60 dB. So in this condition required treatment can lower noise levels, one of them by making the green
line or tree planting
Keyword: noise, KEP-48/MENLH/11/1996, Permenkes No. 718, 1987 and Sound Level Meters
PENDAHULUAN
Suara adalah bunyi yang dihasilkan dari makhluk hidup, transportasi, aktivitas
manusia dan banyak lagi. Jenis suara dapat menghadirkan ketenangan bagi
pendengarnya. Namun, ada juga yang akan terdengar menjadi suatu kebisingan akibat
intensitas suara yang terlalu tinggi. Polusi tidak hanya terjadi pada udara, tanah,
maupun air, tetapi juga termasuk polusi suara yang berupa kebisingan. Kebisingan
bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara keras yang tidak
menyenangkan. Sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan manusiaseperti
penggunaan alat transportasi, aktivitas lalu lintas kendaraan bermotor, peralatan
listrik, musik keras, peralatan konstruksi, kereta api bahkan peralatan rumah tangga
yang digunakan dan aktivitas industri.
Korban dari polusi suara adalah orang yang tinggal di kota metropolitan atau kotakota besar dan mereka yang bekerja di pabrik. Oleh karena itu, kebisingan memiliki
pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia. Kebisingan dapat memberikan dampak
berbahaya yaitu dapat menyebabkan tuli, gangguan saraf, gangguan mental, masalah
jantung, tekanan darah tinggi, pusing dan bahkan insomnia.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari kebisingan inilah yang menjadi tujuan
diperlukan adanya pengukuran tingkat kebisingan di tempat-tempat yang diduga
sebagai sumber kebisingan. Penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kebisingan lingkungan dan membandingkannya dengan baku mutu tingkat kebisingan
yang dilakukan di sekitar Gedung Graha Widya Wisuda(GWW). Menurut KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, terdapat dua metode cara
pengukuran tingkat kebisingan yaitu cara sederhana dan langsung. Pengukuran kali
ini dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) dengan cara
sederhana. Kemudian, data yang diperoleh dari lapangan diharapkandapat digunakan
untuk mengontroldan melakukan penanganan terhadap kondisi kebisingan yang ada
di daerah tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian kali ini yaitu penentuan tingkat kebisingan lingkungan yang dilakukan
dengan metode sederhana, yaitu menggunakan alat berupa Sound Level Meter (SLM),
dan stopwatch. Pengambilan sampel dilakukan di sekitar gedung Graha Widya
Wisuda.Sebelum dilakukan pengambilan sampel, langkah pertama yang dilakukan
adalah pembagian tugas dalam kelompok, yaitu pemegang SLM, pemegang
stopwatch, pemberi peringatan dengan cara menepuk bahu pemegang SLM, pencatat
data tingkat kebisingan setiap 5 detik dalam waktu 10 menit, dan pengatur kondisi
lokasi pengujian. Pembagian tugas ini harus dilakukan agar pengambilan sampel
berlangsung secara efektif. Semua orang yang terlibat dalam pengukuran tidak
diperbolehkan mengeluarkan suara agar SLM hanya mengukur tingkat kebisingan di
lokasi pengambilan sampel.
1
[ ( 100.1 L +100.1 L ++ 100.1 L ) 5 ] dB ( A ) . . . .(1)
60
1
12
Rumus ini digunakan pada setiap menit hingga diperoleh data Leq 1 menit sampai
10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit diperoleh, maka dilanjutkan
dengan perhitungan Leq 10 menit dengan rumus:
Leq ( 10 menit ) =10 log
1
[ ( 10 0.1 L +10 0.1 L ++ 100.1 L ) 1 ] dB(A) .......(2)
10
I
II
Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh, kemudian dimasukkan pada tabel. Data
dimasukkan pada kolom jam pengukuran antara jam 11.00 sampai 17.00, yaitu tepat
pada pukul 13.50. Jika data tabel tersebut telah lengkap sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MenLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan, maka akan diperoleh nilai rata-rata dari hasil pengukuran Leq selama 24
jam. Untuk Leq siang hari (Ls) pengukuran dilakukan dari jam 06.00-22.00,
sedangkan pengukuran Leq malam hari (Lm) dilakukan dari jam 22.00-06.00. Hasil
dari pengukuran tersebut ditambah dengan faktor pembobotan, yaitu 5 dB(A). Untuk
Leq siangdan malam hari dapat dihitung dengan rumus :
LS =10 log
1
T a 100.1 L ++ T d 10 0.1 L ) dB(A) .............................(3)
(
16
LM = 10 log
1
( T 10 0.1 L + T f 100.1 L + Tg 100.1 L ) dB(A) .....................(4)
8 e
e
Hasil pengukuran pada siang dan malam hari kemudian digabungkan untuk
mendapatkan tingkat kebisingan dalam satu hari dengan satuan desibel. Berikut
adalah rumus yang digunakan:
LSM =10 log
1
( 16100.1 L + 8100.1 (L
24
S
Keterangan:
Leq
= Kebisingan ekivalen [dB(A)]
+5)
) dB(A) ........................(5)
L1, , L12
LI, , LX
La, , Ld
LS
Ta, , Td
LM
Te, , Tg
Le, , Lg
LSM
Kebisingan berasal dari sumber suara, baik dari mesin pabrik, suara kendaraan
bermotor, suara dari mesin pesawat terbang, dll (Pratomo, 2010). Pengukuran tingkat
kebisingan ini memanfaatkan jalan raya sebagai sumbernya. Berikut ini hasil
pengukuran yang dilakukan selama 10 menit:
Tabel 1. Hasil pengukuran dan perhitungan kebisingan di pintu depan Gedung Graha Widya Wisuda
dengan rentang 1 menit dan 10 menit
Menit
ke-
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Leq 1
menit
1
87.4 88.3
88
89
89.6 88.9 89.4 89.1 90.1
90
89.6 90.6
90.5
2
88.9
89
89
89
88.9 88.9
89
89
88.9
89
89
89.6
89
3
89.3 88.9
89
96.7 91.4 91.5 91.5 91.8 91.5 91.4 92.1 91.6
91.9
4
91.6 91.7 91.7 91.4 91.5 91.4 91.6 91.4 91.5 91.4 90.5 91.5
91.4
5
91.5 91.4 91.4 91.5 91.6 91.5 91.5 91.7 91.4 91.4 91.5 91.4
91.5
6
91.3 91.7 91.7 91.5 91.6 91.6 91.6 91.4 91.4 91.4 91.4 91.3
91.5
7
91.4 91.5 91.6 91.4 91.5 91.4 91.4 91.6 91.5 90.8 91.4 91.4
91.4
8
91.3 91.3 91.5 91.6 91.3 91.7 91.6 90.2 90.7 91.2 91.7 91.3
91.3
Tabel 1. Hasil pengukuran dan perhitungan kebisingan di pintu depan Gedung Graha Widya Wisuda
dengan rentang 1 menit dan 10 menit
Menit
ke-
91.
2
91.
10
3
Leq 10 menit
9
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Leq 1
menit
91.6
91.3
91.6
91.3
91.3
91.2
91.2
91.3
91.4
91.5
90.6
91.3
91.3
91.2
91.1
91.1
91.2
91.4
91.3
91.4
91.4
91.3
91.2
91.3
91.3
1
60
[(
)]
10
11
12
[(
0.1 (87.4)
0.1 ( 88.3 )
0.1 (88)
0.1 (89)
10
+ 10
+10
+10
+ 10
1
0.1 (88.4)
0.1 (89.6)
0.1 (89.1)
0.1 (90.1)
=10 log
+
10
+
10
+10
+10
60
0.1 (90)
0.1 (89.6)
0.1 (89.6)
+ 10
+ 10
+ 10
0.1 (89.6)
)]
5 dB(A)
= 90.5 dB(A)
[(
1
( 10 0.1 L +10 0.1 L ++100.1 L ) 1 ] dB(A) .
[
10
I
0.1 ( 90.5)
II
0.1 ( 89 )
0.1 (91.9)
0.1 (91.4)
10
+ 10
+10
+10
+10
1
0.1 (91.5)
0.1 (91.4)
0.1 (91.3)
0.1 (91.3)
=10 log
+10
+10
60 + 100.1 (91.3) + 10
+ 10
0.1 (91.5)
)]
5 dB(A)
= 91.3 dB(A) .
Setelah perhitungan diatas maka dapat diperoleh hasil pengukuran tingkat kebisingan
siang hari dan malam hari dengan perhitungan sebagai berikut:
Perhitungan untuk siang hari dengan rentang waktu pukul 06.00-22.00.
1
LS =10 log ( T a 100.1 L ++ T d 10 0.1 L ) dB(A)
16
a
=10 log
1
( 3 100.1 (90.1) +2 10 0.1 (89) +6 100.1 (91.3) + 5100.1 (89.8) ) dB(A)
16
=90.0 dB(A)
1
= 10 log ( 2 100.1 (75.1) + 3 10 0.1 (70.3) +3 100.1 (71.9) ) dB(A)
8
= 72.5
dB(A)
Perhitungan yang terakhir yaitu menentukan keisingan lingkungan secara total (24
jam).
1
( 16100.1 L + 8100.1 (L
24
S
+5)
) dB(A)
1
( 16100.1 (90.0) + 8100.1 (72.5+5) ) dB(A)
24
= 90.5 dB(A)
Hasil perhitungan tingkat kebisingan 24 jam yang diperoleh adalah 90.5 dB. Nilai
ini melebihi baku mutu untuk kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk
wilayah pemerintah dan fasilitas umum yang sebesar 60 dB.Data yang diperoleh
tersebut memang didukung oleh fakta yang ditemukan di lapangan, seperti yang telah
dijelaskan bahwa lokasi merupakan daerah padat lalu lintas, terkadang mobil
mendadak membunyikan klakson secara sembarangan. Selain itu, lokas itu
merupakan salah satu terminal bayangan bagi angkot, sehingga menjadi ramai dengan
penumpang yang naik-turun angkot. Oleh Karen itu daerah tersebut sangat perlu
untuk diperhatikan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi. Sedangkan
jikan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang
kebisingan, lokasi pengukuran ini seharusnya masuk zona C, antara lain perkantoran,
pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 60 dB.
Pengurangan intensitas kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan
memodifikasi mesin atau menempatkan peredam pada sumber getaran. Tetapi
alternatif ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga biaya sangat tinggi.
Sebaliknya pengurangan kebisingan pada media transmisi menghabiskan biaya lebih
murah dengan teknologi lebih sederhana asalkan perencanaannya matang. Bahan
yang dapat menyerap suara, semisal busa atau ijuk, dapat ditaruh di antara mesin dan
manusia.
Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, penanggulangannya bisa dengan
membuat jalur hijau dan penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi
suara bising, walau sejauh ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya penurunan
kebisingan oleh sebuah pohon. Pengendalian kebisingan bisa juga dilakukan dengan
memproteksi telinga. Ada tutup telinga, ada juga sumbat telinga. Yang pertama
biasanya lebih efektif daripada yang kedua. Kalau tutup telinga bisa menurunkan
kebisingan antara 25 40 dB, kemampuan sumbat telinga lebih kecil, tergantung
bahannya. Sumbat karet dapat menurunkan kebisingan 18 25 dB. Apalagi bahan
cotton wool yang hanya menurunkan 8 dB. Maka pekerja call centre sebenarnya
memerlukan alat pelindung khusus yang disebut micropgones. Akan tetapi alat ini
harganya masih cukup tinggi.
KESIMPULAN
Hasil pengukuran tingkat kebisingan di sekitar pintu depan Gedung Graha Widya
Wisuda paling tinggi terjadi pada detik ke 20 dengan menit ke 3 yaitu sebesar 96.7
dB. Sedangkan hasil perhitungan untuk tingkat kebisingan 24 jam yaitu sebesar 90.5.
Nilai ini dapat disimpulkan sudah melebihi baku mutu untuk kebisingan berdasarkan
KEPMENLH No. 48 Tahun 1996 untuk wilayah pemerintah dan fasilitas umum yang
sebesar 60 dB.Seharusnya lokasi tersebut termasuk C berdasarkan PERMENKES No.
718 Tahun 1987, dengan tingkat kebisingan 50-60 dB, sehingga diperlukan antisipasi
untuk menurunkan tingkat kebisingan di daerah tersebut. Salah satu kegiatan dari
antisipasi ini dapat dilakukan dengan membuat jalur hijau atau penanaman pohon.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaningprojo A, 1995. Peranan Akustik dalam Peningkatan Kualitas Lingkunga
Hidup dan Produktivitas Kerja, Proceeding Experimental and Theoritical
mechanics. Bandung : ITB.
Bhinnety E., M. Sugiyanto, dan Pudjono M. 1994. Pengaruh Intensitas Kebisingan
terhadap Memori Jangka Pendek. Jurnal Psikologi, XXI, 1, Juni h. 28-38.
Ikron, Djaja, I. M., Wulandari, R. A. 2007.Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Jalan
Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara
Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta.Makara
Kesehatan:Vol. 11 (1), 32-37.
Pratomo, Suko.2010. Sumber Daya Alam dan Pencemaran/Polusi.
Sasongko, D.P., Hadiyarto A. 2000. Kebisingan Lingkungan. Univ. Diponegoro :
Semarang.