Disusun Oleh :
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
A. Kompos................................................................................................3
B. Proses Pengomposan Anaerobik.........................................................3
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Anaerobik............................................................................................4
D. Aktivator..............................................................................................6
E. Kol.......................................................................................................6
F. Limbah Sayuran...................................................................................6
G. Manfaat Kompos.................................................................................7
A. Alat.....................................................................................................10
B. Bahan..................................................................................................10
C. Cara Kerja...........................................................................................11
BAB IV HASIL
A. Hasil....................................................................................................13
B. Pembahasan........................................................................................15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran...................................................................................................20
Daftar Pustaka
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas
manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang
sudah tidak terpakai. Sampah juga merupakan bagian terintim dari diri manusia
yang hingga saat ini masalahnya selalu menarik untuk dibicarakan tetapi
menakutkan untuk dijamah. Berawal dari keberadaan sampah tersebut maka
estetika akan berkurang nilainya jika sampah dibiarkan ada dimana-mana. Semua
riset mengatakan bahwa pertambahan jumlah sampah sama dengan pertambahan
jumlah penduduk sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni bumi
maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah.
1
Sampah organik yang masih mentah, apabila diberikan secara langsung ke
dalam tanah, justru akan berdampak menurunkan ketersediaan hara tanah,
disebabkan sampah organik langsung akan disantap oleh mikroba. Populasi
mikroba yang tinggi, justru akan memerlukan hara untuk tumbuh dan
berkembang, dan hara tadi diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh
tanaman, sehingga mikroba dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang
ada. Berdasarkan keadaan tersebut, justru akan terjadi gejala kekurangan hara
nitrogen (N) yang sering ditunjukan oleh daun berwarna kekuning-kuningan
(clorosis).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompos
3
Proses anaerobik umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam. Sisa hasil
pengomposan anaerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60%
dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Kehilangan unsur hara pada proses
pengomposan secara anaerobik sedikit, sehingga umumnya mempunyai
kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari proses pengomposan secara aerobik
(Samekto, 2006
4
sehingga suhu optimum pengomposan merupakan integasi dari berbagai
jenis mikroorganisme.
4. Derajat Keasaman (pH)
Identifikasi proses degradasi bahan organik pada proses pengomposan dapat
dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan pH kompos. Menurut
Center for Policy and Implementation Study (1992), derajat keasaman (pH)
yang dituju adalah 6-8,5 yaitu kisaran pH yang pada umumnya ideal bagi
tanaman. Hasil dekomposisi bahan organik ini menghasilkan kompos yang
bersifat netral sebagai akibat dari sifatsifat basa bahan organik yang
difermentasikan. Pada pengomposan pupuk organik padat nilai pH pada hari
ketiga berkisar dari 7,66-8,84 dan hari ke-enam berkisar pada 8,66-9,08
(Nengsih, 2002).
5. Mikroorganisme yang Terlibat dalam Pengomposan
Pengomposan akan berjalan lama jika mikroorganisme perombak pada
permulaannya sedikit. Mikroorganisme sering ditambahkan pada bahan
yang akan dikomposkan yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengomposan (Indriyani, 1999). Populasi mikroorganisme selama
berlangsungnya proses pengomposan akan berfluktuasi. Berdasarkan
kondisi habitatnya (terutama suhu), mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan tersebut terdiri dari dua golongan yaitu mesofilik dan
termofilik. Mikroorganisme mesofilik adalah mikroorganisme yang hidup
pada suhu antara 45-65 oC. Pada waktu suhu tumpukan kompos kurang dari
45 oC, maka proses pengomposan dibantu oleh mesofilik di atas suhu
tersebut (45-65 oC) mikroorganisme yang berperan adalah termofilik (Gaur,
1983 dan Center for Policy and Implementation Study, 1992).
Menurut Center for Policy and Implementation Study (1992),
mikroorganisme mesofilik pada hakekatnya berfungsi memperkecil ukuran
partikel zat organik sehingga luas permukaan partikel bertambah. Menurut
Gaur (1983), bakteri termofilik yang tumbuh dalam waktu yang terbatas
berfungsi untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein, sehingga bahan-
bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.
5
D. Aktivator
E. Daun Kering
Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var capitata) adalah kol yang
dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur.
Bentuk kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Daun kering merupakan
salah satu bahan baku pembuatan kompos. Daun kering mengandung unsur
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu,
daun kering juga mengandung karbon (C) yang berperan sebagai sumber energi
bagi mikroorganisme pengurai. Daun kering dapat diolah menjadi kompos dengan
cara yang cukup sederhana. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan kompos
dari daun kering:
1. Siapkan bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat kompos dari daun kering adalah
daun kering, air, dan EM4 (Effective Microorganisms 4). EM4 adalah campuran
mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan.
2. Potong-potong daun kering
Potong-potong daun kering menjadi ukuran yang lebih kecil agar proses
pengomposan lebih cepat.
3. Campurkan bahan baku
Campurkan daun kering, air, dan EM4 dalam wadah tertutup.
4. Aduk secara teratur
Aduk campuran kompos secara teratur, setidaknya 2 kali sehari.
5. Simpan di tempat yang teduh
Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
6
Proses pengomposan dari daun kering membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Setelah kompos matang, kompos dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Berikut adalah beberapa tips untuk membuat kompos dari daun kering:
Gunakan daun kering yang bersih dan bebas dari kotoran.
Tambahkan air secukupnya agar campuran kompos tetap lembap.
Aduk campuran kompos secara teratur agar proses pengomposan lebih cepat.
Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Dengan memanfaatkan daun kering untuk pembuatan kompos, kita dapat
mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus menyuburkan tanaman.
Limbah ranting kering merupakan salah satu jenis sampah organik yang dapat
diolah menjadi kompos. Limbah ranting kering mengandung unsur karbon (C)
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pengurai. Selain itu, limbah ranting kering
juga mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dapat
menyuburkan tanaman.
Limbah ranting kering dapat diolah menjadi kompos dengan cara yang cukup
sederhana. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan kompos dari limbah
ranting kering:
1. Siapkan bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat kompos dari limbah ranting kering
adalah limbah ranting kering, air, dan EM4 (Effective Microorganisms 4). EM4
adalah campuran mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan.
2. Potong-potong limbah ranting kering
Potong-potong limbah ranting kering menjadi ukuran yang lebih kecil agar proses
pengomposan lebih cepat.
3. Campurkan bahan baku
Campurkan limbah ranting kering, air, dan EM4 dalam wadah tertutup.
4. Aduk secara teratur
Aduk campuran kompos secara teratur, setidaknya 2 kali sehari.
5. Simpan di tempat yang teduh
7
Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Proses pengomposan dari limbah ranting kering membutuhkan waktu sekitar 3-4
bulan. Setelah kompos matang, kompos dapat digunakan untuk menyuburkan
tanaman.
Berikut adalah beberapa tips untuk membuat kompos dari limbah ranting kering:
Gunakan limbah ranting kering yang bersih dan bebas dari kotoran.
Tambahkan air secukupnya agar campuran kompos tetap lembap.
Aduk campuran kompos secara teratur agar proses pengomposan lebih cepat.
Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Dengan memanfaatkan limbah ranting kering untuk pembuatan kompos, kita
dapat mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus menyuburkan tanaman.
Berikut adalah beberapa manfaat pembuatan kompos dari limbah ranting kering:
Mengurangi jumlah sampah organik
Meningkatkan kualitas tanah
Memperkaya unsur hara tanah
Meningkatkan kesuburan tanaman
Meningkatkan hasil panen
Pembuatan kompos dari limbah ranting kering merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus meningkatkan kualitas tanah.
Upaya ini dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, sehingga dapat
menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah dan lingkungan.
G. Manfaat Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktifitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
8
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktifitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk
dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yakni
sebagai berikut (Isroi, 2008) :
1) Aspek Ekonomi
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2) Aspek Lingkungan
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3) Aspek bagi tanah/tanaman
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktifitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah
yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman
hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya
perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di
bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi
9
tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.
Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada
tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.
Kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum
dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organik,
selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia
rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk
organik saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk
buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang
terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi
positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut
secara masing-masing.
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok
kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4–6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba.
Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi
kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450-
650C. Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari (Nia,
Tanpa Tahun).
10
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
1. Ember Cat Plastik
2. Ember Plastik
3. Pipa Paralon
4. Pisau
5. Sarung tangan
Lateks
11
C. Cara Kerja
No. Cara Kerja Gambar
Persiapan Alat Pengompos
2.
Sampah organik yang sudah dicacah lalu ditimbang
Persiapan Larutan
12
Pelaksanaan Pembuatan Kompos
13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam pembuatan kompos ini, saran yang dapat diberikan antara lain:
14
DAFTAR PUSTAKA
Djaja, W., 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan
Sampah. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar; Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Render, B., dan Heizer, J., 2006. Manajemen Operasi. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
15
LAMPIRAN
Kegiatan Komposting
16