Anda di halaman 1dari 10

Respon Beberapa Sifat Kimia... (Rija S, dkk.

RESPONS BEBERAPA SIFAT KIMIA FLUVENTIC EUTRUDEPTS


MELALUI PENDAYAGUNAAN LIMBAH KAKAO DAN BERBAGAI JENIS
PUPUK ORGANIK

Respons of Fluventic Eutrudepts Chemical Characteristic by Kakao Waste


and Several Organic Manure

Rija Sudirja5, M. Amir Solihin5, dan Santi Rosniawaty5

ABSTRACT
An experiment to evaluate the respons of media mixture of soil and organic
manure of growth the seed of Theobroma cacao L and some characterstics of Fluventic
eutrudepts. It was conducted from July to October 2006 at experimental Garden of
Agricultural Faculty of Padjadjaran University in Jatinangor with elevation 746 meter
above sea level. The experiment was arranged in Randomized Block Design witrh three
replications. The treatments consisted of 10 treatments, three treatment of cacao rind
compost, three treatments of cast, three treatments of poultry manure, with different of
comparison and one treatment of control. Media mixture of soil and organic manure can
increase pH and C-organic Fluventic Eutrudepts. Treatment 1 part of soil : 1 part of cast
is the best treatment which is can increase of pH and C-organic.

Keywords : Kakao Waste, Organic manure, Chemical Characteristic, Fluventic Eutrudepts

PENDAHULUAN Inceptisols Jatinangor merupakan


tanah yang belum berkembang lanjut
Inceptisols asal Jatinangor termasuk
dengan ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-
ke dalam sub ordo Udepts, great group
10 meter di atas bahan induk, bereaksi
Eutrudepts, dan sub group Fluventic
masam dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami
Eutrudepts (Mahfud Arifin dan Ridha
perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi
Hudaya, 2001). Inceptisols merupakan
kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari
salah satu ordo tanah yang tersebar
rendah sampai sedang. Tekstur seluruh
secara luas di seluruh Indonesia dengan
solum ini umumnya adalah liat, sedang
luasan sekitar 70,52 juta ha
strukturnya remah dan konsistensi adalah
(Puslitbangtanak, 2003). Melihat
gembur. Secara umum, kesuburan dan
penyebaran Inceptisols yang cukup luas,
sifat kimia Fluventic Eutrudepts relatif
maka pengembangan tanah ini di masa
rendah, akan tetapi masih dapat
yang akan datang memiliki nilai ekonomi
diupayakan untuk ditingkatkan dengan
yang cukup prospektif.
5
Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNPAD

849
SoilREns Vol.8 No.16 Desember 2007

penanganan dan teknologi yang tepat. lindak sekitar 86 %, dan kadar bahan
Fluventic Eutrudepts memiliki cukup organiknya sekitar 55,7% (Soedarsono
potensi untuk pengembangan tanaman dkk, 1997). Menurut Didiek dan Yufnal
perkebunan, diantaranya yang bernilai (2004) kompos kulit buah kakao
ekonomis cukup tinggi adalah tanaman mempunyai pH 5,4, N total 1,30%, C
Kakao (Theobroma cacao L.). organik 33,71%, P2O5 0,186%, K2O 5,5%,
Berdasarkan nilai ekspor komoditi kakao CaO 0,23%, dan MgO 0,59%.
Indonesia pada tahun 2002 adalah sebesar Jenis pupuk organik lain yang dewasa
521,3 juta USD, hal ini menjadi sangat ini memiliki perhatian dalam bidang
penting dalam menunjang perekonomian penelitian dan manfaatnya cukup tinggi
nasional. Keunggulan komparatif dari sub- adalah kotoran cacing tanah (bekas
sektor perkebunan dibandingkan dengan cacing = kascing). Kascing mengandung
sektor non-migas lainnya disebabkan lebih banyak mikroorganisme, bahan
antara lain oleh adanya lahan yang belum organik, dan juga bahan anorganik dalam
dimanfaatkan secara optimal dan berada bentuk yang tersedia bagi tanaman
dikawasan dengan iklim yang menunjang dibandingkan dengan tanah itu sendiri.
serta adanya tenaga kerja yang cukup Selain itu, kascing mengandung enzim
tersedia dan melimpah sehingga bisa protease, amilase, lipase, selulase, dan
secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi chitinase, yang secara terus menerus
tersebut merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi perombakan bahan organik
memperkuat daya saing harga produk sekalipun telah dikeluarkan dari tubuh
produk perkebunan Indonesia di pasaran cacing (Ghabbour, 1966 dalam Iswandi
dunia. Anas, 1990). Tri Mulat (2003)
Menurut Departemen Pertanian mengemukakan bahwa kascing
(2004) produksi kakao Indonesia pada mengandung hormon perangsang
tahun 2002 sebesar 433.415 ton, apabila tumbuhan seperti giberelin 2,75%, sitokinin
dilihat dari banyaknya produksi ini maka 1,05% dan auksin 3,80%.
terdapat produk lain berupa limbah kulit Kompos limbah kakao mengandung
buah kakao yang berpotensi mencemari unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
lingkungan, akan tetapi dapat diatasi kakao, tetapi kandungan unsur haranya
dengan penanganan dan teknologi yang masih sedikit dan memiliki pH yang
tepat untuk dimanfaatkan. rendah, sedangkan kascing, kotoran sapi,
Spillane (1995) mengemukakan dan domba, selain mengandung unsur
bahwa kulit buah kakao dapat hara makro dan mikro, dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara meningkatkan pH juga menghasilkan zat
tanaman dalam bentuk kompos, pakan pengatur tumbuh untuk merangsang
ternak, produksi biogas dan sumber pektin. pertumbuhan bibit kakao. Kombinasi
Sebagai bahan organik, kulit buah kakao tersebut diharapkan dapat memberikan
mempunyai komposisi hara dan senyawa hasil terbaik terhadap respons beberapa
yang sangat potensial sebagai medium sifat kimia Fluventic Eutrudepts dan
tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao pertumbuhan tanaman kakao.

850
Respon Beberapa Sifat Kimia... (Rija S, dkk.)

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Rancangan percobaan yang Berdasarkan data tersebut di atas,
digunakan adalah Rancangan Acak maka produktivitas dan tingkat kesuburan
Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. tanah ini tergolong relatif rendah. Jika
Perlakuan yang digunakan terdiri dari: (A) dilihat dari tingkat pengelolaannya (land
Tanpa pupuk organik (kontrol); (B) 3 management), maka tanah ini termasuk
bagian tanah :1 bagian kompos (kompos yang sulit diolah dan memerlukan masukan
1,25 kg polybag-1); (C) 2 bagian tanah : 1 teknologi yang sedang sampai dengan
bagian kompos (kompos 1,67 kg polybag- tinggi (high input). Liat yang dominan
1
); (D) 1 bagian tanah : 1 bagian kompos menunjukkan bahwa terjadi pencucian
(kompos 2,51 kg polybag-1); (E) 3 bagian yang intensif, dan terhadap basa-basa
tanah : 1 bagian kascing (kascing 1,25 kg berjalan lebih lanjut.
polybag-1); (F) 2 bagian tanah : 1 bagian Salah satu faktor melihat komposisi
kascing (kascing 1,67 kg polybag-1); (G) 1 keidealan produktivitas tanah adalah
bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing kandungan bahan organik (C organik).
2,51 kg polybag-1); (H) 3 bagian tanah : 1 Pada hasil analisis menunjukkan C organik
bagian pupuk kandang ayam (pupuk tergolong rendah, sehingga input bahan
kandang ayam 1,25 kg polybag-1); (I) 2 organik sangat menunjang di dalam usaha
bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang perbaikan tanah-tanah miskin seperti
ayam (pupuk kandang ayam 1,67 kg halnya Fluventic eutrudepts. Idealnya
polybag-1); (J) 1 bagian tanah : 1 bagian tanah memiliki kandungan C organik
pupuk kandang ayam (pupuk kandang berada sekitar 4%. Kehati-hatian
ayam 2,51 kg polybag-1). Terdapat 10 penggunaan bahan organik dalam
perlakuan yang diulang 3 kali meningkatkan dosisnya, diduga tidak akan
menghasilkan 10 x 3 = 30 satuan selalu sejalan dengan peningkatan
percobaan. Analisis ragam dengan kemasaman tanah (pH) ataupun KTK
univariat (Anova) dilakukan terhadap tanah. Hal ini terlihat bahwa nilai ∆pH
parameter pH, C-organik, dan sebagai refleksi dari selisih pH H2O dengan
pertumbuhan tanaman. Jika dari analisis pH KCl memiliki nilai = 0,6. Artinya tanah
ragam terdapat keragaman yang berbeda (Fluventic eutrudepts) merupakan tanah
nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak bermuatan vaiabel, sehingga pada
Berganda Duncan. pengelolaannya memerlukan penanganan
yang baik.

851
SoilREns Vol.8 No.16 Desember 2007

Tabel 1. Hasil Analisis Tanah Awal


Jenis Analisis Metode Hasil Analisis Kriteria
pH H2O (1:2,5) Potensiometri 5,6 Agak masam
pH KCl (1:2,5) Potensiometri 5,0
P2O5 Bray I (mg kg-1) Bray I 14,8 Rendah
P2O5 total (mg 100g-1) HCl 25% 15,1 Rendah
C (%) Walkley & Black 1,55 Rendah
N (%) Kjeldahl 0,16 Rendah
C/N 10 Rendah
K2O total (mg 100g-1) HCl 12,2 Rendah
KTK (cmol kg-1) Perkolasi 25,4 Tinggi
Kejenuhan Basa (%) 42 Sedang
Al3+ dd (cmol kg-1) Perkolasi 0,8
H+dd (cmol kg-1) Perkolasi 0,2
Susunan Kation
-1
− K (cmol kg ) Perkolasi 0,4 Tinggi
-1
− Na (cmol kg ) Perkolasi 0,7 Sedang
− Ca (cmol kg ) -1 Perkolasi 6,0 Sedang
− Mg (cmol kg )
-1 Perkolasi 3,6 Rendah
Fisika Tanah
− Pasir (%) Peptisasi 14
− Debu (%) Peptisasi 36 Liat berdebu
− Liat (%) Peptisasi 50
Sumber: UPP SDA Hayati UNPAD, 2006
Kriteria berdasarkan sumber Puslittan – Bogor, 1983

Pertumbuhan dan Perkembangan visual dan jalannya percobaan di lokasi


Tanaman pembibitan tidak terjadi serangan hama
ataupun penyakit yang menyerang
Selama percobaan berlangsung tanaman, sehingga praktis pemeliharaan
terjadi dua kali gagal pembenihan, hal ini hanya dilakukan melalui penyiraman dan
terjadi karena serangan cendewan yang penyiangan, tanpa penggunaan pestisida.
kemungkinan terbawa benih dari lokasi
perkebunan. Berdasarkan pengamatan

852
Respon Beberapa Sifat Kimia... (Rija S, dkk.)

25

20
Tinggi bibit (cm)

4 MST
15
7 MST

10 10 MST
13 MST
5

0
A B C D E F G H I J
Perlakuan

Gambar 1.
Respons perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 4, 7, 10, dan 13 MST

Berdasarkan pengamatan Kemasaman Tanah (pH)


pertumbuhan terlihat bahwa respons
perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman Hasil analisis statistik (Tabel 2)
mulai terlihat pada 7 MST. Bibit yang menunjukkan bahwa respon pemberian
terlihat lambat pertumbuhannya adalah kompos kulit buah kakao, kascing, dan
pada perlakuan A (kontrol). Hal ini pupuk kandang ayam berpengaruh
disebabkan ketersediaan bahan organik terhadap pH tanah. Semakin besar dosis
kurang dibandingkan dengan perlakuan perlakuan pupuk organik yang diberikan,
lain yang menggunakan bahan organik. maka pH tanah pun semakin meningkat.
Umur 13 MST pertumbuhan bibit yang Sejalan dengan pemikiran Sufiadi (1999),
paling tinggi adalah pada perlakuan C pemberian bahan organik dengan dosis
(kompos kulit buah kakao dengan yang meningkat akan meningkatkan
perbandingan 2 : 1) yaitu 22,73 cm. Hal ini pelepasan kation ke dalam larutan tanah,
menunjukkan jumlah unsur hara pada sehingga cukup untuk meningkatkan pH
kompos kulit buah kakao dapat mencukupi dan akibatnya muatan permukaan negatif
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman menjadi lebih besar.

853
SoilREns Vol.8 No.16 Desember 2007

Tabel 2. Pengaruh perbandingan pupuk organik terhadap pH tanah


Perlakuan Rata-rata pH tanah
A. Tanpa pupuk organik (kontrol) 5.07 ab
-1
B. 3 bagian tanah :1 bagian kompos (kompos 1,25 kg polybag ) 4.95 a
-1
C. 2 bagian tanah : 1 bagian kompos (kompos 1,67 kg polybag ) 5.33 c
-1
D. 1 bagian tanah : 1 bagian kompos (kompos 2,51 kg polybag ) 6.07 e
-1
E. 3 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 1,25 kg polybag ) 5.08 ab
-1
F. 2 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 1,67 kg polybag ) 5.13 b
-1
G. 1 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 2,51 kg polybag ) 5.66 d
H. 3 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 6.98 f
-1
ayam 1,25 kg polybag )
I. 2 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 7.30 g
-1
ayam 1,67 kg polybag )
J. 1 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 7.53 h
-1
ayam 2,51 kg polybag )

Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
Duncan pada taraf 5%.

Perlakuan yang memberikan pH C-organik


tertinggi adalah perlakuan J (pupuk
Hasil analisis menunjukkan bahwa
kandang ayam perbandingan 1 : 1). Hal ini
respons kompos kulit buah kakao, kascing
karena pupuk kandang ayam mempunyai
dan pupuk kandang ayam terhadap C-
nilai pH (7,0) yang jauh lebih tinggi dari
organik tanah adalah nyata pada taraf 5%.
nilai pH tanah awal (5,6), meskipun
Pemberian pupuk organik ternyata dapat
kompos kulit buah kakao dan kascing
memberikan kenaikan kandungan C-
memiliki pH yang jauh lebih besar yaitu 8,3
organik tanah, karena salah satu hasil
dan 7,1. Perbandingan terbaik yang
dekomposisi dan humifikasi dari bahan
menghasilkan pH tanah yang cocok untuk
organik adalah “humic substansces” yang
pertumbuhan bibit kakao adalah pada
terbentuk dari hasil degradasi kimia dan
perbandingan 1:1 untuk perlakuan kompos
biologi dari sisa-sisa tanaman ataupun
dan kascing, sedangkan pada perlakuan
hewan, serta aktivitas sintesa
tanah dengan pupuk kandang ayam
mikroorganisme. Hasil berupa senyawa
perbandingan terbaik yaitu perbandingan
kompleks yang lebih stabil dibandingkan
3:1.
dengan bahan aslinya, antara lain asam
humat dan fulfat.

854
Respon Beberapa Sifat Kimia... (Rija S, dkk.)

Tabel 3. Pengaruh perbandingan pupuk organik terhadap C-organik tanah


Perlakuan C-organik tanah(%)

A. Tanpa pupuk organik (kontrol) 2.21 a


-1
B. 3 bagian tanah :1 bagian kompos (kompos 1,25 kg polybag ) 2.80 b
-1
C. 2 bagian tanah : 1 bagian kompos (kompos 1,67 kg polybag ) 3.05 c
-1
D. 1 bagian tanah : 1 bagian kompos (kompos 2,51 kg polybag ) 3.09 c
-1
E. 3 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 1,25 kg polybag ) 4.53 d
-1
F. 2 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 1,67 kg polybag ) 4.50 d
-1
G. 1 bagian tanah : 1 bagian kascing (kascing 2,51 kg polybag ) 5.71 f
H. 3 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 2.69 b
-1
ayam 1,25 kg polybag )
I. 2 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 5.09 e
-1
ayam 1,67 kg polybag )
J. 1 bagian tanah : 1 bagian pupuk kandang ayam (pupuk kandang 5.68 f
-1
ayam 2,51 kg polybag )

Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
Duncan pada taraf 5%.

Secara umum perbandingan terbaik


yang memberikan hasil C-organik tanah KESIMPULAN DAN SARAN
tertinggi untuk perlakuan kompos, kascing
dan pupuk kandang ayam adalah Berdasarkan pengujian dan analisis
pada perbandingan 1:1. Hal ini data dapat dismpulkan bahwa media
kompos kulit buah kakao, kascing dan
menunjukkan semakin besar perbandingan
yang diberikan maka semakin tinggi pula kotoran ayam dapat meningkatkan pH dan
nilai C-organik tanah. Namun yang C-organik, dan perlakuan 1 bagian kascing
:1 bagian tanah merupakan perlakuan
tertinggi (5,71% C-organik) pada perlakuan
G (kascing dengan perbandingan 1 bagian yang terbaik yang mampu meningkatkan
tanah : 1 bagian kascing). Hal ini diduga pH dan C-organik secara signifikan
diperoleh dari kandungan C-organik yang dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
tinggi pada kascing yaitu 27,33% Sesuai dengan hasil penelitian ini
(Lampiran 3) sehingga memberikan maka disarankan untuk aplikasi kompos
sumbangan C-organik pada media tanam. kulit buah kakao, kascing dan pupuk
kotoran ayam dapat dimanfaatkan untuk

855
SoilREns Vol.8 No.16 Desember 2007

media tanam budidaya tanaman kakao. Pertumbuhan Bibit Kakao. Menara


Hasil yang lebih optimal dan aplikatif perlu Perkebunan 58 (3) : 74-77.
dilakukan penelitian lebih lanjut di Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis Dalam
lapangan dengan pemanfaatan pupuk Penelitian Percobaan. Tarsito
organik kompos kulit buah kakao, kascing, Bandung.
dan kotoran ayam dengan dosis yang Iswandi Anas. 1990. Metode Penelitian
berbeda dan menggunakan tanaman Cacing Tanah dan Nematoda. PAU-
perkebunan lainnya. IPB. Bogor.
Ni .Luh Kartini. 1996. Efek Inokulasi
mikoriza vesicular-arbuskular (MVA)
DAFTAR PUSTAKA dan Apklikasi Pupuk Organik Kascing
terhadap P-tersedia tanah,
Aris Wibawa. 1993. Pengaruh Pengapuran
Konsentrasi P Tanaman dan Hasil
dan Pemupukan NPK terhadap
bawang Putih (Allium sativum L.) pada
Pertumbuhan Bibit Kakao pada
Inceptisol. Disertasi Doktor Program
Medium Tanah Gambut. Pelita
Pascasarjana Unpad.
Perkebunan 8 (4), 85-90
Opeke. L.K. 1984. Optimising Economic
Atep Afia Hidayat. 2002. pengaruh Pupuk
Returns (Profit) from Cacao
Organik Kascing dan Inokulan CMA
Cultivation Through Efficient Use of
terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cocoa By Products. Proseding. 9th
Buncis Tipe Tegak (Phaseolus
International Cocoa Research
vulgaris L.). Tesis Program
Conference.
Pascasarjana Universitas
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 1997.
Padjadjaran.
Pedoman Teknis Budidaya Tanaman
Atiyeh, R.M., J. Dominguez, S. Subler, and
Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan
C.A. Edwars. 2000. Changes in
Kakao Jember.
biochemical properties of cow manure
Raden I. 1999. Pertumbuhan dan Hasil
during processing by wearthworm
Bawang merah (Allium ascalonicum
(Eisenia andrei) and the effects on
L.) pada Tanah Dipupuk dengan
seedling growth. Pedobiologia 44
Kascing dan SP-36. Tesis
:709-7724
Pascasarjana Unpad.
Balai Penelitian Perkebunan Jember. 1988.
Radian. 1994. Cara Pembuatan Kascing
Panduan Pembibitan Kakao. Badan
dan Peranannya dalam Meningkatkan
Penelitian dan Pengembangan
Produktivitas Tanah. Topik Khusus.
Pertanian. Departemen Pertanian.
Program Pascasarjana Universitas
Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan
Padjadjaran.
Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951.
Phytophthora palmivora. Warta
Rainfall Thypes Based on Wet and
Penelitian Perkebunan. V (1). : 33-38.
Dry Period Ratios for Indonesian With
Erwiyono. 1990. Pengaruh Penambahan
Western Nem Duinee. Djulie. Bogor.
Pasir pada Tanah Ultisol terhadap
Sifat Fisik Media Tnaman dan

856
Respon Beberapa Sifat Kimia... (Rija S, dkk.)

Soenarjo dan Situmorang. 1987. Budidaya


dan Pengolahan Kakao; Pedoman
Praktek. BPP Bogor No.9.
Soeratno. 1980. Pembibitan Coklat.
Kumpulan Makalah Konferensi Coklat
I. Medan, 16-18 September 1980.
Soetanto. 1991. Persiapan Lahan dan
Pengolahan Tanah untuk Penanaman
Kakao. Pertemuan Teknis Budidaya
Kakao. Jakarta, 4 – 5 Maret 1991.
Sufiadi, E. 2000. Variasi Titik Muatan Nol,
pH, Retensi Fosfor dan Kapasitas
Tukar Kation Andisols Tanjungsari
serta Hasil Kentang sebagai Efek
Takaran Bokashi dan Fosfat.
Disertasi. Program Pascasaraja
UNPAD.
Teoh, C.H. and K. Ramadasan. 1978.
Effect on Potting Media Composition
on Growth and Development of Young
Cocoa seedling. International
Conference on Cocoa and Coconut.
Kuala Lumpur.
Tri Mulat, SP. 2003. membuat dan
Memanfaatkan Kascing Pupuk
Organik Berkualitas. Agromedia.
Depok.
Warintek. 2004. Cokelat (Theosbroma
cacao L.) dalam
http:/www.warintek.com. (Diakses
pada tanggal 4 Februari 2004).
Zul Fahri Gani. 2002. Pertumbuhan dan
Hsil Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
pada Berbagai Sistem Olah Tanah
yang Diberi Kascing Berbeda Dosis.
Tesis pascasarjana Universitas
Padjadjaran.

857
SoilREns Vol.8 No.15 Desember 2007

858

Anda mungkin juga menyukai