiri dari 4 macam rating yaitu Noice Criteria, Preferred Noice Criteria,
Room Criteria, dan Noice Rating. Masing-masing rating memiliki range frekuensi
pengukuran tersendiri dengan dan kegunaan representasi data yang berbeda-beda.
• Nilai rating dapat diperoleh dari grafik hasil pengukuran bising latar belakang dengan
memilih titik maksimum yang representatif terhadap data kebisingan. Pada percobaan ini
diperoleh range nilai NC diantara 35-40 dB, PNC 35-40 dB, RC 30-35 dB, dan NR 30-40
dB.
5. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. SNSU PK.A-01:2020 Panduan Kalibrasi Sound Level Meter
Metode Coupler, 2020.
Beranek, L.L. Noise and Vibration Control. Institute of Noise Control Engineering,
Washington D.C., 1988.
Reynolds, D. Engineering Principles of Acoustics: Noise and Vibration Control. Allyn and
Bacon, Pennsylvania, 1981.
Raichel, Daniel R. The Science and Application of Acoustics, Springer, New York 2006
6. Lampiran
Rating untuk Background Noise.xlsx
Data_Ldn