Anda di halaman 1dari 12

Machine Translated by Google

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS • AKSES TERBUKA Anda mungkin juga menyukai

Efektivitas Residu Pupuk K dan Ketersediaan Air - Pemulihan Amonium dan


Fosfat dari Lindi dengan Menggunakan
Zeolit Aktif
Tanah Terhadap Pertumbuhan, Sifat Tanah dan Suprihatin Suprihatin, Mohamad Yani and
Ayu Laila Fitriyani
Hasil Kedelai (Glycine max L.) di Inceptisols - Kajian metode evaluasi keamanan
ekologis untuk residu pirolisis lumpur berminyak
Xuan Sun, Zhiqiang Guo, Faguo Zhong dkk.
Mengutip artikel ini: N Nurlaeny dkk 2022 IOP Conf. Ser.: Lingkungan Bumi. Sci. 1018 012025

- Simulasi Monte Carlo Respon Pertukaran


Ion Elektroda Selektif Ion Tembaga Sulfida
untuk Deteksi Polutan Logam Hassane
Boudouh, Sofiane Guessasma, Rachid Essehli
Lihat artikel secara online untuk pembaruan dan penyempurnaan. dkk.

Konten ini diunduh dari alamat IP 203.6.149.2 pada 01/11/2022 pukul 16:42
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

Efektivitas Residu Pupuk K dan Ketersediaan Air Tanah


Terhadap Pertumbuhan, Sifat Tanah dan Hasil Kedelai
(Glycine max L.) di Inceptisols

N Nurlaeny1*, D Herdiyantoro1 , ST Laili1 , MP Shafira1 , AP Cahya1 , HN


Baihera1 , S Mulyani1 dan RM Putra2
1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjajaran, Jawa Barat, Indonesia
2 Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Indonesia
*Email penulis yang sesuai: sudadi_uns@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas residu pupuk K dan persentase
ketersediaan air tanah terhadap pertumbuhan, hasil kedelai (Glycine max L. Merr) cv. Anjasmoro
dan sifat-sifat tanah Inceptisols. Percobaan dilakukan di rumah plastik laboratorium kultur terkontrol
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Yang digunakan adalah pola acak kelompok faktorial
dimana faktor pertama adalah sisa pupuk K tanah dari tanaman sebelumnya yang terdiri dari empat
taraf (k0 = kontrol yang diberi pupuk N, P dan K; k1 = sisa 1x; k2 = sisa pupuk 1¼x, dan k3 = sisa
1½x dosis anjuran dan hanya diberi pupuk N, P). Faktor kedua adalah persentase air tersedia yang
terdiri dari empat taraf (100%, 80%, 60% dan 40% air tersedia). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi 1-
1½x residu pupuk K pada 80-100% air tersedia berpengaruh nyata terhadap komponen
pertumbuhan, serapan K tanaman yang lebih tinggi hanya dihasilkan oleh interaksi 1½x residu
pupuk K pada 100% air tersedia. Residu pupuk 1½x K pada 100% air tersedia menghasilkan bobot
100 biji yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan kontrol, pupuk sisa 1-1¼x K masih efektif
memberikan hasil kedelai (0,93 – 1,40%). Secara independen, K tanah tukar yang lebih tinggi pada
6 WAP ditemukan pada 100% air yang tersedia; sedangkan bahan organik tanah dan KTK tidak
berbeda.
Kata kunci: Residu pupuk K, air tersedia tanah, sifat-sifat tanah, kedelai (Glycine max L.
Selamat)

1. Perkenalan
Proses biofisik pada tumbuhan seperti pertumbuhan dan perkembangan sel, pembukaan dan
penutupan stomata, pengaturan tekanan osmotik dan turgor sangat dipengaruhi oleh adanya kalium (K).
Kekurangan K akan mengganggu proses sehingga fotosintesis juga akan terganggu. Sebaliknya, pemupukan
K secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi sisa K di dalam tanah. Menurut [1] residu pupuk K
dari tanah tanam sebelumnya berpotensi menjadi sumber nutrisi bagi tanaman di masa depan. Tanaman
akan menyerap K per satuan permukaan akar dimana serapan K total akan meningkat dengan meningkatnya
kadar air tanah. Hal ini disebabkan mekanisme penyerapan K oleh tanaman melalui difusi dan pertumbuhan
akar dipengaruhi oleh kelembaban tanah [2]. Oleh karena itu, kekeringan atau kekurangan air yang terjadi di
dalam tanah dapat menurunkan efisiensi penyerapan K oleh tanaman [3].
Inceptisols merupakan salah satu jenis tanah pertanian utama di Indonesia dengan sebaran yang sangat
luas yaitu 70,52 juta ha (37,5%) [4]. Tanah ini memiliki kandungan bahan organik kurang dari 20% sehingga
tekstur tanahnya ringan dengan kandungan liat yang cukup tinggi yang didominasi oleh mineral lempung kaolinit (1:1).

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

Adanya lapisan oksida yang sulit ditembus oleh air dan horizon belerang sehingga reaksi tanah bersifat
asam sampai agak asam. Produktivitas Inceptisols sangat bervariasi, tergantung pada kandungan liat dan
bahan organik, serta faktor edafis (berkaitan dengan tanaman) lainnya. Karena tanah ini merupakan jenis
tanah yang belum menghasilkan dan tingkat pelapukan batuan induknya belum intensif, maka diperlukan
suplai hara dalam pengelolaannya [5].
Peran bahan organik dalam tanah selain meningkatkan ketahanan tanah dalam menahan air tetapi
juga ketersediaan unsur hara K dan kandungan C-organik, serta meningkatkan aktivitas mikroba di dalam
tanah. Adanya sisa-sisa tanaman sebelumnya dapat memberikan kontribusi bahan organik tanah yang
berasal dari beberapa akar tanaman yang diurai oleh mikroba tanah dan menyumbangkan unsur hara bagi
tanaman [7]. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan sisa pupuk K pada tanah bekas penanaman jagung
manis sebelumnya, perlu dilakukan percobaan untuk mengamati efektivitas residu pupuk K dan persentase
air tanah yang tersedia terhadap pertumbuhan dan komponen hasil kedelai (Glycine max L. Merr) cv.
Anjasmoro, disertai dengan sifat kimia tanah Inceptisols dari Jatinangor.

2. Bahan dan Metode

2.1. Lokasi percobaan


Penelitian dilaksanakan di rumah plastik laboratorium kultur terkontrol Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran, yang dirancang sesuai dengan pola acak kelompok faktorial (RAK).
Faktor pertama adalah sisa pupuk K tanah dari tanaman sebelumnya yang terdiri dari empat taraf (k0 =
kontrol yang diberikan pupuk N, P dan K sesuai dosis anjuran dari Badan Litbang Pertanian [8]; k1 = sisa
pupuk 1x; k2 = residu 1¼x dan k3 = residu masing-masing 1½x dosis anjuran dan diberikan pupuk N, P
saja). Persentase air tersedia tanah merupakan faktor kedua, yang terdiri dari empat taraf (w1 = 100%, w2
= 80%, w3 = 60% dan w4 = 40% dari air tersedia) dan dilakukan tiga kali pengulangan untuk setiap
kombinasi perlakuan. .
Tanah pada setiap polibag berisi 12,5 kg ditanami satu benih kedelai cv. Anjasmoro dan disediakan
untuk memantau pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif dan generatif. Nutrisi tanaman N dan P
diberikan berdasarkan kisaran dosis pupuk untuk kedelai (masing-masing 300 kg ha-1 Urea dan 150 kg
ha-1 SP-36) disertai dengan takaran dasar kompos (10 t ha-1). Pupuk kompos diberikan satu minggu
sebelum tanam dengan cara mencampurnya dengan tanah pada masing-masing polibag, sedangkan pupuk
N, P diberikan pada saat tanam.
Besarnya ketersediaan air tanah (SWA) dihitung dari selisih berat tanah pada kondisi kapasitas
lapang dan kondisi titik layu. Setiap polibag disiram setiap hari dengan volume air tertentu yang dihitung
berdasarkan metode Gravimetri. Sebuah silinder dan gelas piala digunakan untuk memasok jumlah air
dengan rumus sebagai berikut:
Air irigasi (L) = Wfc-W/ÿw
1-1F
dimana Wfc = berat tanah pada setiap polibag (kg) pada kapasitas lapang; W = berat tanah sebelum
disiram (kg); w = densitas air yang digunakan (1,0 kg L-1); 1F = fraksi pelindian (lF = 0,20). Evapotranspirasi
maksimum (ETm) dihitung dengan persamaan [10]:
ETm = Kc Fc
dimana ETm = evapotranspirasi maksimum tanaman (mm), Kc = koefisien penggunaan tanaman
konsumtif, Fc = faktor penggunaan konsumtif (rekapitulasi dari alat Hygrothermograph dan data meteorologi).

2.2. Analisis laboratorium


Pada umur 42 hari setelah tanam (HST, fase vegetatif akhir), sampel tanah dan tanaman diambil dari
masing-masing polibag. Sifat fisikokimia sampel tanah yang dikeringkan dan diayak dianalisis di laboratorium
menggunakan metode penentuan yang berbeda [11] (Tabel 1). Faktor konversi 1,72 digunakan untuk
menghitung persentase SOM dari C organik [12]. Serapan K tanaman dianalisis dengan metode [13].

2
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

Analisis statistik
Paket perangkat lunak statistik SPSS v 27.0 dan Microsoft Office Excel 2019 digunakan untuk menganalisis semua
data pengamatan. Untuk menentukan nilai mean dengan perbedaan signifikan paling kecil digunakan uji Fisher pada
probabilitas 5%. Efektivitas residu pupuk K (%) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

100 )
100
(( 100 )
3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Sifat fisikokimia tanah


Inceptisols (Fluventic Eutrudepts) yang digunakan dalam penelitian ini tergolong tanah masam karena pH-nya
rendah (5,40), C-organik (1,63%), konsentrasi K2O potensial, K tersedia dan tertukar sangat rendah, KTK tanah
(24,9). cmol kg-1) tergolong sedang dan didominasi oleh mineral lempung (68%)
(Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik fisikokimia tanah

Karakter fisikokimia tanah

pH H2O (Pengukur pH 1:2,5) 5.40


Organik-C (%, Walkley-Hitam) 1.63
Jumlah N (% Kjeldahl) 0,20
Rasio C/N 8
Potensi e-P2O5 (mg.kg-1 , HCl 25%) 29.90
Tersedia-P2O5 (mg.kg-1 , Bray) 6.27
Potensi-K2O (mg.kg-1 , KAL pH 3,75) 19.37
Tersedia-K (mg.100 g-1 , Morgan-Venema) 51.78
Exchangeable-K (cmol.kg-1 KAA pH 7.0) 0,44
Kapasitas tukar kation (KTK, cmol.kg-1 KAA pH 7.0) 20.15
Pasir (% Hidrometer/Pipet) 10.0
Lumpur (%) 22.0
Tanah liat (%) 68.0

Untuk mengantisipasi rendahnya kandungan bahan organik tanah (2,81%) terhadap kemampuan tanah
menahan air, maka dilakukan peningkatan dosis pupuk KCl yang dianjurkan pada jagung manis yang ditanam sebelumnya.
Hal ini didasarkan pada peran K dalam pertumbuhan tanaman yang mengembangkan toleransi terhadap cekaman
kekeringan di lahan kering, dimana K berperan dalam mengatur tekanan osmotik, fungsi stomata, aktivasi enzim,
mempertahankan tekanan turgor konstan, meningkatkan laju fotosintesis, hasil, mempercepat dan memperkuat
pertumbuhan akar di lahan kering [15]. Karena serapan hara tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup,
bahan organik tanah tampaknya menyediakan sebagian besar situs pertukaran. Konsentrasi, laju pelepasan, dan
jumlah unsur hara utama dan mikro yang diserap tanaman ditentukan oleh kadar bahan organik tanah [16].
Selama percobaan lanjutan dengan kedelai menggunakan tanah jagung manis sebelumnya di rumah plastik, suhu
harian rata-rata dan kelembaban relatif masing-masing berkisar antara 25,3 -36,8 °C dan 48,0 - 76,5%.

Pada fase vegetatif ditemukan bahwa interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia tanah berpengaruh
nyata terhadap komponen pertumbuhan kedelai. Interaksi residu pupuk K 1x dengan air tersedia 80-100% berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman umur 2-6 minggu setelah tanam (Tabel 2a-b).

3
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

Tabel 2a. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia pada tinggi tanaman (cm) pada 2 WAP

Dosis Residu Pupuk KCl (K)


Persentase air yang tersedia (W)
k1 k2 k3
k0

18.27 18.17 c 17,93 b 16,93 b


w1 (100% air tersedia)
B B B SEBUAH

w2 (80% air tersedia) 17,37 17,67 SM 18.00 b 18,67 c


SEBUAH A A SEBUAH

w3 (60% air tersedia) 17,33 15,50 16.43 b 15.20


SEBUAH A SEBUAH SEBUAH

w4 (40% air tersedia) 17,27 a 16,17 ab 11,70 a 14,67


C C A B
Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan arah kolom; k0 = kontrol; k1 = sisa 1x dosis
anjuran, 100 kgha-1 ; k2 = residu 1¼x dosis yang direkomendasikan, 125 kg ha-1 ; k3 = residu 1½x dosis yang
direkomendasikan, 150 kgha-1

Tabel 2b. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia pada tinggi tanaman (cm) pada 4-6 WAP

% Tersedia Dosis Residu Pupuk KCl (K)


air (W)

k0 k1 k2 k3
4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP

w1: 100% 31,50 69,33 b 44,33 b 86,50 c 37.13 b 86,67 c 43,83 SM 92,67 c
SEBUAH SEBUAH C B B B C C
w2: 80% 30,33 68,17 b 39,83 b 73,83 b 34,33 b 57.00 pagi 45,33 c 109,67 hari
SEBUAH B B C B SEBUAH C D
w3: 60% 34,33 b 65,17 32.17 63,50 34,33 b 62,67 b 34.17 ab 69.00 b
B B SEBUAH AB B SEBUAH SEBUAH C
w4: 40% 31.17 63,83 30,83 63,67 28,83 54,50 32,50 60.00
B C B C SEBUAH SEBUAH B B

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan arah kolom; k0 = kontrol; k1 = sisa 1x dosis
anjuran, 100 kgha-1; k2 = residu 1¼x dosis yang direkomendasikan, 125 kg ha-1; k3 = residu 1½x dosis yang
direkomendasikan, 150 kgha-1

Secara mandiri, jumlah daun trifoliate pada umur 2 WAP dipengaruhi secara nyata oleh persentase air tersedia
dalam tanah (Tabel 3a). Namun pada 4-6 WAP interaksi sisa pupuk K dengan persentase air tersedia berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun kedelai trifoliate (Tabel 3b).

4
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

Tabel 3a. Pengaruh residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap jumlah daun trifoliate pada
2 WAP
Perawatan Jumlah daun trifoliate
k0 (kontrol) 1,08

k1 (1x residu pupuk K, 100 kgha-1 ) k2 0,92 a

(1¼x residu pupuk K, 125 kg ha-1 ) k3 (1½x 1,00 pagi

residu pupuk K, 150 kgha-1 ) w1 (100% air 1,08

tersedia ) w2 (80% air tersedia) w3 (60% 1,25 b

air tersedia) w4 (40% air tersedia) 1,08 ab


1.00 pagi
0,75

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata

Tabel 3b. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap jumlah daun trifoliate pada 4-6
WAP

% Tersedia Dosis Residu Pupuk KCl (K)


air (W)

k0 k1 k2 k3

4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP 4 WAP 6 WAP

w1: 100% 4.00 pagi 10,33 hari 5.00 pagi 12.00 c 6.00 c 20,33 c 6.67 b 19,67 c
SEBUAH SEBUAH B B C C D C

w2: 80% 3,67 a 8.00 b 5.00 pagi 10.00 b 6.33 c 13,67 b 6.67 b 21.00 d
SEBUAH SEBUAH B B C C C D

w3: 60% 4.00 pagi 6.33 a 5,33 b 10.00 b 3,33 a 12,67 b 4.00 pagi 10,67 b
SEBUAH SEBUAH B B SEBUAH C SEBUAH B

w4: 40% 3,33 a 9.33 c 4.33 a 7.67 a 4.33 b 9.00 pagi 4.00 pagi 9.33 a
SEBUAH B SEBUAH SEBUAH SEBUAH B SEBUAH B

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan arah kolom; k0 =
kontrol; k1 = sisa 1x dosis anjuran, 100 kgha-1 ; k2 = residu 1¼x dosis yang direkomendasikan, 125 kg
ha-1 ; k3 = residu 1½x dosis yang direkomendasikan, 150 kgha-1

Bobot segar tanaman kedelai pada 6 WAP dipengaruhi secara nyata oleh interaksi 1¼ - 1½x residu
pupuk K dengan kondisi air tersedia 80-100%; sedangkan berat kering yang lebih tinggi dihasilkan oleh
interaksi 1½x residu pupuk K dengan 100% air tersedia (Tabel 4).

Tabel 4. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap berat segar dan kering pada 6 WAP

% Tersedia Dosis Residu Pupuk KCl (K)


air (W)

k0 k1 k2 k3

kering segar kering segar kering segar kering segar


berat (g) berat (g) berat (g) berat (g)

w1: 100% 33 c 0,73 b 48,33 hari 0,66 b 100 c 1,00 c 70 c 1,12 hari

5
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

SEBUAH SEBUAH SEBUAH A D B SEBUAH C


w2: 80% 20 a 0,20 36,67 c 0,55 b 43,33 b 0,61 a 78,33 c 0,83 c
SEBUAH SEBUAH B B C B B C
w3: 60% 20 a 0,27 25 b 0,33 a 33,33 b 0,82 b 30 b 0,60 b
A SEBUAH B SEBUAH C C B B
w4: 40% 30 b 0,24 18.33 0,30 18,33 0,52 a 16,67 0,48
B SEBUAH SEBUAH SEBUAH SEBUAH B SEBUAH B

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan arah kolom; k0 = kontrol; k1 =
sisa 1x dosis anjuran, 100 kgha-1 ; k2 = residu 1¼x dosis yang direkomendasikan, 125 kg ha-1 ; k3 = residu 1½x
dosis yang direkomendasikan, 150 kgha-1

Tabel 5a. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap serapan K tanaman (mg tanaman-1 ) dan
bobot 100 biji (g tanaman-1 )

% Air yang Dosis Residu Pupuk KCl (K)


tersedia (W)

k0 k1 k2 k3

Berat serapan K 100 biji Berat serapan K 100 biji Berat serapan K 100 biji Berat serapan K 100 biji

w1: 100% 6,5 b 17,67 6,0 c 21,33 c 8.7 c 19,33 b 9.3 hari 18,67 ab
A A A B B AB B AB
w2: 80% 2.2 a 19,33 b 5,1 SM 17.00 WIB 6,5 b 18.00 b 7,7 c 18,33 ab
B B A SM AB C B
w3: 60% 2.8 a 17,67 3.4 ab 18.00 b 6,7 b 19,33 b 4,9 b 21,33 b
A SEBUAH
AB AB C B B C
w4: 40% 2.3 a 18.33 ab 2.3 a 16.00 WIB 3.3 a 15,33 3.4 a 17,33 a
SEBUAH
B SEBUAH
SEBUAH
SEBUAH
AB SEBUAH
B

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan arah kolom; k0 = kontrol; k1 =
sisa 1x dosis anjuran, 100 kgha-1 ; k2 = residu 1¼x dosis anjuran, 125 kg ha-1 ; k3 = residu 1½x dosis yang
dianjurkan, 150 kgha-1

Data pada Tabel 5b menunjukkan bahwa setelah tanaman kedelai dipanen pada umur 12 WAP,
efektivitas residu pupuk K berkisar antara 98,6-103,6% dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 5b. Efektivitas residu pupuk K

Residu Pupuk K Efektivitas (%)

k1 (1x residu pupuk K) k2 99,08


(1¼x residu pupuk K) k3 (1½x 98,61
residu pupuk K) 103,64

Serapan K tanaman yang lebih tinggi (9,3 mg tanaman-1) pada 6 WAP dipengaruhi secara nyata oleh
interaksi 1½x residu pupuk K dengan 100% air tersedia tanah. Pada saat panen didapatkan bobot 100 biji lebih
tinggi karena adanya interaksi 1x residu pupuk K dengan 100% air tersedia tanah, meskipun tidak berbeda nyata
dengan interaksi 1x residu pupuk K.

6
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

dengan 60% air tersedia (Tabel 5). Peningkatan dosis residu pupuk K seiring dengan penurunan kadar air tersedia
menyebabkan tidak ada perbedaan kadar air dalam tanah (Tabel 6).

Tabel 6a. Interaksi residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap kadar air tanah (%)pada 6 WAP

Dosis Residu Pupuk KCl (K)


Persentase air yang tersedia (W)
k1 k2 k3
k0

w1 (100% air tersedia) 7.35 c 5,57 b 5,38 a 6.07 c


C AB SEBUAH B

w2 (80% air tersedia) 6.10 b 5,25 ab 7,00 c 5.12 b


B SEBUAH C SEBUAH

w3 (60% air tersedia) 6.70 c 4.95 ab 7,00 c 4.26 a


C B C SEBUAH

w4 (40% air tersedia) 3,98 a 4,67 a 5,94 b 5,81 c


A B C C
Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata. Huruf besar menunjukkan arah baris dan huruf kecil menunjukkan kolom
arah; k0 = kontrol; k1 = sisa 1x dosis anjuran, 100 kgha-1 ; k2 = residu 1¼x dosis yang direkomendasikan, 125 kg
ha-1 ; k3 = residu 1½x dosis yang direkomendasikan, 150 kgha-1

Sementara itu, parameter tanah seperti bahan organik tanah, kapasitas tukar kation (KTK) pada 6 WAP
tidak dipengaruhi secara nyata oleh residu pupuk K dan persentase air tersedia, kecuali K tertukar (Tabel 6b).

Tabel 6b Pengaruh residu pupuk K dan persentase air tersedia terhadap bahan organik tanah, kapasitas
tukar kation (KTK) dan K tertukar pada 6 WAP

Perawatan bahan kapasitas tukar kation dapat ditukar-K


organik tanah (%) (KTK, cmol/kg-1 ) (cmol/kg-1 )

k0 (kontrol) 1,37 a 28,67 0,42 a


k1 (1x residu pupuk K) k2 1,71 a 28,33 0,47
(1¼x residu pupuk K) k3 (1½x 1,91 a 23,36 0,45
residu pupuk K) 1,30 a 22.14 0,46

w1 (100% air tersedia) w2 1,65 a 26.97 0,68 b


(80% air tersedia) w3 (60% 1,54 a 25,02 0,36 a
air tersedia) w4 (40% air 1,63 a 27,67 0,33 a
tersedia) 1,47 a dan 22,83 0,31 a

Catatan: Berdasarkan uji berganda Duncan pada taraf 5% ternyata angka-angka dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata

4. Diskusi
Ketersediaan air tanah yang optimal sangat diperlukan bagi pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah
untuk mendapatkan suplai unsur hara baru. Karena kurangnya ketersediaan air di tanah pada musim kemarau,
seperti di Inceptisols dari Jatinangor, diketahui bahwa K sangat membantu dalam mengatur buka tutup.

7
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

stomata, pertukaran uap air, oksigen dan karbon dioksida. Penelitian menunjukkan bahwa respon yang lebih banyak
terhadap pemupukan K di musim kemarau, terutama cekaman karena ketersediaan air tanah yang terbatas atau
penggenangan akan mengurangi keberadaan K yang akan diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, peningkatan kadar
K tanah diharapkan dapat membantu mengatasi pengaruh tegangan-tegangan tersebut.
Tampilan tinggi tanaman kedelai pada umur 2-6 WAP menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur
tanaman pada kondisi air tanah yang sesuai, interaksi residu pupuk K dengan persentase tertentu dari air tanah yang
tersedia merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh. menentukan kelanjutan proses pertumbuhan tanaman
(Tabel 2a-b). Hal ini membuktikan bahwa selama fase vegetatif, perkembangan sel, aktivitas metabolisme dan
perubahan morfologi tanaman didukung oleh terpenuhinya kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman. Diduga, pada
tanah tersedia air 80-100% memungkinkan hara K terlarut dan kondisi ini memungkinkan K+ dalam larutan tanah
berdifusi ke dalam akar tanaman. Akibatnya, merangsang aktivitas xilem dan meningkatkan floem untuk mengasimilasi
translokasi. Data telah membuktikan bahwa persentase ketersediaan air tanah yang lebih tinggi menyebabkan
perkembangan akar dan pembelahan sel meningkat pesat karena tanaman mulai menyerap nutrisi dalam jumlah besar
[17].
Selain itu, Tabel 3a menunjukkan bahwa semakin rendah persentase air tersedia (40%), semakin rendah
jumlah daun trifoliate. Respon tersebut disebabkan oleh interaksi antara tanaman dan lingkungan, yang responnya
terekspos melalui proses fisiologis seperti kecepatan fotosintesis dan translokasi produk fotosintesis. Adanya
kandungan air yang rendah pada jaringan tanaman akan menyebabkan pembelahan dan pemanjangan sel terlambat
sehingga terjadi hambatan pada pembentukan komponen pertumbuhan. Di sisi lain, interaksi 1¼ - 1½x residu pupuk
K dengan kondisi air tersedia 80-100% berpengaruh terhadap peningkatan jumlah daun trifoliate pada tanaman kedelai
umur 4-6 WAP (Tabel 3b) merupakan indikasi peningkatan fotosintesis kegiatan dapat berlangsung tanpa hambatan.
Dapat diasumsikan bahwa ketersediaan air yang optimal menyebabkan peningkatan fotosintesis yang dihasilkan dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada fase vegetatif dan reproduksi tanaman [19].

Tabel 4 juga menunjukkan bahwa semakin rendah persentase air tersedia (< 100%), semakin rendah bobot
segar dan berat kering tanaman kedelai yang dihasilkan. Karena air yang terbatas dapat menghentikan pembelahan
sel dan menghasilkan ukuran tanaman yang lebih kecil [20], tanah dengan kadar air yang lebih tinggi memungkinkan
residu K larut dan akar tanaman mempertahankan tingkat serapan K yang tinggi dalam periode yang lebih lama,
menghasilkan difusi K yang lebih tinggi dari tanah ke tanaman [21]. Dalam hal ini, peran K sebagai aktivator berbagai
enzim esensial mendukung proses asimilasi dalam aktivitas fotosintesis. Sehingga mempengaruhi pembentukan dan
perbanyakan sel tumbuhan, protein dan karbohidrat yang menyebabkan pertambahan bobot tumbuhan.
Data pada Tabel 5a mendukung penjelasan bahwa semakin banyak unsur K dalam tanah yang dapat diserap
oleh tanaman maka akan semakin merangsang peningkatan penyerapan air sehingga tanaman dapat menampilkan
potensi hasil dan pertumbuhannya dengan baik. Subandi [24] menemukan bahwa tanaman dengan suplai hara K yang
cukup dapat mempertahankan kadar air dalam jaringannya. Kemampuan mengikat air menyebabkan tanaman tahan
terhadap cekaman kekeringan dan tumbuh optimal. Unsur hara K memegang peranan yang sangat penting selain
parameter pengisian polong dan bobot segar, tetapi juga dalam menentukan bobot 100 biji pada tanaman kedelai.
Pada kondisi kadar air tanah yang lebih rendah (60%) tetapi lebih banyak K-residu (dosis 1½x), bobot 100 biji yang
sama dihasilkan pada kadar air tanah 100% dengan jumlah K-residu yang lebih kecil (1x dosis) (Tabel 5 ).
Sebagai media pengangkut unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari akar ke daun dan translokasi asimilasi dari daun
ke seluruh jaringan tanaman, proses penyerapan K oleh tanaman sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam
tanah. Hasil ini membuktikan bahwa pemanfaatan residu pupuk K dapat mengimbangi bahkan melebihi perlakuan
kontrol (Tabel 5b).
Parameter tanah Inceptisols asal Jatinangor menunjukkan kemampuannya menahan air dengan cukup baik
(Tabel 6) meskipun kandungan bahan organik tanah sebagai penyangga air tidak berbeda nyata pada semua
kombinasi perlakuan (Tabel 7). Diduga, pemberian pupuk organik berupa kompos pada awal penanaman, serta sisa-
sisa akar tanaman dari penanaman sebelumnya akan berkaitan dengan kandungan bahan organik tanah [27],
meskipun kadar air tanah tidak berbeda dengan kandungan bahan organik tanah. meningkatnya residu pupuk K seiring
dengan penurunan persentase pengolahan air tersedia tanah. Namun, data pada Tabel 7 mendukung pernyataan
bahwa ketersediaan K dapat dikaitkan dengan potensi K tanah pada kondisi kecukupan air (kapasitas lapang 100%).
Meskipun hanya bentuk K yang dapat ditukar yang dapat tersedia untuk tanaman, bentuk K yang mencakup K tetap
dan K struktural

8
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

tersedia untuk tanaman [28]. Dengan demikian, semakin tinggi potensi K maka semakin besar peluang ketersediaan K dari
total K di dalam tanah beserta ketersediaan air. Menurut [29] semakin tinggi jumlah air merangsang K untuk melarutkan dan
memperluas permukaan akar sehingga tanaman dapat menyerap lebih banyak unsur hara dan K tertukar diubah menjadi K
tersedia yang mudah diserap oleh tanaman [30].

5. Kesimpulan
Pupuk sisa K yang dikombinasikan dengan berbagai persentase air tanah yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman kedelai selanjutnya di Inceptisols dari Jatinangor. Ketersediaan
air hingga 60% dari daya ikat air tanah masih mampu meningkatkan efektivitas pupuk sisa K. Air tanah yang tersedia
memungkinkan untuk melarutkan sisa K dan akar tanaman untuk mempertahankan laju serapan K melalui difusi K dari tanah
ke tanaman.

Referensi
[1] Bossolani JW, Lazarini E, de Souza, LG, Parente, TDL, Caioni S, dan NQD Biazi 2018 Dosis kalium pada tanaman
sebelumnya dan pengaruhnya pada kedelai berturut-turut. Revista Brasileira de Engenharia Agrícola dan
Ambiental 22(2):90-94
[2] Kuchenbuch R., Claassen, dan Jungk A 1986. Ketersediaan kalium dalam kaitannya dengan kelembaban tanah.
Tanaman dan Tanah 95.221-231. Penerbit Martinus Nijhoff, Dordrecht.
[3] Advinda L 2018 Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan. (Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Tumbuhan
Fisiologi (Sleman: Deepublish).
[4] Nugroho, K., and Sulaeman, Y. 2013. Perkembangan dan Permasalahan Sistem Klasifikasi Tanah di Indonesia
(Perkembangan dan Permasalahan Sistem Klasifikasi Tanah di Indonesia)
Puslittanak (Puslitbang Sumberdaya Lahan Pertanian, J.
Sumberdaya Lahan 7 (2):218-224.
[5] Staf Survei Tanah 2014 Kunci Taksonomi Tanah. Washington, DC.: USDA-Sumber Daya Alam
Layanan Konservasi.
[6] Affandi FN, Siswanto B dan Nuraini Y 2017 Karena pemberian berbagai jenis bahan organik terhadap sifat kimia tanah
pada pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. (Pengaruh aplikasi
berbagai jenis bahan organik terhadap sifat kimia tanah terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar di
Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 2(2):237-244.

[7] Hidayat A. and Mulyani A 2002 Lahan kering untuk pertanian, dalam: Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju
Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. (Lahan kering untuk pertanian, dalam: Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering Menuju Pertanian yang Produktif dan Ramah Lingkungan) Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. hlm. 1-34.

[8] Badan Litbang Pertanian. 2011 Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan
Kering). (Penetapan Rekomendasi Pemupukan dengan PUTK (Alat Uji Tanah Kering).
Ed. 6-12 Juli 2011 No.3413 -XLI https://
www.litbang.pertanian.go.id
[9] Bennet DR, Ted E, Harms TE and Entz T 2014 Kebutuhan air irigasi bersih untuk tanaman beririgasi utama dengan
variasi permintaan penguapan dan curah hujan di Alberta selatan
Jurnal Sumber Daya Air Kanada 39 63-72
[10] Allen RG, Pereira LS, Raes D dan Smith M 1998 Evapotranspirasi tanaman: Pedoman untuk menghitung kebutuhan air
tanaman. Kertas Irigasi dan Drainase 56 Roma, Italia: Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-
Bangsa
[11] AOAC 2005 Resmi Metode Analisis 18th ed. Asosiasi Ahli Kimia Analitis Resmi Maryland: AOAC International, USA [12]
Rahma dan Yulia E 2002. Nilai Faktor Konversi C-organik ke Bahan Organik pada Beberapa Jenis Tanah
(Faktor Konversi Bahan Organik-C ke Organik pada Beberapa Jenis Tanah) http: //repository.ipb.ac.id/handle/123456789/17018

9
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

[13] Kalra YP 1998 buku pegangan Metode Referensi untuk Analisis Tanaman CRC Press Taylor & Francis
Group Boca Raton, FL.
[14] Purwantoro dan Arum M 2013 Teknik Produksi Benih Kedelai Varietas Unggul. (Teknik Produksi Benih
Kedelai Varietas Unggul) Balai Penelitian Tanaman Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

[15] Aslam M, Zamir I, Afzal I, Yaseen M, Mubeen M dan Shoaib A 2013 Stres kekeringan, pengaruhnya
terhadap produksi jagung dan pengembangan toleransi kekeringan melalui aplikasi kalium
Cercetari Agronomice n Moldov 46 99–114
[16] Premachandra GS, H Sanoeka, K Fujita dan Ogata S 2008 Stres Air dan Pemupukan Kalium pada
Tanaman Jagung (Zea mays L.): Pengaruh terhadap Hubungan Air Daun dan Penggulungan
Daun. Jurnal Agronomi dan Ilmu Tanaman 170: 195-201
[17] Santoso DR 2019 Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max (L)
Merril) pada Dosis Dosis Pupuk. (Respon Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Edamame (Glycine
max (L) Merril) pada Berbagai Dosis Komposisi Pupuk [Disertasi Doktor] Malang: Universitas
Muhammadiyah.
[18] Yodhia Y, Rahmawati R, dan Lubis RM 2020 Pengaruh cekaman udara terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai (Glycine max. L.) pada tanah Ultisol (Effect of water stress on growth
and yield of kedelai (Glycine max. L.) di Ultisols Agriland: Jurnal Ilmu Pertanian, 8(2):165-170.

[19] Herawati N, Munif G, dan Eko S 2018 pertumbuhan dan hasil tiga varietas kedelai dengan berbagai
interval pemberian irigasi di lahan sawah iklim kering (Pertumbuhan dan hasil tiga varietas
kedelai pada berbagai pasokan air di lahan sawah beriklim kering. Indonesia Balai Penelitian
Tanah (BPRS) http://en.litbang.pertanian.go.id/unker/one/662/
[20] Nugraha, YS, Sumarni T, dan Soelistyono R 2014 Pengaruh interval waktu dan pemberian air terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril.). Pengaruh selang waktu
dan tingkat aplikasi air terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L) Merril.)
Jurnal Produksi Tanaman, 2(7)
[21] Bossolani JW, Lazarini E, de Souza, LG, Parente, TDL, Caioni S, dan NQD Biazi 2018 Dosis kalium
pada tanaman sebelumnya dan pengaruhnya pada kedelai berturut-turut. Revista Brasileira
de Engenharia Agrícola dan Ambiental 22(2):90-94
[22] Yusdian Y 2017 Takaran pupuk kalium terhadap hasil berbagai varietas kedelai (Glycine max (L.)
Merr). (Dosis Pemupukan Kalium Terhadap Hasil Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max
(L.) Merr) Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 3(2), 37-46.
[23] Valliyodan B, H Ye, L Song, MK Murphy, JG Shannon, J dan Nguyen, HT 2017 Keragaman genetik
dan strategi genomik untuk meningkatkan toleransi kekeringan dan genangan air pada
kedelai. Jurnal Eksperimental Botani 68 (8), 1835-1849
[24] Subandi S 2013 Peran dan pengelolaan unsur hara kalium untuk produksi pangan di Indonesia.
Pengembangan Inovasi Pertanian 6(1):30881.
[25] Astutik D, Suryaningndari D, and Raranda U 2019 Hubungan pupuk kalium dan kebutuhan udara
terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran dan biomassa tanaman jagung (Zea mays).
(Hubungan antara pupuk kalium dan kebutuhan air terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran
dan biomassa jagung (Zea mays) Jurnal Citra Widya Edukasi 11(1):67-76

[26] Silahooy C 2008 Efek pupuk KCl dan SP-36 terhadap kalium tersedia, serapan kalium dan hasil
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. (Pengaruh pupuk KCl dan SP-36
terhadap ketersediaan kalium, serapan kalium dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
pada tanah brunizem. Bul. Agron. 36(2):126 -132.
[27] Nazirah L 2019 Pengaruh Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). (Pengaruh Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Jurnal Penelitian Agrosamudra,
6(2), 8-15
[28] Nursyamsi D and Suprihati 2005 Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta Kaitannya dengan
Kebutuhan Pupuk untuk Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays) dan Kedelai (Glycine

10
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Pertama tentang Pertanian, Pangan, dan Lingkungan 2021 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 1018 (2022) 012025 doi:10.1088/1755-1315/1018/1/012025

maksimal). (Sifat Kimia dan Mineralogi Tanah dan Kaitannya dengan Kebutuhan Pupuk
untuk Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays), dan Kedelai (Glycine max) Jurnal Agronomi
Indonesia 33 (3)
[29] Abd El-Mageed, TA, El-Sherif A dan Abd El-Wahed MH 2017 Efek gabungan dari irigasi defisit
dan pupuk kalium pada respon fisiologis, status air tanaman dan hasil kedelai di tanah
berkapur. Arsip Agronomi dan Ilmu Tanah, 63(6), 827–840
[30] Hardjowigeno S 2015 Ilmu Tanah. (Ilmu Tanah) Rev ed. Cetakan Ketujuh. Akademika Pressindo.
Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai