Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik
untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus dapat memfasilitasi proses
tersebut. Pada pertemuan kali ini akan dibahas mengenai proses bonding attachment
serta rencana asuhan yang akan diberikan pada bayi sampai usia 6 minggu.
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu
calon bayinya. Pada bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi
seorang ibu ketika in dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya
untuk pertama kali. dan masa tenang setelah melahirkan di saat ibu merasa rileks,
memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan ikatan batin.
Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi
dapat mencium, merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive
terhadap suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah melahirkan mereka
sangat waspada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka Jika tidak ada
komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung diletakkan diatas perut ibu,
kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena
kontak kulit dengan kulit membantu bayi tetap hangat.
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat
persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat
memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan
yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orang tua kepada anak
dapat terjadi.
Pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat ekonomi menengah ke atas dan
menengah ke bawah memiliki pengaruh yang berbeda pada perkembangan
kepribadian anak. Anak yang berada pada keluarga yang tingkat ekonominya
menengah ke atas biasanya memiliki sifat yang kurang baik, kurang menghormati dan
menghargai orang lain, memandang orang lain dari sisi materinya saja, dan bersikap
sombong. Perilaku tersebut lahir karena pola asuh orang tua yang salah, pola asuh

1
pada kasus yang seperti ini biasanya menggunakan model Permisif yaitu selalu
memanjakan anaknya, memenuhi segala kebutuhan yang selalu diingkan oleh
anaknya, kurangnya berinteraksi antara orang tua dan anak mungkin karena keadaan
orang tua yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bounding Attechment?
2. Tahap-tahap Bounding Attechment?
3. Mempraktikkan Bounding Attechment?
4. Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment?
5. Dampak positif yang dapat diperoleh dari Bounding Attachment?
6. Hambatan Bounding Attachment?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bounding dan Attachment

2
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun
ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana
sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan.
Menurut Saxton adn Pelikan, 1995 :
1. Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih
sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir.
2. Attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu.
3. Maternal Neonatal Health :
Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi
setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
4. Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (Mercer, 1996), yaitu :
a. Kesehatan emosional orang tua.
b. Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan
keluarga.
c. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dala memberi
asuhan yang kompeten.
d. Kedekatan orang tua dengan bayi.
e. Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis
kelamin).

1. Tahap-tahap bounding attachment


Menurut Klaus, Kenell tahun : 1982, bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu
lain
2. Mempraktikkan Bounding Attachment
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain :

3
a. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir,
secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang
menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh
semua manusia.
b. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar
antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
c. Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan
lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi
bertatapan.
d. Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat
penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang.
Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.

e. Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat
untuk mengenali aroma susu ibunya.
f. Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-
gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
g. Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif.
h. Inisiasi Dini

4
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan
merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat
melakukan reflek suckling dengan segera.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kesehatan emosional orang tua
b. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
d. Kedekatan orang tua ke anak
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
3. Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
a. Menit pertama jam pertama.
b. Sentuhan orang tua pertama kali.
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis.
d. Terlibat proses persalinan.
e. Persiapan PNC sebelumnya.
f. Adaptasi.
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
i. Penekanan pada hal-hal positif.
j. Perawat maternitas khusus (bidan).
k. Libatkan anggota keluarga lainnya.
l. Infromasi bertahap mengenai bounding attachment.
4. Dampak positif yang dapat diperoleh dari bounding attachment :
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
5. Hambatan Bounding Attachment
a. Kurangnya support system.
b. Ibu dengan resiko.
c. Bayi dengan resiko.
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
6. GANGGUAN BOUNDING ATTACHMENT
a. Respon ayah dan keluarga
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini
merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian
terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana
mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah

5
menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan
dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam
perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab
seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat,
pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri.
Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat
penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan
persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa
seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah
bayinya juga. Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan
juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen
dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah
tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan
penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu
yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke
depan dapat membuat sang ayah lemah.
b. Sibling Rivally
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru.
Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami
darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Anak mungkin memiliki
reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain
baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera
bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan
tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua
memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan
yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara
menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar

6
mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa
keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk
perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil
dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar,
lebih kuat dan lebih pandai.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi
merasa terncam oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia
kagum dengan proses kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan
bayi yang baru.
c. Kurangnya support sistem.
Kurangnya perhatian dari suami dan keluarga kepada ibu yang telah melahirkan
akan menjadikan psikologis dari seorang ibu akan terganggu. Ibu mungkin akan
berfikir “anakku ini adalah anak yang tidak diharapkan oleh suami dan keluargaku”.
Selain itu ibu juga akan berfikir “mereka semua perhatian kepadaku hanya ketika aku
hamil tapi setelah aku melahirkan mereka sudah tidak mempedeulikanku dan
membiarkanku merawat bayiku sendiri karena mungkin mereka pikir aku sudah
sehat”. Hal itu akan berdampak buruk pada hubungan antara si anak dan ibu, karena
ibu tersebut akan malas untuk mengasuh anaknya.
d. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
Ibu yang sakit-sakitan akan berkonsentrasi untuk kesehatannya dan anaknya
biasanya dirawat oleh mertua atau suaminya. Ibu akan kehilangan banyak waktu
dengan anknya sehingga itu juga dapat memperenggang kedekatan ibu dengan
anaknya.
e. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
Bayi dengan cacat fisik yang dilahirkan dari keluarga yang sehat dan normal
dapat juga menjadi salah satu penyebab ketidakdekatan antara sang ibu dan bayinya.
Ibu mungkin merasa malu dengan anak yang dilahirkannya. Ibu merasa bahwa
anaknya itu adalah sebuah aib besar. Ibu cenderung akan tidak mempedulikan
ankanya, jahat kepda anknya dan suka mencemooh anaknya ketika si anak besar

7
kelak. Hal ini juga berdampak tidak baik bagi psikis si anak karena dia akan merasa
tidak diakui anak oleh ibunya dan merasa tidak terima dengan kecacatan fisik yang ia
alami.
f. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Bayi yang lahir dari hasil hubungan yang tidak diinginkan akan menjadikan
suatu dosa yang diderita oleh ibu selam hidupnya. Dia akan merasa hak kebebasannya
yang seharusnya masih ia miliki terampaas dengan adanya anak itu. Dia juga akan
membenci si anak.
7. Cara mengatasi gangguan bounding attachment
a. Dengan menanamkan pemikiran dalam hati bahwa anak itu adalah anugrah
dari Tuhan kepada kita semua yang kita diberi tugas untuk menjaga,
menyayangi, mencintai, dan membimbingnya menuju ke jalan yang benar
agar masa depan anak tersebut cerah dan nantinya akan menjadi pribadi yang
baik di dunia dan di akhirat.
b. Memberikan suatu pemahaman bahwa apabila anak yang dilahirkan memiliki
kekurangan, maka sebagai orang tua harus memiliki suatu pandangan bahwa
setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu, orang tua
harus menerima kekurangan anaknya dengan hati yang lapang.
B. Pengertian Anak Usia Dini
 Menurut National Association for The Education of Young Children
(NAEYC)
Yang menjelaskan bahwa kategori anak usia dini adalah mereka yang usianya
antara 0-8 tahun. Jenjang pendidikan anak tersebut biasanya masih berada pada tahap
program pendidikan anak di tempat penitipan anak, pendidikan pra sekolah, dan TK
atau SD.
 Menurut Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak
1. Pola asuh orang tua terhadap anak usia dini

8
Karakter seorang anak dibentuk melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter
yang utama dan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan
keluarga, seorang anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi
kehidupannya. Karakter dipelajari anak melalui model para anggota keluarga
terutama orang tua.
Sedangkan pola asuh sendiri terdapat 2 Tipe yaitu : gaya pelatihan emosi
( parental emotional styles ) dan gaya pendisiplinan.
1. Gaya Pelatihan Emosional
Terbagi atas 2:
 Gaya pelatihan Emosi ( coaching )
Pola asuh orang tua yang berperan membantu anak untuk
menangani emosi terutama emosi negative sebagai kesempatan
untuk menciptakan keakraban tanpa kehilangan kesabaran. Dalam
hal ini gaya pelatihan emosi sangat berkaitan dengan kepercayaan
orang tua terhadap anak untuk mengatur emosi dan menyelesaikan
suatu masalah sehingga orang tua bersedia meluangkan waktu saat
anak sedih, marah dan takut serta mengajarkan cara
mengungkapkan emosi yang dapat diterima orang lain.
 Gaya pengabai emosi ( dimissing parenting style )
Pola asuh orang tua yang tidak mempunyai kesadaran dan
kemapuan untuk mengatasi emosi anak dan percaya bahwa emosi
negative sebagai cerminan buruknya ketrampilan pengasuhan.
Orang tua tipe ini menganggap bahwa anak terlalu cengeng saat
anak sedih sehingga orang tua tidak menyelesaikan masalah anak
dan beranggapan bahwa emosi anaka akan hilang dengan
sendirinya.
2. Gaya pendisiplinan
Dalam gaya pendisiplinan terdapat para ahli yang berpendapat dan atas jenis
pola asuh, diantaranya : Elizabeth b hurluck, sebagai ahli psikologi
perkembangan mengatakan bahwa ada 3 pola asuh : Pola asuh otoriter, Pola
asuh demokratis , dan pola asuh laisses fire.

9
Sedangkan menurut Diana Baumrind (1967), seorang psikologi klinis dan
perkembangan ada empat tipe pola asuh yang dapat dikembangkan dalam
pengasuhan : Pola asuh Demokratis, Pola asuh otoriter, Pola asuh Permisif
dan Pola asuh penelantaran.
Ada pula metode pendidikan yang dilakukan untuk anak usia dini yaitu METODE
PENDIDIKAN.
1. Menggunakan bahan yang sederhana dan mudah dipahami
2. Metode keteladanan
Guru dan semua pengelola sekolah harus bisa memberi contoh. Juga
ditampilkan contoh-contoh dalam bentuk photo pahlawan,cerita
kepahlawanan, cerita keluhuran ahklak Nabi, Sahabat dan lain-lain
3. Metode pengalaman keagamaan
Anak diajak shalat berjamaah, tadabur alam, menolongfakir miskin,
berkurban, mengumpulkan infaq,membantu korban bencana alam dan lain-
lain4.Metode bermain peran Misalnya berperan tentang hidup orang kaya
yangdermawan, pemuda yang menolong orang kenamusibah dan lain-
lain5.Metode obserfasi Anak diajak melihat musium, pameran
keagamaan,ikut shalat berjamaah tarawih, shalat ied, melihat danmembantu
panti asuhan dan lain-lain.
4. Metode bermain peran
Misalnya berperan tentang hidup orang kaya yangdermawan, pemuda yang
menolong orang kenamusibah dan lain-lain
5. Metode obserfasi
Anak diajak melihat musium, pameran keagamaan,ikut shalat berjamaah
tarawih, shalat ied, melihat danmembantu panti asuhan dan lain-lain.

2. Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak


1. Usia Orang Tua
Apabila umur orang tua terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak
akan dapat menjalankan peran – peran tersebut secara optimal
dikarenakan kekuatan fisik dan psikososial.

10
2. Keterlibatan orang tua
Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anaknya akan
memiliki makan penting. Karna semakin dekat dan mengertinya
orang tua akan perilaku anak, semakin mudah memberikan
pengaruh kepada anaknya.
3. Pendidikan orang Tua
Agar lebih siap menjalanakan peran pengasuhan orang tua
sebaiknya memiliki pengetahuan yang luas agar nantinya dapat
mengajarkan dan mendidik anaknya lebih baik serta dapat
mengatasi segala permasalhan anak tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bounding attachment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu
interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

11
ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Namun karena informasi
ASI yang kurang, tanpa kita sadari sudah menggangu proses kehidupan manusia
sebagai makhluk mamalia. Inisiasi Menyusui Dini memang hanya 1 jam, tapi
mempengaruhi seumur hidup si Bayi. Pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat
ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah memiliki pengaruh yang berbeda
pada perkembangan kepribadian anak. Anak yang berada pada keluarga yang tingkat
ekonominya menengah ke atas biasanya memiliki sifat yang kurang baik, kurang
menghormati dan menghargai orang lain, memandang orang lain dari sisi materinya
saja, dan bersikap sombong. Perilaku tersebut lahir karena pola asuh orang tua yang
salah, pola asuh pada kasus yang seperti ini biasanya menggunakan model Permisif
yaitu selalu memanjakan anaknya, memenuhi segala kebutuhan yang selalu diingkan
oleh anaknya, kurangnya berinteraksi antara orang tua dan anak mungkin karena
keadaan orang tua yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.

B. Saran
Diharapkan seluruh pembaca baik bidan maupun mahasiswi kebidanan dapat
mengerti dan dapat mempelajari serta menjalankan teori ini dalam pelaksanaan
tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas (Maternity Care). Jakarta: EGC.


Maryam, A. 2003. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Makassar:
UIT.

12
Prawirohardo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Mappiwali, Asrul. 2008. Rawat Gabung (Rooming In). Makassar: FK
UNHAS.
www//http.rawatgabung.com

Ari,Etis.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta :Salemba


Gulardi,dkk.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR
Roesli Utami.2008.Panduan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta:Pustaka Bunda
Rohani,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.Jakarta:Salemba
Suradi Rulina,dkk.2010.Indonesia Menyusui.Jakarta:Badan Penerbit
Tridhonanto, Al dan beranda Agency. 2014 . Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.
Jakarta . PT Elex Media Komputindo.

DAMPAK GANGGUAN PSIKOLOGI TERHADAP


BOUNDING ATTACHMENT

13
Disusun Oleh :

Kelompok : 10

1. Siti Komariah
2. Sundari
3. Sangkot Rupiah
4. Rusyati
5. Suhaila
6. Syailiyah Rangkuti

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2019

KATA PENGANTAR

14
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah “Dampak Gangguan Psikologi Terhadap Bounding
Attachment” Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta penulis
berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bounding dan Attachment............................................. 2
B. Pengertian Anak Usia Dini .............................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii

16
17

Anda mungkin juga menyukai