NIM : 21080122120006
Kelas : A – Teknik Lingkungan
Dalam siklus karbon, mikroorganisme juga memiliki peran penting dalam proses
dekomposisi bahan organik dan pembentukan bahan organik tanah yang kaya akan
karbon. Mikroorganisme pengurai, seperti bakteri dan fungi, bertanggung jawab
untuk menguraikan bahan organik seperti dedaunan, kayu, dan sisa-sisa organisme
lainnya. Mereka mengeluarkan enzim-enzim yang dapat memecah senyawa
kompleks dalam bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk
karbon dioksida (CO2). Proses dekomposisi oleh mikroorganisme ini menghasilkan
pelepasan karbon dioksida ke atmosfer.
Selain itu, mikroorganisme juga terlibat dalam proses pembentukan humus.
Humus adalah materi organik yang terdekomposisi secara sebagian, stabil, dan kaya
akan karbon. Mikroorganisme tanah, seperti bakteri dan fungi, berperan dalam
menguraikan bahan organik yang jatuh ke tanah dan membentuk humus. Proses ini
melibatkan dekomposisi yang melambat, sehingga karbon tetap terperangkap dalam
tanah dalam jangka waktu yang lebih lama daripada jika langsung dilepaskan ke
atmosfer. Selain itu, mikroorganisme juga terlibat dalam proses pertukaran karbon
antara lautan dan atmosfer. Mikroorganisme akuatik, seperti fitoplankton,
melakukan fotosintesis dan menggunakan karbon dioksida dari atmosfer untuk
membentuk senyawa organik melalui produksi primer. Ketika fitoplankton mati atau
dimakan oleh organisme lain, mikroorganisme pengurai menguraikan mereka dan
mengembalikan karbon dioksida ke atmosfer. Selain itu, mikroorganisme juga
terlibat dalam proses pembentukan batubara, minyak bumi, dan gas alam. Proses ini
melibatkan dekomposisi mikroorganisme purba yang terperangkap dalam endapan
sedimen selama jutaan tahun. Tekanan dan suhu yang ekstrem dalam jangka waktu
yang sangat lama mengubah bahan organik ini menjadi sumber energi fosil yang
mengandung karbon.
Mikroorganisme memainkan peran penting dalam siklus karbon dengan
menguraikan bahan organik dan mengubahnya menjadi karbon dioksida,
berkontribusi pada pembentukan humus di tanah, mempengaruhi pertukaran karbon
antara lautan dan atmosfer, dan terlibat dalam pembentukan sumber energi fosil.
Peran mikroorganisme ini penting dalam menjaga keseimbangan karbon di
atmosfer, memengaruhi perubahan iklim global, dan mempengaruhi kualitas tanah
dan ekosistem di seluruh dunia.
Selain peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, mikroorganisme juga
berperan dalam proses remineralisasi karbon di lautan. Ketika organisme laut seperti
fitoplankton dan zooplankton mati atau mengeluarkan sisa-sisa mereka,
mikroorganisme pengurai dalam air laut memulai proses dekomposisi.
Mikroorganisme ini menguraikan bahan organik yang mengandung karbon dan
mengubahnya menjadi bentuk karbon anorganik seperti karbon dioksida atau
senyawa karbonat. Proses ini dikenal sebagai remineralisasi karbon. Remineralisasi
karbon di lautan memiliki dampak penting dalam mengatur siklus karbon global.
Ketika karbon organik terdekomposisi oleh mikroorganisme, karbon dioksida
dilepaskan ke dalam air laut. Sebagian dari karbon dioksida ini akan terlarut dalam
air laut, sementara sebagian lagi akan berdifusi ke atmosfer.
Selain itu, mikroorganisme yang hidup di lingkungan lautan juga berperan
dalam membentuk karbonat kalsium, yang merupakan komponen utama dalam
pembentukan terumbu karang dan kerangka kapur. Mikroorganisme seperti
fitoplankton dan alga koral mengambil karbon dioksida yang terlarut dalam air laut
dan menggunakan karbon tersebut untuk membangun kerangka kapur atau struktur
terumbu karang mereka. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi karbonat.
Selanjutnya, mikroorganisme dalam tanah juga berperan dalam mengikat
karbon. Beberapa jenis bakteri dan fungi membentuk simbiosis dengan akar
tanaman, membentuk struktur yang disebut mikoriza. Mikoriza membantu dalam
penyerapan air dan nutrisi oleh tanaman, sementara mikroorganisme mengambil
karbon dari akar tanaman melalui fotosintesis. Karbon ini kemudian disimpan dalam
tanah dalam bentuk bahan organik stabil seperti humus.
Dalam kondisi anaerobik, beberapa mikroorganisme dapat melakukan respirasi
tanpa oksigen, dan dalam proses ini menghasilkan senyawa lain seperti metana
(CH4) sebagai produk sampingan. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat, dan
mikroorganisme ini berperan dalam siklus karbon global dan perubahan iklim.
Secara keseluruhan, mikroorganisme memainkan peran kunci dalam siklus
karbon dengan menguraikan bahan organik kompleks menjadi karbon dioksida
melalui dekomposisi, serta melakukan fiksasi karbon melalui fotosintesis. Peran
mikroorganisme dalam siklus karbon membantu menjaga keseimbangan karbon di
atmosfer, berkontribusi pada produksi oksigen, dan mempengaruhi perubahan iklim
di planet ini.
C. Siklus Nitrogen
D. Siklus Fosfor
Berg, M. et al. (2018) ‘Phosphorus Behavior In the Environment’, North Dakota State
University, 1298(June), pp. 1–4.
Campbell. (2012). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Irianto, I. K. (2016). Pemanfaatan Bakteri Untuk Keselamatan Lingkungan.
Irianto, I. K. (2017). Sistem Teknologi Pengolahan Limbah.
Jekti, D. S. D. (2018, June). Peranan Mikroba Dalam Pengelolaan Lingkungan.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (pp. 1-9).
Kwietniewska, E., & Tys, J. (2014). Process characteristics, inhibition factors and
methane yield of anaerobic digestion process. Renew Sustain Energy, 34-49.
Lie, Jennie. 2022. Kenalkan Limbah Daur Ulang CRT Fosfor, ITS dan WMCU
Berkolaborasi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Roziaty, E., Kusumadani, A. I., & Aryani, I. (2017). Biologi Lingkungan.
Muhammadiyah University Press.
Suharsono dan Popo Mustofa K. (2017). Biologi Umum. Tasikmalaya: LPPM
Universitas Siliwangi.
Syauqi, A. (2017). Mikrobiologi lingkungan peranan mikroorganisme dan kehidupan.
Penerbit Andi.