Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Pencemaran Tanah oleh Sampah B3 dari Rumah Tangga

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Sri Puji Ganefati, SKM, MKes

Nama : Nurul Fitrianingrum


NIM : P07133122115
Prodi : Diploma Tiga Sanitasi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN YOGYAKARTA
A. Pengertian
Pencemaran Tanah merupakan kondisi tanah terkontaminasi sampah atau limbah b3
sehingga membuat zat fungsional di tanah tak lagi dapat berfungsi. Pencemaran yang sering
terjadi adalah penumpukan sampah plastik, limbah cair industri pabrik maupun rumah tangga
dan lain-lain. Banyak cara limbah mencemari lingkungan salah satunya adalah ketika limbah
berada ditanah akan mencemari sumber air dan tanaman.
Berdasarkan Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3
termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku
pengelolaan limbah B3 antara lain :
• Penghasil Limbah B3
• Pengumpul Limbah B3
• Pengangkut Limbah B3
• Pemanfaat Limbah B3
• Pengolah Limbah B3
• Penimbun Limbah B3

B. Dampak
1. Tanah mengandung plastic dan bahan lainnya yang tidak dapat diuraikan
Saat tanah mengandung plastik atau bahan lain yang tidak dapat diuraikan dalam
jumlah besar, maka tanah tersebut sudah tercemar. Kantong plastik sulit terurai di tanah
karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme.
Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian.
2. Tidak ada pertumbuhan mikroorganisme dan jamur
Peran utama mikroorganisme tanah adalah dekomposi bahan organik yang telah mati
dan membantu penyerapan nutrien dari tanah oleh akar tumbuhan. Mikroorganisme
tanah berperan penting dalam menguraikan segala bentuk polutan tanah dari mulai zat
padat, zat cair, hingga bahan kimia. Mikroorganisme dan kegiatan enzimatiknya dapat
menguraikan bahan kimia sehingga kesehatan tanah tetap terjaga. Jadi jika tidak adanya
pertumbuuhan mikroorganisme dan jamur, baik di permukaan maupun di dalam tanah
maka tanah tersebut sudah tercemar.
3. Kandungan mineral sangat sedikit
Tanah yang subur mengandung banyak mineral yang dibutuhkan hewan dan tumbuhan
hidup, seperti C-organik, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, nitrogen, dan oksigen.
Saat tanah sudah tercemar, jumlah kandungan mineral-mineral ini sangat sedikit, sebab
digantikan zat polutan yang kadarnya melebihi ambang batas.
4. Derajat kesamaan (Ph) tanah sangat tinggi
Tanah yang tercemar memiliki derajat keasaman yang tinggi, sehingga tidak dapat
digunakan untuk menanam tanaman yang bermanfaat bagi manusia, hewan dan
makhluk hidup lain.
5. Unsur hara hilang
Unsur hara turut berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan
mikroogranisme dan tanaman. Jika unsur hara hilang, pertumbuhan dan perkembangan
tidak akan terjadi. Hilangnya unsur hara dari tanah dapat disebabkan adanya logam,
kontaminasi pestisida, dan limbah cair industri maupun rumah tangga.
Jika Tanah sudah tercemar dampak negatif yang timbul juga akan sangat beragam,
mulai dari Inhalasi gas yang keluar dari tanah dan bergerak ke atas dan akan terbawa oleh
angin. Hal inilah yang dapat membuat pencemaran tanah memiliki potensi yang semakin besar
untuk memberikan dampak negatif kepada manusia. Dampak pada kesehatan yang terasa mulai
dari Sakit kepala, mual, permasalahan pada kulit, iritasi mata, serta berbagai kondisi yang lebih
serius seperti ginjal dan hati hingga kanker.
Air juga bisa tercemar karena adanya pencemaran pada tanah. Air tanah yang kerap
menjadi sumber air minum, mandi, mencuci, serta kebutuhan lainnya akan memberikan
pengaruh negatif dan berujung pada timbulnya berbagai penyakit.

C. Jenis Limbah
1. Baterai bekas
2. Neon dan bohlam bekas
3. Kaleng aerosol kosong
4. Thermometer merkuri
5. Wadah bekas kosmetik
6. Botol bekas cairan pembersih
7. Obat kadaluarsa

D. Cara Pengendalian
Penanganan sampah B3 dimulai dengan pemilahan. Pemilahan dilakukan dengan pemisahan
sampah B3 dengan sampah organik dan anorganik. Limbah B3 tersebut juga wajib dipisahkan
karena dapat menimbulkan bahaya lain bila bercampur satu dengan yang lain,seperti timbulnya
:
• Gas toksik: bila pembersih mengandung senyawa amonia bercampur dengan
pengelantang mengandung khlor
• Ledakan: bila tabung sisa bahan yang digunakan secara penyemprotan terbakar di bak
sampah
Selanjutnya, setelah pemilahan selesai, sampah B3 tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah
yang aman. Jika penanganan sampah B3 dilakukan secara terintegrasi dengan masyarakat
daerah sekitar, maka pewadahan dan pengumpulan dilakukan. Pewadahan secara kumulatif ini
kemudian dilanjutkan dengan pengangkutan dan penyimpanan sementara.
Dalam pengelolaan limbah B3 ini, dibutuhkan prinsip pengelolaan khusus yaitu from cradle
to grave. Pengertian from cradle to grave sendiri adalah pencegahan pencemaran yang
dilakukan dari sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan ditimbun / dikubur.
Secara umum pengolahan limbah diawali dengan minimasi kuanitas limbah B3 kemudian
dilanjutkan dengan pemilahan, pengumpulan, penyimpanan, pengolahan.
Proses pengolahan didasarkan oleh hasil uji analisa parameter fisika dan atau kimia. Proses
pengolahan meliputi treatment secara fisik dan/ atau kimia. Tujuanya ialah sebagai proses daur
ulang agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menjadi one life cycle, melainkan dapat digunakan
kembali.
Treatment tersebut digunakan sebagai proses daur ulang agar agar limbah B3 yang dihasilkan
tidak menjadi one life cycle, melainkan dapat digunakan kembali. Treatment tersebut meliputi:
1. Proses fisika meliputi : reduksi oksidasi, elektrolisa, netralisasi, presipiptasi,
solidifikasi, absorpbsi, penukar ion.
2. Proses kimia meliputi : pembersihan gas, pemisahan padatan dan cairan, penyisihan
komponen spesifik
Dalam mengelola sampah limbah B3, teknologi yang umum dipakai adalah insenerator .
Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di
dalamnya menjadi senyawa non B3. Selain itu Insenerator juga mampu mengurangi volume
dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Timbulan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada
lokasi penimbunan yang memenui persyaratan yang telah ditetapkan. Penimbunan limbah ini
harus dilakukan oleh sebuah badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari KLH serta dengan
melaporkan kegiatan penimbunan tersebut.

E. Metoda
1. Metode Pengolahan secara Kimia,
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya.
2. Metode Pengolahan secara Biologi
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri
dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan
fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi
pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan
metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain
itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem.
3. Metode Pengolahan secara Fisik
• Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar
tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosa.
• Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya,
terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
• Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
• Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur
dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi
didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan
senyawa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai