Anda di halaman 1dari 23

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU
SELULOSA ASETAT UNTUK PEMBUATAN BIOFILM

BIDANG KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh:
KHAFID ALI MAHDI

1107114147 Angkatan 2011

ANTONI ALAMSYAH

1107114210 Angkatan 2011

DENI AFRIKA

1107120292 Angkatan 2011

DYNNA ARDILLA PM

1307036227 Angkatan 2013

UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................
RINGKASAN ....................................................................................................................

i
ii
iii
iii
iii
iv

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................................
1.4 Luaran yang Diharapkan dan Manfaat ....................................................................

1
1
2
2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kertas, Selulosa dan Lignin .................................................................................... 3
2.2 Selulosa asetat ......................................................................................................... 4
2.3 Biofilm dan Bioplastik ........................................................................................... 5
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 6
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................................. 6
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya ....................................................................................................... 8
4.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2

Hubungan kandungan asetil, derajat subtitusi, pelarut


dan kegunaannya ......................................................................................... 5
Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P ............................................................ 8
Jadwal Kegiatan PKM-P ............................................................................. 8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tumpukan kertas bekas (limbah kertas) ..................................................... 1
Gambar 2.1 Rumus bangun molekul selulosa ................................................................. 3
Gambar 2.2 Bagian struktur lignin ................................................................................. 4

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.

Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing


Justifikasi Anggaran Kegiatan
Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas
Surat Pernyataan Ketua Kegiatan

iii

RINGKASAN
Tingkat konsumsi kertas oleh masyarakat selalu naik setiap tahunnya. Saat ini, kebutuhan
kertas dunia sekitar 394 juta ton dan terus meningkat sebesar 2,1% per tahunnya. Hal ini
tentu saja berdampak terhadap besarnya limbah kertas yang dihasilkan sementara
pengolahan dan pemanfaatan limbah kertas masih belum optimal. Selulosa merupakan
komponen utama penyusun kertas sehingga melimpahnya jumlah limbah kertas dapat
dipandang sebagai limpahan selulosa yang dapat dimodifikasi menjadi produk berbagai
produk lain yang lebih berguna. Salah satu teknologi yang dapat dikembangkan dalam
memanfaatkan limbah kertas adalah dengan modifikasi kimiawi untuk memperoleh selulosa
dari kertas dan mengubah selulosa menjadi selulosa asetat. Pemanfaatan selulosa asetat yang
lebih luas dibandingkan dengan material induknya yaitu selulosa. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memanfaatkan limbah kertas sebagai bahan baku selulosa asetat dan selulosa
asetat yang didapat akan digunakan untuk membuat biofilm atau lebih dikenal dengan
bioplastik. Variable yang ditinjau adalah variasi perbandingan massa selulosa dan volume
asam asetat glasial pada proses asetilasi dan variasi persentase pemlastis gliserin pada tahap
pembuatan biofilm. Proses dibagi menjadi beberapa tahap yaitu delignifikasi, asetilasi,
hidrolisis dan pembuatan biofilm. Pada tahap delignifikasi, kandungan lignin yang masih
tersisa dalam kertas dihilangkan engan cara melarutkannya dengan asam (H2SO4) dengan
sistem refluks sehingga didapat selulosa yang lebih murni. Setelah didapat selulosa
dilanjutkan dengan tahap asetilasi atau penambahan gugus asetat. Selulosa direaksikan
dengan asam asetat glasial dengan perbandingan massa selulosa dan volume asam asetat
glasial 1 g : 16 ml dan 1 g : 32 ml. Selanjutnya adalah tahap hidrolisis, yaitu campuran dari
hasil asetilasi ditambahkan 20 ml aquades, kemudian disaring, dicuci dengan aquades
sampai filtrat tidak berwarna, dan dikeringkan dalam oven. Karakterisasi selulosa dan
selulosa asetat meliputi kadar air, kadar asetil dan analisis FT-IR. Penetapan kadar air dari
selulosa (serbuk) dilakukan setelah tahap delignifikasi, sedangkan untuk penetapan kadar
asetil dan analisis FT-IR dilakukan pada serbuk selulosa asetat yang diperoleh dari tahap
asetilasi dan hidrolisi. Untuk pembuatan biofilm, selulosa asetat dilarutkan dengan aseton
dan ditambah pemlastis gliserin. Pemlastis digunakan untuk meningkatkan kualitas biofilm.
Pemlastis gliserin ditambahkan dengan variasi 25% dan 35% dari bobot selulosa asetat.
Larutan yang dihasilkan dituang pada plat kaca dan dikeringkan selama 1 jam pada suhu
60oC. Lembaran bioplastik yang didapatkan kemudian diuji karakteristik fisiknya meliputi
ketebalan, kuat tarik dan elongasi, laju transmisi uap (Water Vapour Transmission
Rate/WVTR), dan daya serap air.

iv

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tingkat konsumsi kertas oleh masyarakat selalu naik setiap tahunnya. Saat
ini, kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton. Pertumbuhan kebutuhan kertas
dunia diperkirakan tumbuh rata-rata 2,1% per tahun sehingga kebutuhan kertas
dunia pada tahun 2020 mendatang diperkirakan mencapai 490 juta ton
(http://kemenperin.go.id/, 2014). Peningkatan ini berdampak langsung terhadap
peningkatan limbah kertas, hingga muncul fenomena papperless pada awal
2010, dimana segala aktivitas kerja diharapkan menghemat pemakaian kertas
dengan softfile dan email sebagai alternatifnya. Disisi lain, pemanfaatan limbah
kertas sangat minim dan hanya terbatas pada kertas daur ulang, kerajinan, dan
produk seni lainnya. Sedangkan, bila dilihat dari sudut pandang kimiawi, limbah
kertas dapat dimanfaatkan lebih jauh lagi. Bahan dasar pembuat kertas adalah
kayu (umumnya kayu mangium) dengan komposisi selulosa 45% - 48%,
hemiselulosa 15% - 30%, dan lignin 17% - 25%. Selulosa merupakan komponen
utama penyusun kertas sehingga melimpahnya jumlah limbah kertas dapat
dipandang sebagai limpahan selulosa yang dapat dimodifikasi menjadi produk
berbagai produk lain yang lebih berguna.

Gambar 1.1 Tumpukan kertas bekas (limbah kertas)


Salah satu teknologi yang dapat dikembangkan dalam memanfaatkan
limbah kertas adalah dengan modifikasi kimiawi untuk memperoleh selulosa dari
kertas dan mengubah selulosa menjadi selulosa asetat. Selulosa asetat merupakan
golongan ester selulosa yang dimodifikasi untuk memperbaiki sifat fisik dan
kimianya untuk keperluan tertentu. Selulosa asetat dapat larut pada berbagai
pelarut tergantung kadar asetilnya. Kelarutan selulosa asetat memungkinkannya
untuk dibentuk atau dicetak menjadi berbagai bentuk. Perubahan ciri lain yang
dikehendaki membuka peluang pemanfaatan selulosa asetat yang lebih luas
dibandingkan dengan material induknya yaitu selulosa.
1.2

Rumusan Masalah
Selulosa asetat merpakan jenis polimer yang banyak digunakan dalam
industri seperti plastik, cat, tekstil, perekat, film photography dan membran.

Selulosa asetat secara umum dibedakan atas dua jenis yaitu selulosa triasetat
(selulosa asetat primer) dan selulosa diasetat (selulosa asetat sekunder). Selulosa
asetat primer dibuat melalui reaksi esterifikasi (asetilasi) selulosa dengan pereaksi
anhidrida asetat, sedangkan selulosa asetat sekunder dibuat dengan cara
menghidrolisis selulosa asetat primer (Desiyarni, 2006).
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah kertas umumnya mengenai
pembuatan membran selulosa asetat. Salah satunya yang telah dilakukan oleh
Natalia (2013). Proses yang digunakan adalah delignifikasi, asetilasi dan hidrolisis
sehingga diperoleh selulosa asetat yang digunakan untuk pembuatan membran
selulosa asetat.
Kuryani (2014) menggunakan selulosa asetat untuk membuat biofilm.
Selulosa asetat yang digunakan berasal dari selulosa microbial limbah cair
tapioca. Pada penelitian ini, biofilm dibuat dengan metode infersi fasa
menggunakan pelarut aseton dan pemlastis gliserin. Pemlastis ditambahkan ke
dalam larutan dengan variasi 15% dan 25%. Dari hasil yang diperoleh, biofilm
dengan kadar pemlastis 25% memiliki kualitas yang lebih baik ditinjau dari
katebalan, kuat tarik, elongasi, laju transmisi uap, dan daya serap air.
Untuk memperluas pemanfaatan selulosa asetat dari limbah kertas, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatatn biofilm selulosa asetat dari
limbah kertas. Pada penelitian ini, akan dilakukan sintesis selulosa asetat dari
limbah kertas bekas dan selulosa yang didapat digunakan untuk membuat biofilm
dengan persentase 25% dan 35%.
1.3

1.4

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
Memanfaatkan limbah kertas sebagai bahan baku untuk membuat biofilm
selulosa asetat;
Mengetahui pengaruh variasi perbandingan massa selulosa dan volume
asam asetat glasial pada proses asetilasi terhadap kualitas selulosa asetat
yang dihasilkan;
Mengetahui pengaruh variasi persentase pemlastis gliserin pada tahap
pmebuatan biofilm terhadap kualitas biofilm yang dihasilkan.

Luaran yang Diharapkan dan Manfaat


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan data-data
mengenai pembuatan biofilm selulosa asetat dari limbah kertas dan. Hasil
penelitian ini juga diharapkan menjadi artikel ilmiah untuk penelitian lain yang
berkaitan dengan pemanfaaatan limbah kertas dan pembuatan biofilm.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat membantu pemerintah dalam
mencari solusi untuk penanganan limbah kertas dan menjadi pertimbangan
pemilihan bahan baku bagi industri biofilm.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1
Kertas, Selulosa dan Lignin
Pada proses pembuatan pulp dan kertas, bahan baku yang digunakan
adalah kayu. Kualitas pulp sangat ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan.
Diharapkan jenis kayu yang digunakan untuk menghasilkan kualitas pulp yang
bagus adalah kayu yang mempunyai kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang
rendah, tidak rapuh, tidak banyak getah dan tidak berkulit tebal.
Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel tumbuhan.
Adapun sifat dari selulosa adalah berbentuk senyawa berserat, mempunyai
tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air, dan pelarut organik.
Selulosa merupakan hidrokarbon yang berbentuk polimer dan mempunyai
rumus bangun molekul (C6H10O5)n sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar
2.1. Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat dibedakan atas
tiga jenis yaitu (Kirk dan Othmer, 1978):
Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat
polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa dipakai sebagai penduga dan
atau penentu tingkat kemurnian selulosa;
Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5%, atau basa kuat dengan DP berkisar 15-90, dapat
mengendap bila dinetralkan;
Selulosa (Gamma Cellulose) adalah sama dengan selulosa , tetapi DPnya kurang dari 15.

Gambar 2.1 Rumus bangun molekul selulosa


Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada
semua jenis serat, mudah larut dalam alkali dan mudah terhidrolisis oleh asam
mineral menjadi gula dan senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada
selulosa dan dapat diisolasi dari kayu dengan cara ekstraksi. Hemiselulosa ini
sifatnya mudah mengembang kalau terkena air. Selain itu, sifatnya yang lain
adalah dapat memperkuat ikatan serat dan memperbesar daya tahan sobek kertas.

Lignin adalah bagian terbesar dari selulosa. Peran utama lignin adalah
membentuk lapisan di antara serat yang berfungsi sebagai pengikat antar serat
selulosa dalam kayu maupun non kayu. Polimer lignin dalam tumbuhan sukar
ditentukan karena strukturnya yang acak, sehingga setiap tumbuhan memiliki
struktur lignin yang berbeda-beda. Salah satu contoh bagian struktur lignin
disajikan pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Bagian struktur lignin


Dalam proses pembuatan pulp, lignin merupakan unsur yang tidak
diinginkan dan harus dipisahkan dari selulosa. Lignin yang tersisa dalam pulp
dapat menyebabkan kertas menjadi berwarna coklat.
2.2

Selulosa Asetat
Selulosa asetat merupakan modifikasi selulosa dengan asetat anhidrida
dengan katalisator H2SO4 pada suhu 50 oC. Mempunyai sifat termoplastik, dapat
diproduksi dengan ekstrusi atau solvent casting, film berpenampilan jernih dan
agak liat, tidak memiliki barier yang baik untuk uap air dan gas; barier yang baik
bagi minyak dan lemak, tidak edible, dan aplikasi secara umum untuk barangbarang moulding, sebagai lapisan untuk diwarnai (Desiyarni, 2006).
Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi bolak-balik dan bersifat
eksotermis, yaitu:
(6105) + (3)2 + 24 (672(3)0,2(3)2,8)
(Harrison et al., 2004)
Reaksi bolak-balik merupakan reaksi kesetimbangan, terjadi pada konversi
yang maksimum. Selulosa triasetat maksimum didapat pada waktu 1 jam asetilasi
dengan kadar asetil 44,175%. Untuk mendapatkan selulosa diasetat, maka proses

dilanjutkan ke tahap hidrolisa. Kadar asetil yang diperoleh adalah 39% pada
waktu asetilasi 15 jam, suhu 50oC dengan kadar air 0,537% bersifat serbuk putih,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak beracun (Rosnelly dkk, 2009).
Sifat selulosa asetat ditentukan oleh derajat substitusinya karena
berhubungan dengan kelarutannya dalam pelarut tertentu. Kadar asetil merupakan
ukuran jumlah gugus asetil yang diesterifikasi pada rantai selulosa dan
menentukan derajat substitusi (DS). Hubungan antara kadar asetil dengan derajat
substitusi ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Hubungan kendungan asetil, derajat subtitusi, pelarut dan kegunaannya
Kandungan asetil
Derajat subtitusi
Pelarut
Kegunaan
8.0 18.6
0.6 0.9
Air
22.2 32.2
1.2 1.8
2-metoksi etanol
Plastik
36.5 42.2
2.2 2.7
Aseton
Benang, film
43.0 44.8
2.8 3.0
Kloroform
Kain, pembungkus
Sumber: Fengel and Wegener (1984)

2.3

Biofilm dan Bioplastik


Biofilm diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat
dihancurkan secara alami. Proses pembentukan biofilm diawali dengan
melemahnya jarak antar partikel yang saling berkaitan dalam suatu cairan,
sehingga setelah terjadi proses penguapan akan terbentuk lembaran (Buckmann et
al., 2002). Biofilm dapat dikembangkan menjadi bahan pengemas atau bioplastik
(Apriyanto, 2007).
Bioplastik atau plastik organik adalah salah satu jenis plastik yang terbuat
dari sumber biomassa terbarukan, seperti minyak nabati, pati jagung, pati kacang
polong dan mikrobiota. Jika dibandingkan dengan plastik konvensional yang
terbuat dari bahan baku petroleum, kelebihan lain dari bioplastik adalah
diproduksi dari sumber terbarukan. Bioplastik pada umumnya bersifat dapat
terdegradasi secara alami (biodegradable).
Pembuatan biofilm dibantu oleh penambahan pemlastis (plasticizer).
Plasticizer merupakan bahan dengan berat molekul kecil sehingga dapat
bergabung ke dalam matriks protein dan polisakarida untuk meningkatkan sifat
fleksibilitas dan kemampuan membentuk film. Plasticizer meningkatkan volume
bebas atau mobilitas molekul primer dengan mengurangi ikatan hidrogen,
termasuk juga kemampuannya untuk mengikat air ke dalam sistem protein yang
mengandung plasticizer. Salah satu jenis plasticizer adalah gliserol. Gliserol
adalah senyawa alkohol dengan tiga buah gugus hidroksil dalam satu molekul
(alkohol trivilen). Gliserol ini berbentuk cair, kental, tidak berbau, transparan,
higroskopis, serta dapat larut dalam air dan alkohol. Selain itu, molekul gliserol
ini relatif kecil sehingga dapat dengan mudah disisipkan di antara rantai polimer
(Gontrad et al., 1993).

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah pelat kaca, batang pengaduk, gelas beker,
erlenmeyer, cawan petri, satu set refluks (labu didih, kondenser, klep), satu set
alat titrasi (buret, klep), gelas piala, penangas air, neraca analitik, mantel pemanas,
desikator, oven, stirrer, kertas saring dan peralatan gelas lainnya yang diperlukan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah limbah kertas, asam asetat glasial,
anhidrida asetat, asam sulfat pekat, aseton, aquadest, NaOH, HCl dan gliserin.
3.2

Variabel Penelitian
Variabel berubah yang ditinjau pada penelitian ini adalah:
Perbandingan massa selulosa asetat dan volume asam asetat glasial pada
tahap asetilasi yaitu 1 g : 16 ml dan 1 g : 32 ml.
Persentase pemlastis gliserin yang ditambahkan pada tahap pembuatan
biofilm yaitu 25% dan 35%.

3.3
Prosedur Penenlitian
3.3.1 Tahap Delignifikasi
Kertas HVS dipotong kecil-kecil, direndam dengan 500 ml air selama 24
jam. Campuran disaring, ditambahkan 450 ml larutan NaOH 0,25 N selama 18
jam, setelah itu disaring dan direfluks dengan etanol 20% dan H2SO4 1,5 N
selama 8 jam. Kemudian disaring, dicuci dengan aquades sampai filtrat tidak
berwarna, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45oC selama 24 jam.
3.3.2 Tahap Asetilasi dan Hidrolisis
Variasi pada pembuatan selulosa asetat adalah perbandingan massa
selulosa dan volume asam asetat glasial 1 g : 16 ml dan 1 g : 32 ml. pembuatan
selulosa asetat dengan perbandingan 1 g : 16 ml dengan cara mengambil 3 g
selulosa dari limbah kertas, ditambah larutan asam asetat glasial 48 ml, kemudian
ditambahkan H2SO4 pekat 3 ml, diaduk selama 30 menit (35oC). Setelah itu
ditambahkan anhidrida asetat dan diaduk.
Selanjutnya adalah tahap hidrolisis, yaitu campuran dari hasil asetilasi
ditambahkan 20 ml aquades, kemudian disaring, dicuci dengan aquades sampai
filtrat tidak berwarna, dan dikeringkan dalam oven. Pembuatan selulosa asetat
dengan perbandingan 1 : 32 ml dilakukan dengan cara yang sama, namun
penambahan asam asetat glasial sejumlah 96 ml.
3.3.3 Karakterisasi Selulosa dan Selulosa Asetat
Karakterisasi selulosa dan selulosa asetat meliputi kadar air, kadar asetil
dan analisis FT-IR. Penetapan kadar air dari selulosa (serbuk) dilakukan setelah
tahap delignifikasi, sedangkan untuk penetapan kadar asetil dan analisis FT-IR

dilakukan pada serbuk selulosa asetat yang diperoleh dari tahap asetilasi dan
hidrolisi.
3.3.3.1 Kadar Air
Cawan petri kosong dikeringkan selama 1 jam di dalam oven pada suhu
103C, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang beratnya (W1). Setelah
itu, ditambahkan 1 g selulosa (W2), dikeringkan lagi di dalam oven pada suhu
103C selama 2 jam, kemudian didinginkan kembali dalam desikator, setelah itu
ditimbang beratnya (W3). Perlakuan penetapan kadar air selulosa asetat dari
limbah kertas dan selulosa komersial sama dengan penetapan kadar air selulosa
(limbah kertas). Kadar air selulosa asetat hanya digunakan dalam perhitungan
penentuan kadar asetil selulosa asetat.
3.3.3.2 Kadar Asetil
Sebanyak 1 g serbuk selulosa asetat (hasil tahap asetilasi) dimasukkan ke
dalam erlenmeyer, setelah itu ditambahkan 40 mL etanol 75%, dipanaskan dalam
penangas air pada suhu 55C selama 30 menit. Erlenmeyer dikeluarkan dari
penangas, ditambahkan 40 mL NaOH 0,5 N lalu dipanaskan kembali pada suhu
dan waktu yang sama, kemudian ditutup dengan aluminium foil, dibiarkan selama
72 jam. Setelah itu larutan dititrasi dengan HCl 0,5 N, erlenmeyer ditutup kembali
dengan aluminium foil, dibiarkan selama 24 jam, kemudian dititrasi dengan
NaOH 0,5 N. Untuk blanko, perlakuannya sama tetapi tidak ditambahkan serbuk
selulosa asetat.
3.3.3.3 Analisis FT-IR
Analisis gugus fungsi pada selulosa asetat menggunakan analisis FT-IR.
Sampel (selulosa asetat dari limbah kertas dan komersial) yang digunakan dalam
bentuk serbuk. Sampel dipreparasi dalam bentuk pellet kalium bromida. Sampel
yang siap diukur ditempatkan pada tempat sampel dari alat interferometer,
kemudian ditunggu spektra yang diperoleh pada layar komputer, sehingga
diperoleh data analisis FT-IR.
3.3.4 Pembuatan Biofilm
Prosedur merupakan modifikasi prosedur Safriani (2000). Sebanyak 10 gr
selulosa asetat dilarutkan dalam 45 ml aseton dan diaduk menggunakan stirer
hingga tercampur rata. Pemlastis gliserin ditambahkan ke dalam larutan dengan
variasi 25% dan 35% dari bobot selulosa asetat. Larutan yang dihasilkan dituang
pada plat kaca 30x25 cm lalu dikeringkan selama 1 jam pada suhu 60oC.
Lembaran bioplastik yang didapatkan kemudian diuji karakteristik fisiknya
meliputi ketebalan, kuat tarik dan elongasi, laju transmisi uap (Water Vapour
Transmission Rate/WVTR), dan daya serap air.

3.3.5 Pengujian Karakteristik Fisik Biofilm


Pengujian biofilm dilakukan untuk mengetahui nilai beberapa karakter
fisiknya meliputi ketebalan, kuat tarik dan elongasi, laju transmisi uap (WVTR)
dan daya serap air. Uji kuat tarik dan elongasi dilakukan menggunakan metode
ASTM D638, WVTR menggunakan metode ISO 2528-1974 (E) dan daya serap
air menggunakan metode ASTM D570.
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1
Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
No
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1
Peralatan Penunjang
1.290.000,2
Bahan Habis Pakai
5.440.000,4
Perjalanan
1.400.000,5
Lain- lain
4.270.000,Jumlah
12.400.000,4.2

Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM-P

No
1
2
3
4
5
6
7

Kegiatan

Bulan ke
2
3
4

Persiapan alat dan bahan


Tahap delignifikasi
Tahap asetilasi
Karakterisasi selulosa dan selulosa asetat
Pembuatan biofilm
Karakterisasi biofilm
Penyusunan laporan

DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, J. 2007. Karakteristik Biofilm dari Bahan Dasar Polivinil Alkohol
(PVOH) dan Kitosan [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Buckmann, AJP. Nabuurs, T & Overbeek, GC. 2002. Self Crosslinking Polymeric
Dispersants Used in Emulsion Polymerization. Netherland.
Desiyarni. 2006. Perancangan Proses Pembuatan Selulosa Asetat dari Selulosa
Mikrobial untuk Membran Ultrafiltrasi. Disertasi tidak diterbitkan. Bogor:
IPB.
Fengel, D & Wegener, G. 1983. Kayu: kimia, ultrastruktur, reaksi-reaksi.
Terjemahan Sastrohamidjojo, h. 1995. Yogyakarta: gadjah mada university
press.

Gontrad, N. Gulibert, S & Cuq, JL. 1993. Water and glycerol as plasticizers affect
mechanical and water vapor barrier properties of an ediblewheat film.
Journal of Food Science. 58: 206-211.
Harrison, I. Huttenhuis & Heesink. 2004. BIOCA-Biomass Streams to Produce
Cellulose Acetate. Department of Chemical Engineering, Twente
University, Enschede. The Netherlands.
http://www.kemenperin.go.id/. 2014. Produksi Kertas Bisa Mencapai 13 Juta
Ton. Diakses pada 21 September 2014.
Kirk, R.E. & Othmer, D.F. 1978. Encyclopedia of Chemical Technology. Edisi
Ketiga, Vol. 3, Hlm. 938, VCH Verlogsgesselscraft MGH, Weinheim
(Germany).
Kuryani, T. 2014. Pembuatan Biofilm Selulosa Asetat dari Selulosa Mikrobial
Nata De Cassava. Skripsi. Bogor: IPB.
Natalia, D. Mahmudi & Zakia, N. 2013. Pengaruh Perbandingan Selulosa dan
Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran
Selulosa Asetat dari Limbah Kertas. Skripsi. Malang: UM.
Rosnelly, CM. Darwis, A. Noor, E & Kaseno. 2009. Pembuatan Selulosa Diasetat
dari Pulp Sengon (Paraserianthes falcataria) sebagai Bahan Baku
Pembuatan Membran. Jurnal Agritek. 10(1):61-70.
Safriani. 2000. Produksi Biopolimer dari Selulosa Asetat Nata de Soya. Tesis.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang
Material
Pelat kaca
Batang
pengaduk
Gelas beker
Erlenmeyer 150
ml
Cawan petri
Gelas piala 1 L
Gelas piala 150
ml
Pipet tetes
Spatula
Kertas saring

Justifikasi
Tempat pembuatan
biofilm
Mengaduk larutan
Tempat menimbang
bahan padat
Analisa kadar asetil
Tempat menguapkan
bahan di dalam oven
Tempat pembuburan
kertas
Tempat asetilasi dan
hidrolsis
Mengambil bahan cair
Megambil bahan
padat
Menyaring bahan

Kuantitas

Harga satuan
(Rp)

Jumlah (Rp)

2 buah

30.000

60.000

2 buah

25.000

50.000

4 buah

25.000

100.000

4 buah

70.000

280.000

4 buah

40.000

160.000

1 buah

250.000

250.000

3 buah

80.000

240.000

1 kotak

30.000 / kotak

30.000

2 buah

45.000

90.000

1 kotak

50.000 / kotak
Subtotal

50.000
1.290.000

2. Bahan Habis Pakai


Material
Asam asetat
glasia
Anhidrida asetat
Asam sulfat
pekat
Aseton
Aquadest
NaOH
HCl
gliserin

Justifikasi
Bahan pada asetilasi
Bahan pada asetilasi
Pemasak pada
delignifikasi dan
katalis pada asetilasi
Pelarut selulosa asetat
Pencucian bahan
Untuk pembuburan
kertas dan titrasi
Untuk titrasi
Bahan tambahan
biofilm

Kuantitas

Harga satuan
(Rp)

Jumlah (Rp)

1 liter

800.000/ liter

800.000

500 gr

1.000.000 / kg

500.000

1 liter

800.000 / liter

800.000

1 liter
40 liter

1.200.000 / liter
6.000 / liter

1.200.000
240.000

500 gr

1.000.000 / kg

500.000

1 liter

600.000 / liter

600.000

1 liter

800.000 / liter

800.000

Subtotal

5.440.000

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

3. Perjalanan
Material
Akomodasi

Akomodasi

Justifikasi
Perjalanan saat
pembelian bahan, alat,
dll
Mengantar sampel
untuk dianalisa
Pekanbaru Padang

Kuantitas

Harga satuan
(Rp)

Jumlah (Rp)

3 org

200.000

600.000

2 orang

400.000

800.000

Subtotal

1.400.000

4. Lain-lain
Material
Biaya analisa
selulosa asetat
Biaya analisa
biofilm

Publikasi
Laporan
Pajak 10%
Sewa Alat
Refluks

Justifikasi
Analisa FT-IR
Analisa ketebalan,
kuat tarik, elongasi,
daya serap air, laju
transmisi uap
(WVTR)

Kondensor, Klem,
Buret, Labuh didih

Kuantitas

Harga satuan
(Rp)

Jumlah (Rp)

2 sampel

450.000

900.000

2 sampel

500.000

1.000.000

300.000
400.000

300.000
400.000
1.240.000

430.000

430.000

Subtotal
TOTAL

4.270.000
12.400.000

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Alokasi
Waktu
(Jam/Minggu)

No.

Nama / NIM

Program
Studi

Bidang
Ilmu

Khafid Ali Mahdi /


1107114147

Teknik
Kimia S-1

Teknik
Kimia

20

Antoni Alamsyah/
1107114147

Teknik
Kimia S-1

Teknik
Kimia

15

Deni Afrika /
1107120292

Teknik
Kimia S-1

Teknik
Kimia

15

Dynna Ardilla PM/


1307036227

Teknik
Kimia S-1

Teknik
Kimia

10

Uraian Tugas
Koordinator kegiatan, mempersiapkan
bahan dan alat, memantau jalannya
kegiatan penelitian, menyusun laporan
kemajuan dan laporan akhir.
Mempersiapkan bahan dan alat,
melakukan proses daur ulang limbah
kertas sesuai rencana, koordinator
lapangan.
Mempersiapkan bahan dan alat,
Membuat Biofilm, Melakukan analisa
selulosa asetat, turut membantu ketua
terkait penyusunan laporan akhir.
Administrasi, mencatat rincian kegiatan
dan perkembangan selama kegiatan,
dokumentasi,
membuat
laporan
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai