Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 (Effective Microorganism

4) DAN LARUTAN GULA PADA PEMBUATAN PUPUK


KOMPOS DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI CRUMB
RUBBER

Farida Ali*,1, Devy Putri Utami1, Nur Aida Komala1


1
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Indralaya–Prabumulih KM. 32 Indralaya 30662
*
Email: umikrachmi@gmail.com

Abstrak

Limbah padat industri crumb rubber pada umumnya jarang dimanfaatkan sehingga dalam waktu lama
akan bertambah banyak jumlahnya dan menjadi masalah dalam hal penanggulangannya. Oleh karena itu ,
dilakukan penanggulangan berupa pemanfaatan dari limbah padat crumb rubber. Proses pembuatan
pupuk dilakukan dengan cara dekomposisi organik dengan variasi jumlah limbah padat crumb rubber
sebesar 100, 95, 90, 85 dan 80 gram, penambahan larutan gula sebanyak 15 ml dan 30 ml, serta EM4
sebanyak 15 ml dan 30 ml. Air ditambahkan sampai mempunyai kelembaban 40-60%. Proses
dekomposisi akan selesai sampai pupuk berumur 40 hari. Produk diharapkan memiliki spesifikasi yang
sesuai dengan SNI 2803:2004 Pupuk NPK Padat serta Peraturan Menteri Pertanian No:70/Permentan/SR-
140/10/2011 mengenai pupuk organik. Pada variasi penambahan EM4 dan larutan gula yang dilakukan
dalam penelitian ini, maka diperoleh pupuk kompos yang baik yaitu sampel dengan penambahan EM4 30
mL dan larutan gula 15 mL dengan rasio C/N sebesar 17,08.

Kata kunci: Limbah Padat Industri Crumb Rubber, Dekomposisi, EM4, Larutan gula, Rasio C/N

Abstract

Crumb rubber industry solid waste is generally rarely used so that in a long time will increase in number
and become a problem in terms of handling. Therefore, countermeasure of the utilization of crumb rubber
solid waste is done. The process of making fertilizer isdone by organic decomposition with variation of
crumb rubber solid waste amount 100, 95, 90, 85 and 80 gram, addition of sugar drops 15 ml and 30 ml,
and EM4 15 ml and 30 ml. Water is added until it has a moisture of 40-60%. The decomposition process
will be completed until the fertilizer is 40 days old. Products are expected to have specifications in
accordance with SNI 2803:2004 Solid NPK Fertilizer and Regulation of Minister of Agriculture
No:70/Permentan / SR-140/10/2011 on organic fertilizer. In the variation of the addition of EM4 and
sugar drops conducted in this study, obtained a good compost is a sample with the addition of EM4 30
mL and 15 mL sugar drops with C/N ratio of 17,08.

Keywords: Crumb Rubber Industry Solid Waste, Decomposition, EM4, Sugar Drops, C/N ratio

1. PENDAHULUAN senyawa organik. Limbah karet tersebut tidak


Perkembangan industri pengolahan karet dapat digunakan kembali dan apabila limbah ini
dewasa ini sangat pesat karena produk hasil tidak diolah sebelum dibuang ke perairan akan
olahan karet dibutuhkan oleh semua lapisan berdampak pada pencemaran lingkungan dan
masyarakat. Produk karet tersebut dibutuhkan terganggunya kesehatan masyarakat sekitar.
oleh masyarakat dalam berbagai aspek (Novriati, 2014)
kehidupan baik keperluan rumah tangga, Limbah padat industri crumb rubber pada
keperluan industri dan kegiatan lainnya. Proses umumnya hanya dibiarkan menumpuk, sehingga
pengolahan karet akan menghasilkan limbah dalam waktu lama akan bertambah banyak
baik cair maupun padat yang mengandung jumlahnya dan menjadi masalah dalam hal
penanggulangannya. Limbah padat ini berasal pada industri karet dapat berupa limbah padat,
dari kotoran-kotoran yang ada pada lateks dan limbah cair, dan limbah gas. (Gupita, 2013).
kadang sengaja dicampurkan oleh petani berupa
Limbah Padat Industri Karet
pasir, kayu, dan zat-zat organik. Oleh karena itu,
Secara umum limbah padat yang terbentuk
limbah padat ini memiliki kandungan zat
pada pengolahan karet tidak tergolong limbah
organik yang memungkinkan untuk dijadikan
beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal,
pupuk organik atau penyubur tanah melalui
lumpur, pasir rotan, kayu, daun, dan plastik
proses pembuatan kompos. (Daud, 2012)
bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan
Masyarakat telah menyadari bahwa
sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa
menggunakan bahan-bahan kimia non alami
jenis padatan dalam jumlah yang sudah
seperti pupuk dan pestisida sintetik serta
sedemikian besar akan mengganggu
hormon tumbuhan dalam memproduksi hasil
keseimbangan ekosistem. Limbah tersebut jika
pertanian ternyata menimbulkan efek terhadap
dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu
kesehatan manusia dan lingkungan. (Siagian,
akan menyebabkan pendangkalan badan air.
2006). Sebagai upaya meningkatkan dan
Limbah padat akan dikirim ke TPA dalam
menjaga kestabilan produksi pertanian,
keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika
khususnya tanaman pangan, sangat perlu
sudah bersifat kompos, sehingga di TPA tinggal
diterapkan teknologi yang murah dan mudah
proses pelapukan akhir (Brahmana, 2014).
bagi petani. Penggunaan pupuk bokashi EM4
Tabel 1.1. Hasil Uji Limbah Padat Industri
merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan pada pertanian saat ini. (Anonim, Parameter Uji Hasil
2005) Kalium (K) 0,29%
Atas pemikiran inilah, peneliti Fosfor (P) 0,18%
memanfaatkan limbah padat crumb rubber Bahan Organik 72,22%
dengan menambahkan EM4, bekatul dan tetes Karbon (C) 41,88%
sebagai formula untuk membuat pupuk kompos Nitrogen (N) 1,28%
yang sering disebut dengan bokashi. Sehingga Rasio C/N 32,72
diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan (Sumber : Supraptiningsih dan S, Nursamsi.
nilai ekonomis dari limbah padat crumb rubber 2014)
yang kurang dimanfaatkan dikalangan EM4 (Effective Microorganism-4)
masyarakat saat ini dan memanfaatkan bekatul Perkembangan probiotik di Indonesia
untuk keseimbangan ekosistem. belum pesat, namun sudah mulai dikembangkan
Limbah Crumb Rubber dan salah satu probiotik yang telah mampu
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah diproduksi dalam negeri berupa media kultur
proses yang tidak dapat digunakan kembali, berbentuk cairan yang dapat disimpan lama
apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan adalah EM4 (Effective Microorganisms-4). EM4
maka akan berdampak pada pencemaran mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp.
lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat (bakteri penghasil asam laktat) pelarut fosfat,
sekitar. Limbah ada dua bagian sumber yaitu bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur
limbah yang bersumber domestik (limbah pengurai selulosa dan ragi. EM4 merupakan
rumah tangga) dan limbah yang berasal dari suatu tambahan untuk mengoptimalkan
non-domestik (pabrik, industri dan limbah pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri
pertanian). Salah satu industri yang erat yang terdapat dalam EM4 dapat mencerna
hubungannya dengan masalah lingkungan selulose, pati, gula, protein, lemak (Surung,
adalah industri karet. Dari proses pengolahan 2008).
karet akan menghasilkan limbah cair dan limbah
padat yang mengandung senyawa organik. Hal
ini memerlukan penanganan yang terpadu antara
pihak pemerintah, industri dan masyarakat, juga
diperlukan teknologi pengolahan limbah karet
yang murah dan mudah dalam penanganannya,
seperti melalui proses aerasi dan koagulasi
(Elia, 2014).
Sumber limbah industri karet apabila
dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan
baku berasal dari lateks dan bahan olahan karet
rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk Gambar 1.1 Effective Microorganism-4
Bekatul salah satu bahan dasar pembuatan pupuk
Bekatul adalah lapisan luar dari beras organik yang membantu meningkatkan kualitas
yang terlepas saat proses penggilingan padi. pertanian. Salah satu manfaat larutan gula ini
Menurut FAO dalam Houston (1972), bekatul adalah digunakan sebagai bahan campuran
adalah hasil samping dari penggilingan padi pembuatan kompos sistem aerob. Kompos
yang sebenarnya merupakan selaput inti biji sistem aerob ini bisa dibuat tanpa harus
padi. Bekatul terdiri atas lapisan pericarp, seed menggunakan cetakan serta tutup plastik hitam
coat, nucellus, dan aleurone. Proses sebagaimana kompos sistem anaerob. Larutan
penggilingan padi menjadi beras menghasilkan gula juga berfungsi untuk memeperoleh energi
beras sebanyak 60-65%. Bekatul yang diperoleh bagi perkembangbiakan jumlah EM yang
dari penggilingan padi adalah 8-12%. Menurut diaktifkan selama proses pembuatan kompos
catatan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Witono, 2016).
pertanian Bogor dalam Nursalim dan Razali
Bokashi dan Mekanisme Proses
(2007), kegiatan penyosohan beras dapat
Pembuatannya
mengikis 7,5% dari bobot beras awal berupa
Bokashi adalah pupuk kompos yang
bekatul yang memiliki kadar selulosa dan
dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian
hemiselulosa yang paling tinggi dibandingkan
bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective
dengan beras. Bekatul merupakan dedak yang
Microorganikms 4). Keunggulan penggunaan
paling halus dengan komponen utamanya dalah
teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos)
endosperm (David, 2008).
dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif
Tabel 2.4. Komposisi kimia bekatul menurut
singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
beberapa penelitian
EM4 juga dapat menekan pertumbuhan patogen
Komponen Juliano & Luh (1991)
tanah, mempercepat fermentasi limbah dan
Bechtel
sampah organik, meningkatkan ketersediaan
(1985)
unsur hara pada tanaman, meningkatkan
Protein (%) 11.3-14.9 12.0-15.6
aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan,
Lemak (%) 15.0-19.7 15.0-19.7 serta mengurangi kebutuhan pupuk dan
pestisida kimia (Djuarnani et.al. 2006).
Serat kasar 7.0-11.4 7.0-11.4 Cairan EM4 mengandung Azotobacter
(%) sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik
Karbohidrat 34.1-52.3 34.1-52.3 dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk
(%) pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan
Abu (%) 6.6-9.9 6.6-9.9 mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami,
rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk
Kalsium - 0.3-1.2
kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan
(mg/g)
yang paling baik digunakan sebagai bahan
Magnesium - 5.0-13.0
pembuatan bokashi adalah dedak karena
(mg/g)
mengandung zat gizi yang sangat baik untuk
Fosfor (mg/g) - 11.0-25.0
mikroorganisme (Ahmad, 2013).
Silika (mg/g) - 5.0-11.0 Pada prinsipnya, peranan bokashi
hampir sama dengan pupuk kompos lainnya,
Seng (μg/g) - 43.0-258.0 namun bokashi EM4 pengaruhnya dipercepat
dengan adanya penambahan Effective
Thiamin - 12.0-24.0
Microorganikms 4 (EM4). Keuntungan
(μg/g) penggunaan bokashi adalah meningkatkan
Riboflavin - 1.8-4.0 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(μg/g) meskipun bahan organiknya belum terurai
Tokoferol - 149-154 seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan
(μg/g) ke dalam tanah, bahan organiknya dapat
(Sumber : Juliano & Bechtel,1985 dan digunakan sebagai substrat oleh
Luh,1991) mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak
Larutan Gula (Tetes) dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan
Di bidang pertanian, belum banyak orang persediaan unsur bagi tanaman (Sutanto, 2002).
yang mengetahui manfaat tetes. Padahal,
keberadaannya sangat bermanfaat guna Manfaat Pupuk Kompos Dari Limbah Padat
meningkatkan kualitas hasil pertanian. Dimana Industri Karet
larutan gula tersebut bisa digunakan sebagai Sebagai pupuk organik yang berasal dari limbah
padat industri karet remah, bisa digunakan
sebagai penyedia unsur hara untuk tanaman. pupuk organik merupakan potensi yang layak
Selain itu, pupuk organik ini mampu dikembangkan sebagai pengganti pupuk kimia;
meningkatkan populasi mikroorganisme yang yang selain dapat mencemari lingkungan, harga
berguna di tanah. Tanaman yang menggunakan yang semakin mahal dan ketersediaannya yang
pupuk organik ini juga akan lebih tahan semakin menurun. Kondisi inilah yang sering
terhadap serangan hama serta penyakit. Pupuk menyulitkan petani terutama petani-petani
organik mampu memperbaiki struktur tanah, miskin. Merekalah yang sering mengalami
seperti membuat lebih gembur dan mengikat air kesulitan ketika pupuk langka dan harganya
lebih banyak. Itulah mengapa pupuk organik mahal (Nurhidayat, 2012).
banyak digunakan di lahan yang miring. Karena
2. METODOLOGI PENELITIAN
mampu mengurangi resiko erosi pada waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium
musim penghujan. Sebab, tanah yang gembur
Analisa dan Instrumentasi Jurusan Teknik
akan lebih mudah mengikat tanah dan
Kimia Fakultas Teknik dan Laboratorium Kimia
mengurangi aliran air yang seiring infiltrasi air
Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu
hujan (Dian, 2014).
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Pupuk organik merupakan hasil dari
Waktu penelitian berlangsung pada bulan
pelapukan atau pengomposan bahan-bahan
Agustus 2017 – November 2017.
organik sehingga secara fisik dan kimia
. Adapun variabel penelitian yang
bentuknya telah mengalami perubahan dari
dilakukan adalah pamambahan EM4,
bentuk awalnya. Sebenarnya di alam juga terjadi
Penambahan Larutan gula dan Jumlah Limbah
proses pelapukan bahan-bahan organik secara
Padat Crumb Rubber.
alami tetapi berjalan sangat lambat. Penggunaan
pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan Alat dan Bahan Penelitian
telah mengakibatkan tanah menjadi semakin Alat
miskin dan kurus apalagi tanpa ada Alat yang digunakan pada penelitian ini
pengembalian bahan organik ke lahan. Dengan yaitu keranjang sampah, Gelas beker,
kondisi yang demikian bukan hasil panen yang Erlenmeyer, Aluminium foil, Timbangan
meningkat tetapi malah penurunan hasil panen digital, Pipet tetes, Sarung tangan, Masker,
karena tanah semakin miskin dan tidak lagi Gelas, Termometer dan Tabung Reaksi
mampu menyediakan makanan bagi tanaman Bahan
(Rohanah, 2008). Bahan yang digunakan pada penelitian ini
Meskipun sudah diberi pupuk kimia antara lain adalah:
yang cukup tetap tidak mampu memberikan a) Limbah padat crumb rubber dari PT
hasil panen yang memuaskan karena unsur hara Hoktong Plaju
yang berasal dari pupuk kimia tidak dapat b) EM4 (Effective Microorganism 4 )
diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh c) Bekatul
mineral-mineral tertentu yang ada di tanah. d) Gula pasir
Pemberian pupuk organik dapat mengatasi e) Aquadest
kendala tersebut sehingga ketersediaan hara
yang dapat diserap oleh akar tanaman semakin Persiapan Persiapan Bahan Baku
meningkat (Bian, 2013). Bahan baku limbah padat crumb rubber
Secara singkat fungsi utama dari pupuk dicampur lalu ditimbang sesuai masing-masing
organik adalah sebagai penyedia hara bagi formulasi yaitu 100 gram, 95 gram, 90 gram,
tanaman, untuk meningkatkan populasi 85 gram dan 80 gram sebanyak 4 kali. Limbah
mikroorganisme agar dapat berguna di tanah, Padat yang telah di timbang di masukkan ke
memperkuat daya tahan tanaman terhadap dalam gelas.
serangan hama dan penyakit dan memperbaiki Prosedur Penelitian
struktur tanah (menjadi lebih gembur dan a) Bekatul dimasukkan sebanyak 20 gr
mampu mengikat air lebih banyak). Karena kepada masing-masing formulasi limbah
dapat memperkuat struktur tanah maka padat Crumb Rubber. Campuran ini di aduk
penggunaan pupuk organik sangat penting sampai merata.
terutama pada daerah dengan kemiringan tanah b) Larutkan gula sebanyak 500 gram ke
sehingga dapat mengurangi erosi dan dapat dalam 500 ml air untuk membuat larutan
mengurangi aliran air permukaan akibat hujan gula (larutan gula).
karena meningkatnya infiltrasi air hujan (Agus, c) Larutan EM4 dimasukkan kedalam
2011). campuran limbah padat dan bekatul yang
Dengan manfaat yang banyak dan telah tercampur sebanyak 15 ml dan 30 ml
pembuatannya yang mudah dan murah, tentunya untuk masing-masing sampel.
d) Campuran di aduk hingga menjadi limbah padat crumb rubber ditunjukkan oleh
homogen. tabel 3.1.
e) Larutan gula (larutan gula) dimasukkan
Tabel 3.1. Hasil Analisa Limbah Padat Crumb
kedalam campuran limbah padat, bekatul
dan EM4 yang telah tercampur sebanyak 15 Rubber
ml dan 30 ml untuk masing-masing sampel.
f) Campuran di aduk hingga menjadi No. Parameter Uji Hasil Satuan
homogen. 1. pH H2O (1:1) 6,93
g) Pencampuran dilakukan secara perlahan
dan merata hingga kelembaban menjadi 40- 2. C-Organik 215,74 g/kg
60%. Kandungan air yang diinginkan diuji 3. N-total 6,02 g/kg
dengan menggenggam bahan, ditandai
dengan tidak menetesnya air bila bahan P-tersedia mg/kg
4. 12,90
digenggam dan akan mekar bila genggaman (Bray I)
dilepaskan
h) Bahan yang telah dicampur diletakkan 5. K-dd 2,56 cmol/kg
diatas tempat yang kering. Suhu 6. Ca 7,33 cmol/kg
dipertahankan antara 40-50o C.
i) Pengecekan suhu dilakukan setiap hari 7. Mg 0,72 cmol/kg
pada 10 hari pertama, selanjutnya
pengecekan suhu dilakukan 1 kali seminggu. Dari hasil analisa di atas di dapat kadar
j) Proses pembalikan dilakukan seminggu 2 C/N sebesar 35,85 g/kg. Oleh karena itu, untuk
sekali untuk menjaga kelembaban pupuk. menurunkan rasio C/N yang terdapat dalam
k) Pengujian C/N dilakukan pada minggu ke sampel agar mendekati rasio C/N tanah (<20)
empat untuk masing-masing sampel. perlu dilakukannya proses pengomposan. Proses
l) Kompos matang pada hari ke 40 dan siap pengomposan terjadi secara aerob, kurang lebih
di pakai. 2/3 unsur karbon menguap (menjadi CO2).
Proses pengomposan aerob secara sederhana
Limbah Padat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan
Larutan
EM4 tahap pematangan. Selama tahap-tahap awa
Gula 100 95 90 85 80
gr gr gr gr gr -
15
X1 X2 X3 X4 X5
mL
15 mL
30
X6 X7 X8 X9 X10
mL - C. Pada saat tersebut mikroba yang
15 aktif adalah mikroba termofilik. Mikroba-
X11 X12 X13 X14 X15
mL
30 mL mikroba di dalam kompos dengan menggunakan
30
X16 X17 X18 X19 X20 oksigen akan menguraikan bahan organik
mL
menjadi CO2 uap air dan panas. Setelah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagian bahan telah terurai, maka suhu akan
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada
pupuk kompos dari limbah padat crumb rubber saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
dari PT. Hoktong Plaju. Limbah padat crumb lanjut, yaitu pembentukan kompleks humus.
rubber sebelum digunakan sebagai bahan baku Selama proses pengomposan akan terjadi
dilakukan analisa terlebih dahulu. Dari hasil penyusutan volume maupun biomassa bahan.
analisa limbah padat crumb rubber didapatkan Kompos hasil penelitian diuji sesuai SNI
rasio C/N yang masih cukup tinggi sehingga 2803:2010 Pupuk NPK Padat dan Peraturan
masih belum bisa untuk langsung digunakan Menteri Pertanian No:70/Permentan/SR.
sebagai pupuk tanaman. Rasio C/N yang tinggi 140/10/2011 tentang Pupuk Organik di
pada pupuk kompos dapat menyebabkan Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan
konsentrasi unsur nitrogen di dalam tanah Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
berkurang karena aktivitas organisme tanah Universitas Sriwijaya. Hasil uji pupuk kompos
cenderung menghabiskan nitrogen untuk dapat dilihat pada Tabel 4.2.
pertumbuhannya. Rasio C/N adalah
perbandingan antara kandungan karbon (C) dan
nitrogen (N) dalam tanah, yang selalu berubah
dalam skala waktu. Hasil analisa bahan baku
penambahan larutan gula dan EM4 terhadap
limbah padat 80 gr adalah 15 mL dan 30 mL
dengan hasil analisa C/N yaitu 17,08. Hasil uji
Tabel 3.2. Hasil Analisa rasio C/N limbah padat sebelum diolah menjadi kompos,
menunjukkan nilai rasio C/N yang cukup tinggi
yaitu sebesar 35,85. Pengolahan limbah
menunjukkan penurunan nilai rasio C/N secara
nyata. Ciri fisik yang dapat dilihat pada kompos
yang telah matang, antara lain terjadinya
penurunan volume, warnanya menjadi coklat
kehitaman, dan bahannya menjadi lunak atau
hancur.
Pembalikan, pemberian air, dan aerasi
merupakan bagian utama dari tata laksana
proses pengomposan. Akan tetapi, bagian lain
tidak dapat didiamkan begitu saja. Misalnya
penggunaan alat, pengadukan, dan pengeringan
harus dilakukan dengan hati-hati dan pastikan
peralatan dalam keadaan bersih karena jika
sudah ada kontaminan yang tidak diinginkan
masuk kedalam sampel selama proses
dekomposisi ,maka produk akan mengalami
kegagalan karena biasanya sampel akan
tercemar dan terbentuknya belatung. Setiap
organisme pendegradasi bahan organik
membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan
yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai,
maka dekomposer tersebut akan bekerja giat
untuk mendekomposisi limbah padat organik.
Hasil uji rasio C/N menunjukkan kisaran Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak
17-30 untuk semua formulasi kompos yang sesuai, maka organisme tersebut akan dorman,
dibuat. Hasil uji rasio C/N terkecil dicapai oleh pindah ke tempat lain, atau bahkan mati.
kompos dengan EM4 (Effective Microorganism Menciptakan kondisi yang optimum untuk
4) 30 ml, larutan gula 15 ml dan limbah padat proses pengomposan sangat menentukan
crumb rubber 80 gr, yaitu sebesar 17. Hasil uji keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
rasio C/N terbesar dicapai oleh kompos dengan Pengaruh EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) 30 ml, larutan dan Jumlah Limbah Padat terhadap Rasio
gula 30 ml dan limbah padat crumb rubber 80 C/N pada Larutan gula 15 mL
gr, yaitu sebesar 30.. Rasio C/N yang sesuai Pengaruh EM4 dan jumlah limbah padat
persyaratan menunjukkan proses pengomposan crumb rubber dengan larutan gula 15 mL dapat
berjalan baik. Rasio C/N yang efektif untuk mempengaruhi rasio C/N yang dihasilkan dari
proses pengomposan berkisar antara 30:1 proses dekomposisi. Grafik nilai rasio C/N
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C dapat dilihat pada Gambar 3.1.
sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara
30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk
energi dan N untuk sintesis protein. Apabila
rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan
kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
dekomposisi berjalan lambat.
Dari tabel di atas, dapat di lihat
bahwasannya nilai C/N yang optimum terdapat
pada sampel X10 dimana sampel X10 tersebut
memiliki komposisi 80 gr limbah padat crumb
rubber, 15 mL larutan gula dan 30 mL EM4. Gambar 3.1. Pengaruh EM4 (Effective
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui jika Microorganism 4) dan
kombinasi yang paling baik antara pengaruh Jumlah Limbah Padat
terhadap Rasio C/N pada dengan penambahan EM4 sebanyak 30 mL dan
Larutan gula 15 mL larutan gula sebanyak 30 mL adalah sampel
Berdasarkan gambar 3.1. terlihat bahwa X20. Hal ini disebabkan karena penambahan
rasio C/N yang paling optimum terdapat pada EM4 dan larutan gula yang terlalu banyak
sampel dengan penambahan EM4 sebanyak 30 sehingga mikroba yang mendekomposisi pupuk
mL dan larutan gula sebanyak 15 mL pada 80 gr tersebut akan mati.
limbah padat crumb rubber. Semakin banyak Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah EM4 yang diberikan maka rasio C/N proses pengomposan antara lain adalah sebagai
yang didapat akan semakin kecil. Hal ini berikut. Pertama adalah rasio C/N dimana
disebabkan karena semakin banyak jumlah apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan
mikroba yang terdapat didalam sampel maka kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
senyawa organik yang terdapat didalam sampel dekomposisi berjalan lambat. Kedua adalah
akan terdekomposisi semakin banyak. aerasi, pengomposan yang cepat dapat terjadi
Sampel dengan rasio C/N yang melewati dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob).
batas standar SNI untuk pupuk kompos terdapat Aerasi secara alami akan terjadi pada saat
pada sampel 90 gr limbah padat crumb rubber terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
dengan penambahan EM4 sebanyak 15 mL dan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin
larutan gula sebanyak 15 mL adalah sampel X1. masuk ke dalam tumpukan kompos.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor Aerasi ditentukan oleh porositas dan
kelembaban, aerasi dan kondisi saat kandungan air bahan (kelembapan). Apabila
dekomposisi yang tidak terpenuhi. aerasi terhambat, maka akan terjadi proses
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
Pengaruh EM4 (Effective Microorganism 4)
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
dan Jumlah Limbah Padat terhadap Rasio
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara
C/N pada Larutan gula 30 mL
di dalam tumpukan kompos. Oleh karena itu
Pengaruh EM4 dan jumlah limbah padat
peneliti melakukan pembalikan dan penyiraman
crumb rubber dengan larutan gula 30 mL dapat
sebanyak 2 kali seminggu untuk menjaga
mempengaruhi rasio C/N yang dihasilkan dari
kondisi yang sesuai untuk pengomposan.
proses dekomposisi. Grafik nilai rasio C/N
Ketiga yaitu jumlah mikroorganisme,
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
dengan semakin banyaknya jumlah
mikroorganisme maka proses pengomposan
diharapkan akan semakin cepat. Tetapi, jumlah
mikroorganisme yang banyak harus juga di
seimbangi dengan jumlah asupan atau nutrisi
bagi mikroba untuk bertahan hidup dan
menjalankan perannya untuk mendekomposisi
limbah.
Keempat adalah kelembaban (moisture
content), Kelembaban memegang peranan yang
sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh
Gambar 3.2. Pengaruh EM4 (Effective pada suplay oksigen. Mikroorganisme dapat
Microorganism 4) dan memanfaatkan bahan organik apabila bahan
Jumlah Limbah Padat organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban
terhadap Rasio C/N pada 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
Larutan gula 30 mL metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di
Berdasarkan gambar 3.2. terlihat bahwa bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami
rasio C/N yang paling optimum terdapat pada penurunan dan akan lebih rendah lagi pada
sampel dengan penambahan EM4 sebanyak 15 kelembapan 15%. Apabila kelembaban lebih
mL dan larutan gula sebanyak 30 mL pada 100 besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
gr limbah padat crumb rubber. Semakin banyak berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan
jumlah larutan gula yang diberikan maka rasio menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik
C/N yang didapat akan semakin besar. Hal ini yang menimbulkan bau tidak sedap. Untuk
disebabkan karena semakin banyaknya jumlah memenuhi kondisi tersebut dilakukannya
nutrisi yang diberikan pada mikroba. penyiraman dengan kadar 10 mL untuk setiap
Sampel dengan rasio C/N yang melewati sampel sebanyak 2 kali seminggu. Parameter
batas standar SNI untuk pupuk kompos terdapat untuk menentukan kembaban dengan kisaran
pada sampel 80 gr limbah padat crumb rubber 40-60% adalah dengan menggenggam sampel,
apabila saat di genggam sampel masih hancur No:70/Permentan/SR-140/10/2011 tentang
dan tidak bergumul berarti kelembapan sudah Pupuk Organik.
cukup. 2) Semakin banyak penambahan EM4
Kompos terbaik dan memenuhi (Effective Microorganism 4) maka
persyaratan SNI 2803:2004 Pupuk NPK Padat semakin kecil rasio C/N yang didapat.
serta memenuhi Peraturan Menteri Pertanian 3) Semakin banyak penambahan larutan gula
No: 70/Permentan/SR-140/10/2011 tentang maka semakin besar rasio C/N yang
Pupuk Organik adalah kompos dengan didapat.
formulasi limbah padat crumb rubber 80 gram,
EM4 30 mL dan larutan gula 15 mL dengan
DAFTAR PUSTAKA
rasio C/N sebesar 17,08. Di dalam standar ini
termuat batas-batas maksimum atau minimum Anonim. 2011. Cara Membuat Larutan Gula.
sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos, termasuk (Online). http://penyakit-
di dalamnya batas maksimum dan minimum anak.blogspot.in/2011/06/cara-
kadar C/N. Syarat minimum dan maksimum membuat-lgg.html?m=1. (Diakses pada
rasio C/N dalam peraturan SNI 2803:2004 tanggal 20 Juni 2017).
Pupuk NPK Padat adalah 10-20. Syarat Anonim. 2012. Pupuk Organik. (Online).
minimum dan maksimum rasio C/N dalam http://pertaniansehat.com/read/2012/05
memenuhi Peraturan Menteri Pertanian No: /09 /pupuk-organik-alternatif-
70/Permentan/SR-140/10/2011 tentang Pupuk pengkaya-tanah.html. (Diakses pada
Organik adalah 15-25. Untuk memastikan tanggal 20 Juni 2017).
apakah seluruh kriteria kualitas kompos ini Anonim. 2016. Prinsip Dasar Pengomposan.
terpenuhi maka diperlukan analisis (Online). http://www.pertanian.com/.
laboratorium. Pemenuhan atas standar tersebut (Diakses pada tanggal 07 November
adalah penting, terutama untuk kompos yang 2017).
akan dijual ke pasaran. Standar itu menjadi Baliwati, YF. 2011. Analisis dan Potensi
salah satu jaminan bahwa kompos yang akan Pemanfaatan Bekatul Menurut
dijual benar-benar merupakan kompos yang siap Beberapa Penelitian. (Online).
diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi www.repository.ipb.ac.id/handle/12345
tanaman, manusia, maupun lingkungan. 6789/47303. (Diakses pada tanggal 24
Kompos tersebut memiliki ciri antara lain: Juni 2017).
berwarna coklat tua agak hitam mirip dengan Budi, Prasetyo. 2016. Aplikasi EM4 (Efektif
warna tanah, tidak larut dalam air, rasio C/N Mikroorganism 4) di Lahan Pertanian.
sebesar 17,08, suhu kurang lebih sama dengan (Online).www.potretpertanian.com/201
suhu lingkungan, dan tidak berbau. Berikut 6/08/aplikasi-em4-efektif-mikro-
adalah data hasil analisa dari sampel terbaik organisme.html?m=1. (Diakses pada
ditunjukkan oleh tabel 3.3. tanggal 24 Juni 2017).
Daud. 2012. Limbah Padat Industri Crumb
Tabel 3.3. Hasil Analisa Sampel Terbaik Rubber. Jurnal Teknik Kimia. 2(3). pp
No. Parameter Uji Hasil Satuan 119-201.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Prospek
1. pH H2O (1:1) 6,98 Komoditas Karet. Direktorat Jenderal
2. C-Organik 315,64 g/kg Perkebunan. Jakarta.
Hidayat, W. 2016. Manfaat Tetes Tebu dalam
3. N-total 18,48 g/kg Pembuatan Pupuk Organik. (Online).
4. Ca 12,70 cmol/kg www.kampustani.com/manfaat-
tetestebu-dalam-pembuatan-pupuk-
5. Mg 1,50 cmol/kg organik/. (Diakses pada tanggal 20 Juni
2017).
4. KESIMPULAN Juliano dan Bechtel. 1985. Komposisi Kimia
1) Pupuk kompos terbaik yaitu sampel Bekatul Menurut Beberapa Penelitian.
limbah padat 80 gram dengan penambahan Jurnal Pertanian. 2(1). pp 14-16.
EM4 30 mL dan larutan gula 15 mL Kusuma, M.E. 2014. Pengaruh Beberapa Jenis
dengan rasio C/N sebesar 17,08 dan Pupuk Kandang Terhadap Kualitas
memenuhi persyaratan SNI 2803:2010 Bokashi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika.
Pupuk NPK Padat serta memenuhi 1(2). pp 41-46.
Peraturan Menteri Pertanian Liem. 2014. Bekatul Meningkatkan Kebugaran
Stamina. (Online).
http://bekatuldrliem69.blogspot.co.id/2 Tufaila, M. 2014. Pupuk Bokashi dari Kotoran
014/08/bekatul-meningkatkan- Sapi. Jurnal Agroteknologi. 4(1). pp 1-
kebugaran –stamina.html?m=1. 3.
(Diakses pada tanggal 24 Juni 2017). Universitas Sumatra Utara. Tanpa Tahun.
Luh. 1991. Komposisi Kimia Bekatul Menurut Chapter 1. (Online).
Beberapa Penelitian. Jurnal Pertanian. http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
2(1). pp 14-16. ndle/123456789/34241/Chapter%20I.p
Mutiara, V. L. dan Hakimi, R. 2012. Potensi df. (Diakses pada tanggal 24 Juni
Pemanfaatan Limbah Crumb Rubber 2017).
sebagai biomassa di Sumatra Barat. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya.
Simposium Nasional Ekonomi Karet, Jakarta.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi Zaimahwati. 2004. Pengolahan Limbah Padat
bekerjasama dengan Perhimpunan Pabrik Karet Sebagai Bahan
Ekonomi Pertanian Indonesia Campuran Pembuatan Pupuk
(PERHEPI). Alternatif. Jurnal Reaksi Jurusan
Nasir. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Teknik Kimia Politeknik Negeri
Bokashi pada Pertumbuhan dan Lhokseumawe. 1(3). pp 9-14.
Produksi Palawija dan Sayuran. Zainudhin. 2017. Cara Cepat Memperbanyak
(Online).http://www.distperternakpand EM4. (Online).
eglang.go.id/. (Diakses pada tanggal 07 www.agrotani.com/cara-cepat-
November 2017). memperbanyak-em4/. (Diakses pada
Novriati, R.A. 2014. Limbah Padat Karet. tanggal 24 Juni 2017).
(Online).http://eprints.polsri.ac.id/887/
2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pd
f. (Diakses pada tanggal 24 Juni 2017).
Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan
Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.
Supraptiningsih dan S, Nursamsi. 2014.
Pemanfaatan Limbah Padat Industri
Karet Remah (Crumb Rubber) Untuk
Pembuatan Kompos. Jurnal Teknik
Kimia. Yogyakarta. pp 35-41.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian
Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Suriadikarta. 2012. Baku Mutu Pupuk Organik.
(Online).http://www.syekhfanismd.lect
ure.ub.ac.id/. (Diakses pada tanggal 07
November 2017).
Surung. 2008. Pengaruh Dosis EM4 (Effective
Microorganism 4) pada Pembuatan
Biogas dari Enceng Gondok dan
Rumen Sapi. Jurnal Agrisistem. 4(4).
pp 40-47.
Tim Penulis. 2008. Panduan Lengkap Karet. .
Penebar Swadaya. Jakarta. .

Anda mungkin juga menyukai