Abstract
The urea fertilizer was encapsulation with the various compositions of alginate, starch, and kaolin for developing of
slowed-release properties. The characteristics of alginate-starch-kaolin biocomposites, such as a diameter of beads and
swelling ratio in various compositions of these biocomposites were evaluated. Fourier transform infrared spectroscopy
(FTIR) also were used to characterize the structure of the biocomposites. The results show that the characteristics of
alginate-starch-kaolin biocomposite were influenced by their composition. This study indicates that alginate-starch-kaolin
biocomposites are a feasible alternative candidate for the development of the efficient slowed-release formulation of
urea, and which could have a promising application for wet-land agriculture in South Kalimantan.
tambahan kation divalent kedalam larutan cairan. terjadi. Biokomposit kemudian dipisahkan dari
Selain itu sifatnya yang biodegradable dan non- larutan CaCl2 0,2% dengan menggunakan saringan
toksik membuatnya berpotensi menjadi pelapis dan dibilas dengan akuades. Pengeringan beads
pupuk urea agar memiliki pelepasan yang lambat biokomposit dilakukan dengan menggunakan oven
(Bashan et al. 2002). Namun, harga alginat yang pada suhu 40 oC selama 24 jam.
mahal serta sangat mudah terdegradasi dengan
adanya kation monovalen pada pengaplikasian di 2.2 Karakterisasi
lahan pertanian membuat keterbatasan dalam
penggunaannya (He et al. 2015). Penambahan Sampel biokomposit dianalisis menggunakan
material yang melimpah keberadaanya serta murah spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FT-IR)
seperti pati dapat mengurangi biaya produksi pupuk ATR Platinum Diamond Bruker Universal. Sampel
slow-release (Wu et al. 2014). Namun sifat hidrofilik biokomposit diletakkan di atas plat intan, ditekan
dari pati membuat beads lebih mudah membengkak agar menjadi pellet dan selanjutnya disinari
dalam air, sehingga menghasilkan laju difusi elemen menggunakan plat ATR (Attenuated Total
makro yang lebih cepat (Tomaszewska & Reflection). Pengukuran menggunakan FTIR
Jarosiewicz 2004). Penambahan material anorganik dilakukan pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1.
seperti zeolit (Zhang et al. 2016) dan lempung (He et Untuk analisis ukuran biokomposit, 25 beads
al. 2015) ke dalam polisakarida dapat memperbaiki biokomposit alginat-pati-kaolin basah yang terbentuk
struktur biokomposit (Li et al. 2007). Berdasarkan dengan masing-masing formulasi diukur
penelitian Adzmi et al. (2012) dan Li et al. (2009) diameternya. Pengukuran diameter dilakukan
material anorganik yang ditambahkan ke dalam dengan menggunakan jangka sorong digital
polisakarida menghasilkan biokomposit dengan elektronik.
kekuatan mekanik yang lebih baik. Selain itu, Langkah untuk menentukan rasio
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunardi pembengkakan (Swelling Ratio) sebagai berikut.
et al. (2010), lempung jenis kaolin memiliki sifat Biokomposit kering yang telah ditentukan beratnya
adsorbsi yang cukup baik sehingga dapat digunakan direndamkan ke dalam 50 ml akuades selama 48
sebagai material pembawa untuk pupuk biologi jam. Kemudian biokomposit dipisahkan
(biofertilizer). menggunakan kertas saring dan kelebihan air
Pada artikel ini dibahas tentang formulasi dan didalamnya dihilangkan dengan menekan perlahan
karakterisasi biokomposit alginate-pati-kaolin serta biokomposit diantara dua buah kertas saring.
potensinya sebagai kadidat agen slow-release Biokomposit yang membengkak ditimbang dan
pupuk urea. Biokomposit yang dihasilkan diharapkan swelling ratio dari biokomposit dihitung
dapat digunakan sebagai kandidat pemecahan menggunakan rumus (1) :
masalah penyediaan pupuk untuk pertanian lahan
basah di Kalimantan Selatan. Swelling ratio (%) = Ws-Wd x 100%
Wd
2. METODE
2.1 Bahan dan Sintesis Biokomposit Dalam hal ini, Ws = berat dari biokomposit setelah
membengkak; Wd = berat awal dari biokomposit kering
Bahan yang digunakan adalah pupuk urea (Merck), sebelum membengkak.
sodium alginat (Sigma–Aldrich), pati, kaolin dari
Tatakan Kalimantan Selatan, CaCl2 (Merck), dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
akuades. Prosedur sintesisnya sebagai berikut.
Beberapa variasi komposisi alginat, pati, dan Dari foto beads biokomposit yang diperoleh
kaolin dilarutkan ke dalam 50 mL akuade dan di ditunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan alginat
aduk menggunakan magnetik stirer selama 3 jam. akan menghasilkan warna beads yang semakin
Pupuk urea sebanyak 2,5 gram kemudian cerah (Gambar 1). Hal ini mungkin dikarenakan lebih
dicampurkan dengan larutan campuran dan diaduk banyaknya jumlah alginat dibandingkan kaolin.
menggunakan magnetik stirer dengan perlahan Ketika jumlah kaolin lebih banyak dibandingkan
hingga homogen. Sampel dari larutan campuran ini alginat, warna beads yang terbentuk lebih tua.
kemudian di ekstrusi menggunakan syringe 10 mL Berdasarkan analisis penglihatan secara
kedalam larutan CaCl2 0,2% sambil diaduk perlahan langsung, biokomposit yang terbentuk dengan
menggunakan magnetik stirer. Pengadukan setelah jumlah alginat yang lebih besar memiliki bentuk yang
beads terbentuk dilakukan selama 30 menit untuk lebih bulat. Biokomposit dengan jumlah alginat 1,5%
mengoptimalkan proses pengikatan silang yang memiliki bentuk dominan seperti telur atau oval
a b
c
Gambar 2. Spektra infra merah biokomposit
Gambar 1. Foto beads hasil
sintesis (Keterangan: a. alginat Data spektra yang diperoleh menunjukkan
1,5%, b. alginat 2,5%, c. alginat 3%) bahwa karakteristik pita serapan pada panjang
gelombang 3339,89 cm-1 dan 3339,9 cm-1
3.1 Analisis spentroskopi infra merah merupakan ciri khas dari vibrasi NH2 stretching
asimetrik dan simetrik yang berasal dari adanya
Analisis spektroskopi infra merah dilakukan untuk urea (Wen 2016). Selain itu, pita pada daerah 3400
mengetahui karakteristik gugus fungsi dari – 3600 cm-1 merupakan daerah serapan O-H
biokomposit yang dihasilkan pada proses sintesis stretching dari H2O. Pergeseran pita pada 3227,75
pada beberapa variasi formulasi. Hasil spektra infra cm-1 merupakan vibrasi O-H dari terserapnya air
merah dari beads hasil sintesis ditunjukkan pada dikarenakan lebih tingginya konsentrasi alginat yang
Gambar 2 berikut. digunakan yaitu 3%. Hal ini mungkin disebabkan
oleh efek negatif pada pembentukan ikatan yang
melibatkan gugus hidroksil yang berdekatan sebagai
akibat dari perubahan konformasi alginat setelah
bereaksi dengan Ca2+. Pergeseran getaran karbonil
CO stretching ke angka gelombang yang lebih
rendah menyiratkan bahwa ikatan hidrogen juga
telah terbentuk antara urea dan pati. Kelompok -OH
pada pati berfungsi sebagai donor proton untuk
ikatan H tersebut (Onyido 2012).
Tabel 1. Ukuran beads basah Untuk penelitian selanjutnya perlu dikaji tentang
kemampuan material ini dalam mengikat pupuk urea
Alginat (% Pati Kaolin Ukuran biokomposit serta kajian analisis pelepasan urea baik dalam air
m/v) (%m/v) (%m/v) basah (mm) maupun dalam tanah.
1,5 1 2 3,12 ± 0,17
2,5 1 2 3,34 ± 0,07
5. DAFTAR PUSTAKA
3 1 2 3,35 ± 0,09
Adzmi F, Meon S, Musa MH, Yusuf NA. 2012.
3.3 Rasio Pembengkakan Preparation, characterisation and viability of
encapsulated Trichoderma harzianum UPM40 in
Swelling ratio biokomposit meningkat seiring dengan Alginate-Montmorillonite Clay. Journal of
meningkatnya jumlah alginat yang digunakan Microencapsulation, 29(3), 205–210.
(Gambar 3). Hal ini dikarenakan sifat alginat yang Azeem B, Kushaari K, Man ZB, Basit A, Thanh TH. 2014.
Review on materials & methods to produce
hidrofilik dan adanya gugus –OH didalam
controlled release coated urea fertilizer. Journal of
strukturnya membuat lebih mudah untuk berinteraksi Controlled Release, 181, 11–21.
dengan molekul air sehingga mendukung untuk Azizah A, Irwan A, Sunardi. 2012. Sintesis dan
meningkatnya swelling ratio dari biokomposit. Hasil karakterisasi polimer superabsorben berbasis
yang diperoleh pada penelitian ini hampir sama selulosa dari tanaman purun tikus (Eleocharis
dengan hasil penelitian dari He (2015) yang dulcis) tercangkok akril amida (AAM). Sains dan
menunjukkan bahwa swelling ratio dari biokomposit Terapan Kimia, 6(1), 59-70.
meningkat dengan bertambahnya jumlah alginat. Bashan Y, Hernandez JP, Leyva LA, Bacilio M. 2002.
Alginate microbeads as inoculants carriers for plant
growth-promoting bacteria. Biology Fertility Soils,
35, 359–368.
Behin J, Nader S. 2016. Utilization of waste lignin to
prepare controlled-slow release urea. International
Journal Recycle Organic Waste Agriculture DOI
10.1007/s40093-016-0139-1:1-11.
He Y, Wu Z, Tu L, Han Y, Zhang G, & Li C. 2015.
Encapsulation and characterization of slow-release
microbial fertilizer from the composites of bentonite
and alginate. Applied Clay Science, 109–110,:68–
75.
Irwan A., Sunardi, Annisa S. 2013. Polimer
superabsorben berbasis akrilamida (AAM)
Gambar 3. Swelling ratio Biokomposit Selama 48 Jam
tercangkok pati bonggol pisang (Musa paradisiacal).
(Alginat 1,5%; Alginat 2,5%; Alginat 3%).
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. (h.
45-53). Lampung.
4. SIMPULAN Isiklan N. 2007. Controlled release study of carbaryl
insecticide from calcium alginate and nickel alginate
Perbedaan kandungan alginat yang digunakan hydrogel beads. Journal of Applied Polymer Science
berpengaruh terhadap ukuran diameter serta 105:718–725.
struktur permukaan beads. Biokomposit dengan Li A, Zhang J, Wang A. 2007. Utilization of starch and
kandungan alginat lebih banyak memiliki diameter clay for the preparation of superabsorbent
yang lebih besar serta dengan bentuk yang lebih composite. Bioresource Technology, 98, 327–332.
Li J, Lu J, Li Y. 2009. Carboxylmethylcellulose/Bentonite
bulat. Penelitian mengenai sifat swelling ratio dari
composite gels: water sorption behavior and
biokomposit diperoleh hasil bahwa dengan controlled release of herbicide. Journal of Applied
meningkatnya kandungan alginat yang digunakan Polymer Science, 112, 261–268.
maka semakin meningkat pula kemampuannya Lubkowski, K. 2016. Environmental impact of fertilizer use
untuk membengkak. Hasil yang diperoleh and slow release of mineral nutrients as a response
menunjukkan bahwa material biokomposit alginat- to this challenge. Polish Journal of Chemical
pati-kaolin dapat dijadikan alternatif baru kandidat Technology, 18(1), 72-79.
pupuk slow-release, sehingga dapat meningkatkan Mathews, A.S., & Narine, S. 2010. Poly[N-Isopropyl
efisiensi penggunaan pupuk urea pada lahan basah acrylamide]-co-Polyurethane Copolymers for
atau lahan dengan pengairan yang bermasalah Controlled Release of Urea. Journal of Polymer
Science: Part A: Polymer Chemistry, 48, 3236–
khususnya di Kalimantan Selatan.
3243.
Mayori E., Nadia A, Fauziah A, Sunardi. 2017. coated controlled-release urea with water-retention
Pengembangan teknologi pupuk urea lepas lambat property and enhanced durability. Journal of Applied
berbasis polisakarida. Prosiding Seminar Nasional Polymer Science, 120, 2103–2111.
Pendidikan Kimia (h. 20-30). Banjarmasin: FKIP Tomaszewska M, Jarosiewicz A. 2004. Polysulfone
ULM. coating with starch addition in CRF formulation.
Ni B, Liu M, Lu S, Xie L, Wang Y. 2010. Multifunctional Desalination, 163, 247-252.
slow-release organic-inorganic compound fertilizer. Wen P, Wu Z, He Y, Han Y, Tong Y. 2015.
Journal of Agricultural and Food Chemistry Characterization of p(AA-co-AM)/Bent/Urea and its
58:12373–12378. swelling and slow release behavior in a simulative
Sunardi, Irwan A., Istikowati WT, Aminonatalina. 2013. soil environment. Journal Applied Polymer Science
Pengaruh derajat netralisasi asam akrilat pada DOI: 10.1002/APP.43082:43082- 43082.
sintesis polimer superabsorben dari selulosa Wu L, Liu M. 2008. Preparation and properties of
tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica). Jurnal chitosan-coated npk compound fertilizer with
Sains dan Terapan Kimia, 7(2),102-115. controlled-release and water retention. carbohydrate
Sunardi, Irwan A, Latifah A, Istikowati WT, Haris A. 2017. polymers, 72, 240–247.
Kajian pengaruh jumlah agen pengikat silang Wu Z, He, Y., Chen L, Han Y, Li C. 2014.
terhadap karakteristik superabsorben asam akrilat Characterization of Raoultella planticola Rs-2
tercangkok selulosa dari alang-alang (Imperata microcapsule prepared with a blend of alginate and
cylindrica). Jurnal Sains dan Terapan Kimia, starch and its release behavior. Carbohydrate
11(1),15 – 23. Polymers, 110, 259–267.
Sunardi, Arryanto Y, Sutarno. 2010. Adsorption of Xiao X, You L, Xie F, Bao, X., Liu, H., Ji, Z., & Chen, L.
gibberellic acid onto natural kaolin from Tatakan, 2017. One-step method to prepare starch-based
South Kalimantan. Indonesia Journal Chemistry, superabsorbent polymer for slow release of fertilizer.
9(3), 373 – 379. Chemical Engineering Journal, 39, 1-31.
Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan dan Zhang Y, Gao P, Zhao L, Chen Y. 2016. Preparation and
Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut Di swelling properties of a starch-g-poly(acrylic
Kalimantan. Balai Besar Penelitian dan acid)/organo-mordenite hydrogel composite.
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Frontiers of Chemical Science and Engineering,
Bogor. 10(1), 147–161.
Tao S, Liu J, Jin K, Qiu X, Zhang Y, Ren X, Hu S. 2011.
Preparation and characterization of triple polymer-
-----