Anda di halaman 1dari 40

M E T ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN

PADA KAWASAN
ODO PERBELANJAAN (MALL)
LOGI DI KOTAMAKASSAR DAN
DAMPAKNYA TERHADAP
R I S E LINGKUNGAN
TARS Penelitian ;

ITEK
KUANTITATIF
Dosen ;
Dr. Ir. St. Rachmat Budihardjo, MT.
TUR S. Felasari, ST., M.Sc., Ph.D.
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR Mahasiswa ;
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Alexianus Thomas M. Uak
185402814
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, memetakan sebaran tingkat
kebisingan dan mengetahui persepsi pengunjung terhadap tingkat kebisingan di Mall dimana Mall
yang menjadi lokasi penelitian adalah Mall Panakkukang.

METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA


Jumlah titik pengamatan sebanyak 45 titik yang tersebar di beberapa area, yaitu 6 titik di area parkir
dan 39 titik di sekitar Mall yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Penentuan titik pengamatan
dilakukan dengan menggunakan Google Earth kemudian disesuaikan dengan GPS agar
mendapatkan titik yang sama di lapangan. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur tingkat
kebisingan selama 10 menit untuk satu titik pengamatan sehingga diperoleh data nilai kebisingan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter dan membagikan kuesioner kepada 250 responden.

ANALISIS
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan Peruntukan Kawasan/ Tingkat Kebisingan Lingkungan Kegiatan dB (A) untuk batas
kebisingan tempat pertokoan adalah 70 dB.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi tingkat kebisingan yang
terjadi pada area Mall Panakkukang di kota Makassar terhadap nilai baku mutu kebisingan, untuk
memetakan sebaran tingkat kebisingan yang terjadi di area Mall Panakkukang di kota Makassar dan
untuk mengetahui bagaimana persepsi pengunjung terhadap tingkat kebisingan di Mall
Panakkukang.

ANALISIS
Instrumen yang paling umum digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu SLM (Sound Level Meter).
Sound Level Meter terdiri dari: mikrofon, amplifier, weighting network dan layar (display) dalam satuan
desibel (dB). Layarnya dapat berupa layar manual yang ditunjukkan dengan jarum dan angka seperti
halnya jam manual, ataupun berupa layar digital (Lestari, 2011).

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


TATA CARA PENGUKURAN
Berikut ini merupakan persiapan dan tata cara pengukuran menggunakan alat Sound Level Meter
(Mediastika, 2005):
a. Persiapan alat
 Pasang baterai pada tempatnya.
 Tekan tombol power.
 Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak.
 Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan angka
kalibrator.
b. Pengukuran
 Pilih selektor pada posisi:
 Fast : Untuk jenis kebisingan kontinu. Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya
tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.
 Slow: Untuk jenis kebisingan impulsif/ terputus- putus. Bising ini sering disebut
juga intermitten noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus terusan,
melainkan ada periode rekatif tenang misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal
terbang, kereta api.
 Pilih Weighting network atau pembobotan

PERHITUNGAN KEBISINGAN
Pengukuran dengan system angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka
penunjuk ekuivalen (equivalent index (Leq)). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan
yang berubah-ubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan
tingkat kebisingan tetap yang diukur pada selang waktu yang sama.

Sistem angka penunjuk yang banyak dipakai adalah angka penunjuk persentase. Persentase
yang mewakili tingkat kebisingan minoritas adalah kebisingan yang muncul 10% dari keseluruhan
data (L10) dan tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 90% dari data pengukuran (L90).
Persentase tengah (L50) uumunya identik dengan kebisingan rata-rata selama periode pengukuran.
L90 Disebut kebisingan buangan atau sisa dan L10 adalah tingkat kebisingan yang umumnya
menimbulkan gangguan. Khusus untuk jalan raya, L90 akan menunjukkan tingkat kebisingan latar
belakang dan L10 menunjukkan perkiraan tingkat kebisingan maksimum sehingga L10 adalah sistem
pengukuran angka penunjuk yang harus benar-benar diperhatikan. L10 dan Leq dijadikan acuan
untuk dibandingkan dengan bakuan yang berlaku, sementara L90 dapat diabaikan karena umumnya
tidak selisih jauh dengan bakuan (Mediastika, 2005).
METODOLOGI RISET ARSITEKTUR
Dengan menggunakan SLM sederhana yang menyebabkan pemakai harus menghitung secara manual angka penunjuk persentasenya, tentu
tidak mudah untuk menghitung angka penunjuk ekuivalennya. Namun demikian untuk kebisingan dari kendaraan bermotor (jalan raya), angka
penunjuk ekuivalennya dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Mediastika, 2005):

Leq = L50 + 0.43 (L1 – L50) …….............................................................................(1)


Dimana:
Leq= tingkat kebisingan ekuivalen
L50 = angka penunjuk kebisingan 50%
L1= angka Penunjuk kebisingan 1 %

Analisis

Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 September 2014 dan pada hari
Rabu tanggal 1 Oktober 2014. Penelitian ini dimulai dengan pemasangan patok dan
penandaan titik pengamatan kemudian pengukuran tingkat kebisingan dan pembagian

Pada lokasi penelitian ini, terdapat 45 titik pengambilan data yang tersebar di seluruh
area Mall Panakkukang, yakni di sekitar area parkir dan area Mall Panakkukang yang
berbatasan langsung dengan jalan raya, sebagaimana yang terlihat pada gambar
berikut ini.

Adapun bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
 Satu set alat Sound Level Meter TM 103.
 Aplikasi Smart Maesure untuk mengukur jarak.
 Google Earth yang digunakan untuk menentukan koordinat titik pengambilan data.
 Aplikasi GPS Tracker Lite yang digunakan untuk menyesuaikan titik koordinat di
lapangan dengan titik koordinat yang telah didapat dari Google Earth.
 Surfer 7.0 yang digunakan untuk membuat pemetaan tingkat kebisingan.
 Stopwatch atau handphone, untuk menghitung waktu.
 Tripod, untuk menjaga stabilitas alat Sound Level Meter selama proses pengukuran
berlangsung.
 Laptop untuk menyimpan data yang telah didapatkan dari proses pengukuran.
 Alat tulis 10. Kuesioner untuk mengetahui tingkat ketergangguan akibat kebisingan
yang dirasakan oleh pengunjung Mall Panakkukang

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (observasi) dan pembagian kuesioner kepada 250 responden yang dipilih
secara acak. Cara menggunakan SLM yakni dengan memasang alat Sound Level Meter di atas sebuah tripod yang telah diatur ketinggiannya,
yakni 120 cm di atas permukaan jalan.

Setelah dipasang di atas sebuah Tripod, alat diatur selektornya pada posisi fast, dan pembobotan A sehingga satuan yang dihasilkan adalah
dBA. Proses pengukuran dilakukan mulai pukul 10.00 WITA sampai pukul 16.00 WITA. Pengukuran dilakukan selama 10 menit tiap 1 titik
pengambilan data, dengan pembacaan alat 1 nilai untuk 1 detik, sehingga didapatkan 600 nilai untuk 1 titik pengambilan data.

HASIL PEMBAHASAN
Tingkat Kebisingan di Area Mall Panakkukang Untuk mengolah data hasil penelitian, yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mengurutkan
600 data mulai dari nilai minimum sampai nilai maksimum. Setelah diurutkan, maka akan muncul nilai minimum dan maksimum untuk 1 titik
pengamatan. Untuk titik 1, nilai minimum yang didapatkan yaitu 64.3 dB, dan nilai maksimumnya yaitu 82.2 dB, dan interval yang digunakan
yaitu interval 2.

Dari nilai minimum dan maksimum tersebut dapat ditentukan range, jumlah kelas dan interval kelasnya.
Range = 82.2 dB – 64.3 dB = 17.9 dB Jumlah kelas = 10.2 Dari data-data di atas, kemudian dibuatkan tabel pengolahan seperti tabel berikut ini

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai L1 berada antara range 65 dB- 86 dB dengan nilai rata-rata sebesar 81.5 dB, dimana nilai
minimum dari L1 yakni sebesar 65.7 dB yang berada di area parkir sedangkan nilai maksimum dari L1 yakni sebesar 86 dB yang berada di
persimpangan jalan antara jalan Boulevard dan jalan Bougenville. Untuk L10 berada di antara range 63 dB-81 dB dengan nilai rata-rata
sebesar 76.3 dB, dimana nilai minimumnya sebesar 63.8 dB dan nilai maksimumnya sebesar 80.5 dB. Untuk L50 berada di antara range 61 dB-
77 dB dengan nilai rata-rata sebesar 71.1 dB dimana nilai minimumnya sebesar 61 dB dan nilai maksimumnya sebesar 76.4 dB. Untuk L90
berada di antara range 58 dB-74 dB dengan nilai rata-rata sebesar 67.2 dB dimana nilai minimumnya sebesar 58.1 dB dan nilai maksimumnya
sebesar 73.2 dB.

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBISINGAN DI MALL PANAKKUKANG
 Identitas Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan, responden didominasi dari kalangan perempuan, yakni sebanyak 52.4% dari total
responden.
Dominan responden berusia antara 17-23 tahun, yakni sebanyak 78% dari total responden.
Responden yang paling banyak berasal dari kalangan D3/S1 dan pelajar setingkat SMA yakni sebanyak 46.4 % dari total responden. Dominan
responden berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yakni sebanyak 76.8 % dari total responden.

 Persepsi terhadap Tingkat Kebisingan Untuk pertanyaan mengenai persepsi terhadap tingkat kebisingan terbagi dua, yaitu persepsi
mengenai tingkat kebisingan di Mall yang dapat dilihat pada Gambar 9 dan persepsi mengenai tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh
klakson kendaraan pada jalan di depan Mall yang dapat dilihat pada Gambar 10.

 Pengaruh Kebisingan
Persepsi terhadap pengaruh kebisingan terdiri dari enam pertanyaan, tiga pertanyaan mengenai pengaruh
dalam berkomunikasi dan tiga pertanyaan mengenai pengaruh terhadap psikologi. Berdasarkan hasil
kuesioner, sebanyak 25.6% dari total responden merasa agak terganggu dalam berkomunikasi jika berada
di dalam Mall Panakkukang. Sebanyak 41.6% dari total responden merasa mengerti dengan apa yang
diucapkan lawan bicara dalam berkomunikasi jika berada di dalam Mall Panakkukang. Sebanyak 44.4% dari
total responden merasa kadang berteriak jika sedang berbicara saat berada di Mall Panakkukang.

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


KESIMPULAN
 Nilai kebisingan (Leq) yang didapatkan berkisar antara 63 dB sampai 81 dB. Ini membuktikan bahwa ada beberapa titik yang memiliki nilai
kebisingan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
 Berdasarkan hasil pemetaan sebaran tingkat kebisingan di area Mall Panakkukang didapatkan bahwa tingkat kebisingan yang terjadi di titik-
titik pengamatan yang berada di pinggir jalan didominasi dengan kode pewarnaan merah dengan intensitas kebisingan antara 76.1 dB-81.0
dB sebanyak 24 titik pengamatan, sedangkan untuk kode pewarnaan kuning dengan intensitas kebisingan 69.1-76.0 dB sebanyak 15 titik
pengamatan. Untuk kode pewarnaan hijau dengan intensitas kebisingan antara 62.1 dB-69.0 dB berada di titik pengamatan yang letaknya di
lokasi parkir.
 Berdasarkan hasil kuesioner, pengunjung Mall Panakkukang merasa kebisingan di Mall tersebut agak ribut namun tidak memiliki pengaruh
besar kepada pengunjung dalam berkomunikasi.

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


JUDUL

STUDI BUNYI (AUDIO) PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO


SEBAGAI ELEMEN PENDUKUNG CITRA KOTA YOGYAKARTA

METODOLOGI RISET ARSITEKTUR


LATAR BELAKANG
 Kota Yogyakarta Merupakan salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang mendapatkan gelar
“Istimewa”, karena peran Kota Yogyakarta dalam masa awal kemerdekaan hingga sistem
pemerintahan berupa kerajaan yang masih dipegang teguh;
 Koridor Jalan Maliobro merupakan bagian dari sumbu imajiner Kota Yogyakarta yang
menghubungkan Gunung Merapi - Tugu Jogja - Keraton - Panggung Krapyak - Pantai
Parangkusumo;
 Koridor Jalan Malioboro merupakan citra Kota Yogyakarta dan merupakan kawasan cagar Budaya;
 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan;
 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
( RTRW ) Kota Yogyakarta Tahun 2010 - 2029
 Meningkatnya aktifitas di Koridor Jalan Malioboro, baik Pariwisata, Ekonomi, Sosial maupun
Budaya;
 Memudarnya Citra Kota Yogyakarta dilihat dari aspek Bunyi ( audio ) yang disebabkan kebisingan
terutama yang disebabkan oleh kendaraan.

TUJUAN
 Mengidentifikasi dan menganalisis sumber - sumber bunyi yang ada pada koridor Jalan Malioboro;
 Mengkaji Intensitas bunyi yang dihasilkan dengan regulasi / aturan yang berlaku di Kota Yogyakarta;
 Memberi rekomendasi kepada Pemerintah maupun swasta dalam menjaga dan melestarikan citra
kota Yogyakarta khususnya dalam penataan audio di koridor jalan Malioboro.

MANFAAT
 Mengetahui sumber - sumber bunyi yang ada pada koridor Jalan Malioboro;
 Mengetahui kesesuaian itensitas bunyi yang ada di Koridor Jalan Malioboro saat ini dengan regulasi /
aturan yang berlaku di Kota Yogyakarta;
 Mendapatkan rekomendasi kepada Pemerintah maupun swasta dalam menjaga dan melestarikan
citra kota Yogyakarta khususnya dalam penataan audio di koridor jalan Malioboro.
KERANGKA PEMIKIRAN

JUDUL FOKUS UTAMA PROSES PENELITIAN HASIL

KORIDOR JALAN BAGIAN DARI SUMBU


MALIOBORO IMAJINER & CITRA
SEBAGAI CITRA KOTA KOTA

Perangkat Audio Existing


FISIK Kendaraan BAGAIMANA
Material Bangunan KONDISI BUNYI
Vegetasi
(AUDIO) DI KORIDOR
STUDI BUNYI (AUDIO) IDENTIFIKASI

ANALISIS
JALAN MALIOBORO
PADA KORIDOR JALAN BUNYI KESIMPULAN /
SEBAGAI ELEMEN
MALIOBORO (AUDIO) PADA HASIL
LATAR BELAKANG KOMPONEN PENDUKUNG CITRA
SEBAGAI ELEMEN KORIDOR PENELITIAN
KOTA YOGYAKARTA
PENDUKUNG CITRA KOTA DAN KESESUAIAN JALAN
YOGYAKARTA DENGAN REGULASI / MALIOBORO
NON - FISIK Intensitas Bunyi ATURAN YANG
BERLAKU ?

PERATURAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA NOMOR 40
TAHUN 2017 TENTANG BAKU
TINGKAT KEBISINGAN
REGULASI / ATURAN
PEMERINTAH
PERDA KOTA YOGYAKARTA
NOMOR 2 TAHUN 2010
TENTANG
RTRW KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2010 - 2029
LANDASAN TEORI
BUNYI
Menurut Kamus Bahasa Indonesia;
1 sesuatu yg kedengaran (di- dengar) atau ditangkap oleh telinga; 2 nada; laras (pd alat musik atau nyanyian
dsb); 3 Ling suara yg diadakan oleh alat- alat bicara; 4 ucapan dari apa yg tertulis (surat, huruf, dsb);

Menurut Sears & Zemansky (2004: 58);


definisi umum dari bunyi (sound) adalah sebuah gelombang longitudinal yang merambat dalam suatu medium
(padat, cair atau gas)

Jurnal Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS);
Bunyi secara Harfiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita dengar. Bunyi merupakan hasil getaran dari
partikel – partikel yang berada di udara (Sound Research Laboratories Ltd,1976) dan energy yang terkandung
didalam bunyi dapat meningkat secara cepat dan dapat juga menempuh jarak yang sangat jauh. (Egan,1972).
Bunyi juga diidentikkan sebagai pergerakan gelombang di udara yang terjadi bila sumber bunyi mengubah
partikel terdekat dari posisi diam menjadi partikel yang bergerak.

Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009;


Bunyi serupa dengan suara. Dalam bahasa Inggris bunyi disebut Sound, sedangkan suara disebut voice. Dari
sudut bahasa bunyi tidak sama dengan suara oleh karena bunyi merupakan getaran yang dihasilkan oleh benda
mati sedangkan suara merupakan getaran yang dihasilkan oleh getaran (bunyi) yang keluar dari mulut atau
dihasilkan oleh makhluk hidup. Namun dari sudut fisika, bunyi maupun suara keduanya sama, oleh karena
keduanya sama-sama merupakan getaran. (Gabriel, 2001 :163)

Menurut Widagdo Mangunwiyoto dan Harjono ( Pokok Fisika SMP );


Syarat terbentuknya Bunyi;
 Ada sumber yang bergetar
SUMBER BUNYI MEDIUM PENENERIMA BUNYI
 Ada medium perambatan bunyi
 Ada penerima Bunyi;

Menurut Ir. Marthen Kanginan, M.Sc ( Seribu Pena Fisika SMU );


 Bunyi dihasilkan oleh sumber getar / sumber bunyi yaitu benda yang bergetar
 Energi dari sumber bunyi dipindahkan dalam bentuk gelombang longitudinal
 Bunyi dapat dideteksi ( dikenali ) oleh telinga atau intrument.
LANDASAN TEORI

1. Asal dan Perambatan Bunyi


Untuk menghasilkan bunyi dibutuhkan getaran, oleh karena itu semua benda yang bergetar cenderung
menghasilkan bunyi.
2. Frekuensi Bunyi
Frekuensi adalah banyaknya getaran per banyaknya waktu pada waktu lampau, satuan dari ukuran
sebuah frekuensi didefinisikan sebagai banyaknya siklus perdetik. Frekuensi yang dapat didengar oleh
manusia berkisar 20 sampai 20.000 Hz dan jangkauan ini dapat mengalami penurunan sejalan dengan
bertambahnya umur manusia (lipscomb&Taylor,1978).
3. Cepat Rambat Bunyi
Benyi merupakan gelombang, maka terdapat 2 faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi;
 Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium maka
semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat. Kecepatan
bunyi dalam material dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Material Kec. Bunyi ( ft/s ) Kec. Bunyi ( m/s )


Udara 1,1 335
Timah 3,7 1128
Air 4,5 1385
Beton 10,2 3109
Kayu 11,1 3147
Kaca 15,5 4771
Baja 16 4925
( Hermond, 1983 )
 Suhu Medium
Jika suhu medium semakin panas, semakin cepat perambatan bunyi.
Besar kecilnya cepat rambat bunyi pada suatu medium sangat bergantung pada temperature
medium tersebut (Beranek & L’ver, 1992)
DATA EXISTING

KOMPONEN
FISIK
KENDARAAN
SPEAKER
MATERIAL AKUSTIK
VEGETASI
DATA EXISTING
Komponen Fisik yang dimaksud adalah semua benda yang
KENDARAAN SPEAKER
bisa dilihat dan dirabah yang menghasilkan bunyi atau ( Modern & Tradisional ) ( Indoor & Outdoor )
terkait dengan bunyi di Malioboro.
Ada beberapa Komponen Fisik yang akan dikaji dalam
MATERIAL BANGUNAN
penelitian ini terkait dengan penataan bunyi ( audio ) di ( Material Akustik )
VEGETASI
Koridor Jalan Malioboro, yakni;
Ade beberapa jenis kendaraan yang melewati jalan Malioboro, mulai dari Roda 2, 3
hingga roda 4, baik yang bermesin maupun yang tidak bermesin.
KENDARAAN
Kendaraan merupakan komponen sik yang paling dominan menghasilkan bunyi di KENDARAAN
Koridor Jalan Malioboro
MODEREN
Jenis Kendaraan Modern yang dimaksud adalah semua jenis kendaraan yang menggunkan mesin ( bermotor ).
Kendaraan modern yang paling besar adalah Bus ( Trans Jogja dan Bus Pariwisata ). Kendaraan roda 4 yang lain misalnya
mobil - mobil pribadi, taxi, pick up dan minibus juga memberi efek kebisingan di Koridor Jalan Malioboro. Selain roda 4,
kebisingan juga berasal dari kendaraan roda 2 ( motor ) dan roda 3 yakni becak yang menggunakan motor sebagai penggerak
DATA EXISTING
Selain kendaraan Modern, beberapa kendaraan Tradisional pun menghasilkan bunyi di KENDARAAN
Koridor Jalan Malioboro. Kendaraan trasional merupakan salah satu warisan budaya yang
meningkatkan Citra Kota Yogyakarta. KENDARAAN
TRADISIONAL
Dalam PERDA DIY. NO.5 Thn. 2016 Tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong, dijelaskan bahwa Kendaraan
Tradisional adalah Sarana angkutan umum dengan kendaraan tidak bermotor yang digerakan oleh tenaga orang dan / atau
ditarik oleh hewan yang oleh masyarakat masih diakui keberadaannya meliputi Becak dan Andong yang digunakan untuk
angkutan barang dan / atau orang dengan dipungut bayaran.

Selain kendaraan, baik yang moderen maupun


tradisional, sumber bunyi lain yang ada di koridor SPEAKER
Jalan Malioboro adalah Speaker baik yang Indoor OUTDOOR
maupun Outdoor. & INDOOR
Ada 26 titik Speaker Outdoor yang Selain Speaker Outdoor,
telah terpasang di Malioboro yang ada juga Speaker Indoor
tersebar di 26 titik berbeda yang ada di Koridor
sepanjang jalan Malioboro hingga Jalan Malioboro. Speaker
Titik KM 0 ( nol ). Indoor yang dimaksud
Pada dasarnya Speaker adalah bunyi yang
pemasangan beberapa Speaker berasal dari speaker
Outdoor ditempelkan pada Tiang Speaker Speaker Speaker yang berada di dalam
Outdoor Outdoor Outdoor
Lampu Jalan, ada juga pada tiang ditempelkan ditempelkan ditempelkan bangunan yang masih Mall Malioboro adalah salah satu
listrik dan ada juga pada tiang contoh bangunan yang bunyi dari
pada Tiang pada tiang pada Tiang terdengar hingga ke speaker yang barada dalam
yang disediakan khusus untuk Lampu Jalan. listrik. speaker.
ruang luar di jalan gedung masih terdengar hingga ke
pemasangan speaker. Malioboro. ruang luar.
DATA EXISTING
Komponen Fisik lainnya yang dibahas dalam penelitian ini adalah Material Bangunan
yang bersifat Peredam Bunyi ( Material Akustik ).
MATERIAL
Untuk menata Audio pada Koridor Jalan Malioboro tentu selain dari menata bunyinya
sendiri material akustik pada bangunan khususnya bagian luar bangunan harus
BANGUNAN
dipikirkan. AKUSTIK

Material yang berserat merupakan salah satu contoh material yang dapat menyerap bunyi, pada lapisan luar bangunan
yang ada pada Koridor Jalan Malioboro belum ada yang menggunakan material akustik, sehingga ketika berada di area
pedestrian atau area luar kawasan Malioboro sangat terasa kebisingannya.

Contohnya, pada bagian luar bangunan Mall Malioboro, material


Pasangan Dinding kolomnya menggunakan kolom beton yang dilapisi keramik.
Pada pasangan dindingnya diakhiri dengan plester, aci dan cat,
dan beberapa bagian lain ditutupi oleh papan iklan allumunium
Kolom Beton dan Besi Stainles.
Dari beberapa material diatas tidak ada material yang dapat
menyerap bunyi, dan semuanya bersifat memantulkan bunyi,
sehingga bunyi yang dipantulkan akan mengarah ke ruang luar
di Koridor Jalan Maliboro.

Vegetasi merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi kebisingan.


Pada koridor Jalan Malioboro sudah ada penataan vegetasi yang dilakukan oleh
Pemerintah maupun Swasta.
VEGETASI
DATA EXISTING

KOMPONEN
NON - FISIK
BUNYI
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

DATA EXISTING
Syarat terjadinya Bunyi
Bunyi Termasuk Gelombang Mekanik, BUNYI = BENDA MATI
karena dalam perambatan bunyi
SUARA = MAKHLUK HIDUP
memerlukan Medium Perantara SUMBER BUNYI MEDIUM PENDENGAR

SUMBER BUNYI

MALIOBORO
SIANG HARI
SUMBER BUNYI SIANG HARI
DI KORIDOR JALAN MALIOBORO

SUMBER BUNYI YANG DISKUAI/


POSISI / KEDUDUKAN INTENSITAS BUNYI TIDAK DISUKAI

TIDAK
BERGERAK / BERPINDAH TETAP / KONSTAN RENDAH ( 0dB - 60 dB) SEDANG ( 61 dB - 80 dB) TINGGI ( 81 dB - ... dB) SENANG BIASA SENANG

Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah Adalah Adalah
“Bergerak” yang ada di “Tidak Bergerak” yang intensitasnya yang intensitasnya yang intensitasnya sumber bunyi sumber bunyi sumber bunyi
Koridor Jalan Malioboro, yang ada di Koridor tidak lebih dari 60 dB, diantara 61 db - 80 dB, lebih dari 81 dB, yang yang tidak yang tidak
diantaranya; Jalan Malioboro, digemari, terlalu digemari,
diantaranya; diantaranya; diantaranya; digemari
 Kendaraan Modern diantaranya;  Speaker Outdoor  Speaker Indoor diantaranya; ( biasa saja ),
diantaranya;
 Kendaraan Tradisional  Speaker Outdoor  Kendaraan  Speaker Outdoor  Speaker diantaranya;  Kendaraan
 Speaker Indoor Tradisional  Kendaraan Modern Outdoor  Speaker Moderen
 Trans Jogja Outdoor
 Kendaraan  Speaker
Roda 4 & roda 2 Indoor
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

DATA EXISTING

SUMBER BUNYI

MALIOBORO
MALAM HARI

SUMBER BUNYI MALAM HARI


DI KORIDOR JALAN MALIOBORO

SUMBER BUNYI YANG DISKUAI/


POSISI / KEDUDUKAN INTENSITAS BUNYI TIDAK DISUKAI

TIDAK
BERGERAK / BERPINDAH TETAP / KONSTAN RENDAH ( 0dB - 60 dB) SEDANG ( 61 dB - 80 dB) TINGGI ( 81 dB - ... dB) SENANG BIASA SENANG

Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah sumber bunyi Adalah Adalah Adalah
“Bergerak” yang ada di “Tidak Bergerak” yang intensitasnya yang intensitasnya yang intensitasnya sumber bunyi sumber bunyi sumber bunyi
Koridor Jalan Malioboro, yang ada di Koridor tidak lebih dari 60 dB, diantara 61 db - 80 dB, lebih dari 81 dB, yang yang tidak yang tidak
diantaranya; Jalan Malioboro, digemari, terlalu digemari,
diantaranya; diantaranya; diantaranya; digemari
 Kendaraan Modern diantaranya;  Kendaraan  Kendaraan Modern diantaranya; ( biasa saja ),
diantaranya;
 Kendaraan Tradisional  Alat Musik Tradisional  Trans Jogja  Alat Musik diantaranya;  Kendaraan
 Alat Musik  Alat Musik  Kendaraan  Speaker Moderen
Roda 4 & roda 2 Outdoor
 Alat
Musik
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

DATA EXISTING

JENIS BUNYI
MALIOBORO
SIANG HARI

JENIS BUNYI
DI KORIDOR JALAN MALIOBORO

KETERATURAN BUNYI BUNYI YANG DISUKAI/TIDAK DISUKAI

BUNYI YANG TERATUR BUNYI YANG TIDAK TERATUR BUNYI YANG DISUKAI BUNYI YANG DISUKAI

Adalah jenis bunyi yang “Teratur” Adalah jenis bunyi yang “Tidak Adalah jenis bunyi yang “Disukai” Adalah jenis bunyi yang “Tidak
yang ada di Koridor Jalan Teratur” yang ada di Koridor yang ada di Koridor Jalan Disukai” yang ada di Koridor
Malioboro, diantaranya; Jalan Malioboro, diantaranya; Malioboro, diantaranya; Jalan Malioboro, diantaranya;
 Speaker Outdoor  Kendaraan  Speaker Outdoor  Kendaraan
 Speaker Indoor  Speaker Indoor
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

DATA EXISTING

JENIS BUNYI
MALIOBORO
MALAM HARI

JENIS BUNYI
DI KORIDOR JALAN MALIOBORO

KETERATURAN BUNYI BUNYI YANG DISUKAI/TIDAK DISUKAI

BUNYI YANG TERATUR BUNYI YANG TIDAK TERATUR BUNYI YANG DISUKAI BUNYI YANG DISUKAI

Adalah jenis bunyi yang “Teratur” Adalah jenis bunyi yang “Tidak Adalah jenis bunyi yang “Disukai” Adalah jenis bunyi yang “Tidak
yang ada di Koridor Jalan Teratur” yang ada di Koridor yang ada di Koridor Jalan Disukai” yang ada di Koridor
Malioboro, diantaranya; Jalan Malioboro, diantaranya; Malioboro, diantaranya; Jalan Malioboro, diantaranya;
 Alat Musik  Kendaraan  Alat Musik  Kendaraan
SUMBER BUNYI ( SPEAKER OUTDOOR )
Speaker Outdoor adalah salah satu sumber bunyi di malioboro yang
1 hanya aktif pada siang hari. MALIOBORO
Terdapat 26 speaker yang tersebar di 26 titik berbeda.
2 Ini adalah salah satu contoh sumber bunyi yang posisinya tetap dan SIANG HARI
menghasilkan bunyi yang teratur .
3
4
5
6 1 2 3 4 5
7
8
9
10 6 7 8 9 10
11
12
13
14 11 12 13 14 15

15
22 16
23 17
16 17 18 19 20
24 18
25 19
26 20
21
21 22 23 24 25 26
Dari 26 titik, hanya beberapa yang aktif ketika siang hari dan sebagian besarnya tidak berfungi.
Walaupun menghasilkan bunyi yang teratur, Speaker Outdoor ini tidak terlalu digemari hal ini bisa
dilihat pada beberapa titik yang speakernya aktif. Namun ada beberpa titik aktif yang lain, MALIOBORO
misalnya titik - titik yang terdapat di depan Kantor DPRD Yogyakarta dapat menjadi aspek
kenyamanan bagi pengunjung malioboro. SIANG HARI

Speaker Outdoor
Speaker Indoor & Kendaraan
Selain Speaker Outdoor, terdapat juga Ssumber bunyi lainnya
ketika siang hari di malioboro yakni Speaker Indoor dan bunyi
MALIOBORO kendaraan.
Speaker Indoor yang dimaksud adalah sumber bunyi dari dalam
SIANG HARI beberapa gedung di koridor malioboro, misalnya Mall Malioboro
dan Ria Busana.
Selain itu sumber bunyi lainnya yang sangat dominan di
malioboro adalah bunyi kendaraan khusunya kendaraan
bermotor baik roda 2, 3 dan 4 yang cukup mengganggu
pengunjung di malioboro.

Mall Malioboro
1
1

2
2 Ria Busana

4
5 3 4
6

5 6
MALIOBORO
MALAM HARI
Suasana Malam di Malioboro
adalah salah satu suasana
yang menjadi daya tarik bagi
pengunjung maupun
wisatawan ke Malioboro.
Salah satu aktitas yang
paling banyak mendapat
perhatian pengunjung adalah
pentas musik Tradisional
yang mana ada 4 titik yang
paling banyak mendapat
perhatian pengunjung.
1
2 1 2 3 4
3
4
5
6 5 6 7 8
7
8
9
10 9 10 11 12
11
MALIOBORO
12 MALAM HARI
Selain alat musik, sumber bunyi lainnya yang ada di malioboro
13 13 ketika malam hari adalah speaker outdoor yang meneruskan suara
beberapa kaum disabilitas yang tersebar di 13 titik berbeda di
koridor malioboro
Meskipun mengasilkan bunyi yang teratur, sumber bunyi tidak terlalu digemari
pengunjung, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pengunjung yang hanya lewat dan
hanya ada sedikit yang berhenti beberapa saat.
Sumber bunyi pada malam hari di Malioboro lainnya adalah bunyi alat
musik yang berasal dari Event Musik yang tidak selalu hadir di MALIOBORO
1 malioboro setiap malamnya.
Even musik ini cukup mendapat perhatian dari pengunjung karena MALAM HARI
bunyi yang dihasilkan teratur.

3
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan pendekatan eksplanatori yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka - angka,
meskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kalimat yang terdapat
dalam angket , kalimat hasil wawancara antara peneliti dengan responden.

Data Kuantitatif adalah data dalam bentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data
kualitatif yang diangkakan misalnya dalam skala pengukuran. Suatu penyataan atau
pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, misalnya sangat setuju diberi angka 4, setuju
angka 3, kurang setuju diberi angka 2, dan tidak setuju diberi angka 1 ( Sugiyono, 2002 ).

Proses penelitian diawali dengan pengumpulan data berupa pengkuran serta hasil wawancara
berupa angket berdasarkan kerangka yang telah dipersiapkan, sehingga data yang didapat
sesuai dengan fokus penelitian.
Alat yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah Sound Level Meter, yaitu alat untuk mendeteksi
kebisingan pada suatu lokasi.

Selain Sound Level Meter, alat lain yang dipakai dalam penelitian
ini adalah Angket ( untuk mendapatkan data tanggapan
pengunjung Malioboro terkait bunyi yang ada di kawasan
Malioboro ), Kamera ( untuk mendapatkan gambar / visual
komponen - komponen fisik terkait bunyi ).
Sound Level Meter
DATA PENGUKURAN
KEBISINGAN ( sound level meter )
Kamis, 01 November 2018
Siang, 12.05 WIB
±60,0 dB
a. ±68,4 dB ±79,2 dB
b. ±64,1 dB
82,0 dB
c. ±65,0 dB
d. ±64,0 dB
e. ±62,3 dB
f. ±60,0 dB
a. ±61,4 dB
±60,0 dB b. ±62,0 dB
c. ±64,0 dB
±65,2 dB d. ±64,0 dB
±63,0 dB e. ±62,3 dB
f. ±60,0 dB
±62,0 dB
a. ±60,0 dB c. ±64,0 dB e. ±62,3 dB
±61,0 dB b. ±62,0 dB d. ±64,0 dB f. ±60,0 dB
a. ±61,0 dB a. ±61,4 dB c. ±64,0 dB e. ±62,0 dB
b. ±62,0 dB b. ±62,0 dB d. ±64,0 dB f. ±60,0 dB
c. ±64,0 dB
a. ±60,0 dB c. ±64,0 dB e. ±62,0 dB
d. ±64,0 dB b. ±62,0 dB d. ±64,0 dB f. ±60,0 dB
e. ±62,3 dB
f. ±62,0 dB
±62,8 dB
75,0 dB ±63,0 dB
a. ±60,0 dB c. ±64,0 dB e. ±62,0 dB
99,1 dB b. ±62,0 dB d. ±64,0 dB f. ±60,0 dB
90,0 dB Kamis, 01 November 2018
Siang, 12.05 WIB

80,0 dB 82,6 dB

75,1 dB 75,2 dB

70,0 dB 68,8 dB
±67,0 dB 68,1 dB
66,2 dB

±64,0 dB ±64,0 dB
64,3 dB
±62,0 dB ±62,3 dB
±60,0 dB
60,0 dB ±60,0 dB

50,0 dB

a. b. c. d. e. f.
Kamis, 01 November 2018
Siang, 12.05 WIB
90,0 dB

82,6 dB
80,0 dB

75,1 dB 75,2 dB

68,8 dB 70,0 dB
68,1 dB
±67,0 dB

±64,0 dB ±64,0 dB
64,2 dB 64,3 dB
±62,0 dB
±62,3 dB
±60,0 dB
±61,4 dB 60,0 dB

50,0 dB

a. b. c. d. e. f.
DATA PENGUKURAN
KEBISINGAN ( sound level meter )
Sabtu, 03 November 2018
Malam, 21.00 WIB
85,0 dB
a. ±68,3 dB 97,2 dB
b. ±70,2 dB
99,1 dB
c. ±74,0 dB
d. ±73,0 dB
e. ±68,3 dB
f. ±65,0 dB
a. ±61,4 dB
85,0 dB b. ±68,4 dB
c. ±74,6 dB
93,2 dB d. ±70,2 dB
91,0 dB e. ±68,3 dB
f. ±69,0 dB
88,0 dB
a. ±62,0 dB c. ±74,0 dB e. ±68,3 dB
87,0 dB b. ±68,4 dB d. ±73,0 dB f. ±69,0 dB
a. ±69,0 dB a. ±76,0 dB c. ±87,0 dB e. ±72,3 dB
b. ±68,0 dB b. ±85,7 dB d. ±80,2 dB f. ±69,0 dB
c. ±74,0 dB
d. ±74,0 dB a. ±62,0 dB c. ±74,0 dB e. ±68,3 dB
e. ±68,3 dB b. ±68,4 dB d. ±73,0 dB f. ±69,0 dB
f. ±62,0 dB
99,2 dB
84,0 dB 85,1 dB
a. ±62,0 dB c. ±74,0 dB e. ±68,3 dB
104,0 dB b. ±68,4 dB d. ±73,0 dB f. ±62,0 dB
Sabtu, 03 November 2018
Malam, 21.00 WIB
100,0 dB
99,2 dB
97,4 dB 97,4 dB

92,4 dB
90,0 dB
88,0 dB

±87,0 dB

80,0 dB
77,9 dB

±74,0 dB
±72,0 dB
70,0 dB ±69,0 dB
±68,3 dB
±68,4 dB
66,2 dB

60,0 dB ±62,3 dB

50,0 dB

a. b. c. d. e. f.
Sabtu, 03 November 2018
±101,0 dB
Malam, 21.00 WIB 100,0 dB
97,6 dB 97,0 dB

95,0 dB

90,0 dB
87,0 dB
88,0 dB
82,6 dB

80,0 dB

77,3 dB

±74,0 dB
±73,0 dB

±70,2 dB 70,0 dB
±68,3 dB
±68,3 dB

±65,0 dB

60,0 dB

50,0 dB

a. b. c. d. e. f.
DATA RESPONDEN
KUESIONER
Selasa, 20 November 2018
DATA RESPONDEN
KUESIONER
Selasa, 20 November 2018
DATA RESPONDEN
KUESIONER
Selasa, 20 November 2018
Kamis, 01 November 2018
Siang, 12.05 WIB
Sabtu, 03 November 2018
Malam, 21.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai