INDRUSTRI ROKOK
Yang dimaksud Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana
pekerjanya mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh
dan bumbu bumbu lain menjadi suatu produk yang disebut rokok, dengan
demikian yang dimaksud rokok ialah silinder dari kertas yang ukuran
panjangnya bervariasi berkisar antara 65 mm sampai 125 mm (sesuai
Industrinya) yang berisi rajangan daun tembakau dan bunga cengkeh kering
dan bumbu bumbu (sauce) lain dan dikonsumsi dengan cara dibakar pada
ujung satu dan dibiarkan membara agar asapnya dapat diisap melalui mulut
pada ujungnya yang lain. Di Indonesia saat ini, konsumsi rokok oleh
masyarakat cukup tinggi, bahkan menurut WHO, Indonesia dengan jumlah
jiwa sebanyak 200 juta lebih, diperkirakan sekitar 141 Juta jiwanya adalah
pengkonsumsi rokok aktif yang menghabiskan sekitar 215 milyar batang per
tahunnya (Anonymous, 2006).
Industri rokok memang menjadi salah satu tulang punggung baik
penerimaan negara maupun penyerapan tenaga kerja. Dapat dibayangkan
dengan jumlah Industri rokok yang saat ini telah mencapai 4416 Industri
( golongan I : 6 Industri, golongan II : 27 Industri, golongan III : 106 Industri,
golongan IIIA : 282 Industri, dan sisanya adalah Industri golongan IIIB)
tentunya jumlah tenaga kerja yang diserap pun juga telah mencapai jutaan
orang (Anonymous, 2008) dan dari sektor Industri rokok memberikan
sumbangan pendapatan berupa pajak sebesar Rp. 38,5 trilliun tahun 2006 dan
tahun 2007 sebesar Rp. 42 trilliun (Anonymous,2007).
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Djarum, yaitu perusahaan yang
berdiri sejak tahun 1950, setiap harinya memproduksi hampir 200.000 batang
rokok. Limbah tersebut berasal dari proses pelunakan cengkeh. Limbah inilah
yang diolah menjadi pupuk kompos dan air untuk irigasi. Dan pada pabrik ini
setiap hari menghasilkan 3 ton pupuk kompos dan 100 meter kubik air. Pupuk
kompos yang dihasilkan ini diberikan kepada petani tembakau yang tinggal di
Temanggung, dimana PT Djarum mengambil bahan baku tembakau dari sana.
Kompos tersebut dibagikan secara gratis dan petani hanya menanggung biaya
pengiriman Kudus-Temanggung. Sementara itu, air limbah yang telah diolah
digunakan untuk membantu irigasi sawah di sekitar perusahaan.
Untuk mengolah limbah menjadi kompos, PT Djarum memanfaatkan
lumpur yang telah diaktivasi dengan mikroba, kapur, urea, dan asam fosfat
encer. Awalnya, limbah hasil proses pelunakan cengkeh memiliki kadar pH 4,
Biological Oxygen Demand (BOD) 6000 ppm dan Chemical Oxygen Demand
(COD) 12.000 ppm. Limbah ini kemudian dicampur dengan lumpur yang
sudah diaktivasi. Sekitar dua bulan kemudian, campuran itu pun berubah
menjadi pupuk kompos.
Ada beberapa metoda atau teknologi proses komposting secara aerobik ini yaitu :
Windrow composting
Didefinisikan sebagai sistem terbuka, pemberian oksigen secara alamiah,
dengan pengadukan/pembalikan, dibutuhkan penyiraman air untuk menjaga
kelembabannya.
Keuntungan :
- Biaya relatif murah untuk windrow composting
- Proses lebih sederhana dan cepat (khususnya yang menggunakan aerasi
mekanis)
- Dapat dibuat dalam skala kecil dan mobile (in-vessel composting) Sehingga
dapat dibuat dalam bentuk modul-modul
Kerugian :
- Masih menimbulkan dampak negatif berupa : bau, lalat, cacing dan rodent, serta
air leachate 11
- Operasional kontrol temperatur dan kelembaban sulit, karena kontak langsung
dengan udara bebas, sering tidak mencapai kondisi optimal
- Membutuhkan lahan yang luas untuk sistem windrow composting, karena
proses pengomposan sampai pematangan membutuhkan waktu minimal 60 hari.
Komposting anaerobic
Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan
adalah bakteri obligate anaerobik. Proses berlangsung dengan reaksi sebagai
berikut :
Komposting cara anaerobik dengan reaksi:
Bahan organik + H2O + nutrien kompos + sel baru + CO2 + CH4 + NH3 + H2S +
energy
Dalam proses ini terdapat potensi hasil sampingan yang cukup
mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber energi
alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan pendekatan waste to energy (WTE)
diketahui bahwa 1 ton sampah organik dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.
Keuntungan :
- Tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energy
- Dalam tangki tertutup sehingga tedak menimbulkan dampak negative terhadap
lingkungan
Kerugian :
- Untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena factor skala
ekonomis, sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil
- Biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.
Setelah itu, cairan yang sudah agak berwarna bening tersebut dialirkan
menuju tempat berikutnya. Pada tempat ini, jika diperhatikan, ada suatu
pemisahan antara air bersih dengan ampas yang tersisa dengan proses
pengendapan. Air yang bersih mengalir sedikit demi sedikit melalui celah pada
design alat tersebut dan dialirkan menuju kolam ikan.Setelah diolah maka sisa
cairan pembersih cengkeh tersebut akan menjadi netral dan tidak beracun lagi.
Kolam ikan yang ada didalam IPAL tersebut merupakan suatu indikator alamiah
yang menunjukkan kenetralan air karena pada logikanya, ikan tidak akan dapat
bertahan hidup dalam air beracun.
Gambar 2 kolam ikan yang berisi air limbah yang sudah diolah oleh IPAL PT. Djarum
WASTE WATER
Screen
Collecting Tank
(80 m3)
Pre-Sedimentasi
(30 m3)
Cair
Bio Reaktor 0
(700 m3)
Bio Reaktor 1
(600 m3)
Return
Padat sludge
Bio Reaktor 2
(300 m3)
Sedimentasi
(175 m3)
Padat Cair
Thickener Penjernihan
Padat
(80 m3) (175 m3)
Cair
Filter Press
(1m3/press) Kolam Ikan
PENGOMPOSAN SUNGAI
Office wastes
Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party
Household wastes
TPA - Pemda
Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party
Pengolahan limbah cair
utilitas
dan ear-muff)