Anda di halaman 1dari 12

Nama : Lutfiana Anisa

NIM : 21080122120006
Kelas : A – Teknik Lingkungan

TUGAS MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN


PERAN MIKROOGANSIME DALAM BERBAGAI ASPEK

A. Pengolahan Limbah Padat

Gambar A.1 Proses Pembentukan Biogas

Dalam pengolahan limbah padat, mikroorganisme memainkan peran penting


dalam proses penguraian dan penguraian bahan organik dalam limbah tersebut.
Mikroorganisme pengurai, seperti bakteri dan fungi, memiliki kemampuan untuk
menguraikan senyawa organik kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana dan
lebih stabil.
Saat limbah padat dibuang ke dalam lingkungan, mikroorganisme pengurai hadir
untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam limbah. Mereka
mengeluarkan enzim-enzim yang dapat memecah senyawa kompleks, seperti
protein, lemak, dan karbohidrat, menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini
menghasilkan pelepasan energi dan menghasilkan produk sampingan seperti karbon
dioksida, air, dan senyawa anorganik lainnya.
Selain itu, mikroorganisme juga berperan dalam proses komposisi limbah padat.
Kompos adalah produk yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme pengurai. Mikroorganisme ini menguraikan bahan organik dalam
limbah padat seperti daun, rumput, sisa makanan, dan bahan organik lainnya
menjadi humus yang kaya akan nutrisi. Proses komposisi melibatkan suhu,
kelembaban, dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan
dan aktivitas mikroorganisme pengurai.
Dalam pengolahan limbah padat secara anaerobik, mikroorganisme anaerobik
memainkan peran penting. Proses ini melibatkan penguraian bahan organik dalam
limbah padat di lingkungan yang bebas oksigen. Mikroorganisme anaerobik, seperti
bakteri metana, dapat mengubah bahan organik menjadi gas metana (CH4) dan
karbon dioksida (CO2). Gas metana ini dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif.
Selain penguraian dan komposisi, mikroorganisme juga digunakan dalam
berbagai teknologi pengolahan limbah padat seperti pengomposan, pengolahan
anaerobik, dan bioremediasi. Dalam pengomposan, mikroorganisme pengurai
digunakan untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan pembentukan
kompos. Dalam pengolahan anaerobik, mikroorganisme anaerobik digunakan untuk
menghasilkan biogas dari limbah organik. Dalam bioremediasi, mikroorganisme
digunakan untuk menguraikan senyawa berbahaya dalam limbah padat,
mengubahnya menjadi bentuk yang lebih aman atau tidak beracun.
Mikroorganisme memainkan peran krusial dalam pengolahan limbah padat
dengan menguraikan bahan organik, menghasilkan energi dan produk sampingan,
serta mempercepat proses komposisi limbah. Pemanfaatan mikroorganisme dalam
teknologi pengolahan limbah padat dapat membantu mengurangi dampak negatif
limbah terhadap lingkungan, menghasilkan energi alternatif, dan mengubah limbah
menjadi produk yang berguna.
Selain peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, mikroorganisme juga
dapat digunakan dalam pengolahan limbah padat untuk menghilangkan atau
mengurangi kontaminan yang berbahaya atau toksik. Beberapa mikroorganisme
memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa organik berbahaya seperti
logam berat, pestisida, bahan kimia sintetis, dan senyawa organik yang sulit terurai.
Dalam proses yang disebut bioremediasi, mikroorganisme ini digunakan untuk
mengubah senyawa berbahaya menjadi bentuk yang lebih aman atau menguraikan
mereka sepenuhnya. Misalnya, beberapa bakteri mampu menguraikan senyawa
organik klorinasi, seperti poliklorinasi bifenil (PCB), yang merupakan polutan
lingkungan yang persisten dan berbahaya.
Selain itu, dalam pengolahan limbah padat yang mengandung zat organik tinggi,
seperti limbah pertanian atau limbah industri pangan, mikroorganisme dapat
digunakan dalam proses fermentasi atau proses biogas. Mikroorganisme anaerobik
digunakan untuk menguraikan bahan organik kompleks dalam limbah dan
menghasilkan biogas, yang terutama terdiri dari metana dan karbon dioksida. Biogas
ini dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan bahan
bakar fosil.
Mikroorganisme juga dapat digunakan dalam teknologi pengolahan limbah
padat yang melibatkan penggunaan reaktor biologis, seperti reaktor lumpur aktif
atau reaktor biofilter. Mikroorganisme pengurai di dalam reaktor digunakan untuk
menguraikan bahan organik dalam limbah padat dan mengubahnya menjadi produk
yang lebih sederhana atau lebih aman. Proses ini melibatkan interaksi antara
mikroorganisme dan kondisi lingkungan yang diatur dengan baik, seperti suhu, pH,
dan kecepatan aliran.
Penggunaan mikroorganisme dalam pengolahan limbah padat memiliki banyak
keuntungan. Mikroorganisme pengurai dapat mempercepat proses penguraian
limbah, mengurangi volume limbah yang dihasilkan, dan mengurangi emisi gas
rumah kaca. Selain itu, penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat
mengurangi dampak kontaminan berbahaya terhadap lingkungan, memperbaiki
kualitas tanah dan air, serta mengurangi risiko kesehatan manusia. Dengan
memanfaatkan potensi mikroorganisme dalam pengolahan limbah padat, kita dapat
mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan, memanfaatkan sumber
daya limbah, dan mempromosikan keberlanjutan dalam pengelolaan limbah.
B. Siklus Karbon

Gambar B.1 Siklus Karbon

Dalam siklus karbon, mikroorganisme juga memiliki peran penting dalam proses
dekomposisi bahan organik dan pembentukan bahan organik tanah yang kaya akan
karbon. Mikroorganisme pengurai, seperti bakteri dan fungi, bertanggung jawab
untuk menguraikan bahan organik seperti dedaunan, kayu, dan sisa-sisa organisme
lainnya. Mereka mengeluarkan enzim-enzim yang dapat memecah senyawa
kompleks dalam bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk
karbon dioksida (CO2). Proses dekomposisi oleh mikroorganisme ini menghasilkan
pelepasan karbon dioksida ke atmosfer.
Selain itu, mikroorganisme juga terlibat dalam proses pembentukan humus.
Humus adalah materi organik yang terdekomposisi secara sebagian, stabil, dan kaya
akan karbon. Mikroorganisme tanah, seperti bakteri dan fungi, berperan dalam
menguraikan bahan organik yang jatuh ke tanah dan membentuk humus. Proses ini
melibatkan dekomposisi yang melambat, sehingga karbon tetap terperangkap dalam
tanah dalam jangka waktu yang lebih lama daripada jika langsung dilepaskan ke
atmosfer. Selain itu, mikroorganisme juga terlibat dalam proses pertukaran karbon
antara lautan dan atmosfer. Mikroorganisme akuatik, seperti fitoplankton,
melakukan fotosintesis dan menggunakan karbon dioksida dari atmosfer untuk
membentuk senyawa organik melalui produksi primer. Ketika fitoplankton mati atau
dimakan oleh organisme lain, mikroorganisme pengurai menguraikan mereka dan
mengembalikan karbon dioksida ke atmosfer. Selain itu, mikroorganisme juga
terlibat dalam proses pembentukan batubara, minyak bumi, dan gas alam. Proses ini
melibatkan dekomposisi mikroorganisme purba yang terperangkap dalam endapan
sedimen selama jutaan tahun. Tekanan dan suhu yang ekstrem dalam jangka waktu
yang sangat lama mengubah bahan organik ini menjadi sumber energi fosil yang
mengandung karbon.
Mikroorganisme memainkan peran penting dalam siklus karbon dengan
menguraikan bahan organik dan mengubahnya menjadi karbon dioksida,
berkontribusi pada pembentukan humus di tanah, mempengaruhi pertukaran karbon
antara lautan dan atmosfer, dan terlibat dalam pembentukan sumber energi fosil.
Peran mikroorganisme ini penting dalam menjaga keseimbangan karbon di
atmosfer, memengaruhi perubahan iklim global, dan mempengaruhi kualitas tanah
dan ekosistem di seluruh dunia.
Selain peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, mikroorganisme juga
berperan dalam proses remineralisasi karbon di lautan. Ketika organisme laut seperti
fitoplankton dan zooplankton mati atau mengeluarkan sisa-sisa mereka,
mikroorganisme pengurai dalam air laut memulai proses dekomposisi.
Mikroorganisme ini menguraikan bahan organik yang mengandung karbon dan
mengubahnya menjadi bentuk karbon anorganik seperti karbon dioksida atau
senyawa karbonat. Proses ini dikenal sebagai remineralisasi karbon. Remineralisasi
karbon di lautan memiliki dampak penting dalam mengatur siklus karbon global.
Ketika karbon organik terdekomposisi oleh mikroorganisme, karbon dioksida
dilepaskan ke dalam air laut. Sebagian dari karbon dioksida ini akan terlarut dalam
air laut, sementara sebagian lagi akan berdifusi ke atmosfer.
Selain itu, mikroorganisme yang hidup di lingkungan lautan juga berperan
dalam membentuk karbonat kalsium, yang merupakan komponen utama dalam
pembentukan terumbu karang dan kerangka kapur. Mikroorganisme seperti
fitoplankton dan alga koral mengambil karbon dioksida yang terlarut dalam air laut
dan menggunakan karbon tersebut untuk membangun kerangka kapur atau struktur
terumbu karang mereka. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi karbonat.
Selanjutnya, mikroorganisme dalam tanah juga berperan dalam mengikat
karbon. Beberapa jenis bakteri dan fungi membentuk simbiosis dengan akar
tanaman, membentuk struktur yang disebut mikoriza. Mikoriza membantu dalam
penyerapan air dan nutrisi oleh tanaman, sementara mikroorganisme mengambil
karbon dari akar tanaman melalui fotosintesis. Karbon ini kemudian disimpan dalam
tanah dalam bentuk bahan organik stabil seperti humus.
Dalam kondisi anaerobik, beberapa mikroorganisme dapat melakukan respirasi
tanpa oksigen, dan dalam proses ini menghasilkan senyawa lain seperti metana
(CH4) sebagai produk sampingan. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat, dan
mikroorganisme ini berperan dalam siklus karbon global dan perubahan iklim.
Secara keseluruhan, mikroorganisme memainkan peran kunci dalam siklus
karbon dengan menguraikan bahan organik kompleks menjadi karbon dioksida
melalui dekomposisi, serta melakukan fiksasi karbon melalui fotosintesis. Peran
mikroorganisme dalam siklus karbon membantu menjaga keseimbangan karbon di
atmosfer, berkontribusi pada produksi oksigen, dan mempengaruhi perubahan iklim
di planet ini.

C. Siklus Nitrogen

Gambar C.1 Siklus Nitrogen


Gambar C.2 Siklus Nitrogen

Dalam siklus nitrogen, mikroorganisme memainkan peran kunci dalam proses


transformasi dan perubahan bentuk nitrogen di lingkungan. Proses utama dalam
siklus nitrogen melibatkan perubahan bentuk nitrogen dari nitrogen atmosfer (N2)
menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh organisme hidup, seperti amonium
(NH4+), nitrat (NO3-), dan nitrit (NO2-). Proses ini dikenal sebagai fiksasi nitrogen.
Mikroorganisme fiksasi nitrogen, seperti bakteri Rhizobium dan Cyanobacteria,
memiliki kemampuan untuk mengubah nitrogen atmosfer menjadi bentuk yang
dapat digunakan oleh tanaman dan organisme lain.
Selain itu, mikroorganisme juga berperan dalam proses nitrifikasi dan
denitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses di mana mikroorganisme, seperti bakteri
Nitrosomonas dan Nitrobacter, mengubah amonium menjadi nitrit dan nitrat. Proses
nitrifikasi penting dalam siklus nitrogen karena menghasilkan bentuk nitrogen yang
dapat digunakan oleh tanaman. Pada sisi lain, denitrifikasi adalah proses di mana
mikroorganisme anaerobik, seperti bakteri Pseudomonas dan Paracoccus, mengubah
nitrat menjadi nitrogen gas (N2) atau oksida nitrogen (N2O). Proses denitrifikasi
membantu mengurangi kadar nitrat yang berlebihan dalam lingkungan, serta
menghasilkan nitrogen atmosfer yang kembali ke siklus nitrogen.
Mikroorganisme juga terlibat dalam dekomposisi bahan organik dan
pembentukan ammonia. Mikroorganisme pengurai, seperti bakteri dan fungi,
menguraikan senyawa nitrogen dalam bahan organik menjadi amonium. Amonium
ini kemudian dapat diambil oleh tanaman atau berpartisipasi dalam proses nitrifikasi.
Selain peran tersebut, beberapa mikroorganisme juga berperan dalam proses
pembentukan nitrogen gas (N2) dalam lingkungan. Mikroorganisme nitrogenase,
seperti bakteri Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium, memiliki kemampuan
untuk mengubah bentuk nitrogen lain menjadi nitrogen gas yang tidak reaktif.
Proses ini dikenal sebagai denitrifikasi biologis dan merupakan mekanisme penting
dalam mengembalikan nitrogen atmosfer ke siklus nitrogen.
Mikroorganisme memainkan peran penting dalam siklus nitrogen dengan
melakukan fiksasi nitrogen, nitrifikasi, denitrifikasi, dekomposisi bahan organik, dan
pembentukan nitrogen gas. Peran mikroorganisme ini berkontribusi pada
ketersediaan nutrisi nitrogen bagi tanaman dan organisme lain, mempengaruhi
kualitas air dan tanah, serta menjaga keseimbangan nitrogen dalam lingkungan.
Selain peran yang telah disebutkan sebelumnya, mikroorganisme juga berperan
dalam proses amonifikasi dan assimilasi dalam siklus nitrogen. Amonifikasi adalah
proses di mana mikroorganisme mengubah senyawa nitrogen organik yang
kompleks menjadi amonium (NH4+). Mikroorganisme pengurai, seperti bakteri dan
fungi, memainkan peran utama dalam amonifikasi dengan menguraikan sisa-sisa
organik, seperti bahan tumbuhan dan hewan yang mati, serta limbah organik.
Selama proses amonifikasi, mikroorganisme ini melepaskan enzim yang
menguraikan senyawa nitrogen organik menjadi amonium, yang dapat digunakan
oleh tanaman dan mikroorganisme lain sebagai sumber nutrisi nitrogen.
Assimilasi nitrogen melibatkan penyerapan dan penggunaan amonium atau nitrat
oleh tanaman dan mikroorganisme untuk sintesis senyawa organik yang
mengandung nitrogen, seperti protein dan asam amino. Mikroorganisme dalam
tanah, khususnya mikroorganisme tanah yang hidup dalam simbiosis dengan akar
tanaman (misalnya, bakteri rhizobia pada tanaman kacang-kacangan), memainkan
peran penting dalam memfasilitasi proses assimilasi ini. Melalui simbiosis,
mikroorganisme membantu tanaman mendapatkan sumber nitrogen yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Selain itu, mikroorganisme juga berperan dalam siklus nitrogen dalam
lingkungan akuatik. Di perairan, mikroorganisme seperti fitoplankton dan bakteri
mengambil nitrat dan amonium dari air untuk sintesis biomassa mereka.
Fitoplankton adalah mikroorganisme fotosintetik yang mengambil karbon dioksida
dan sumber nitrogen dari air untuk tumbuh dan berkembang biak. Ketika
fitoplankton mati atau dikonsumsi oleh organisme lain, mikroorganisme
dekomposer menguraikannya dan melepaskan amonium kembali ke lingkungan.
Peran mikroorganisme dalam siklus nitrogen sangat penting karena nitrogen
merupakan nutrisi esensial bagi kehidupan. Mikroorganisme mengubah bentuk
nitrogen dari atmosfer menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh organisme hidup,
memfasilitasi penyerapan dan penggunaan nitrogen oleh tanaman, dan mempercepat
dekomposisi bahan organik untuk melepaskan kembali nitrogen ke lingkungan.
Keseimbangan siklus nitrogen yang baik sangat penting dalam menjaga
produktivitas ekosistem, kualitas tanah dan air, serta keberlanjutan sistem pertanian
dan lingkungan secara keseluruhan.

D. Siklus Fosfor

Gambar D.1 Siklus Fosfor

Dalam siklus fosfor, mikroorganisme juga memainkan peran penting dalam


transformasi dan perpindahan fosfor antara organisme hidup dan lingkungan. Fosfor
adalah unsur penting dalam berbagai molekul biologis, termasuk DNA, RNA, ATP,
dan fosfolipid dalam membran sel.
Siklus fosfor dimulai dengan penguraian bahan organik oleh mikroorganisme
pengurai. Bakteri dan fungi mengeluarkan enzim-enzim yang dapat mengurai
senyawa organik kompleks yang mengandung fosfor, seperti asam nukleat dan
fosfolipid, menjadi bentuk fosfor anorganik, yaitu fosfat (PO4^3-). Fosfat ini
kemudian dapat diserap oleh tanaman melalui akar mereka. Setelah diserap oleh
tanaman, mikroorganisme juga berperan dalam mengubah fosfat menjadi bentuk
organik yang dapat digunakan oleh organisme lain. Proses ini melibatkan
mikroorganisme simbiotik seperti bakteri rhizosfer yang hidup dekat dengan akar
tanaman. Bakteri ini membantu dalam meningkatkan penyerapan fosfat oleh
tanaman dan juga dapat mengubah fosfat menjadi senyawa organik kompleks,
seperti fitat, yang dapat dicerna oleh tanaman dan hewan.
Selain itu, mikroorganisme juga berperan dalam pengembalian fosfor ke
lingkungan melalui dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme pengurai
menguraikan senyawa organik yang mengandung fosfor menjadi bentuk anorganik
fosfat, yang kemudian dapat terlarut dalam air dan kembali tersedia bagi organisme
hidup. Namun, penting untuk dicatat bahwa fosfor cenderung mengalami siklus
yang lebih lambat dibandingkan dengan siklus karbon dan nitrogen. Fosfor dalam
bentuk fosfat dapat terperangkap dalam endapan mineral di tanah atau di dasar
perairan dalam bentuk fosfat terikat. Proses geologis dan erosi alami membebaskan
fosfat dari endapan tersebut, dan mikroorganisme berperan dalam mengubah fosfat
terikat dalam batuan menjadi fosfat yang dapat diambil oleh organisme hidup.
Mikroorganisme memainkan peran penting dalam siklus fosfor dengan
menguraikan bahan organik kompleks yang mengandung fosfor, memperoleh fosfat
dari lingkungan dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, serta mengembalikan fosfor ke lingkungan melalui dekomposisi. Peran
mikroorganisme dalam siklus fosfor penting untuk menjaga keseimbangan fosfor
dalam ekosistem, memastikan ketersediaan fosfor yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan organisme, serta menjaga keberlanjutan sumber
daya fosfor di Bumi. Selain itu, mikroorganisme juga berperan dalam proses
fosfatisasi dalam siklus fosfor. Fosfatisasi melibatkan mikroorganisme seperti
bakteri fosfat pelarut, yang memiliki kemampuan untuk mengubah fosfat terikat
yang tidak larut dalam tanah menjadi bentuk larut yang dapat diserap oleh tanaman.
Bakteri ini mengeluarkan asam organik atau enzim fosfatase yang memecah ikatan
fosfat terikat dalam mineral fosfat, melepaskan fosfat dan membuatnya tersedia bagi
organisme hidup.
Dalam lingkungan perairan, mikroorganisme juga berperan dalam proses
pelarutan fosfat dari sedimen atau endapan fosfat di dasar perairan. Mikroorganisme
seperti bakteri dan alga mengeluarkan asam organik dan enzim yang mengubah
fosfat terikat dalam sedimen menjadi bentuk yang dapat diambil oleh organisme
akuatik. Mikroorganisme juga berperan dalam mengendalikan ketersediaan fosfat di
lingkungan. Ketika fosfat tersedia dalam jumlah berlebihan, mikroorganisme dapat
menggunakannya sebagai sumber energi dan nutrisi, sehingga membantu
mengurangi kelebihan fosfat yang dapat menyebabkan eutrofikasi dan gangguan
ekosistem perairan.
Selain itu, mikroorganisme juga terlibat dalam siklus fosfor dalam hubungannya
dengan organisme lain dalam rantai makanan. Ketika organisme mengonsumsi
makanan, mereka mengambil fosfor dari makanan tersebut. Mikroorganisme yang
terlibat dalam dekomposisi dan penguraian bahan organik memainkan peran penting
dalam membebaskan fosfor dari organisme mati atau sisa-sisa organisme, sehingga
siklus fosfor terus berlanjut.
Secara keseluruhan, mikroorganisme berperan penting dalam siklus fosfor
dengan melibatkan proses dekomposisi, fosfatisasi, pelarutan fosfat, dan keterlibatan
dalam rantai makanan. Peran mikroorganisme ini membantu menjaga keseimbangan
fosfor dalam ekosistem, memastikan ketersediaan fosfor yang diperlukan bagi
organisme hidup, dan mempengaruhi kualitas perairan serta keselarasan ekosistem
di lingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Berg, M. et al. (2018) ‘Phosphorus Behavior In the Environment’, North Dakota State
University, 1298(June), pp. 1–4.
Campbell. (2012). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Irianto, I. K. (2016). Pemanfaatan Bakteri Untuk Keselamatan Lingkungan.
Irianto, I. K. (2017). Sistem Teknologi Pengolahan Limbah.
Jekti, D. S. D. (2018, June). Peranan Mikroba Dalam Pengelolaan Lingkungan.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (pp. 1-9).
Kwietniewska, E., & Tys, J. (2014). Process characteristics, inhibition factors and
methane yield of anaerobic digestion process. Renew Sustain Energy, 34-49.
Lie, Jennie. 2022. Kenalkan Limbah Daur Ulang CRT Fosfor, ITS dan WMCU
Berkolaborasi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Roziaty, E., Kusumadani, A. I., & Aryani, I. (2017). Biologi Lingkungan.
Muhammadiyah University Press.
Suharsono dan Popo Mustofa K. (2017). Biologi Umum. Tasikmalaya: LPPM
Universitas Siliwangi.
Syauqi, A. (2017). Mikrobiologi lingkungan peranan mikroorganisme dan kehidupan.
Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai