OLEH:
NABILAH
062130400113
OLEH:
NABILAH
062130400113
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
D-III Teknik Kimia
ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
iii
RINGKASAN
Pulp merupakan bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia
turunan selulosa. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu
maupun nonkayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis,
semikimia dan kimia. Pencarian bahan baku alternatif sangat dibutuhkan untuk
mengurangi ketergantungan pada pulp kayu. Bahan yang bisa digunakan sebagai
alternatif untuk bahan baku pembuatan pulp adalah limbah kelapa muda dan ampas
tebu. Limbah kelapa muda dan ampas tebu merupakan limbah berserat yang mudah
dijumpai serta mengandung selulosa dan hemiselulosa yang tinggi. Dengan
komposisi ini ampas tebu dan limbah kelapa muda bisa digunakan sebagai bahan
baku untuk pembuatan tisu. Tisu merupakan sejenis kertas yang digunakan untuk
berbagai tujuan atau kebutuhan kebersihan. Salah satu proses pembuatan pulp tisu
adalah proses sulfat (kraft), yaitu proses pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti: natrium hidroksida dan natrium sulfida. Pembuatan
tisu dari limbah kelapa muda dan ampas tebu ini diawali dengan proses pembuatan
pulp, kemudian melakukan proses pemasakan bahan baku dengan variasi pelarut
NaOH dan Na2S dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% sebanyak
500 ml di dalam erlenmeyer. Suhu pemasakan 70°C dengan waktu pemasakan 60
menit. Hasil pemasakan kemudian disaring untuk memisahkan pelarut dari pulp lalu
pulp dicetak berbentuk persegi. Dilanjutkan dengan proses pemucatan (bleaching),
pulp di panaskan dengan H2O2, 5% sebanyak 250 ml selama 1 jam pada suhu 60°C.
Pulp yang sudah bersih kemudian diaduk dan menambahkan kitosan sebanyak 0,3
gram, tepung tapioka sebanyak 0,3 gram, aquadest sebanyak 200 ml dan Virgin
Coconut Oil (VCO) sebanyak 4 ml. Campuran yang sudah merata kemudian dicetak
dengan pencetak fiber dengan ukuran 50 mesh dengan luas 20 x 30 cm.
Kata Kunci: Kertas, Tisu, Limbah Kelapa Muda, Ampas Tebu, Kraft
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian dan
perkebunan, salah satunya adalah kelapa dan tebu. Bagian buah kelapa muda yang
dimanfaatkan hanya terbatas pada air dan daging buahnya saja sedangkan bagian
sabut dan kulit kelapa muda belum banyak pemanfaatannya secara efektif dan
bernilai ekonomi (Saleh, dkk, 2009). Serat alam merupakan bahan baku yang ramah
lingkungan, karena mudah terdegradasi dan tanaman serat alam memiliki
kemampuan menyerap CO2 cukup besar. Salah satunya bahan-bahan serat alam dari
limbah pertanian, seperti serat kelapa muda dan ampas tebu dapat dimanfaatkan
sebagai kertas jenis tisu (Kuntari, Vol.11).
Kelapa muda mengandung 26,6% selulosa dan 27,7% hemiselulosa, lignin dan
senyawa lain (Wardhani, dkk, 2004). Kandungan selulosa, hemiselulosa dan
senyawa lain dari kelapa muda akan ditambahkan dari kandungan yang terdapat
pada ampas tebu. Ampas tebu mengandung 40-50% selulosa dan 25-30%
hemiselulosa, lignin dan senyawa lain (Asl, dkk, 2017). Potensi yang terkandung
dalam serat kelapa muda dan limbah ampas tebu ini dapat menjadi berbagai hal
yang tentunya berguna dan bernilai ekonomis salah satunya adalah bahan baku
untuk pembuatan kertas jenis tisu.
Tisu merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi orang-orang diseluruh
dunia. Terbukti bahwa dalam 20 tahun terakhir ini, industri tisu merupakan industri
yang paling cepat tumbuh diantara produk lain yang termasuk dalam industri kertas.
Jika 200 juta penduduk Indonesia menggunakan setengah gulung tisu perhari, maka
diperlukan 3 miliyar gulung tisu perbulan. Bahan baku yang digunakan dalam
industri tisu dan kertas umumnya berasal dari pulp yang terbuat dari kayu atau
virgin pulp. Untuk membuat 1 box tisu yang berisi 20 sheets, diperlukan 1 batang
pohon yang berumur 6 tahun. Salah satu alasan mengapa hutan di Indonesia
terus-menerus menyusut dalam jumlah yang banyak bahkan mencapai ratusan ribu
hektar dalam setiap bulannya (UMS, 2017).
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilitian ini adalah penelitian
Agel Ilham, 2023 yang membuat kertas jenis tisu serbet dengan memanfaatkan
1
2
kandungan selulosa dari limbah ampas tebu dengan variasi konsentrasi etanol dan
asam asetat menggunakan metode organosolv. Penelitian dilakukan oleh Ainun
Mardhiah, dkk, 2016 yang membuat kertas kraft dari ampas tebu dengan metode
organosolv, dilakukan dengan 3 tahap pengerjaan yaitu tahap pembuatan pulp
ampas tebu dengan proses delignifikasi, tahap pembuatan kertas dan tahap
pencetakan lembaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kertas kraft dengan
penambahan larutan pemasak menghasilkan serat yang lebih lembut sehingga lebih
mudah dibentuk menjadi kertas.
Penggunaan bahan alternatif selain kayu sebagai penghasil selulosa dalam
pembuatan kertas diharapkan dapat meminimalisasi biaya produksi yang saat ini
semakin mahal disebabkan kekurangan pasokan bahan baku kayu. Dalam penelitian
ini, dilakukan pembuatan kertas tisu dengan memvariasikan pelarut natrium
hidroksida dan natrium sulfida (5%, 10%, 15%, 20% dan 25%) yang merupakan
salah satu inovasi yang unik dan berbeda dengan produk kertas pada umumnya.
4
5
kimia, mengandung pigmen di kedua sisi. Di USA kertas jenis ini dikategorikan
dengan tingkat kecerahan paling rendah yakni sebesar 80%. Kertas jenis ini
mengandung banyak pulp mekanis dengan gramatur 45-130 g/m² yang
menyebabkan kertas ini berwarna kekuningan.
3. Uncoated Woodfree adalah jenis kertas dengan pulp mekanis lebih rendah dari
10%, biasanya bisa 0% dan tanpa pigmen sama sekali. Salah satu jenis kertas ini
yaitu kertas kantor (formular, kertas fotokopi, kertas amplop dan buku tulis).
4. Coated Woodfree merupakan jenis kertas dengan kandungan pulp mekanis
kurang dari 10% dan mempunyai lapisan pigmen baik satu sisi atau dua sisi.
Kertas ini memiliki tingkat kecerahan berkisar 70 g/m² sampai 150 g/m². Pada
umumnya karena tingkat kecerahan kertas yang relatif tinggi daripada uncoated
groundwood kertas ini digunakan untuk buku dan majalah komersial bermutu
tinggi dan mahal.
5. Kraft Paper merupakan jenis kertas yang tergolong kuat dengan gramatur antara
50 g/m² sampai 134 g/m². Pulp yang digunakan pada kertas ini dapat melalui
proses pemutihan atau tidak (berwarna coklat). Kertas ini biasa disebut sebagai
kertas samson.
6. Bleached Paperboard adalah kertas dengan penggunaan pulp yang dipakai
untuk membuat box, dan kertas karton susu dengan gramatur beragam mulai dari
200-500 g/m².
7. Paperboard adalah kertas yang dihasilkan dari pulp kimia dengan serat non-
recycle dan tidak melalui proses pemutihan dengan bleaching. Berat gramatur
kertas ini yaitu berkisar antara 130-450 g/m². Kertas ini merupakan kategori jenis
kertas medium yang pembuatannya menggunakan campuran kertas recycle.
8. Recycle Paperboard merupakan jenis kertas yang menggunakan pulp yang
terdiri atas kertas daur ulang.
9. MG Kraft Specialties adalah jenis kertas yang diproduksi diatas mesin dengan
silinder pengering atau pemanas yang berdiameter sangat besar, sehingga
permukaan kertas ini licin seperti kaca.
10. Tissue merupakan jenis kertas yang menggunakan pulp kimia yang di
bleach dengan penambahan pulp mekanis sebanyak 50% atau lebih. Kertas ini
memiliki gramatur antara 13-75 g/m².
6
11. Market Pulp merupakan pulp atau bubur kertas yang sejenisnya terbagi
berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan dan pemutihan pulp. Bubur kertas
ini dipasarkan dalam bentuk bal, gulungan dan lembaran.
Selulosa terdapat pada sebagian besar dinding sel dan bagian-bagian berkayu
dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran yang menentukan karakter serat
dan memungkinkan penggunaannya dalam pembuatan kertas. Dalam pembuatan
pulp diharapkan serat-serat mempunyai kadar selulosa yang tinggi.
Sifat-sifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat
polimerisasi molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat
tertentu akan menyebabkan berkurangnya ketangguhan. Serat selulosa
menunjukkan sejumlah sifat yang memenuhi kebutuhan pembuatan kertas.
Kesetimbangan terbaik sifat-sifat pembuatan kertas terjadi ketika kebanyakan
lignin tersisih dari serat. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh bahan mentah
dan proses yang digunakan dalam pembuatan pulp.
Molekul selulosa seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai kecenderungan
kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam satu rantai polimer selulosa
maupun antar rantai polimer yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini menyebabkan
selulosa bisa terdapat dalam ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang
tinggi.
lingkungan sekitar dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Kelebihan yang dihasilkan dari proses Organosolv yaitu berupa rendeman pulp
yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak
ada unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dan juga dapat
menghasilkan hasil samping berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat
kemurnian tinggi
Organosolv juga merupakan proses pulping yang menggunakan bahan yang
lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian lignin
terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter. Menurut Rahmani (2017) ada
beberapa proses organosolv yang berkembang pesat pada saat ini, yaitu:
- Proses Acetocell yaitu proses yang menggunakan bahan kimia pemasak berupa
asam asetat.
- Proses Alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pembuatan pulp dengan bahan baku
kimia pemasak yang berupa campuran alkohol dan NaOH.
5. Proses Kombinasi
Cara ini pada prinsipnya adalah kombinasi dari cara mekanis dan kimia.
Umumnya cara ini dilakukan dengan merendam bahan baku dengan bahan kimia,
kemudian mengolahnya secara mekanis, yaitu memisahkan serat-serat sehingga
menjadi pulp. Warna pulp yang dihasilkan lebih pucat. Ada dua macam proses
pembuatan pulp secara semi kimia, yaitu Proses Sulfit Netral dan Proses Soda
Dingin.
a. Proses Sulfit Netral
Proses ini pada dasarnya ditandai dengan tahapan penggilingan secara mekanik.
Proses semi kimia yang paling penting adalah Proses Natural Sulfite Semi Chemical
(NSSC), yang telah digunakan secara luas di Amerika Serikat sejak 1926. Dalam
20 tahun terakhir proses NSSC juga telah digunakan di Eropa dan di banyak negara
lain di seluruh dunia. Proses ini memanfaatkan cairan pemasak Sodium Sulfit
dengan penambahan Sodium Karbonat untuk menetralkan asam-asam organik yang
dilepas dari kayu selama pemasakan.
b. Proses Soda Dingin
Proses ini digunakan untuk kayu keras yang berkerapatan tinggi. Langkah yang
paling penting dalam pembuatan pulp soda dingin adalah impregnasi dengan lindi
13
alkalis (NaOH) pada temperatur 20-30°C, hingga terjadi penetrasi yang cepat tapi
menyeluruh pada serpih-serpih kayu. Proses ini dilakukan dengan konsentrasi
NaOH rendah, yaitu 0,25-2,5% dan dengan waktu antara 15-120 menit, kemudian
dilakukan tahap penggilingan pada serpih-serpih. Pada tahun 1960-an, produk kraft
lebih banyak dipakai dibanding pulp sulfit, karena telah memiliki sifat-sifat pulp
yang lebih baik dan bahan kimia yang lebih sederhana. Meskipun saat ini lebih dari
80% pulp kimia, yang dihasilkan adalah pulp kraft, tetapi kelemahan-kelemahan
proses ini masih susah untuk diatasi, misalnya bau dari gas.
2.2 Tisu
Tisu merupakan sejenis kertas yang digunakan untuk berbagai tujuan atau
kebutuhan kebersihan. Menurut Kasiridho (2021) tisu atau yang dikenal juga
dengan kertas selampai merupakan sejenis kertas krep ringan yang diproduksi dari
bahan baku bubur kertas (paper pulp) ataupun hasil daur ulang. Peningkatan
ekonomi dan perkembangan zaman yang semakin pesat sehingga terciptanya
budaya kehidupan modern di indonesia yaitu pengunaan tisu sebagai pembersih
yang praktis. Penggunaan tisu semakin lama semakin berkembang, untuk itu tisu
terdiri beberapa jenis dan fungsi yang berbeda- berbeda.
2.2.1 Jenis-jenis Tisu
Jenis tisu di Indonesia sebenarnya sangat bermacam-macam, tetapi
penggunaan tisu sendiri masih dianggap sama saja. Padahal, tisu yang dijual di
pasaran dibedakan menjadi berbagai jenis. Beberapa jenis tisu ini seperti tisu toilet,
tisu wajah, tisu makan, dan beberapa jenis tisu yang dimaksudkan untuk kegunaan
lainnya.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tisu terdiri dari beberapa jenis
antara lain:
1. Kertas Tisu Muka (SNI 173:2017)
Kertas tisu muka ini digunakan sebagai pembersih kulit khususnya kulit muka
dan memiliki tekstur yang cukup halus.
2. Kertas Tisu Toilet (SNI 0103:2017)
Kertas tisu toilet digunakan sebagai perlengkapan yang ada ditoilet. Hampir
seperti tisu wajah, tisu toilet juga memiliki tekstur yang lembut namun cukup tipis.
14
Dari hasil analisis serat ampas tebu yang telah dilihat pada Tabel 2.2. Ampas
tebu, atau disebut juga dengan bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
cairan tebu memiliki kandungan selulosa yang memenuhi syarat pembuatan pulp
dan juga kandungan lignin yang cukup rendah. Ampas tebu sebagian besar
mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7-2 mm dengan diameter
sekitar 20 µm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah
17
menjadi papan- papan buatan. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian
besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin.
2.4 Kelapa
Kelapa atau nyiur (Cocos nucifera. L) adalah anggota tunggal dalam genus
Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Arti kata kelapa dapat merujuk pada
keseluruhan pohon kelapa, biji, atau buah, yang secara botani adalah pohon
berbuah, bukan pohon kacang-kacangan.
Istilah coconut dalam bahasa Inggris berasal dari kata Portugis dan Spanyol
abad ke-16, coco yang berarti "kepala" atau "tengkorak" setelah tiga lekukan pada
tempurung kelapa yang menyerupai fitur wajah. Tumbuhan ini dimanfaatkan
hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan
serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa dikenal karena kegunaannya
yang beragam, mulai dari makanan hingga kosmetik. Daging bagian dalam dari
benih matang membentuk bagian yang secara teratur menjadi sumber makanan bagi
banyak orang di daerah tropis dan subtropis. Kelapa berbeda dari buah-buahan lain
karena endosperma mereka mengandung sejumlah besar cairan bening. Tumbuhan
ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudra Hindia di sisi Asia, tetapi kini telah
menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Komposisi air kelapa tergantung dari varietas, derajat maturitas (umur), dan
faktor iklim.Volume air kelapa pada tiap buah kelapa biasanya sekitar 300 mL,
dengan pH berkisar 3,5-6,1. Air kelapa memberikan rasa dan aroma yang khas
karena adanya komponen aromatik dan volatile. Dalam air kelapa terkandung zat
gizi makro yaitu karbohidrat (KH), lemak (L), dan protein (P). Pada air kelapa muda
terkandung KH 4,11%, L 0,12%, dan P 0,13%, sedangkan pada air kelapa tua KH
7,27%, L 0,15%, dan P 0,29%. Air kelapa mengandung sangat sedikit lemak, oleh
karena itu, dalam air kelapa hanya terkandung energi sebesar 17,4% per 100 gram
atau sekitar 44 kal/L.7 Zat gizi mikro (vitamin dan mineral) juga ditemukan dalam
air kelapa. Vitamin yang terkandung dalam air kelapa yaitu vitamin B (B1,B2, B3,
B5, B6, B7, B9) dan vitamin C, yang kadarnya menurun selama maturitas (Fadlilah
& Saputri, 2018).
18
bakar bila terpapar. Senyawa ini sangat larut dalam air, dapat dengan mudah
menyerap kelembaban dan karbondioksida dari udara. Senyawa ini membentuk
hidrat dengan rumus NaOH.nH2O. Senyawa monohidratnya NaOH.H2O
mengkristal dari larutan berair pada rentang suhu antara 12,3°C hingga 61,8°C.
Sebagai salah satu hidroksida paling sederhana, natrium hidroksida sering
digunakan bersama air yang bersifat netral dan asam klorida yang bersifat asam
sebagai penunjuk skala pH. Natrium hidroksida digunakan di banyak industri dalam
pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
dan berbagai proses manufaktur bahan kimia termasuk produksi bahan kimia karet,
pewarna belerang, dan perolehan minyak. Seiring dengan bentuk hidratnya, natrium
sulfida melepaskan hidrogen sulfida (H2S) ketika bersentuhan dengan udara
lembab. H2S adalah pemancar gas endogen yang menunjukkan sifat anti-inflamasi
dan antiapoptosis. Bersama dengan sulfida lainnya, efek anti-inflamasi dan
perlindungan jaringan dari natrium sulfida telah diselidiki dalam model peradangan
dan stres oksidatif. Natrium sulfida, sering digunakan sebagai hidratnya, dapat
bereaksi dengan dihalida menghasilkan disulfida siklik seperti ditiola, atau dengan
monohalida menghasilkan disulfida simetris.
21
22
2. Kulit kelapa muda yang telah dipisahkan dari seratnya kemudian dipotong
kecil kecil.
3. Mencuci kulit kelapa muda yang telah dipotong hingga bersih.
4. Merendam kulit kelapa muda dengan larutan NaOH 4% selama 1 jam
sampai air rendeman berubah menjadi warna cokelat. (Tujuan dari
pemberian NaOH adalah untuk memisahkan dan menguraikan serat selulosa
dan nonselulosa).
5. Mencuci kulit kelapa muda yang telah direndam dengan air bersih hingga
rendamannya tidak berwarna cokelat pekat lagi.
6. Meremas kulit kelapa muda yang telah dicuci tadi hingga berkurang kadar
airnya.
7. Kulit kelapa muda kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3
hari. (Tujuannya agar kulit kelapa muda awet dan dapat dijadikan sebagai
stok bahan baku).
8. Selanjutnya, kulit kelapa muda dihaluskan dengan cara diblender sampai
menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan ukuran 80 mesh.
b. Ampas Tebu
1. Memotong limbah ampas tebu hingga berukuran kecil.
2. Selanjutnya, limbah ampas tebu dicuci hingga bersih.
3. Limbah ampas tebu yang telah bersih, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari selama 3 hari hingga berkurang kadar airnya.
4. Kemudian limbah ampas tebu dihaluskan dengan cara diblender sampai
menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan ukuran 80 mesh.
2. Produk kertas tisu yang telah dipotong kemudian ditimbang, lalu dihitung
gramatur nya. Gramatur pada kertas tisu dihitung dengan persamaan
berikut:
m
Gramatur (g) = x 10.000 (m2)
A
Keterangan:
m = Massa dari sampel kertas tisu (gram)
A = Luas dari sampel kertas tisu (cm2).
c. Uji Kapasitas Daya Serap Air
1. Produk kertas tisu disiapkan dalam bentuk persegi empat, kemudian
menimbang sampel tisu lalu dicatat beratnya.
2. Kemudian produk kertas tisu dibiarkan terendam dalam air selama 30 menit.
3. Selanjutnya produk kertas tisu ditimbang kembali untuk melihat seberapa
massa air yang diserap dalam sampel tisu Selanjutnya produk kertas tisu
ditimbang kembali untuk melihat seberapa massa air yang diserap dalam
sampel tisu yang dihasilkan.
3.5 Data Pengamatan
Tabel 3.1 Data Pengamatan
Pengamatan
Konsentrasi
Jenis Pelarut Pelarut (%) Uji Kadar Uji Kapasitas Uji Gramatur
Pulp (%) Absorpsi Air (g/g) (g/m2)
5
Natrium 10
Hidroksida 15
(NaOH) 20
25
5
Natrium 10
Sulfida 15
(Na2S) 20
25
27
Pencetakan
Pengeringan
Kertas Tisu
Analisa:
- % Kadar Pulp
- Gramatur
- Uji kapasitas absorpsi air
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Rincian Biaya Penelitian
4.1.1 Alat dan Bahan Habis Pakai
Alat/Bahan Kuantitas Satuan Biaya Satuan Jumlah
Panci Keramik 1 Buah Rp. 250.000 Rp. 250.000
Ampas Tebu 3 Kilogram Rp. 20.000 Rp. 60.000
Limbah Kelapa 3 Kilogram Rp. 20.000 Rp. 60.000
Muda
Natrium Sulfida 100 Gram Rp. 90.000 Rp. 90.000
Natrium 100 Gram Rp. 80.000 Rp. 80.000
Hidroksida
Hidrogen 1 Liter Rp. 70.000 Rp. 70.000
Peroksida
Kitosan 100 Gram Rp. 5.000 Rp. 1.000
Tepung Tapioka 100 Gram Rp. 8.000 Rp. 1.000
Virgin Coconut Oil 100 Mililiter Rp. 70.000 Rp. 7.000
Aquadest 5 Liter Rp. 20.000 Rp. 100.000
Subtotal Rp. 719.000
29
4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Proposal
Penelitian
Penyusunan Data
Analisa Data
Bimbingan
Penyusun Laporan
Sidang Laporan
30
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia Ta, W., & Gazali, A. (2021). Optimalisasi Pembuatan Tisu Dari Batang
Pisang Kepok Dengan Metode Organosolv Menggunakan Pemanas
Microwave. Saintis, 2(2).
Mardhiah, A., & Jannah, M. (2016). Pembuatan Kertas Kraft Dari Ampas Tebu
(Saccaharum Oficinarum) Menggunakan Metode Organosolv.
Jurnal Edukasi Kimia, 1(1), 1-5.
Setiati, R., Wahyuningrum, D., Siregar, S., & Marhaendrajana, T. (2020). Ethos
(Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat): 257-264 Optimasi
Pemisahan Lignin Ampas Tebu Dengan Menggunakan Natrium Hidroksida.
Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 4(2), 257-264.
Yanti, H., Hermawati, H., & Tang, M. (2021). Pemanfaatan Limbah Padat Tahu
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tisu Dengan Metode Acetosolv. Jurnal
Saintis, 2(April), 28-33.
31