Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Komposit Vol. 4 No.

1
POTENSI SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN PUPUK KOMPOS

Nurcholis Salman1)
1)
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Email : nurcholissalman@umtas.ac.id

ABSTRAK
Limbah adalah sisa atau buangan dari suatu proses kegiatan manusia yang dapat menjadi bahan polutan di suatu
lingkungan, limbah tersebut dapat bermanfaat bagi manusia apabila dikelola dengan baik, seperti limbah serbuk gergaji.
Serbuk gergaji cukup baik digunakan sebagai bahan baku kompos, walaupun tidak seluruh komponennya dapat dirombak
dengan sempurna. Komponen-komponen kimia yang terkandung dalam serbuk gergaji yaitu seperti selulosa,
hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penambahan kotoran
kambing, serasah, dan bioaktivator EM4 terhadap proses pengomposan serbuk gergaji. Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimental dengan 2 (dua) perlakuan menggunakan dosis aktivator yang berbeda. Penelitian dilakukan selama
30 hari masa pengomposan dengan pengamatan beberapa karakteristik fisik kompos dilakukan tiap minggu. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari kedua perlakuan sampel tidak ada perbedaan yang signifikan dari pengaruh
penambahan aktivator EM4, kotoran kambing, serasah, hanya saja pada proses pengomposan yang lebih cepat matang
yaitu pada perlakuan ke-1 dimana suhu 28oC, pH 7,5 (netral). Karakteristik fisik kompos berupa warna kehitaman, berbau
tanah dan tekstur halus. Sosialisasi langsung kepada petani di sekitar telah dilakukan, dan petani kini telah tahu manfaat
lain dari limbah serbuk gergaji sebagai substitusi penggunaan pupuk kimia juga membantu menghemat pengeluaran biaya
pupuk.
Kata kunci: serbuk gergaji, pupuk kompos, proses pengomposan, pemanfaatan kompos.
ABSTRACT
Waste is residue from a human activity process that can become pollutant material in an environment, this waste can be
beneficial to humans if it is managed properly, such as sawdust waste which still can be reused. Sawdust is quite good to
be used as a compost raw material, although not all of its components can be completely decomposted. The chemical
components contained in sawdust are cellulose, hemicellulose, lignin and extractive substances. This study aims to
identify the effect of adding goat manure, organic litter, and bioactivator EM4 to the sawdust composting process. The
research method used was experimental with 2 (two) treatments using different activator doses. The research was
conducted for 30 days of composting with the observation of several physical characteristics of the compost every week.
The results showed that from the two sample treatments there was no significant difference from the effect of the addition
of EM4 activator, goat manure, litter, only in the composting process which matured faster, namely the 1st treatment
where the temperature was 28oC, pH 7.5 (neutral) . The physical characteristics of compost product is blackish color,
smell of dirt and fine texture. Direct outreach to local farmers has been carried out, and farmers now know other benefits
of sawdust waste as a substitute for using chemical fertilizers as well as helping to save on fertilizer costs.
Key words: sawdust, compost, composting process, compost utilization.

PENDAHULUAN (1) Apakah terdapat pengaruh dari penambahan


Limbah hasil pengolahan kayu lapis pada lokasi kotoran kambing, seresah dan activator EM-4
penggergajian kayu bulat (log) adalah berupa terhadap proses pengomposan serbuk gergaji?
potongan kayu dan serbuk gergaji. Limbah (2) Berapa besar animo petani terhadap pupuk
potongan kayu telah dimanfaatkan sebagai inti kompos serbuk gergaji sebagai alternatif
papan blok dan bahan baku papan partikel (partikel penggunaan pupuk kimia?
board). Sayangnya serbuk gergaji belum Tujuan dari penelitian ini adalah:
dimanfaatkan secara optimal, karena kebanyakan (1) Identifikasi pengaruh dari penambahan
hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler yang kotoran kambing, seresah dan activator EM-4
pada akhirnya menimbulkan masalah lingkungan terhadap proses pengomposan serbuk gergaji
berupa polusi udara. Pembuatan kompos dengan (2) Mengetahui tingkat animo petani terhadap
bahan utama serbuk gergaji dapat menjadi pupuk kompos serbuk gergaji sebagai
alternatif pemanfaatan limbah yang juga dapat alternatif penggunaan pupuk kimia.
dipakai sebagai substitusi penggunaan pupuk kimia TINJAUAN PUSTAKA
di lingkungan petani. Serbuk gergaji
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan Serbuk gergaji kayu merupakan suatu bahan baku
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini kayu yang diolah dan diiris dengan menggunakan
adalah:
1
Civil Engineering and Environmental 2020

alat (gergaji kayu) menjadi ampas-ampas kecil. memiliki peranan penting dalam mengembalikan
Serbuk gergaji kayu yang selama ini menjadi karbon dalam siklus karbon.
limbah bagi perusahan dapat dijadikan menjadi
Kotoran Kambing
sebuah peluang usaha dan bisa dimanfaatkan
Sumber kompos yang sangat dicari bagi pemerhati
menjadi hal yang lebih berguna. Pada pengolahan
tanaman hias dan buah adalah kotoran kambing.
kayu di industri perkayuan terutama industri kayu
Kotoran kambing berbentuk bulat seperti kacang
lapis dan kayu gergajian selain produk kayu lapis
tanah dan sangat keras. Kotoran kambing yang
dan kayu gergajian diperoleh pula limbah kayu
ditanam dalam tanah akan terurai dengan sempurna
berupa potongan kayu bulat (log).
menjadi kompos dalam waktu 6-12 bulan,
Serbuk gergaji mengandung komponen-komponen
sedangkan kotoran kambing yang diletakan di
kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat
tempat teduh tidak akan terurai dengan sempurna
ekstraktif (Sari dan Damardi, 2016). Serbuk gergaji
walaupun selama bertahun-tahun akan tetap
cukup baik digunakan sebagai bahan baku kompos,
berbentuk seperti kacang tanah dan sangat keras.
walaupun tidak seluruh komponennya dapat
Kotoran kambing mempunyai kandungan pupuk
dirombak dengan sempurna. Serbuk gergaji ada
yang lengkap. (Anggara, 2018)
yang berasal dari kayu lunak dan ada pula yang
berasal dari kayu keras. Kekerasan jenis kayu Kompos
menentukan lamanya proses pengomposan akibat Kompos adalah istilah untuk pupuk organik buatan
lignin didalamnya. manusia yang dibuat melalui proses pembusukan
sisa-sisa bahan organik. Proses pengomposan dapat
Tabel 1. Kandungan zat gizi dan kepadatan serbuk
dilakukan dengan 2 cara yaitu secara aerobik dan
gergaji
anaerobik yang saling menunjang pada kondisi
Zat Gizi Kandungan
lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses ini
Bahan kering 81,45 disebut sebagai dekomposisi atau penguraian.
Nitrogen (N) 0,17 (Habibi, 2008). Adapun manfaat dari kompos yaitu
memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir,
Abu 1,23
memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah,
Fospor (P) 0,08 dapat membantu dekomposisi bahan mineral, lalu
Kalium (K) 1,66 dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih
Densitas 0,23 gembur, meningkatkan daya tahan dan daya serap
air, kemudian menambah dan mengaktifkan unsur
Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam hara, meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur
kayu, asal daerah penanaman dan unsur kayu. hara, selanjutnya dapat menyediakan bahan
Pasalnya semakin tua umur kayu, maka semakin makanan bagi mikroorganisme yang bisa
sedikit kandungan air dan zat haranya. Semakin menguntungkan pertumbuhan tanaman.
halus ukuran partikel serbuk gergaji, makin baik Menurut Ekawandani, 2018 keunggulan kompos
daya serap air dan bau yang dimilikinya. bila dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu:
1. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos
Serasah
lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Serasah atau seresah merupakan istilah yang
2. Menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah
diberikan untuk sampah-sampah organik yang
yang merugikan.
berupa tumpukan dedaunan kering, rerantingan,
3. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang
dan berbagai sisa vegetasi lainnya diatas lantai
lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit.
hutan atau kebun yang sudah mengering dan
4. Memperbaiki struktur tanah dengan cara
berubah dari warna aslinya. Serasah kebanyakan
sebagai berikut:
memiliki senyawa berbasis karbon. Serasah yang
a) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme
telah membusuk (mengalami dekomposisi)
didalam tanah dengan cara menyediakan
berubah menjadi humus (bunga tanah), dan
bahan makanan bagi mikroorganisme.
akhirnya menjadi tanah. Pengomposan serasah
b) Meningkatkan Kapasitas tukar kation
(KTK).
2
Jurnal Komposit Vol. 4 No. 1

c) Melindungi tanah terhadap kerusakan No Parameter Satuan Min Maks


akibat erosi. 19. Tembaga mg/kg * 100
d) Memperbesar daya ikat tanah berpasir, (Cu)
sehingga tidak mudah terpencar. 20. Merkuri mg/kg * 0,8
e) Menggemburkan dan meningkatkan (Hg)
21. Nikel (Ni) mg/kg * 62
ketersediaan bahan organic didalam tanah.
22. Timbal (Pb) mg/kg * 150
f) Meningkatkan daya serap tanah terhadap
23. Selamium mg/kg * 2
air dan zat hara.
(Se)
g) Membantu proses pelapukan bahan 24. Seng (Zn) mg/kg * 500
mineral. Unsur lain *
h) Memperbaiki drainase dan tata udara di 25. Kalsium % * 25,50
dalam tanah. 26. Magnesium % * 0,60
Kompos yang matang menurut SNI 19-7030-2004 (Mg)
27. Besi (Fe) % * 2,00
adalah penyusutan berat >60%, warna kompos
28. Alumunium % * 2,20
coklat kehitam-hitaman, suhu kompos mendekati
(Al)
suhu udara, bau seperti bau tanah, dan strukturnya
29. Mangan % * 2,10
sudah hancur. Standar kualitas kompos (Mn)
diperlihatkan pada tabel 2. Bakteri
Tabel 2. Standar Kualitas Kompos 30. Fecal coli MPN/g 1000
No Parameter Satuan Min Maks 31. Salmonella MPN/4g 3
1. Kadar air % 50 sp
2. Temperatur o
C Suhu air Keterangan: *Nilainya lebih besar dari minimum
tanah atau lebih kecil dari maksimum
3. Warna Kehitam Sumber: SNI 19-7030-2004
an Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor –
4. Bau Berbau faktor sebagai berikut:
tanah 1. Ukuran bahan, kecepatan proses pengomposan
5. Ukuran mm 0,55 25 sangat dipengaruhi oleh ukuran dari bahan
partikel bakunya. Untuk bahan yang berukuran besar,
6. Kemampuan % 58 - sebaiknya dicacah terlebih dahulu.
ikat air 2. Rasio C/N, Mikroorganisme akan mengikat
7. pH 6,80 7,49 nitrogen tetapi tergantung pada ketersediaaan
8. Bahan asing % * 1,5
karbon. Apabila ketersediaan karbon terbatas
Unsur makro
(nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup
9. Bahan % 27 58
senyawa sebagai sumber energi yang dapat
organik
10. Nitrogen % 0,40 -
dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat
11. Karbon % 9,80 32 seluruh nitrogen bebas. (Sutanto, 2002),
12. Phosfor % 0,10 - sedangkan apabila C/N tinggi, aktivitas biologi
(P205) mikroorganisme akan berkurang. Selain itu,
13. C/N-rasio 10 20 diperlukan beberapa siklus mikroorganisme
14. Kalium % 0,20 * untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos
(K20) sehingga waktu pengomposan akan lebih lama
Unsur mikro dan kompos yang dihasilkan akan memilki
15. Arsen mg/kg * 13 mutu rendah. Jika nisbah C/N terlalu rendah
16. Kadnium mg/kg * 3 atau kurang dari 30, kelebihan nitrogen N yang
(CD) tidak dipakai olehmikroorganisme tidak dapat
17. Kobal (C0) mg/kg * 34
diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi
18. Kromium mg/kg * 210
sebagai amonia atau terdenitrifikasi. (Djuarnani
(Cr)
dkk, 2005).

3
Civil Engineering and Environmental 2020

3. Kadar keasaman (pH). pH awal sebaiknya 6,5 – serbuk gergaji didapatkan dari tempat
6,7 agar hewan pengurai dapat bekerja sama penggergajian kayu, sedangkan bahan – bahan
dengan mikroorganisme pengurai. Jika bahan organik lain didapatkan dari lokasi setempat. Total
organik yang dikomposkan terlalu asam dapat berat campuran untuk setiap sampel perlakuan
dinaikkan dengan cara pemberian kapur. Pada adalah 25 kg.
awal pengomposan pH akan menjadi asam Masing – masing medium kompos diberi tambahan
karena bahan organik diurai menjadi asam larutan activator EM-4 sebanyak 4 (empat) tutup
organik, namun semakin lama pH akan kembali botol yang dicampurkan ke dalam 1 (satu) ember
netral (Mulyono, 2014). air.
4. Suhu, pada proses pengomposan sangat penting
Prosedur Penelitian
dikontrol untuk keperluan mikroorganisme
Pengamatan secara langsung di lapangan dan
melakukan penguraian, suhu optimum yaitu 30-
mencatat parameter suhu, pH, dan karakteristik
40°C. Apabila suhu terlalu rendah atau pun
fisik kompos, yaitu bau, warna dan tekstur.
terlalu tinggi maka bakteri yang ada pada
Pengamatan dilakukan setiap 7 (tujuh) hari selama
pengomposan akan mati (Mulyono, 2014)
30 hari. Selama masa penelitian, medium kompos
5. Kelembaban, tingkat kelembaban optimum
seringkali diaduk dan dibalikkan.
dalam proses pengomposan adalah antara 40 –
60%
HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Tingkat aerasi.
7. Kadar Nitrogen dalam zat organik. Hasil pengukuran suhu dan pH
8. Aktivator. Bioaktivator dalam penelitian ini Hasil pengamatan suhu dan keasaman medium
adalah EM-4 (Effective Microorganism – 4) kompos diperlihatkan pada tabel 3.
yang dikembangkan oleh Prof. Teruo Higa dari Tabel 3. Hasil pengamatan suhu dan pH
Universitas Ryukyus. Keunggulan dari larutan No Formula / Waktu Parameter
EM-4 adalah selain dapat mempercepat proses perlakuan pengomposan yang diamati
pengomposan, juga dapat menghilangkan bau / minggu Suhu pH
yang timbul selama proses pengomposan bila (0C)
berlangsung dengan baik (Untung dkk., 2014). 1. Formula 1 Hari ke-1 350C 5
Hari ke-7 370C 5
METODE PENELITIAN Hari ke-14 0
37 C 6,5
Lokasi dan Waktu Penelitian Hari ke-21 300C 6,8
Penelitian dilakukan dengan melibatkan Hari ke-28 280C 7,5
0
masyarakat kelompok tani di Desa Jayamukti, Kec. Hari ke-30 28 C 7,5
Leuwisari, Kab. Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat. 2. Formula 2 Hari ke-1 350C 5
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – Hari ke-7 0
37 C 6
September 2019. Hari ke-14 370C 6,8
Proses pengomposan dilakukan di dalam ruangan Hari ke-21 310C 6,8
(gubuk bambu) agar material dapat terhindar dari Hari ke-28 280C 7,5
panas matahari langsung. Hari ke-30 280C 7,5
Sumber: Hasil Pengamatan
Alat dan Bahan
1) Temperatur /Suhu
Alat
Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam penelitian ini, suhu kompos mengalami
alat pertanian seperti cangkul, sabit, golok, karung
peningkatan signifikan pada hari ke 7 dan ke 14
goni, ember, serta alat pengukur suhu
adalah sekitar 37oC pada formula 1 dan formula 2.
(termometer), alat tulis dan kamera.
Setelah pengomposan mulai matang suhu
Bahan berangsur-angsur turun.
Bahan yang digunakan adalah campuran serbuk Tinggi rendahnya suhu kompos dipengaruhi oleh
gergaji, kotoran kambing, seresah, dengan kadar bahan pembuat kompos dan jumlah mikrobak
campuran 2:1:2 dan 1:2:2. Bahan campuran berupa dekomposer tersebut. Selain itu, faktor cuaca yang
4
Jurnal Komposit Vol. 4 No. 1

tidak stabil dan ketika pembalikan kompos yang


tidak merata juga dapat mempengaruhi proses
pengomposan.

2) pH
Nilai keasaman selama masa pengomposan sangat
mempengaruhi terhadap pertumbuhan
mikroorganisme perombak. Nilai pH yang terlalu
tinggi akan membuat unsur nitrogen dalam bahan
kompos berubah menjadi amonia (NH3)
Gambar 2 Fisik kompos di akhir masa pengomposan
sebaliknya, nilai pH yang terlalu rendah akan
menyebabkan sebagian mikroorganisme prombak Hasil pengamatan karakter fisik berupa bau, warna
mati sehingga dapat mengganggu proses dan tekstur medium kompos diperlihatkan pada
pengomposan. tabel 4.
Hasil dari pengamatan proses pengomposan, pada
Tabel 4. Hasil pengamatan karakteristik fisik kompos
hari ke-1 campuran tergolong asam dengan pH 5.
Peningkatan pH kea rah netral terjadi pada Waktu Hasil rata-rata pengamatan bau,
pengamatan di hari ke-7 (untuk perlakuan 2) dan warna dan tekstur
hari ke-14 (untuk perlakuan 1). pH pada hari ke-30 Karakter Formula 1 Formula 2
berada pada nilai 7,5. Fisik
7 Hari Bau Sedikit Sedikit
Pengamatan karakter fisik kompos
berbau berbau tanah
Pada awal pengomposan, warna kompos masih tanah
berwarna seperti aslinya degan bau serbuk gergaji, Warna Coklat Coklat
kotoran kambing, serasah dan bau asam dari Tekstur Masih kasar Masih kasar
aktivator EM-4 dan teksturnya masih utuh dengan 14 Hari Bau Mulai Sedikit
ukuran kurang lebih 2 cm. Di akhir masa berbau berbau tanah
pengomposan, fisik kompos berwarna kehitaman, tanah
berbau tanah dan memiliki tekstur halus. Kedua Warna Coklat Coklat
kondisi diperlihatkan pada Gambar 1 dan Gambar kehitaman
2. Tekstur Mulai Masih kasar
tampak
halus
21 Hari Bau Berbau Mulai berbau
tanah tanah
Warna kehitaman Coklat
kehitaman
Tekstur Halus Mulai tampak
sedikit halus
kasar
28 Hari Bau Berbau Berbau tanah
tanah
Warna Kehitaman kehitaman
Gambar 1 Campuran awal kompos (Hari ke-0) Tekstur Halus Halus tapi
masih ada
kasar
30 Hari Bau Berbau Berbau tanah
tanah
Warna Kehitaman Kehitaman
Tekstur Halus Halus
Sumber: Hasil Pengamatan

5
Civil Engineering and Environmental 2020

Lebih jelasnya pembahasan dari hasil pengamatan Hasil penelitian yang sudah dilakukan tekstur
kompos dari mulai minggu pertama sampai pada saat pengomposan mngalami perubahan
pengecekan sampai dengan kompos matang: setiap minggunya yaitu yang lebih segnifikan
pada minggu ke-14 hari dalam formula 1 tekstur
1) Bau
kompos mulai tampak halus dan pada minggu
Bau selama proses pengomposan adalah suatu
ke -21 hari halus tetapi masih kasar. Setelah
tanda bahwa terjadi aktivitas dekomposisi
minggu berikutnya kompos pun teksturnya
bahan yang terlalu basah sehingga perlu
mulai halus.
dilakukan pembalikan. pengamatan bau
kompos dilakukan dengan menggunakan indra Pembahasan
penciuman dan dilakukan setiap minggu sekali. Pada penelitian pemanfaatan serbuk gergaji limbah
Hasil pengamatan dari penelitian yang telah pabrik kayu sebagai bahan pupuk kompos dengan
dilakukan bau dalam proses pengomosan mulai menggunakan aktivator EM4, kotoran kambing
berubah pada hari ke 14 untuk formula 1 dan dan serasah kondisi pengomposan yang digunakan
pada hari ke-21 pada formula 2. Setelah hari ke- adalah pengomposan secara anaerob. Hasil
21 pada formula 1 mulai berbau tanah dan pada pengamatan yang telah dilakukan dari penelitian
formula 2 pun sudah mulai berbau tanah. pemanfaatan limbah serbuk gergaji dengan
menggunakan kotoran kambing, serasah dan EM4
2) Warna
yaitu parameter yang diamati suhu dan pH sudah
Berdasarkan hasil pengamatan warna pada
memenuhi syarat SNI 19-7030-2004. Setelah
pembuatan kompos mengalami perubahan
diketahui hasil dari suhu dan pH dan juga
setiap minggunya. Kompos mengalami
karakteristik fisik kompos berupa warna, bau dan
perubahan yang berbeda – beda dengan
tekstur tidak adanya pengaruh signifikan dari
perlakuan / formula 1 dan formula 2. Hal ini
penambahan aktivator EM4, kotoran kambing dan
disebabkan bahan adiktif pada kompos
serasah akan tetapi mempengaruhi waktu
dimanfaatkan oleh mikroba secara aktif.
pengomposan dimana pada formula 1 ditambahkan
Hasil pengamatan warna pada formula 1 dan 2
larutan EM4 sebanyak 4 (empat) tutup botol
mengalami persamaan dari kompos diminggu
sehingga mempercepat dalam proses
pertama masih sama dengan kondisi aslinya.
pengomposan.
Hal ini dikarenakan masa inkubasi dari bakteri
EM4 baik kompos formula 1 maupun formula 2 Hasil wawancara dan observasi langsung kepada
diakhir minggu tersebut sudah tampak coklat petani
kehitaman. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar
Warna tampak berbeda pada hari ke 21 pada penduduk Desa Jayamukti bermatapencaharian
formula 1 dan hari ke 28 pada formula 2, sebagai petani, yang sangat tergantung pada pupuk
kompos berwarna kehitaman. Hal ini kimia.
menunjukan bahwa keberadaan Setelah mengetahui kondisi lingkungan di Desa
mikroorganisme pengurai bekerja dengan baik. Jayamukti peneliti melakukan sosialisasi langsung
3) Tekstur kepada petani tentang pemanfaatan limbah serbuk
Bahan organik diurai menjadi unsur-unsur yang gergaji, petani di lingkungan Desa Jayamukti
dapat diserap oeh mikroorganisme, maka belum mengetahui manfaat lain dari limbah serbuk
ukuran bahan berubah menjadi partikel kecil gergaji selain untuk alat penanaman jamur, bahan
yang menyebabkan volume menyusut kurang bakar dan alas ternak, maka dari itu peneliti
lebih tiga perempat sepanjang proses menjelaskan bahwa limbah serbuk gergaji dapat
pengomposan. dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk kompos.
Ukuran partikel kompos berhubungan dengan Salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu agar
tingkat kematangan kompos dan volume bahan. petani mampu untuk membuat pupuk kompos
Semakin matang kompos maka semakin sedikit sendiri dari limbah serbuk gergaji dan sebagai
ukuran partikel semakin kecil. upaya meminimalisir penggunaan pupuk kimia
sehingga mampu menghemat biaya pengeluaran

6
Jurnal Komposit Vol. 4 No. 1

untuk membeli pupuk kimia dan juga petani Badan Standardisasi Nasional. (2004). SNI 19-
mampu membantu menjaga lingkungan. 7030-2004 Spesifikasi kompos dari sampah
Awalnya para petani masih bingung ketika peneliti organik domestik. Jakarta.
menjelaskan bahwa limbah serbuk gergaji dapat Djuarnani, N., Kristian, B.S, Setiawan (2005).
dimanfaatkan untuk pupuk kompos akan tetapi Cara Tepat Membuat Kompos. Jakarta:
setelah diajak untuk melihat prosesnya petani kini AgroMedia Pustaka.
Ekawandani, N. (2018). Pengomposan sampah
mulai mengetahui akan pemanfaatan limbah
organik (kubis dan kulit pisang) dengan
serbuk gergaji menjadi bahan baku pupuk kompos. menggunakan EM4. INA-Rxiv.
Ketersediaan bahan baku yang memadai https://doi.org/10.31227/osf.io/3gt26
memudahkan petani untuk mendapatkan bahan Ekawandani, N. (2019). Efektifitas Kompos Daun
baku kompos serbuk gergaji di lingkungan sekitar. Menggunakan EM4 dan Kotoran Sapi. Jurnal
TEDC, [S.l.], vol. 12, no. 2, p. 145-149. ISSN
KESIMPULAN DAN SARAN 1978-0060.
Firmansyah, M. A. (2010). Teknik Pembuatan
Kesimpulan
Kompos. Pelatihan Petani Plasma Kelapa
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat Sawit di Kab. Sukamara, Kalimantan Tengah.
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Habibi, 2008. Pembuatan Pupuk Kompos dari
1. Parameter suhu dan pH kompos serbuk gergaji Limbah Rumah Tangga. Cetakan 1. Bandung:
telah memenuhi ketentuan SNI 19-7030-2004. Titian Ilmu.
Begitu pula dengan karakter fisik dari kompos. Mulyono. (2014), Membuat MOL dan Kompos dari
2. Dari observasi dan wawancara langsung dapat Limbah Rumah Tangga. Jakarta: AgroMedia
Pustaka.
disimpulkan bahwa petani masih belum
Pratiwi, S.H dan Purnamasari, R.T. (2018).
mengenal pupuk kompos dari serbuk gergaji, Pengaruh Lama Pengomposan Serbuk
namun terlihat bahwa petani setempat tertarik Gergaji Kayu Jati dan Dosis EM4 terhadap
untuk menggunakan pupuk kompos serbuk Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis
gergaji sebagai alternatif substitusi atau Bunga (Brassica oleracea l) Dataran Rendah.
setidaknya mengurangi penggunaan pupuk Buana Sains vol.18 no.2:139-148 Fakultas
kimia. Pertanian, Universitas Merdeka Pasuruan.
Sari, E., & Darmadi, D. (2016). Efektivitas
Saran Penambahan Serbuk Gergaji dalam
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, Pembuatan Pupuk Kompos. Bio-Lectura, Vol.
maka dapat disarankan beberapa hal sebagai 3 no. (2).
berikut : https://doi.org/10.31849/bl.v3i2.356
1. Diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak, Suhastyo, A.A, (2017). Pemberdayaan
terutama antara perguruan tinggi, pemerintah Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan
Pupuk Kompos. Jurnal pengabdian dan
daerah, kelompok tani dan industri dalam
pemberdayaan masyarakat vol.1 no.2:
sosialisasi dan pengembangan pupuk kompos September
serbuk gergaji. Sutanto, (2002). Penerapan Pertanian Organik,
2. Perlu adanya pembinaan dan penyuluhan serta Yogyakarta: Kanisius.
kesadaran masyarakat untuk mengurangi Utomo, P.B, dan Nurdiana (2018). Evaluasi
produksi limbah serbuk gergaji dengan cara Pembuatan Kompos Organik dengan
pengomposan. Menggunakan Metode Hot Composting.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal teknologi lingkungan vol.2 no.1.
Yuniwati, M., lskarima, F., & Padulemba, A.
Anggara, A.W.A (2018). Pembuatan Kompos
(2012). Optimasi kondisi proses pembuatan
Sinergis dengan Bahan Baku Kotoran
kompos dari sampah organik dengan cara
Kambing, Sekam dan Serbuk Gergaji di Desa
fermentasi menggunakan EM4. Jurnal
Karangmojo, Kecamatan Sukoharjo,
Teknologi, 5(2), 172-181.
Kabupaten Magetan. Skripsi. Tidak
https://ejournal.akprind.ac.id/index.php/jurte
Diterbitkan. Program Studi Kesehatan
k/article/view/977
Masyarakat, STIKES Bakti Husada Mulia:
Madiun
7

Anda mungkin juga menyukai