Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiga Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia
berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pasca salin. Diperkirakan
ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar
kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris
(2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan
pasca salin.( Carroli G dkk, 2008)
Penanganan perdarahan pasca salin membutuhkan keahlian tersendiri dan
memerlukan kerjasama multi displin. Kegagalan untuk menilai gambaran klinis,
perkiraan kehilangan darah yang tidak adekuat, pengobatan yang tertunda ,
kurangnya kerja tim multidisiplin dan kegagalan untuk mencari bantuan adalah
beberapa masalah yang penting untuk diperhatikan. Dokter harus menyadari
tindakan bedah dan waktu intervensi yang tepat serta tim yang efektif bekerja
dapat memperbaiki hasil akhir.( Mukherjee S, Arulkumaran S, 2009 )
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana
dan perawatan sarana yang memungkinkan, penggunaan darah dengan segera
merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak. Tindakan
pertama berupa perbaikan kontraksi uterus harus segera dilakukan secara
simultan dengan usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok akibat
perdarahan tersebut, dalam hal ini penting dilakukan suatu pengawasan yang ketat
terhadap tanda-tanda vital penderita dan keseimbangan cairannya.( Prawirohardjo
S,2002)
B. Tujuan
Setelah pelaksanaan diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan perdarahan pasca partum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Perdarahan pasca salin didefinisikan kehilangan darah 500 cc dalam
persalinan pervaginam atau 1000 cc dalam persalinan perabdominal.( Ramanathan
G, Arulkumaran S ,2006)
Menurut waktu terjadinya dibagi menjadi dua:
1) Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau
Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan masa nifas (perdarahan pasca salin kasep atau Perdarahan
Persalinan Sekunder atau perdarahan pasca persalinan lambat). Perdarahan
pasca persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca
persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik (subinvolusio uteri), atau sisa plasenta yang tertinggal.
B. EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
Angka kejadian perdarahan pasca salin setelah persalinan pervaginam
yaitu 5-8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum
perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi
pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang
setelah persalinan.(Alan H, Decherney,2003)
2. Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari kematian
maternal. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai,
kurangnya layanan transfusi, kurangnya layanan operasi.

2
C. Etiologi
Atonia Uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut:
1. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
2. Kelelahan karena persalinan lama.
3. Kehamilan grande-multipara
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6. Infeksi intrauterine (korioamnion)
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
D. Tanda dan gejala

Diagnosis ditegakkan setelah bayi dan plasenta lahir tenyata perdarahan


masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri
masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan
pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah
sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian
darah pengganti.

E. Penatalaksanaan
1. Menyuntikan Oksitosin
2. Peregangan Tali Pusat Terkendali
3. Mengeluarkan plasenta
4. Masase Uterus
5. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan

3
F. Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan:
1. Syok hemorrhagic
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan
hipovolemia berat.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan
perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah.
Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu
pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan
ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum
sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat
menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat
mempengaruhi sistem endokrin
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan pasca persalinan
1. Perdarahan pasca persalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan
fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan akan lebih besar.
2. Perdarahan pascapersalinan dan gravida
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan

4
pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali).
3. Perdarahan pasca persalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu
dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi.
4. Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal Care
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik
dan mental ibu serta anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas
sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu serta anak dapat diturunkan.
5. Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 8 gr%.
H. Perdarahan Post Partum berdasar Penyebabnya
1. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan
lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting
perdarahan postpartum. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan
yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti
pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas)
atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha
mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah
sementara plasenta belum lepas dari rahim.
2. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1
jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan
tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya:

5
a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke miometrium
c) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus
miometrium sampai ke serosa.
d) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus
serosa atau peritoneum dinding rahim.
2) Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar
karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
3. Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak
tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri
letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan.
Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk
serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau
kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum.
4. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami
inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta.
Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran
konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan
terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1) Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam
kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2) Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
6
3) Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan
sebagian sudah keluar vagina.

Penyebab inversio uteri :

1) Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan,


tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2) Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual
plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :

1) Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.


2) Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Pemeriksaan dalam :

1) Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba


fundus uteri cekung ke dalam.
2) Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam
vagina teraba tumor lunak

5. Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma

Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus


genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau
perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini
dapat diserap kembali secara alami. (Dian Husada, 2011)
6. Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir
1) Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga
servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah
melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
7
terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu
dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri
2) Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan
cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan
terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum
3) Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika
4) Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi
perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus
yang kuat. (Dian Husada, 2011)
I. Pencegahan dan Penanganan
Penanganan umum pada perdarahan post partum :

 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)


 Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
(termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)
 Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di
ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam
berikutnya (di ruang rawat gabung).
 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

8
 Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
 Atasi syok
 Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam
pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU
dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir.
 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
 Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
 Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

J. Hematoma
Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah.
Kondisi ini dapat terjadi saat dinding pembuluh darah arteri, vena, atau kapiler
mengalami kerusakan sehingga darah keluar menuju jaringan yang bukan
tempatnya. Kumpulan darah ini bisa terjadi pada bagian tubuh mana pun, dari
yang berukuran kecil, hingga yang berukuran besar dan menyebabkan jaringan
sekitarnya terasa nyeri atau bengkak.
1. Gejala Hematoma
Gejala yang ditimbulkan hematoma tergantung dari lokasi, ukuran, dan
kondisi hematoma. Namun pada umumnya, gejala yang timbul berupa:
 Pembengkakan pada area hematoma.
 Area hematoma berwarna merah keunguan, terasa agak hangat, dan nyeri.
2. Penyebab dan Faktor Risiko Hematoma
Penyebab umum terjadinya hematoma adalah cedera. Cedera yang terjadi bisa
disebabkan karena kecelakaan, terjatuh, terbentur, terkilir, patah tulang, luka
tembak, atau bersin yang terlampau keras.
Beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang mengalami hematoma adalah:
 Aneurisma, adalah tonjolan atau pelebaran tidak normal pada pembuluh
darah.

9
 Penggunaan obat-obatan. Obat antikoagulan bisa meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan dan meluasnya hematoma, karena tubuh tidak dapat
membentuk bekuan darah dan memperbaiki kerusakan pembuluh darah.
 Penyakit. Kondisi medis atau penyakit tertentu yang menyebabkan
turunnya jumlah trombosit atau hilangnya fungsi trombosit, seperti infeksi
virus dan anemia aplastik.
3. Jenis Hematoma
Seringkali hematoma dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya. Beberapa jenis
hematoma adalah:
 Hematoma intrakranial - hematoma yang muncul pada rongga kepala.
Hematoma jenis ini dapat terjadi ketika pembuluh darah rusak, misalnya
pada beberapa lapisan pelindung otak (hematoma epidural dan
hematoma subdural), atau di dalam jaringan otak (hematoma
interserebral). Ketiga jenis hematoma ini membutuhkan penanganan medis
secepatnya guna mencegah kerusakan otak secara permanen.
 Hematoma pada kulit kepala - hematoma yang terjadi di luar tengkorak
di bawah kulit kepala dan terlihat seperti benjol.
 Hematoma pada telinga - saat kumpulan darah muncul di bawah kulit
telinga
 Hematoma pada sekat hidung - terjadi jika seseorang mengalami cedera
hidung. Jika tidak segera diobati, tulang rawan hidung akan rusak dan
sekat pemisah lubang hidung (septum) akan robek.
 Hematoma intramuskular - terjadi di dalam jaringan otot dan dapat
menyebabkan sindrom kompartemen.
 Hematoma subungual - biasanya akibat cedera pada jari tangan atau kaki.
Darah akan berkumpul di bawah kuku, sehingga menyebabkan rasa nyeri.
 Hematoma subkutan - lebam dan memar pada kulit, yang terjadi akibat
cedera pada pembuluh darah di bawah kulit.
 Hematoma intraabdominal - terjadi di dalam rongga perut.
4. Diagnosis Hematoma
Jika gejala yang tampak dan dikemukakan oleh pasien mengarah pada
hematoma, dokter dapat melanjutkan dengan pemeriksaan fisik, terutama pada
10
area lokasi hematoma. Pemeriksaan fisik dapat mendiagnosis hematoma yang
terjadi pada kulit dan jaringan lunak. Untuk mendiagnosis hematoma yang tidak
terlihat, diperlukan pemeriksaan dengan pemindaian, misalnya CT scan untuk
melihat hematoma pada otak atau di dalam rongga perut. Pemeriksaan penunjang
juga diperlukan untuk mengetahui penyebab, faktor risiko, atau komplikasi yang
sudah terjadi, seperti pemeriksaan foto Rontgen untuk mengetahui adanya fraktur
tulang yangmengakibatkan hematoma, atau pemeriksaan darah guna mengetahui
kadar trombosit serta waktu pembekuan darah.
5. Pengobatan Hematoma
Pengobatan hematoma dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, lokasi, serta
kondisi anggota tubuh yang terganggu karena hematoma. Untuk hematoma yang
muncul pada kulit dan jaringan lunak, dokter hanya akan menganjurkan
pasien beristirahat, mengompres area hematoma dengan es batu, membalut atau
melakukan penekanan guna menghentikan perdarahan, dan mengangkat bagian
tubuh yang terkena hematoma lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi
aliran darah ke area yang mengalami perdarahan.
6. Komplikasi Hematoma
Hematoma bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan. Kedua hal
tersebut bisa menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:
 Iritasi, pada organ dan jaringan tubuh.
 Infeksi. Kolonisasi bakteri dapat tumbuh pada darah yang terkumpul.
 Kerusakan otak permanen. Bila hematoma terbentuk di rongga kepala,
dapat menekan saraf di otak atau meningkatkan tekanan intrakranial,
yang akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak yang permanen
ini bisa mengakibatkan kelumpuhan dan penurunan kesadaran.

11
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan gejala – gejala yang timbul pada pasien dalam skenario,


pasien tersebut menderita perdarahan pasca persalinan. Penangan yang tepat dapat
menyembuhkan dan menghindari resiko komplikasi pada pasien.
Tiga Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia
berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pasca salin. Diperkirakan
ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar
kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris
(2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan
pasca salin.( Carroli G dkk, 2008)

12
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc
Graw-Hill. New York : 2005.

Sheris j. Out Look : Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi Khusus. PATH.
Seattle : 2002.

Winkjosastro H, Hanada . Perdarahan Pasca Persalinan. Disitasi tanggal 21


September 2008 dari :
http://http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12 .html
[update : 1 Februari 2005].

Setiawan Y. Perawatan perdarahan post partum. Disitasi tanggal 21 September


2008 http://http://www.Siaksoft.net [update : Januari 2008].

Alhamsyah. Retensio Plasenta. Disitasi tanggal 22 September 2008 dari :


http://www.alhamsyah.com [update : Juli 2008].

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Perdarahan Pasca Persalinan.. Disitasi


tanggal 22 September 2008 dari : http://.www.Fkunsri.wordpress.com
[update : Agustus 2008].

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Tindakan Operatif Dalam Kala


Uri. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.

WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : Manual Removal.


of Placenta. Disitasi tanggal 22 September 2008 dari

13
PENDARAHAN POSTPARTUM

Disusun Oleh :

Kelompok : 2

1. Lisa Eviana
2. Mei Andriani
3. Melani Jahro
4. Meri Saputri
5. Nina Arisanti
6. Nuraminah
7. Oktarina
8. Purnama Sari
9. Nadinda Asri
10. Nur Ridah

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2019

14
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena


rahmad dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul PENDARAHAN POSTPARTUM” Dan selesai dengan baik dan tepat
waktu. Kami juga berterima kasih kepada selaku dosen yang telah memberikan
tugas ini untuk di selesaikan. Dalam proses penyelesaian makalah ini
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Demikianlah Kata Pengantar yang dapat penulis sampaikan, dan akhir kata
kami berharapa agar makalah ini dapat berfungsi dan bermanfaat bagi kita semua.

Padangsidimpuan, November 2019

Penulis

15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................. 2

BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Pendarahan postpartum ...................................... 3
B. Epidemiologi ........................................................................ 3
C. Etiologi ................................................................................. 5
D. Tanda dan gejala................................................................... 6
E. Penatalaksana ....................................................................... 7

BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

16
ii

17
18

Anda mungkin juga menyukai