Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

“RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR (BBL)”

Dosen Pembimbing : Indah Rahmaningtyas, S.Kp, M.Kes

DISUSUN OLEH :

Dian Lutfi Rahmawati ( P17321181008 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020
A. BOUNDING ATTACHMENT

1. Pengertian
Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan
afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment
merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Jadi Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah
kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara
keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap
bayinya maka akan terbentuk ikatan batin antara orang tua dan bayinya.
2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

a) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,


berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. Bagian ini
merupakan proses yang paling penting.
b) Bounding (keterikatan)
c) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment

a. Sentuhan
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala
dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan untuk membelai tubuh dan
mungkin bayi akan dipeluk oleh ibunya. Gerakan dilanjutkan sebagai usaha
lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu,
menggenggam satu jari atau seuntai rambut, dan terjadilah ikatan antara
keduanya.
b. Kontak mata
Pada bayi baru lahir, satu jam setelah kelahiran pada jarak 20-25 cm ia
dapat memusatkan perhatian pada suatu objek. Jika orang tua dan bayi dapat
mempertahankan kontak mata dengan baik, mereka akan merasa lebih dekat dan
tercipta suatu komunikasi kasih sayang antara keduanya.
c. Suara
Saling mendengar dan merespons suara antara orang tua dan bayinya akan
memberikan rasa tenang. Orang tua menanti-nanti tangisan pertama bayinya, saat
bayi lahir dengan tangisan yang keras membuat ibu tenang pertanda bayi lahir
sehat.
d. Bau Badan
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan
masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Ibu
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sementara bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
e. Kehangatan Tubuh (Body Warm)
Jika dalam kondisi fisiologis, segera setelah persalinan ibu dapat langsung
meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses
melahirkan atau sebelum tali pusat di potong. Kontak yang segera ini memberi
banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang
membantu agar bayi tetap hangat.
f. Gaya Bahasa
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Dengan demikian, terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya
dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan
balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif. Gaya
bahasa terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan
balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi yang
efektif.
g. Irama Kehidupan (Biorhythm)
Janin dalam Rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir
lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten
dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan
respons bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
4. Prinsip-Prinsip Dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

a) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

b) Sentuhan orang tua pertama kali.

c) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua. ke anak.
d) Kesehatan emosional orang tua.

e) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.

f) Persiapan PNC sebelumnya.

g) Adaptasi.

h) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.

i) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan


pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.

j) Fasilitas untuk kontak lebih lama.

k) Penekanan pada hal-hal positif.

l) Perawat maternitas khusus (bidan).

m)Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.

n) Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

5. Keuntungan Bounding Attachment

1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.

2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

6. Hambatan Bounding Attachment

a) Kurangnya support sistem.

b) Ibu dengan resiko (ibu sakit).

c) Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).

Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan premature, sakit dan cacat kurang
mendapatkan kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum
cukup viable (kelangsungan hidup terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan
diri dengan ekstra uterin, bahkan bayi diletakkan dalam inkubator atau terpisah
dari ibu sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri.

d) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.


7. Teknik Pengkajian Bounding Attachment
Teknik untuk mengkaji interaksi orang tua dan bayi antara lain dengan
anamnesa atau interview, observasi, dan mendengarkan.

Terdapat suatu alat untuk menskor pengkajian terhadap interaksi orang tua-
bayi, untuk digunakan pada periode post partum. Alat ini berkaitan dengan perubahan
respon -respon ibu dan ayah dimulai dari pertama mereka kontak setelah persalinan
sampai dengan keseluruhan masa awal puerperium.

Hasil observasi berupa score dengan range sebagai berikut :

a. Score 0-4 : kebutuhan support untuk proses bonding bersifat intensif.

b. Score 5-7 : kebutuhan support untuk bonding bersifat ekstra

c. Score 8-10 : kebutuhan support untuk bonding bersifat biasa-biasa saja.

Penskoran ini didasarkan atas jumlah dan jenis perilaku afeksi yang
ditunjukkan oleh ibu selama berinteraksi dengan bayinya.

B. RESPON AYAH DAN KELUARGA

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini
merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar
dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah
disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak
terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan
seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan
pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka
menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih
dekat.

Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kalah rumitnya dibandingkan peran istri.
Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selama 9 bulan, tetapi harus membuat
penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan
untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah mungkin merasa seolah-olah
tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.

Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga
gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta
membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah
mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang
besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama,
merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi ini salam 20 tahun ke depan dapat
membuat sang ayah lemah.

Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat
istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat
gabung sampai waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah
merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal
bayinya dari permulaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional dengan
istrinya.

Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu
memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype
kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.

Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan
sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus
rumah tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan
ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di
dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.

Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.
Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan
ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang
positif dan ada juga yang negatif.

1. Respon Positif

Respon positif dapat ditunjukkan dengan:


a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.

b. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.

c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.

d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.

2. Respon Negatif

Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:

a. Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.

b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.

c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.

d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam


membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.

e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.

f. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan


rasa malu dan aib bagi keluarga.

Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua
terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi :

1. Perilaku Memfasilitasi

a) Menatap, mencari ciri khas anak.


b) Kontak mata.
c) Memberikan perhatian.
d) Menganggap anak sebagai individu yang unik.
e) Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
f) Memberikan senyuman.
g) Berbicara atau bernyanyi.
h) Menunjukkan kebanggaan pada anak
i) Mengajak anak pada acara keluarga
j) Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
k) Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

2. Perilaku Penghambat

a. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak


untuk menyentuh anak.
b. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan
nama pada anak.
c. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
d. Tidak menggenggam jarinya.
e. Terburu-buru dalam menyusui.
f. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:

1) Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai,
kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah
mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri
sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek
pelatihan selama kehamilan).
2) Faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan
apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari
dalam kehidupannya.

3. Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi

a) Kurang kasih sayang

b) Persaingan tugas sebagai orang tua

Orangtua yang sudah berpengalaman merawat anak-anaknya yang terdahulu,


dengan mengikuti kursus-kursus yang diberikan dalam klinik sebelum kelahiran
atau pernah menjaga anak tetangga, lebih yakin dalam melaksanakan peran
orangtua daripada mereka yang tidak mempunyai pengalaman seperti itu.

c) Pengalaman melahirkan

Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan
relative lebih mudah daripada pengalaman melahirkan yang lama, sukar dan
disertai komplikasi fisik. Sikap ayah juga dipengaruhi oleh pengalaman melahirkan
dari istrinya.

d) Kondisi fisik ibu setelah melahirkan

Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin


menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan
untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan.

e) Cemas tentang biaya

Kalau terjadi komplikasi pada persalinan, seperti pembedahan caecar,


kelahiran belum cukup umur yang memerlukan perawatan khusus dan harus lebih
lama di rumah sakit, atau adanya cacat bawaan atau cacat yang tampak pada waktu
dilahirkan, maka sikap orangtua akan dibayangi kecemasan mengenai biaya yang
tidak terduga.

f) Cacat atau kelainan pada bayi

Kalau ternyata bayi menderita cacat, sikap orangtua akan diwarnai ;. oleh
kekecewaan, kegelisahan, tentang normal atau tidaknya bayi di masa mendatang
dan tentang biaya tambahan yang diakibatkan kecacatan itu.

g) Penyesuaian diri bayi pasca natal

Semakin cepat dan semakin banyak penyesuaian diri bayi pada lingkungan
pascanatal maka sikap orangtua akan semakin menyenangkan.

h) Tangisan Bayi

Bayi yang terus menangis dan tanpa disertai sebab-sebab yang jelas akan
mendorong berkembangnya sikap-sikap yang kurang menyenangkan tidak saja
pada orangtua tetapi juga pada semua anggota keluarga.
i) Kebencian orang tua terhadap perawatan, privasi, dan biaya pengeluaran

Kalau orangtua menghadapi kenyataan bahwa perawatan bayi menuntut lebih


banyak pekerjaan, menimbulkan kekurangan dan harus mengeluarkan biaya lebih
banyak daripada yang dibayangkan sebelumnya. Sikap mereka pada bayi akan
kurang menyenangkan dibandingkan dengan kalau mereka telah mempersiapkan
diri untuk menghadapi kondisi yang biasanya dihadapi orangtua.

j) Gelisah tentang kenormalan bayi

Kalau bayi harus tinggal lebih lama di rumah sakit daripada biasanya karena
belum cukup umur, karena adanya cacat atau karena kesulitan dalam penyesuaian
pascanatal, orangtua tidak hanya gelisah tentang kenormalan bayinya tetapi juga
mengenai kemampuan mereka untuk merawatnya setelah meninggalkan rumah
sakit.

k) Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi

Kalau Bayi harus lebih lama tinggal di rumah sakit daripada biasanya dan
harus diberi perhatian khusus, orangtua menjadi gelisah tentang kelangsungan
hidup bayi. Kalau bayi berhasil hidup, orangtua cenderung sangat melindungi.

l) Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.

C. SIBLING RIVALRY

1. Pengertian

Sibling rivalry  adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan


cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.

Hal ini terjadi hampir pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau
lebih. Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal
yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun
sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar
anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.

2. Penyebab Sibling Rivalry


Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:

a) Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga


ingin menunjukkan pada saudara mereka.

b) Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan


dari orang tua mereka.

c) Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh


kedatangan anggota keluarga baru atau bayi.

d) Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.

e) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.

f) Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.

g) Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

h) Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan
dalam keluarga adalah normal.

i) Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota


keluarga.

j) Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

k) Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

l) Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.

3. Segi Positif Sibling Rivalry

Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi


positifnya, antara lain:
a. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa
keterampilan penting.

b. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

c. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua
harus menjadi fasilitator.

4. Mengatasi Sibling Rivalry

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling


rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:

a) Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

b) Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.

c) Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

d) Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama
lain.

e) Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.

f) Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian


dari satu sama lain.

g) Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak.


Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.

h) Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.

i) Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.

j) Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.

k) Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan
untuk anak-anak.
l) Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu
sama lain.

m) Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

n) Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling
rivalry yang paling bagus.

5. Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan

Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan


bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang
sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan
perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul
dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.

Tingkah laku ini antara lain berupa:

a. Masalah tidur.

b. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.

c. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap


jempol.

I. Batita (Bawah Tiga Tahun)

Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini
adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:

a. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum
kelahiran.

b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan


perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.

c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh
anaknya.

d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.


II. Anak yang Lebih Tua

Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12
tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya
dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian
terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan
mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.

III. Remaja

Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka.


Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran anggota baru, tetapi ada juga yang
larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja
yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:

a. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.

b. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.

c. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka


sendiri.

d. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.

6. Peran Bidan

Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:

1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pasca kelahiran.

2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Nor Asiyah, dkk. 2019. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 196-205.
Stikes Muhammadiyah Kudus
Triani Yuliastanti. Desember 2013. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 02. Akademi Kebidanan
Estu Utomo Boyolali
Risa Pitriani, dkk. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).
Yogyakarta : Deepublish
Marliandiani, Yefi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Salemba Medika
https://www.slideshare.net/martaagustinasirait/respon-orangtua-terhadap-bayi-baru-lahirppt

Anda mungkin juga menyukai