Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/275958131

DELIGNIFIKASI TANDAN KOSONG SAWIT


DALAM MEDIA ASAM FORMIAT

Conference Paper October 2010


DOI: 10.13140/RG.2.1.3979.1846

CITATIONS READS
0 387

3 authors, including:

Zulfansyah Muchtar Fermi, Muhammad Iwan


Universitas Riau Universitas Riau
49 PUBLICATIONS 1 CITATION 20 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zulfansyah Muchtar on 07 May 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
DELIGNIFIKASI TANDAN
KOSONG SAWIT DALAM
MEDIA ASAM FORMIAT

Feuby Lady Mariana, Zulfansyah dan


Muhammad Iwan Fermi

Jurusan Teknik Kimia


Universitas Riau
E-mail :
zulfansyah@unri.ac.id

ABSTR
AK

Tandan kosong sawit (TKS) yang dihasilkan oleh pabrik CPO


merupakan bahan lignoselulosa terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Sayangnya, pemanfaatan limbah ini
tidak optimal sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.
Penelitian ini mempelajari perilaku delignifikasi melalui
fraksionasi TKS dalam media asam formiat untuk meningkatkan
kemungkinan proses pemasakan satu tahap. Asam formiat
dengan konsentrasi 70-90%-berat, asam peroksida dengan
konsentrasi 5%-berat sebagai katalisator, dan waktu reaksi 5-
240 menit digunakan sebagai kondisi operasi, sehingga akan
didapat yield pulp,
kadar lignin pulp dan lignin sisa TKS. Hasil penelitian
menunjukkan mekanisme delignifikasi merupakan reaksi paralel
orde satu. Model yang ada untuk delignifikasi biomassa dalam
media asam organik ternyata sesuai untuk menggambarkan
perilaku delignifikasi TKS dalam media asam formiat. Selain itu,
kenaikan konsentrasi asam formiat ternyata tidak mempengaruhi
selektifitas delignifikasi.

Kata Kunci : asam formiat, delignifikasi,


organosolv pulping, TKS

PENDAHUL
UAN
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah padat
berlignoselulosa yang memiliki kadar selulosa, lignin dan
hemiselulosa. Limbah ini berasal dari pengolahan tandan buah
segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO). Pada tahun
2010, diperkirakan jumlah produksi TKS mencapai 12 juta
ton per tahun [Darianto 2008]. Setiap pengolahan 1 ton TBS
akan menghasilkan limbah padat berupa TKS sebanyak 200-250
kg. Jumlah biomassa yang dikeluarkan cukup besar sehingga jika
tidak dimanfaatkan berpotensi menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Selama ini, penanganan limbah TKS
dilakukan dengan cara membakar TKS pada incenerator
sehingga dihasilkan abu yang bisa dijadikan pupuk kalium.
Penanganan dengan cara tersebut selain tidak ekonomis juga

ISBN 978979-8510-
Prosiding : Seminar Nasional Sains &
20-5
Teknologi III
Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 18 19
Oktober 2010
Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian
Bangsa
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi III
Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai PROSIDIN
Kemandirian Bangsa G III

berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu terjadinya


pencemaran udara oleh asap hasil proses pembakaran TKS.
Pemrosesan biomassa dengan metode fraksionasi menjadi
alternatif yang menarik untuk dikembangkan. Metode ini
menggunakan pelarut organik yang mampu memilah biomassa
secara selektif menjadi selulosa, hemiselulosa dan lignin,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku sejumlah produk.
Metoda fraksionasi juga memiliki beberapa keunggulan seperti
proses yang relatif lebih murah, ramah lingkungan dan
membutuhkan energi lebih sedikit dibandingkan dengan proses
konvensional. Upaya pemanfaatan TKS dengan metode
fraksionasi tidak hanya akan memberikan nilai tambah bagi
limbah tersebut tetapi juga mampu meminimalkan dampak
negatif pada lingkungan.
Beberapa pelarut organik yang digunakan sebagai media
fraksionasi adalah
alkohol, asam, amina, keton, ester, fenol dan turunan fenol
[Shatalov dkk. 2006 dan Jahan dkk. 2007]. Pelarut asam formiat
merupakan salah satu asam organik yang dapat dijadikan
sebagai media fraksionasi (cairan pemasak) untuk berbagai
biomassa bukan kayu seperti batang gandum [Kham dkk. 2005],
TKS [Azman dkk.
2002 dan Dewi 2007] dan batang cardoon [Ligero dkk. 2008].
Keunggulan asam formiat dibanding pelarut organik lainnya
adalah dapat dilakukan pada suhu dan tekanan rendah, dengan
dan tanpa katalis serta harga yang relatif lebih murah.
Proses delignifikasi merupakan proses penyisihan lignin dari
biomassa dengan memprosesnya dalam media pelarut organik
yang diharapkan lignin larut dalam pelarut. Selama proses
delignifikasi berlangsung, terjadi reaksi pemutusan ikatan
+
makromolekul lignin oleh ion H dari pelarut dimana ikatan
lignin lepas membentuk fraksi lignin kemudian larut dalam
pelarut, selanjutnya lignin dengan mudah disisihkan. Jika tujuan
utama fraksionasi menghasilkan pulp maka diperlukan
delignifikasi maksimal oleh media pelarut sehingga diperoleh
pulp dengan kadar selulosa tinggi. Selama ini, delignifikasi
biomassa dalam media
asam organik dipengaruhi oleh beberapa kondisi operasi seperti
konsentrasi pelarut, konsentrasi katalis dan waktu reaksi. Selain
itu, delignifikasi bergantung pada jenis biomassa dan pelarut
organik yang digunakan [Parajo dkk. 1993, Vazquez 1995 dan
Villaverde dkk. 2009].
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses
delignifikasi TKS dalam media asam formiat, sebagai kajian
lanjut fraksionasi TKS dalam media asam formiat [Dewi 2007].
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji perilaku
delignifikasi TKS yang terjadi selama proses delignifikasi
berlangsung. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui
kehandalan dan kemampuan asam formiat dalam menyisihkan

21 Seminar Nasional Sains & Teknologi III


8 Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 18 19
Oktober 2010
lignin TKS. Kemudian peningkatan konsentrasi asam formiat dan
waktu reaksi diharapkan mampu memperbesar jumlah lignin
yang dapat disisihkan.

BAHAN DAN
METODE
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah
tandan kosong sawit (TKS) dari pabrik CPO PTPN V Sei. Galuh.
Sebelum digunakan sebagai bahan baku, TKS dibersihkan
terlebih dahulu dan dirajang dengan panjang seragam 2 cm
kemudian TKS dikeringkan di bawah sinar matahari untuk
mengurangi kadar
airnya. Sebagian kecil TKS dianalisis untuk mengetahui kadar
lignin sebelum delignifikasi. Percobaan dilakukan dalam
erlenmeyer 1000 ml secara batch yang dilengkapi dengan
erlenmeyer 250 ml dan hot plate. Skema percobaan delignifikasi
TKS berdasarkan metode yang dilakukan oleh Villaverde dkk.
[2009], dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap-tahap percobaan
meliputi, pemasakan, penyaringan, pencucian padatan,
pengeringan dan analisa lignin dalam pulp. Sedang analisa cairan
hasil pemasakan tidak dilakukan.

Gambar 1. Skema Percobaan Delignifikasi Tandan


Kosong Sawit

Media asam formiat yang digunakan dalam percobaan


merupakan campuran asam formiat dengan variasi konsentrasi
(70%, 80% dan 90%-berat), air dan H2O2 5%-berat. TKS diproses
dalam waktu berbeda (5, 10, 15, 30, 45, 60,
90, 120 dan 240 menit) dengan perbandingan larutan padatan
10/1, temperatur
o
107 C (titik didih normal cairan pemasak) yang dibuat tetap.
Pengamatan variabel percobaan terhadap kondisi operasi
yang dipelajari yaitu perolehan pulp dan kadar lignin pulp.
Pengujian kadar lignin pulp dilakukan dengan menggunakan
metode SII 0528-81. Data hasil percobaan disesuaikan dengan
model teoritis secara regresi non-linear menggunakan
Polymath 6.1
Educational Version untuk mendapatkan
parameter delignifikasi yang
menggambarkan perilaku delignifikasi TKS dalam media asam
formiat.

HASIL DAN

PEMBAHASAN

KOMPOSISI BAHAN

BAKU
Hasil analisa komposisi kimia tandan kosong sawit berupa
lignin TKS sebesar 15,84% dan sisanya polisakarida. Hasil yang
diperoleh sebanding dengan hasil dari Azman dkk. [2002] untuk
bahan baku sama. Jika dibanding lignin yang
terdapat dalam kayu keras (23-30%) maupun kayu lunak (26-
34%), lignin TKS
relatif lebih rendah sehingga membuktikan TKS mudah untuk
didelignifikasi.

DELIGNIFI
KASI
Delignifikasi biomassa dalam media asam organik telah
dimodelkan oleh beberapa peneliti [Parajo dkk. 1993 dan
Vazquez dkk. 1995], dengan beberapa asumsi dalam mekanisme
yang terjadi dalam proses delignifikasi. Perilaku delignifikasi TKS
yang didapat mendekati model dari Parajo dkk. [1993] dengan
asumsi adanya dua fraksi lignin dalam biomassa, yaitu fraksi
lignin bereaksi cepat, (Lf) dan fraksi lignin bereaksi
lambat, (Ls). Kedua fraksi tersebut mengalami depolimerisasi
dengan kelajuan berbeda menghasilkan lignin terlarut, (Ld).
Sedangkan Vazquez dkk. [1995] mengasumsikan bahwa
mekanisme delignifikasi terjadi dengan reaksi seri orde satu
tanpa membedakan fraksi cepat maupun fraksi lambat.
Secara sederhana mekanisme yang terjadi pada proses
delignifikasi TKS
dalam media asam formiat adalah reaksi paralel orde satu
sebagai berikut:

Lf Ld

............................................................................. (1) Ls

Ld

............................................................................ (2)

Model delignifikasi ditunjukkan pada


persamaan (3):

....................................................... (3)

denga
n,
PRL = lignin
sisa, % Y =
perolehan pulp, %
LC = kadar lignin setelah
delignifikasi, % LCO = lignin
sebelum delignifikasi, %

22 Seminar Nasional Sains & Teknologi III


0 Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 18 19
Oktober 2010
= fraksi lignin yang bereaksi cepat
t = waktu reaksi, menit
kf = koefisien fraksi lignin
bereaksi cepat ks =koefisien fraksi
lignin bereaksi lambat

Tabel 1. menyajikan nilai parameter delignifikasi yang


dihitung secara regresi non-linear menyesuaikan model terhadap
data percobaan untuk menentukan mekanisme paling sesuai
dalam delignifikasi TKS. Dari parameter delignifikasi yang
dihasilkan menunjukkan model Parajo dkk. [1993] memiliki R-
square >95%.
Gambar 2. menggambarkan secara jelas perilaku delignifikasi
TKS dalam
media asam formiat. Penurunan perolehan lignin sisa terhadap
peningkatan waktu reaksi menunjukkan bahwa mekanisme
delignifikasi terjadi dalam dua tahap dengan laju berbeda.
Delignifikasi berlangsung sangat cepat pada tahap
awal reaksi (5-15 menit) dan berlangsung sangat lambat pada
tahap berikutnya. Pada tahap awal persentase lignin sisa
mencapai 35% dari lignin awal biomassa, artinya jumlah lignin
yang dapat disisihkan mencapai 65% dari lignin awal TKS
sebelum delignifikasi dan bereaksi cepat dengan pelarut. Untuk
penambahan waktu reaksi yang lebih lama (sampai 240 menit)
ternyata penurunannya hanya bertambah 5% dan lignin bereaksi
lambat dengan pelarut.
Perilaku delignifikasi TKS dalam media asam formiat
mengikuti trend umum
dalam delignifikasi pulping, baik proses konvensional (kraft)
[Thomas dkk. 2007]
maupun proses organosolv [Parajo dkk. 1993, Vazquez dkk.
1995, Fadhlah dkk.
2002, Kham dkk. 2005 dan Villaverde 2009], yaitu awal terjadi
delignifikasi sangat cepat (bulk delignifikasi) dan diikuti dengan
delignifikasi lambat (residual delignifikasi).
Kenaikan konsentrasi asam formiat sebagai pelarut dan
peningkatan waktu reaksi juga memperbesar derajat delignifikasi
TKS. Semakin tinggi konsentrasi asam formiat maka semakin
tinggi kemampuan pelarut dalam menyisihkan lignin karena
+
semakin banyak jumlah ion H yang dapat memutus ikatan lignin
dari makromolekul lignin. Selain itu, lamanya waktu reaksi
dapat memperbesar jumlah lignin tersisihkan karena semakin
banyak lignin yang dapat bereaksi dengan pelarut. Namun reaksi
lignin dengan pelarut ternyata semakin lama akan menjadi
lambat seiring dengan peningkatan waktu reaksi. Kemudian
dalam
kondisi proses yang dipelajari, pengaruh penambahan katalis
ternyata tidak mengakibatkan terjadinya polimerisasi kembali
lignin terlarut, terlihat dari persentase lignin sisa yang cenderung
terus menurun dari waktu ke waktu.

Tabel 1. Hasil Regresi Non-Linear Menggunakan Model-


Model Delignifikasi

Parameter Konsentrasi Asam Formiat (%-


Model berat)
Delignifikas 70 80 90
i
0,58 0,64 0,69
kf 7
0,26 4
0,40 5
0,42
Parajo
dkk. 0 -3 6 -3 8 -3
ks 2,54x10 1,4 x 10 2,91x 10
[1993]
R
2 97,5 98,8 99,6
7 2 7
C1 0,80 0,75 0,77
Vazquez 6 -3 9 -3 3 -3
K 1,63 x 10 2,41x 10 2,82 x 10
dkk.
[1995] R
2 61,8 59,5 70,8
2 9 0
PEROLEHAN PULP DAN KADAR LIGNIN PULP
Hasil percobaan dari variasi variabel operasi menghasilkan
pulp dengan yield dan kadar lignin seperti yang
ditampilkan dalam Tabel 2. Secara keseluruhan, yield yang
dihasilkan berkisar dalam rentang 35-63% dengan kadar lignin
pulp 8-13,5%. Peningkatan waktu reaksi pada rentang harga
variabel yang dipilih (60-240 menit) memberikan perolehan pulp
sekitar 35-48% dengan kadar lignin pulp 8-11,2%. Perolehan
pulp dari hasil penelitian lebih rendah jika
dibandingkan dengan pulp berbahan baku kayu yang diproses
dengan pelarut sama [Dapia dkk. 2003].

Gambar 2. Perilaku Delignifikasi Tandan Kosong Sawit


Dalam Media Asam
Formiat

Perolehan pulp menurut standar industri pulp berkisar


antara 40-55%, sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini
memenuhi standar untuk digunakan sebagai bahan baku kertas.
Namun, perolehan pulp yang didapat ternyata lebih tinggi jika
dibandingkan dengan hasil penelitian Azman dkk. 2002 dan Dewi
2007 dengan bahan baku dan media pelarut sama. Perolehan
pulp TKS yang dihasilkan oleh Azman dkk. [2002] berkisar antara
32,8-42,3% dan Dewi [2007] sekitar 19,3-39,73%. Dari penelitian
Snell dkk. [2004] yang mengkaji percobaan pembuatan pulp TKS
dengan larutan pemasak KOH dari abu TKS menghasilkan yield
pulp sebesar 40% maka hasil pada penelitian delignifikasi TKS
dalam media asam formiat juga masih lebih tinggi.
Kadar lignin pulp yang didapat cukup berimbang jika
dibandingkan
dengan hasil dari penelitian Snell et al. [2004]. Penelitian Snell
dkk. [2004] menghasilkan kadar lignin pulp sekitar 10%.
Sedangkan jika dibandingkan dengan kadar lignin pulp dari
bahan baku kayu, kadar lignin pulp yang didapat hampir
berimbang. Umumnya pulp dari bahan baku kayu menurut
standar industri pulp menghasilkan pulp dengan kadar lignin
antara 4,3-14,4% sehingga kadar lignin yang didapat masih
memenuhi standar industri pulp.
Tabel 2. Hasil Percobaan pada Variasi Variabel Operasi

Variabel Operasi
Yield Kadar
Run Konsentrasi Asam Wakt Pulp Lignin
Formiat u (% (%
1 (%-
70 (menit
5 63,120 13,480
2 70 10 60,732 13,203
3 70 15 54,504 13,046
4 70 30 49,093 12,652
5 70 45 48,640 12,074
6 70 60 47,612 11,270
7 70 90 44,498 11,147
8 70 120 43,561 10,852
9 70 240 44,438 10,532
10 80 5 53,507 12,593
11 80 10 51,844 12,578
12 80 15 49,305 11,752
13 80 30 44,800 11,071
14 80 45 44,317 10,958
15 80 60 43,924 10,654
16 80 90 42,866 9,396
17 80 120 41,868 9,241
18 80 240 39,117 9,089
19 90 5 49,637 13,129
20 90 10 47,672 12,150
21 90 15 44,861 11,805
22 90 30 43,168 11,137
23 90 45 43,682 11,099
24 90 60 42,654 10,234
25 90 90 41,173 9,455
26 90 120 41,838 9,786
27 90 240 35,611 8,033

SELEKTIFITAS
Adanya penambahan sejumlah kecil katalis H2O2 dalam
asam formiat memberikan pengaruh positif terhadap
delignifikasi. Penambahan hidrogen peroksida dalam asam
formiat akan membentuk asam peroksiformiat sehingga
mempercepat berlangsungnya delignifikasi dan melindungi
selulosa dari hidrolisis asam formiat [Azman dkk 2002 dan Kham
2005]. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa hidrogen
peroksida sebagai katalis menambah kelarutan lignin dalam
cairan pemasak dan mempercepat reaksi yang terjadi sehingga
meningkatkan derajat delignifikasi. Selain itu, H2O2 tidak reaktif
terhadap polisakarida dapat memperbesar selektifitas
delignifikasi.Selektifitas delignifikasi dapat dihitung dari
perbandingan yield pulp terhadap persentase lignin sisa. Pada
Gambar 3. menyajikan selektifitas delignifikasi TKS dalam media asam
formiat terhadap variabel operasi yang digunakan. Peningkatan
konsentrasi asam formiat dari 70% menjadi 90% ternyata tidak
memberikan pengaruh terhadap selektifitas delignifikasi.
Kecenderungan nilai perbandingan yield pulp dan persentase lignin sisa
untuk peningkatan konsentrasi asam formiat hampir sama, yang
ditandai dengan garis linear.
Gambar 3. Selektifitas Delignifikasi Tandan Kosong Sawit dalam
Media Asam
Formiat

KESIMPULAN
Penelitian delignifikasi TKS dalam media asam formiat
memberikan beberapa kesimpulan yaitu, delignifikasi TKS dalam
media asam formiat dengan konsentrasi asam formiat 70, 80 dan
90%-berat serta katalis H2O2 5%-berat dapat terjadi dan
peningkatan konsentrasi asam formiat memperbesar jumlah
lignin yang dapat disisihkan dari TKS. Perilaku delignifikasi TKS
dalam media asam formiat yang diperoleh juga menguatkan
kembali asumsi mekanisme delignifikasi yang diajukan Parajo
dkk. [1993], bahwa lignin bereaksi terdiri dari fraksi lignin cepat
dan lambat berupa reaksi paralel orde satu, dengan tingkat
kesesuaian model pada data percobaan melebihi 95% (R-square
> 95%). Selain itu, peningkatan konsentrasi asam formiat
ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap selektifitas
delignifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azman, N., A. E. Putra, Zulfansyah dan P.S Utama, 2002,
Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Sawit dengan Proses
Milox, Prosiding Skripsi Terbaik Universitas Riau
2002, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.
2. Dapia S., H. Sixta, Borgards A., Harms H., Paraj J.C., 2003, TCF
Bleaching of
Hardwood Pulps Obtained in Organic Acid Media:
Production of Viscose- Grade Pulp, Das Papier, 61: 363-
368.
3. Darianto, J.S., 2008, Limbah Sawit, Bahan Baku Pulp
yang Murah, http://www.SitusHijau.co.id, 21
November 2009.
4. Dewi S. K., 2007, Pembuatan Pulp Tandan Kosong Sawit
Dengan Proses Milox Tahap Tunggal. Laporan Peneltian
[Tidak Dipublikasikan], Sarjana Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Riau.
5. Fadhlah, S., Indra, A., Zulfansyah dan Peratenta, M., 2002,
Delignifikasi Sisa Ketaman Kayu Dalam Media Asam
Asetat, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Teknologi Proses dan Pemanfaatannya Teknik
Kimia
2002, Medan: A01-102-7.
6. Jahan M. S., Rubaiyat A., Sabina R., 2007, Evaluation of Cooking
Process for
Trema Orientalis Pulping, Pulp and Paper Research
Division, 66: 853-
859.
7. Kham L., Bigot Y. L., Delmas M., Avignon G., 2005,
Delignification of Wheat Straw Using A Mixture of
Carboxylic Acids and Peroxoacids, Industrial Crops
and Products An International Journal, 21: 9-15.
8. Ligero P., Villaverde J. J, Vega A., Bao M., 2008, Pulping
cardoon (Cynara cardunculus) with Peroxiformic Acis
(Milox) in One Single Stage, Bioresource
Technology, 99: 5687-5693.
9. Parajo J.C., Alonso J.L , and Vazquez D., 1993, On The Behavior
of Lignin And
Hemicellulose During Acetosolv Processing, Bioresource
Technology,
46:233-240.
10. Shatalov A. A., Pereira H., 2006, Papermaking Fibers
from Giant Reed (Arundo Donax L.) by Advanced
Ecologically Friendly Pulping and Bleaching
Technologies, Bioresource Technology, 1(1), 45-
61.
11. Thomas R., Singh S. P. dan Subrahmanyam S. V., 2007, A
Study On Oxygen Delignification of Melocanna
Baccifera (Muli Bamboo) Kraft Pulp, Bioresource
Technology, 2(3), 430-441.
12. Vazquez G., Antorrena G. Gonzales J., 1995, Acetosolv
Pulping of Eucalyptus Globulus Wood by Acetic. Part I.
The Efect of Operational Variable on Pulp Yield , Pulp
Lignin Content and Pulp Potential Glucose Content,
Wood Science and Technology, 28:387-402.
13. Villaverde J. J., Ligero P., Vega A., 2009, Formic And Acetic
Acid as Agent for a Cleaner Fractionation of Miscanthus x
gigantus, Journal of Cleaner Production, 18: 395-401.

Anda mungkin juga menyukai