Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/275958186

HIDROLISIS SISA KETAMAN KAYU DALAM


PROSES ACETOSOLV

Conference Paper · October 2010


DOI: 10.13140/RG.2.1.3585.9683

CITATIONS READS

0 309

3 authors:

Zulfansyah Muchtar Ida Zahrina


Universitas Riau Universitas Riau
49 PUBLICATIONS 3 CITATIONS 6 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Fermi, Muhammad Iwan


Universitas Riau
20 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zulfansyah Muchtar on 07 May 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


HIDROLISIS SISA KETAMAN KAYU DALAM PROSES ACETOSOLV

Zulfansyah, Ida Zahrina, Muhammad Iwan Fermi

Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau


E-mail : zulfansyah@unri.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan pengembangan proses serempak hidrolisis dan


delignifikasi sisa ketaman kayu dalam media asam asetat, sebagai upaya
pemanfaatan limbah menjadi sumber bahan kimia melalui proses fraksionasi
biomassa. Proses hidrolisis hemiselulosa dalam media asam asetat dipelajari
dengan melihat pengaruh konsentrasi katalis HCl dan lamanya waktu reaksi
terhadap kadar pentosa dan furfural dalam black liquor (cairan pemasak bekas).
Percobaan dilakukan dalam ketel reaksi yang dilengkapi pendingin balik, dengan
variasi konsentrasi katalis dan waktu reaksi. Sedangkan konsentrasi pelarut asam
asetat (85%), nisbah cairan terhadap padatan (10/1), dan suhu reaksi (suhu didih
normal cairan pemasak) dibuat tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hampir seluruh pentosa terdegradasi membentuk furfural. Kadar produk
hidrolisis tertinggi adalah 2,7 g/liter dan 7,7 g/liter, berturut-turut untuk pentosa
dan furfural. Prilaku hidrolisis sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv
menguatkan kembali asumsi hidrolisis hemiselulosa merupakan dua reaksi seri
orde satu, dengan tingkat kesesuaian data terhadap model melebihi 95%.

Kata Kunci: Sisa Ketaman Kayu, Hidrolisis Hemiselulosa, Acetosolv, Pentosa,


Furfural.

PENDAHULUAN
Kayu merupakan hasil hutan yang banyak digunakan sebagai bahan baku
oleh industri besar maupun kecil. Pengguanaan kayu sebagai bahan baku
industri, tidak seluruhnya dapat diubah menjadi bahan jadi. Diperkirakan hanya
60% dari kayun yang ditebang akan menjadi bahan yang termanfaatkan, sisanya
menjadi limbah. Seperti pada industri penggergajian, 15% menjadi serbuk kayu
dan 25% berupa sisa ketaman kayu. Selama ini, penanggulan limbah kayu
tersebut belum maksimal dan tidak bernilai ekonomis, dibakar di tempat terbuka,
atau menjadikannya sebagai media penimbun. Kayu sebagai biomassa tersusun
atas komponen utama selulosa, hemiselulosa dan lignin. Karena itu, limbah kayu
tersebut sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi maupun
bahan baku industri kimia seperti, pabrik pulp, kertas dan rayon.
Pengolahan biomassa yang efisien dapat dilakukan dengan metoda
fraksionasi. Proses fraksionasi mampu memilah komponen utama penyusun
ISBN 978–979-8510-20-5
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

biomassa dengan menggunakan pelarut organik (organosolv) [Myerly et al.


1981]. Jika dibandingakan dengan proses konvensional, organosolv memang
memiliki beberapa keunggulan, seperti: a) ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan limbah belerang, b) pelarut organik didaur ulang dengan mudah,
dan c) mampu melakukan pemisahan secara sefektif tanpa merusak komponen
penyusunnya. Karena itu, proses organosolv sangat diminati dan dikembangkan
pemakaiannya dalam pemrosesan biomassa. Salah satu pelarut organik yang
banyak digunakan adalah asam asetat (acetosolv process). Media asam asetat
dengan ataupun tanpa katalis telah dapat memisahkan secara selektif selulosa,
hemiselulosa dan lignin dari berbagai biomassa, baik biomasa kayu maupun
bukan kayu [Shukry et al. 1992; Parajo et al. 1993; Vazquez et al. 1995; Susanto
1998].
Penelitian pendahuluan fraksionasi limbah kayu (serbuk kayu dan sisa
ketaman kayu), menunjukkan bahwa asam asetat (85 dan 95%), dengan bantuan
katalis HCl 0,15%-berat, dapat digunakan sebagai media fraksionasi limbah kayu.
Hasil penelitian fraksionasi limbah kayu tersebut melaporkan bahwa
penggunaan asam asetat 85% memberikan hasil yang relatif lebih baik,
dibandingkan dengan penggunaan asam asetat 95% [Zulfansyah et al. 2002].
Namun pada penelitian tersebut tidak mengkaji lebih lanjut pengaruh jumlah
katalis HCl yang ditambahkan dan waktu reaksi terhadap hidrolisis hemiselulosa.
Proses fraksionasi biomassa dengan menggunakan media asam asetat (acetosolv
process), meliputi delignifikasi (penyisihan lignin) dan hidrolisis hemiselulosa
(degradasi polisakarida) terjadi dalam satu tahap tunggal. Produk fraksionasi
biomassa dikehendaki memiliki kadar selulosa yang tinggi, dilain pihak, kadar
lignin dan hemiselulosa sekecil mungkin. Karena itu, proses hidrolisis
hemiselulosa sangat berperan untuk mencapai tujuan tersebut.
Penelitian ini bertujuan mempelajari proses hidrolisis sisa ketaman kayu
dalam media asam asetat pada proses acetosolv dengan melihat pengaruh
beberapa kondisi proses terhadap produk hidrolisis hemiselulosa. Upaya ini
diharapkan memberikan gambaran prilaku hidrolisis hemiselulosa biomassa sisa
ketaman kayu dalam proses acetosolv. Selanjutnya, kehandalan fraksionasi
biomassa menggunakan proses acestosolv dapat diketahui.

BAHAN DAN METODE


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sisa ketaman kayu yang
berasal dari industri perabotan rumah tangga. Sebelum digunakan, sisa ketaman
kayu dibersihkan, diayak dengan saringan dan dikeringkan di bawah sinar
matahari. Percobaan dilakukan dalam reaktor bacth bervolume 1 liter, yang
dilengkapi dengan pemasok energi dan pendingin balik, rangkaian alat
percobaan dapat dilihat dalam Fadlah et. al. [2002]. Percobaan hidrolisis sisa
ketaman kayu dalam media asam asetat (proses acetosolv) dilakukan menurut
metode Parajo et. al. [1993], skema percobaan dalam dilihat pada Gambar 1.
Tahapan percobaan proses acetosolv meliputi, pemasakan, penyaringan,
pengendapan lignin dan analisa hidrolisat.

500 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

Media asam asetat yang dipakai dalam penelitian ini merupakan campuran
asam asetat 85%-berat, air dan katalis HCl dengan variasi konsentrasi (0,1, 0,15,
dan 0,2%-berat). Bahan baku sisa ketaman kayu diproses dalam waktu yang
berbeda (15, 30, 60, 90, 120, 180, dan 240 menit) dengan perbandingan larutan
pemasak terhadap padatan sebesar 10/1. Pengaruh kondisi operasi dipelajari
dengan pengamatan variabel percobaan yield produk gula hemiselulosa dan
furfural yang terbentuk. Analisis kadar gula hemiselulosa dan furfural dilakukan
dengan metode Samogyi Nelson. Data hasil percobaan disesuaikan dengan
model teoritis, melalui regresi non-linier menggunakan software Polymath 5,
untuk mendapatkan parameter hidrolisis hemiselulosa yang menggambarkan
prilaku hidrolisis sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI BAHAN BAKU


Hasil analisis komposisi kimia sisa ketaman kayu adalah lignin 36%, selulosa
44% dan hemiselulosa 18%, serta sedikit zat ekstraktif. Kadar hemiselulosa sisa
ketaman kayu ini hampir mendekati harga kadar hemiselulosa yang umumnya
terdapat pada kayu keras (19-26%).

PRODUK HIDROLISIS HEMISELULOSA


Produk utama hidrolisis hemiselulosa adalah pentosa, sedangkan produk
lainnya berupa furfural. Pentosa terbentuk dari hasil depolimerisasi hemiselulosa
yang terdapat dalam sisa ketaman, dan produk furfural merupakan hasil
dekomposisi gula hemiselulosa (pentosa) yang terbentuk. Baik pentosa maupun
furfural larut dalam cairan pemasak bekas (black liquor), bersama-sama lignin
yang terlarutkan. Pemisahan produk hidrolisis dari lignin dilakukan dengan
mengendapkan lignin melalui penambahan air. Sebagian besar gula hemiselulosa
yang terbentuk adalah xylosa, walaupun terbentuk gula lain seperti arabinosa
dan glukosa yang jumlahnya sangat sedikit [Parajo et al. 1993].
Kadar pentosa dan furfural dalam black liquor bervariasi menurut kondisi
operasi. Kadar pentosa tertinggi adalah 2,70 gram/liter dan yang terendah
adalah 0,09 gram/liter, sedangkan untuk furfural berkisar antara 7,20-7,70
gram/liter. Selengkapnya data kadar pentosa dan furfural dalam cairan pemasak
diperlihatkan dalam Tabel 1. Melihat kadar pentosa yang dihasilkan, hasil yang
diperoleh lebih kecil dibanding hasil yang dilaporkan sebelumnya [Kim and Lee
1987 dan Parajo et al. 1995]. Secara umum kenaikan konsentrasi katalis
memberikan pengaruh positif terhadap proses hidrolisis hemiselulosa.
Penambahan konsentrasi HCl berarti meningkatkan ion H+ dalam media asam
asetat yang akan memutuskan ikatan antar monomer. Walaupun demikian,
peningkatan jumlah HCl dalam media asam asetat tidak meningkatkan kadar
pentosa dan furfural dalam cairan pemasak. Kadar pentosa dan furfural tertinggi
diperoleh pada pemakaian konsentrasi katalis 0,15%, dengan kadar pentosa dan
furfural berturut-turut 2,70 dan 7,70 gram/liter.

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 501


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

Gambar 1. Skema percobaan hidrolisis hemiselulosa pada fraksionasi


sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv.

Tabel 1. Kadar pentosa dan furfural dalam cairan pemasak bekas


Kondisi Proses Produk hidrolisis dalam Black Liquor
Run
[HCl], % Waktu, menit Pentosa, g/liter Furfural, g/liter
1 0,1 15 0,93 7,65
2 0,1 30 1,00 7,48
3 0,1 60 1,33 7,38
4 0,1 90 2,00 7,60
5 0,1 120 2,23 7,45
6 0,1 180 2,53 7,53
7 0,1 240 1,90 7,53
8 0,15 15 1,00 7,40
9 0,15 30 1,30 7,65
10 0,15 60 1,67 7,45
11 0,15 90 2,27 7,48
12 0,15 120 2,50 7,68
13 0,15 180 2,70 7,45
14 0,15 240 2,60 7,23
15 0,2 15 0,90 7,53
16 0,2 30 1,30 7,35
17 0,2 60 1,70 7,20
18 0,2 90 2,00 7,43
19 0,2 120 2,40 7,63
20 0,2 180 2,67 7,48
21 0,2 240 2,00 7,40

Persentase komponen hemiselulosa yang dapat diambil (recovery) dalam


cairan pemasak merupakan jumlah pentosa dan jumlah furfural dibandingkan
dengan jumlah hemiselulosa awal dalam biomassa. Persentase recovery berkisar

502 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

antara 45 sampai 50%, dan recovery terbanyak merupakan produk furfural,


Peningkatan konsentrasi HCl tidak memberikan pengaruh yang jelas terhadap
persen recovery, untuk suatu waktu reaksi tertentu peningkatan reaksi dapat
meningkatkan persen recovery, tetapi untuk waktu yang lain berlaku sebaliknya.

PRILAKU HIDROLISIS HEMISELULOSA


Hidrolisis hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam media asam asetat
menghasilkan pentosa yang cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu
reaksi, dan furfural sebagai produk dekomposisi dengan kadar relatif tetap
(Tabel 1). Pola kinetika hidrolisis hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam media
asam asetat, mengikuti prilaku umum hidrolisis hemiselulosa yang telah
dilaporkan sebelumnya [Kim and Lee 1987, Parajo et al. 1993, Vasquez et al.
1995]. Hidrolisis hemiselulosa merupakan dua reaksi seri yang memiliki laju yang
berbeda, pertama reaksi menghasilkan gula pentosa dan kemudian diikuti
dengan reaksi menghasilkan produk dekomposisinya. Prilaku hidrolisis
hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam media asam asetat, dipelajari melalui
pengujian model Kim and Lee [1987] dan model Parajo et al. [1993] dengan data
percobaan yang dihasilkan. Parameter kinetika dan statistik hasil regresi non-
linier terhadap kedua model tersebut disajikan dalam Tabel 2. Hidrolisis
hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv, lebih bersesuaian
dengan model Parajo et al. [1993]. Parameter kinetika yang dihasilkan dalam
penelitian ini sedikit berbeda dengan yang dihasilkan Parajo et al. [1993], yakni
dengan k1 sebesar antara 0,0130 – 0,220 dan k2 0,0132 – 0,0210, untuk
pemakaian konsentrasi katalis yang sama dengan penelitian ini (0,1 – 0,2%).
Perbandingan antara konsentrasi pentosa hasil percobaan dengan hasil
pemodelan (menggunakan model Parajo et al. [1993]) untuk berbagai
konsentrasi HCl diberikan dalam Gambar 2. Prilaku hidrolisis hemiselulosa sisa
ketaman memperlihatkan dua proses seri searah yang berbeda lajunya. Reaksi
pertama merupakan hidrolisis hemiselulosa, sedangkan reaksi kedua merupakan
dekomposisi produk yang dihasilkan. Mulanya reaksi berlangsung cepat, sampai
menit ke-120, dan kemudian cenderung konstan untuk kurun waktu 120 sampai
180 menit, dan akhirnya sedikit menurun sampai waktu ke 240 menit. Turunnya
kadar pentosa dalam cairan pemasak menunjukkan terjadinya proses degradasi
produk gula yang dihasilkan dan menghasilkan furfural.

Tabel 2. Hasil regresi model kinetika hidrolisis hemiselulosa yang diajukan


Parameter kinetika Konsentrasi HCl, %-berat
Model
dan Statistik
0,1 0,2 0,3
-1
Parajo et. al. k1 (menit ) 0,0023 0,0026 0,0028
[1993]
k2 (menit-1) 0,0127 0,0112 0,0141
R2 96,2 96,7 96.1
-1
Kim & Lee [1987] k1 (menit ) 0,0038 0,0025 0,0039

k2 (menit-1) 0,0025 0,0025 0,0006


k3 (menit-1) 0,0021 0,0112 0,0097
2
R 93,7 96,6 95,0

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 503


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

Gambar 2. Prilaku hidrolisis hemiselulosa pada fraksionasi dengan proses


acetosolv

Peningkatan konsentrasi HCl dari 0,1% menjadi 0,15% tidak menghasilkan


prilaku hidrolisis yang berbeda, tetapi peningkatan konsentrasi menjadi 0,2%
memberikan prilaku yang sedikit berbeda. Pada penggunaan HCl 0,2%,
penurunan kadar pentosa dalam cairan pemasak menjadi lebih cepat.
Meningkatnya jumlah HCl ternyata meningkatkan laju dekomposisi produk gula,
penomena yang sama juga dilaporkan oleh peneliti sebelumnya [Kim and Lee
1987, Parajo et al. 1993].

KESIMPULAN
Penelitian hidrolisis sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv
memberikan beberapa kesimpulan yakni, hidrolisis menghasilkan pentosa dan
furfural yang larut dalam media asam asetat dengan kadar (0,9 – 2,7%) dan (7,2
– 7,68%). Waktu reaksi dan konsentrasi katalis HCl berpengaruh terhadap laju
hidrolisis. Waktu reaksi yang lebih lama dan tingginya konsentrasi katalis HCl
cenderung mendorong terjadinya dekomposisi produk pentosa. Prilaku hidrolisis
sisa ketaman kayu dalam proses acetosolv menguatkan kembali asumsi
mekanisme hidrolisis hemiselulosa terjadi dengan dua reaksi seri searah berorde
satu yang memiliki kelajuan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhlah, S, A. Indra, Zulfansyah, M.P. Sembiring, 2002, Delignifikasi sisa
ketamana kayu dalam media asam asetat, Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia – Pengembangan Teknologi Proses dan Pemanfaatannya,
Medan.
Kim, S.B, Y.Y. Lee, 1987, Kinetic in acid catalized hydrolisis of hardwood
hemicelluloces, Biotechnology dan Bioengineering Symp., No. 17.
Myerly, R.C, M.D. Nicholson, R. Katzen, 1981, The forest refinery, Chemtech,
March: 186 – 192.
Parajo, J.C., J.L. Alonso, D. Vazquez, 1993, On the behaviour of lignin and
hemicellluce during acetosolv process, Bioresource Technology, 46: 233
– 240.

504 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

Shukry, N, S.A. El-Meadaway, M.A. Nassar, 1992, Pulping with organic acid:
acetic acid pulping of baggase, J. Chem. Biotechonol., 54: 135 – 143.
Susanto, H, 1998, Utilization of biomass for chemical resource: preliminary
experiments on the acetosolv-processing of oil-palm empty fruit bunch,
Paper presented at HEDS-SST ’97, Padang.
Vazquez, G, G. Antorena, J. Gonzales, 1995, Acetosolv pulping of eucalyptus
globulus wood by acetic acid: Part I. The effect of operational variables
on the pulp yield, pulp lignin and potential pulp glucose content,
Holzforshung, 49: 69 – 75.
Zulfansyah, S.Z. Amraini, Fauzi, Fraksionasi Limbah Kayu dalam Media Asam
Asetat, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 4 No. 2, April 2002.

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 505


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai