Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEKNOLOGI BERKELANJUTAN PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK


JENGKOK TANAMAN TEMBAKAU MENJADI PUPUK ORGANIK
MATA KULIAH
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

Dosen Pengampu :
Halimatus Sadiyah, S.Si., M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ludfi Tegar Ramadhan


Wahyu Hidayat
Eko Nur Suliswanto
Ayu Amanda
Savira Arikha Maryam
Nur Hidayatullah

(121510501135)
(121510501136)
(121510501137)
(121510501138)
(121510501165)
(121510501172)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
I. Pohon industri

Pohon Industri Berbasis Tembakau

II. Limbah organik industri tembakau

Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari proses transformasi


bahan baku utama menjadi produk. Salah satu sumber limbah adalah industri
tembakau, tepatnya adalah industri pabrik rokok dimana limbah yang dihasilkan
di dalam industri tembakau tersebut terdiri atas limbah anorganik dan limbah
organik. Limbah organik yang dihasilkan dari proses penglahan tembakau di
dalam industri tembakau yaitu limbah jengkok. Definisi dari limbah jengkok
tembakau itu sendiri merupakan sisa-sisa atau limbah pencausan tembakau dalam
proses produksi rokok dan berbentuk halus (bubuk), dimasukkan dalam wadah
karung atau goni dan disimpan dalam gudang tertentu untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan terhadap lingkungan (Humas, 2008).
Kandungan yang terdapat di dalam limbah organik industri tembakau
berupa limbah jengkok tembakau, sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat diketahui, kandungan C


organik 50,97 dan 85 kandungan Nitrogen , Phospor dan Kalium memenuhi syarat
sebagai pupuk organik. Tidak hanya itu, limbah jengkok tembakau tersebut juga
memiliki kandungan logam berbahaya yang cukup tinggi yaitu logam Arsen (As).
Arsenik, adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk

alotropik; kuning, hitam dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan
sebagai pestisida, herbisida dan insektisida.

Gambar 1. Limbah Jengkok Tembakau

III. Proses pengomposan limbah


Tanaman tembakau yang digunakan sebagai bahan pembuatan rokok
memiliki banyak macam dan sisa dari produksi rokok tersebut akan menjadi
limbah padat. Limbah padat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos. Namun tidak sepenuhnya limbah tembakau bisa digunakan untuk
pupuk tanaman karena mengandung nikotin. Dikhawatirkan unsur nikotin dalam
gagang tembakau itu akan masuk ke dalam tanaman, sehingga membahayakan
manusia. Sisa tembakau rajangan yang sudah dicampur dengan semua bagian
tanamannya dapat dibakar menjadi abu. Abu sisa pembakaran tembakau itu sangat
bagus untuk campuran kompos, dan cocok untuk diaplikasikan pada tanah yang
karakteristiknya kering, sehingga dengan kompos campuran abu itu tanahnya bisa
menjadi lebih gembur.
Adapun, cara pembuatan kompos tersebut yaitu dengan memotongmotong limbah timbakau seperti pembungkus tembakau, daun sobek, rusak atau
terlalu tua, batang tanaman tembakau dan bagian lain yang tidak dipakai dalam
produksi pembuatan rokok. Pemotongan bagian tanaman yang telah menjadi
limbah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong supaya

hasil potongannya efektif dan ukurannya dapat disesuaikan. Pemotongan


diusahakan sekecil mungkin agar mudah hancur jika melalui proses compossing.
Kemudian, potongan-potongan tersebut dituang dalam bak penampung yang
terbuka dan usahakan tidak terlalu dekat dekat lingkungan rumah. Lalu proses
pengomposan dapat dilakukan dengan mengandalkan bantuan bakteri dari rumen
sapi untuk mempercepat prosesnya. Setelah itu tinggal menunggu selama 2-3
minggu tergantung dari banyaknya volume limbah dan bakteri yang digunakan.
Selama masa tunggu tersebut ada kalanya 1 minggu sekali dilakukan proses
pembalikan limbah agar oksigen dapat masuk kedalam limbah bagian bawah.
Oleh karena itu, proses pengomposan ini dilakukan dengan cara aerob.
Keunggulan kompos berbahan tembakau adalah kandungan antioksidan
dan material yang dapat membunuh nematoda dalam tanah. Seringkali tanah
pertanian mengandung jamur dan mikroba pathogen. Oleh karena itu kompos
berbahan tembakau ini akan membantu memperbaiki struktur dan kesehatan
lingkungan tanah.
Pembuatan bahan organik dari batang tembakau dipotong menjadi
potongan dengan ukuran 30 cm kemudian dijemur dan dikering anginkan.
Potongan potongan ini ditumpuk di sekitar areal tempat kegiatan sambil
menunggu siap untuk digunakan. Potongan potongan kecil batang tembakau
dicampur dengan kotoran ternak (kambing) dengan perbandingan 1 : 3 (batang
temabkau : kotoran ternak) dan disiram dengan digester (EM4) sebanyak 500 ml
diulangi setiap minggu selama 3 kali. Tumpukan campuran potongan batang
tembakau dan kotoran ternak ini kemudian ditutup rapat dengan terpal plastik
sampai menjadi kompos yang siap untuk digunakan sebagai pupuk organik.
IV. Proses kimiawi
Bahan organik mempunyai pengaruh yang cukup besar pada sifat fisik,
kimia dan biologi tanah, walaupun jumlahnya relatif sedikit. Pada lahan-lahan
pertanain,

biasanya separuh dari kapasitas menukar kation dipengaruhi oleh

bahan organik selain itu bahan organik juga dapat memasok unsur hara esensial
tanaman. Sumber bahan organik dalam tanah dapat berasal dari hewan, tumbuhan,

fungi, bakteri, maupun makhluk hidup lainnya. Penggunaan bahan organik yang
berasal dari tanaman untuk meningkatkan kualitas tanah mempunyai prospek yang
cukup baik.
Bagian dari tanaman yang tidak dipanen biasanya hanya dibuang begitu
saja oleh petani, misalnya akar, batang, bunga, dan buah tembakau. Bagian-bagian
tanaman tersebut akan lebih bermanfaat jika dikelola dengan baik, misalnya
dijadikan kompos. Menurut Supriyadi (2008) kompos adalah bahan organik yang
telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dan mengandung humus
sebagai hasil sintesa antara bahan yang tahan lapuk dengan senyawa bentukan
mikroorganisme.
Secara umum jaringan tanaman terdiri atas beberapa bahan organik
sebagai berikut :
1. Gula, pati, dan protein sederhana
2. Protein kasar
3. Hemisellulose
4. Selulosa
5. Lignin, lemak, lilin dan sebagainya.
Senyawa-senyawa tersebut biasanya akan terdekomposisi secara serentak
jika diberikan ke tanah ataupun jika dikomposkan. Senyawa-senyawa diatas
semakin kebawah semakin sulit untuk didekomposisi. Secara sederhana reaksi
dekomposisi terjadai sebagai berikut :
(C,4H) + 2O2

CO2 + 2H2 + energi

Senyawa yangmengandung C & H.


Bahan organik yang terdekomposisi secara terus menerus akan
mennghasilkan senyawa-senyawa yang sederhana. Sebagian dari padanya
terutama CO2 dan H2O terbentuk dengan segera. Hasil-hasil sederhana yang lebih
umum yang dihasilkan dari aktivitas mikroba tanah dapat dicatat sebagai berikut :
Karbon

CO2, CO22-, HCO3-, CH4

Nitrogen

NH4+, NO2-, NO3-

Sulfur

S, H2S, SO33-, SO42-, CS2

H2PO4-, HPO42-

Fosfor
Lain-lain

H2O, O2, H2, H+, OH-, K+, Ca2+, Mg2+ dan lain-lain.

Proses dekomposisi dilakukan oleh berbagai jenis mikroba mulai dari


bakteri, jamur, actinomycetes, protozoa dan mikroba tanah lainnya. Salah satu
mikroba yang dapat merombak bahan organik adalah Trichoderma. Trichoderma
adalah salah satu fungi yang tersebar luas dan hampir dapat ditemui di lahan-lahan
pertanian dan perkebunan. Fungi ini tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30C.
Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim yang bermacam-macam,
termasuk enzim selulase, glukanase dan kitinase. Oleh karena adanya enzim
selulase, Trichoderma dapat dijadikan sebagai agens perombak bahan organik.
Penggunaan Trichoderma dalam pengomposan akan mempercepat proses
pengomposan karena jamur tersebut mampu mendegradasi selulosa yang sulit
didekomposisi oleh mikroba lainnya karena selulosa memiliki rantai karbon yang
cukup panjang.
Jaringan tanaman jika terdekomposisi dengan baik maka dapat menyuplai
kebutuhan unsur hara N. Unsur N merupakan salah satu unsur hara makro karena
unsur tersebut merupakan salah satu unsur penyusun protein. Oleh sebab itu jika
protein dari bahan organik/jaringan tanaman terombak, maka akan membebaskan
unsur N yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Zahidah dan Shovitri (2013),
salah satu mikroba yang mampu mendegradasi protein adalah bakteri genus
Bacillus sp. karena bakteri tersebut mampu memproduksi enzim protease. Bakteri
Bacillus sp. juga mampu mensintesis enzim amilase dan selulose sehingga bakteri
tersebut mampu merombak zat pati dan selulosa menjadi senyawa yang lebih
sederhana.
V. Manfaat
Pemanfaatan limbah tembakau sebagai pupuk organik memiliki banyak manfaat,
antara lain :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
Dengan adanya pupuk organik tersebut dapat menungkatkan kesuburan
tanah, dikarenakan pupuk organik menjadi bahan untuk perbaikan struktur tanah

yang terbaik dan alami. Pemberian pupuk organik pada tanah akan memperbaiki
struktur tanah dan menyebabkan tanah mampu mengikat air lebih banyak.
Penggunaan pupuk organik membuat tanah menjadi gembur sehingga mudah
terjadi sirkulasi udara dan mudah ditembus perakaran tanaman. Untuk tanah yang
bertekstur pasiran bahan organik akan meningkatkan pengikatan antar partikel
tanah dan meningkatkan kemampuan mengikat air. Selain memperbaiki sifat fisik
tanah pupuk organik juga memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu dengan membantu
proses pelapukan bahan mineral. Bahan organik juga memberikan makanan bagi
kehidupan mikrobia dalam tanah. Bahan organik dalam tanah mempengaruhi
jumlah mikrobia yang ada dalam tanah
2. Meminimalisir limbah yang terbuang
Dengan

adanya

pemanfaatan

limbah

tembakau

maka

semakin

meminimalkan limbah yang ada pada tanaman tembakau khususnya, yaitu seperti
yang telah dibahas di atas adalah pemanfaatan limbah jengkok yang terdiri dari
daun dan batang tembakau yang tidak terpakai karena pada tanaman tembakau
sendiri tersebut hanya daun yang baik dan berkualitas saja yang digunakan untuk
dijual petani, sehingga batang dan daun sisa tembakau tersebut tidak dibuang saja,
maka akan menambah nilai ekonomis dari tanaman tembakau tersebut.
3. Memberikan alternatif pupuk ramah lingkungan
Seperti yang kita tahu bahwa pupuk organik merupakan pupuk yang
berasal dari bahan bahan organik yang merupakan bahan alami dari alam,
seperti halnya pupuk organik dari tanaman tembakau ini juga merupakan bahan
alami sehingga akan menjadi ramah lingkungan pada lahan pertanian dan tidak
akan mengganggu stabilitas tanah jika dibandingkan dengan pupuk kimia, serta
dengan pupuk organik ini akan berlangsung secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H, O., Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhrata Karya Aksara.

Humas. 2008. Disertasi Abu Talkah: Limbah Jengkok Tembakau Industri Rokok
untuk Pupuk Organik. http://prasetya.ub.ac.id/berita/Disertasi-Abu-TalkahLimbah-Jengkok-Tembakau-Industri-Rokok-untuk-Pupuk-Organik-199id.pdf (diakses pada tanggal, 28 Oktober 2014)
.
Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah
di Lahan Kering Madura. Embryo, 5 (2): 176-183.
Zahidah, D., dan Shovitri, M. 2013. Isolasi, Karakterisasi dan Potensi Bakteri
Aerob sebagai Pendegradasi Limbah Organik. Sains dan Seni POMITS, 2
(1): 12-15.

Anda mungkin juga menyukai